Oleh :
Winati (10156119150)
PAI IV (EMPAT)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena sebab
rahmat dan nikmatnya saya dapat menyelesaikan sebuah tugas
makalah Kepemimpinan Pendidikan Islam ini,
Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiyah sehingga kita
semua bisa merasakan betapa indahnya agama islam yang penuh dengan ilmu-ilmu
pengetahuan semoga kita bisa selamat dunia akhirat.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen agar
memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih
dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “Kepemimpinan Pendidikan Islam”.
Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa buku
yang membahas tentang materi yang berkaitan dengan makalah ini. Kami sebagai
penulis makalah ini, sangat berterimakasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat
secara langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan
kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih
banyak sekali kekurangan kekurang yang ditemukan, oleh karena itu, kami
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mangharapkan ada kritik dan
saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat .
II
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................... 9
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan
sehingga kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan
organisasi. Maka, esensi kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain
untuk mengikuti keinginan pemimpin. Pemimpin merupakan faktor penentu dalam
kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di dunia bisnis maupun
di dunia Pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, sosial, politik, pemerintah Negara
dan lain-lain, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau
organisasinya. Sebab, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu
membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus
bersedia memberikan kesejahterahan dan kebahagiaan pada bawahan dan
masyarakat luas. Pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa
memengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta perilaku
benar yang harus dikerjakan bersama-sama (melakukan kerja-sama), dan bahkan
kepemimpinan sangat memengaruhi semangat kerja kelompok.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan mencoba menjelaskan sedikit
tentang Pengertian dan Hakekat Kepemimpinan Pendidikan Islam, fungsi-fungsi
kepemimpinan, teori-teori tentang kepemimpinan, dan syarat-syarat kepemimpinan
serta tipe-tipe kepemimpinan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kepemimpinan Pendidikan Islam?
2. Bagaimana fungsi-fungsi Kepemimpinan Pendidikan Islam?
3. Teori-teori Kepemimpinan Pendidikan Islam?
4. Apa syarat-syarat dari Kepemimpinan Pendidikan Islam?
5. Bagaimana tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan
menyenangkan sambil memeliharanya, di antaranya:
a. Memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok;
b. Mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan sehingga dapat
memupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas;
c. Dapat mendorong dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka
termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok. Semangat
kelompok dapat dibentuk melalui penghargaan terhadap usaha setiap anggota
atau kelompok demi kepentingan kelompok dan melalui social activities.
d. Menggunakan kelebihan yan dimilikinya bukan untuk berkuasa atau
mendominasi, melainkan sebagai sumbangan terhadap kelompok demi
mencapai tujuan bersama.
4
ٰۤ
ُك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ ن ِ ْك لِ ْل َمل ِٕٕىِ َك ِة اِنِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر
ُ ِض َخلِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَ ا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَ ا َويَ ْس ف َ َُّواِ ْذ قَا َل َرب
َك ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن
َ َك َونُقَدِّسُ ل
َ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد
Terjemahan: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khaifah di muka bumi.” Mereka
Berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.”
Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi isu sentral dalam kehidupan
organisasi, sampai-sampai banyak dari kalangan ilmuan yang termotivasi untuk terus
menekuninya melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengumpulan data-data
empiris yang memungkingkan mereka mengembangkan teori-teori modern tentang
kepemimpinan. Bahkan, ada beberapa orang ahli di bidang Pendidikan kontemporer
memberikan batasan tersendiri tentang pemimpin. Sebut saja, misalnya, Nanang
Fattah yang mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Ia juga menambahkan bahwa kekuasaan itu adalah
kemampuan untuk mengarahkan dan memengaruhi bawahan sehubungan denga
tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Yang lebih menukik lagi dalam kajian Nanang Fattah adalah ketika ia
membagi jenis pemimpin menjadi dua macam, yaitu: 1) Pemimpin formal, adalah
yang terjadi karena pemimpin tersebut bersandar pada wewenang formal; 2)
Pemimpin informal, adalah yang terjadi karena pemimpin tanpa wewenang formal
berhasil memengaruhi perilaku orang lain. Bahkan, dengan mengutip pandangan
dari Gerungan, Nanang Fattah mengidenfikasikan dengan menambahkan setiap
pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri-ciri, yaitu: 1) Penglihatan Sosial; 2)
Kecakapan berpikir abstrak; 3) Keseimbangan emosi. Sementara itu menurut J.
