Anda di halaman 1dari 20

TIPOLOGI KEPEMIMPINAN

KEPENDIDIKAN ISLAM

REVISI MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ MANAJEMEN KEPEMIMPINAN & KEPENDIDIKAN ISLAM “
Dosen Pengampu
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Muhammad Syarifuddin 17160107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat
kami sampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo Drs. H Sulton, M.Si.


2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Ponorogo Dr. Happy
Susanto, MA.
3. Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen Kepemimpinan & Kependidikan Islam
Sekolah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
4. Seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh
di sisi Allah SWT. Amin.
Akhirnya kami tetap berharap semoga tugas makalah ini menjadi butir-butir
amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Amin.

Ponorogo, 09 Januari 2019


Penulis

(Muhammad Syarifuddin)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………...…………………………………….. i


KATA PENGANTAR ……………………...…………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………...……………………………………………... iii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………. 1
B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………… 2
C. TUJUAN MASALAH……………………………. ……………………… 2

II. PEMBAHASAN
TIPOLOGI KEPEMIMPINAN KEPENDIDIKAN ISLAM
- Pengertian Kepemimpinan ……….........……………………...…………… 3
- Tipe-Tipe Kepemimpinan …….……………………..…………………… 5
- Prinsip Dasar Pemimpin …….……………………..……………..……… 7
- Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam 11
pendidikan Islam ………..……………………….……………………….

III. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN ……………………...…………………………………… 15
B. SARAN …………………………………………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA ……………………...……………………………………. 17

iii
BAB I

PANDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hal pendahuluan kita fokuskan dulu pada kepemimpinan secara umum
(Global), karena model-model kepemimpinan adalah sebuah anak cabang dari teori
kepemimpinan itu sendiri. Menurut Sarros dan Butchatsky (1996),kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktifitas
anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan
manfaat individu danorganisasi. Berdasarkan definisi diatas kepemimpinan memiliki
beberapa implikasi,antara lain:
❖ Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain yaitu para karyawan atau
bawahan, para karyawan atau bawahan harus memilikikemauan untuk menerima
arahan dari pemimpin.
❖ Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang dengan kekuasaannya mampu
menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Kekuasaan itu
dapat bersumber dari: Hadiah, hukuman,otoritas dan charisma.
❖ Pemimpin harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri, sikap bertanggungjawab
yang tulus, pengetahuan, keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan
pada diri sendiri dan orang lain dalammembangun organisasi.Kepemimpinan sering
disamakan dengan managemen, kedua konsep tersebut berbeda. Perbedaan antara
pemimpin dan manager dinyatakan secara jelasoleh Bennis dan Nannus (1995).
Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar, sedangkan manager memusatkan
perhatian pada mengerjakan secara tepat.
Dalam sebuah pendidikan tentunya diperlukan adanya sebuah pemimpin dalam
menghandel dan bertanggungjawab atas tugas yang diberikan pada anggota pendidikan.
Terutama dalam pendidikan islam adanya pemimpin diperlukan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang sesungguhnya terutanma dalam membentuk ahklak dan kebaikan guna
menjaga muka bumi yang diamahkan kepada manusia. Pemimpin sendiri dianggap
penting bagi umat Islam karena memang tugas manusia sebagai penjaga dan pemimpin
dunia. Dengan demikian perlu kita pahami apa itu pemimpin terutama dalam sebuah
lembaga pendidikan untuk pencapaian yang diinginkan.

1
2

B. Rumusan Masalah

Pokok bahasan dalam makalah yang berjudul “TipologiKepemimpinan Pendidikan Islam”


adalah sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian Kepemimpinan ?
2. Apa saja Tipe-Tipe Kepemimpinan itu ?
3. Apa Prinsip Dasar Pemimpin ?
4. Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinandalam
pendidikan Islam ?
C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan permasalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini
diarahkan untuk :
1. Untuk mengetahui hakikat pemimpin.
2. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui Prinsip Dasar Pemimpin.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam pendidikan
Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk


memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. 1

Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan


mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan
yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuanyang telah ditetapkan.Dengan demikian kepemimpinan
mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya.
Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat
memberikan pengaruh, dengankata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah
bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana
bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling
berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan
timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam
menjalankan kepemimpinannya, kareana apabilatidak memiliki kemampuan untuk
memimpin, maka tujuan yang ingin dicapaitidak akan dapat tercapai secara maksimal.