Slikboer, pemimpin hendaknya memilika sifat-sifat; 1) Dalam bidang intelektual; 2)
Berkaitan dengan watak; 3) Berhubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin.
5
Adapun teori-teori kepemimpinan, sebagaimana yang telah dikemukakan
mencakup:
Dalam ajaran Islam, memilih pemimpin adalah kewajiban agama yang tidak
boleh diabaikan. Kata Rasulullah SAW, “Tidak halal (dibenarkan) bagi tiga orang
muslim yang berdiam di suatu tempat, kecuali apabila mereka memilih dan
mengangkat salah satu di antara mereka sebagai pemimpin.” (HR Abu Daud).
6
Negara, politik, hukum, dan yang terpenting adalah pengetahuan agama. Allah
SWT menggambarkan prototype pemimpin seperti itu dalam Al-Qur’an, “Yusuf
berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan Negara (mesir), sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS 12: 55).
4. Mempunyai kemampuan. Seorang pemimpin itu hendaknya seorag yang kokoh
iman dan takwanya, mulia akhlaknya, dan mampu bersikap adil dan jujur, berilmu
dan cerdas, mampu menjalankan tugas (kompeten) dan konsekuen (istiqamah)
memikul tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya, sehat jasmani dan
rohaninya, dan ia harus memiliki kemampuan dan keberanian untuk menegakkan
keadilan serta melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.
5. Mempunyai kepedulian tinggi kepada rakyat dan mempunyai kasih sayang.
7
6. Tipe kepemimpanan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya, timbul
dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih
dengan adanya sistem kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang
mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut
bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.
Selanjutnya, menurut Kurt Levin, sebagaimana yang dikutip oleh Maman
Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan
tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-
instruksinya harus ditaati.
2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung
jawb tentang pelaksanaan tujuannya. Hal ini agar setiap anggota turut serta dalam
setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan
penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha
pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Laissez-faire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan
pada bawahannya, kemudian menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannay
untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung-jawabnya. Ia
hanya akan menerima laporan-laporan dengan tidak terlampau turut campur
tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, dan semua pekerjaan tergantung
pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya. Dengan demikian, hal tersebut
dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja
keras tanpa kekangan.
Berdasarkan dari pendapat tersebut, pada kenyataannya, tipe
kempemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissez-faire banyak diterapkan oleh
para pemimpinnya dalam berbagai macam organisasi dan salah satunya adalah
bidang Pendidikan. Selain itu, kepemimpinan dianggap berjalan dengan baik apabila
secara fungsional pemimpin tersebut mampu berperan sesuai dengan tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya. Dengn melihat ha tersebut, pemimpin di bidang
Pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan
dan tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan. Dengan demikian, pada
akhirnya tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin tersebut dapat
mencerminkan seorang pemimpin yang professional.
BAB III
PENUTUP
8
A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan individu-
individu supaya timbul kerjasama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama.
kepemimpinan pendidikan Islam sangat berbeda dengan sosok manajer atau
administrator, maupun seorang politisi dalam dunia Pendidikan. Sosok pemimpin
pendidikan Islam adalah orang yang mempunyai konsep masyarakat yang luas,
komprehensif, dan general yang berkaitan langsung dengan tujuan pendidikan Islam.
Tujuan itu berpengaruh terhadap lembaga Pendidikan Islam yang
menyelenggarakan Pendidikan dengan semangat dan orientasi internasional. Hadis
Nabi Muhammad SAW yang terkenal memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu
sampai ke negeri orang Cina (negeri yang jauh). Al-Qur’an dalam Surah Al-Taubah
(9):122 secara tersirat memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu di tempat yang
jauh sehingga kalau nantinya kembali dapat memberikan peringatan, pencerahan,
dan pemberdayaan bagi kaumnya. Artinya pemimpin Pendidikan Islam mempunyai
tugas social yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.