Ada baiknya apabila kita awali pemahaman kita mengenai kepemimpinan ini
dengan mengeksplorasi ulang secara singkat pengertian, perbedaan, dan saling hubungan
antara pemimpin dan manajer, serta antara kepemimpinan dan manajemen.

Pertama,mengenai pemimpin dan manajer. Beberapa buku tentang kepemimpinan


mengemukakan bahwa perbedaan antara pemimpin dan manajer tampak dari kompetensi
atau pun perannya masing-masing; yaitu: pemimpin adalah orang yang dapat
menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan; sedangkan manajer adalah orang
yang dapat mengerjakan secara benar semua tugas dan tanggung jawab yang ditentukan.
Leaders are people who do the right thing; sedangkan managers are people who do the
things right (lihat antara lainWarren Bennis). Sementara itu, Zales Nick membedakan
antara managers dan leaders sebagai berikiut. Leaders “ think about goals

1
Nanang Fattah, Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996) hal. 88.
3
4

in a way that creates images and expetations about the direction a bussiness should
take. Leaders influence changes in the way people think about what is desireable,
prosible or necessary”; sedangkan managers ,on the other hand tend to viewwork as a
means of achieving goals based on the action taken by workers”.

Dalam membandingkan antara pemimpin dan manajer, Robert Heller meng-


identifikasi perbedaan-perbedaan berikut. Pemimpin mempunyai karakteristik
“administer, originite, develop, inspire trust, think long terms, ask what and why, watch
the horizon, challenge status quo, are their own people, dothe right thing”; sedangkan
manajer mempunyai karakteristik “implement, copy,maintain, control, think short term,
ask how and whwn, watch bottom line, accept status quo, are good soldiers, do the
things right”. Tokohlain, Trompenaars dan Hampden-Turner secara atraktif
membedakankeduanya dengan ungkapan “The main difference between managers and
leadersis that some managers cannot sleep because they have not met their
objectives,while some leaders cannot sleep because they various objectives appears to
beinconflict and they cannot reconcile them”; dan dengan penuh humor menambahkan
“It goes without saying that when objectives clash and impede oneanother, they will be
difficult to attain, and no one will sleep”.

Kedua , mengenai kepemimpinan dan manajemen. Kepemimpinan dan manajemen


adalah 2 (dua) konsep yang berbeda namun saling melengkapi, bukanmengganti.
Persamaannya terletak pada pencapaian keberhasilan atau sukses organisasi. Sedangkan
perbedaannya terletak pada fungsi dan aktivitasnya. Kotter mengatakan Kepemimpinan
berkaitan dengan penanggulangan perubahan; sedangkan manajemen berkaitan dengan
penganggulangan kompleksitas. Beranjak dari rumusan pemimpin di atas secara
sederhana dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan
untuk memimpin; kemampuan untuk menentukan secara benar apa yang
harusdikerjakan. Menurut Gibson, kepemimpinan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, yang dilakukan melalui hubungan interpersonal dan proses
komunikasi untuk mencapai tujuan. Newstrom & Davis berpendapat bahwa
kepemimpinan merupakan suatu proses mengatur dan membantu orang lain agar bekerja
dengan benar untuk mencapai tujuan. Sedangkan Stogdill berpendapat bahwa
kepemimpinan juga merupakan proses mempengaruhi kegiatan kelompok, dengan
maksud untuk mencapai tujuan dan prestasi kerja. Oleh karena itu, kepemimpinan dapat
dipandang dari pengaruh interpersonal dengan memanfaatkan situasi dan pengarahan
melaluisuatu proses komunikasi ke arah tercapainya tujuan khusus atau tujuan lainnya.
5

Pernyataan ini mengandung makna bahwa kepemimpinan terdiri dari dua hal yakni
proses dan properti. Proses darikepemimpinan adalah penggunaan pengaruh secara tidak
memaksa, untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan dari para anggota yang
diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. Properti dimaksudkan, bahwa
kepemimpinan memiliki sekelompok kualitas dan atau karakteristik dari atribut-atribut
yangdirasakan serta mampu mempengaruhi keberhasilan pegawai. Secara praktis,
kepemimpinan dirumuskan sebagai suatu seni memobilisasi orang-orang lain (bawahan
dan pihak lain) pada suatu upaya untuk mencapaiaspirasi dan tujuan organisasi.

B. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses
kepemimpinannya terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan
yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa
pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini,
segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk
itu dilakukan secara lisan ataulangsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang
bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi
baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya
bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-
peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis
menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggungjawab tentang terlaksananya tujuan bersama.
Agar setiap anggota turut bertanggungjawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam
segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap
anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin
dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah
seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6

6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari


kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan
adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang
bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di
antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur
berkecimpung. 2
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan
tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh,teliti dan tertib.
Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketatdan instruksi-instruksinya
harus ditaati.
2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab
tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-
kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota
dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan
yangdiinginkan.
3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada
bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjaditanggung jawabnya. Ia hanya akan
menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau
tidak terlalu mau ambilinisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan
prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup
dapatmemberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan. 3
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe
kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkanoleh para
pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salahsatunya adalah dalam
bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan
diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yangsesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu
harapan dari bawahan, atau dariatasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya
gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang
pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.

2
Maman Ukas, Konsep Pemimpin,(Bandung : Ossa Promo, 1999,) hal. 261-262.
3
Ibid, hal. 262-263.
7

Dalam pandangan Islam seorang pemimpin harus mempunyai beberapa sifat yang
ada dalam ketauladan pada Nabi kita Muhammad SAW, seorang pemimpin yang muslim
dan mu’min harus mempunyai 4 (empat) sifat utama kekuatan akhlaq Rasul dan Nabi
kita Muhammad SAW yaitu : 1) Siddiq, 2) Tabligh, 3) Amanah dan 4) Fathonah.
1. Siddiq
Seorang pemimpin dalam Islam harus mempunyai sifat Siddiq yang berarti jujur,
mempunyai integritas yang tinggi dan selalu berusaha untuk tidak berbuat suatu
kesalahan yang dapat menghilangkan rasa kepercayaan ummat atau kaumnya
terhadapnya.
2. Tabligh
Pemimpin harus selalu menyampaikan tentang kebenaran yang seharusnya
disampaikan kepada orang yang dipimpinnya. Dia harus komunikatif dan tidak boleh
menyembunyikan hal-hal yang seharusnya disampikan.
3. Amanah
Berarti dapat dipercaya. Dapat dipercaya dalam setiap perkataan atau pun dalam
setiap perbuatannya. Pemimpin yang baik dalam Islam harus selalu ‘Istiqomah dalam
mengemban amanahnya’.
4. Fathonah
Berarti cerdas, mempunyai pengetahuan/intelektual yang tinggi dan selalu bersikap
professional dalam menghadapi setiap masalah.

C. Prinsip Dasar Pemimpin


Impian dan harapan besar umat terhadap pemimpin, mengantarkan betapa penting
dan berartinya peran seorang pemimpin dalam mendesain sebuah masyarakat, bangsa
dan negara. Sejarah membuktikan, kejayaan dan keemasan sebuah bangsa sangat
ditentukan oleh kualitas dan kapasitas para pemimpinnya. Sebaliknya sebuah bangsa
yang sebelumnya besar dan beradab hancur dan tak berarti karena kerakusan,
keserakahan dan buruknya sikap mental para pemimpinnya. Suatu contoh, hancurnya
Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah, lebih disebabkan oleh karena penerus tahta
mahkota kekhalifahan berada di tangan-tangan pemimpin yang lemah dan tak bermoral.
Hubbuddunnya (cinta dunia) lebih kentara dan lebih lekat dibanding dengan hubbul-
akhirah (cinta akhirat).
Islam memberikan dasar-dasar normatif dan filosofis tentang kepemimpinan yang
bersifat komprehensip dan universal. Tidak hanya untuk umat Islam tapi juga untuk
seluruh umat manusia. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai
8

berikut; pertama, hikmah, ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
nasehat yang baik lagi bijaksana (QS. al-Nahl:125). Kedua, diskusi, jika ada perbedaan
dan ketidaksamaan pandangan, maka seorang pemimpin menyelesaikan dengan diskusi
dan bertukar pikiran (QS. al-Nahl:125)

ۡ َ ‫ظ ِۃ ۡال َح‬
َ ‫ک ِب ۡال ِح ۡک َم ِۃ َو ۡال َم ۡو ِع‬
‫ع ۡن‬ َ ‫ک ہ َُو ا َ ۡعلَ ُم ِب َم ۡن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ِ ‫سنَ ِۃ َو َجادِل ُہ ۡم ِبالَّتِ ۡی ہ‬
َ ‫ی اَ ۡح‬
َ َّ‫سنُ ؕ ا َِّن َرب‬ َ ‫س ِب ۡی ِل َر ِب‬ َ ‫ع اِلی‬ ُ ‫ا ُ ۡد‬
َ‫س ِب ۡی ِلہ َو ہ َُو ا َ ۡعلَ ُم ِب ۡال ُمہۡ ت َ ِد ۡین‬
َ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Hikmah: ialah Perkataan yang tegas
dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Ketiga, qudwah, kepemimpinan menjadi efektif apabila dilakukan tidak hanya


dengan nasihat tapi juga dengan ketauladanan yang baik dan bijaksana (QS. al-
Ahdzab:21).

َّ ‫َّللاَ َوالیَو َم اْل ِخ َر َوذَك ََر‬


‫َّللاَ َكثِیرا‬ َ ‫َّللاِ أُس َوة ٌ َح‬
َّ ‫سنَةٌ ِل َمن َكانَ یَر ُجو‬ ُ ‫لَقَد َكانَ لَ ُكم فِي َر‬
َّ ‫سو ِل‬

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah".

Pepatah mengatakan, satu ketauladanan yang baik lebih utama dari seribu satu
nasehat. Memang kesan dari sebuah keteladanan lebih melekat dan membekas dibanding
hanya sekedar nasehat seorang pemimpin.
Keempat, musyawwarah, adalah suatu bentuk pelibatan seluruh komponen
masyarakat secara proporsional dalam keikutsertaan dalam pengambilan sebuah
keputusan atau kebijaksanaan (QS. Ali Imran:159)

‫ف َعن ُهم َوٱست َغ ِفر َل ُهم َوشَا ِورهُم‬


ُ ‫ب َلَنفَضُّوا ِمن َحولِكَ ۖ فَٱع‬ ِ ‫ظ ٱلقَل‬ َ ‫ظا َغ ِلی‬ ًّ َ‫فَ ِب َما َرح َم ٍة ِمنَ ٱ َّّللِ لِنتَ لَ ُهم ۖ َولَو ُكنتَ ف‬
َ‫فِى ٱْلَم ِر ۖ فَإِذَا َعزَ متَ فَت ََو َّكل َعلَى ٱ َّّللِ ۚ إِ َّن ٱ َّّللَ ی ُِحبُّ ٱل ُمت ََو ِكلِین‬

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya".
9

َ‫ورى َبی َن ُهم َو ِم َّما َرزَ قنَاهُم یُن ِفقُون‬


َ ‫ش‬ُ ‫ص ََلة َ َوأَم ُرهُم‬
َّ ‫والَّذِینَ استَ َجابُوا ِل َر ِب ِهم َوأَقَا ُموا ال‬

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan


mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka".

Dengan musyawwarah, maka tidak ada suatu permasalahan yang tak dapat
diselesaikan. Tentu dengan prinsip-prinsip bilhikmah wamauidhatil khasanah yang harus
dipegang teguh oleh setiap komponen pemerintah atau imamah.
Kelima, adl, tidak memihak pada salah satu pihak. Pemimpin yang berdiri pada
semua kelompok dan golongan, (QS.al-Nisa’:58)

‫ظ ُک ۡم بِہؕ ا َِّن‬ ‫اس اَ ۡن ت َۡح ُک ُم ۡوا بِ ۡالعَ ۡد ِلؕ ا َِّن ہ‬


ُ ‫َّللاَ نِ ِع َّما یَ ِع‬ ِ ‫َّللاَ یَ ۡا ُم ُر ُک ۡم ا َ ۡن ت ُ َؤدُّوا ۡاۡلَمن‬
ِ َّ‫ت اِلی اَ ۡہ ِل َہا ۙ َو اِذَا َحکَمۡ ت ُ ۡم بَ ۡینَ الن‬ ‫ا َِّن ہ‬
ِ َ‫س ِم ۡی ًۢعا ب‬
‫ص ۡیرا‬ َ َ‫َّللاَ کَان‬
‫ہ‬

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat".

Dalam surat an_nisa’ ayat 135,

‫ش َہدَآ َء ِ ہّللِ َو لَ ۡو َعلی اَ ۡنفُ ِس ُک ۡم ا َ ِو ۡال َوا ِلدَ ۡی ِن َو ۡاۡلَ ۡق َر ِب ۡینَ ۚ ا ِۡن یَّ ُک ۡن َغنِیًّا اَ ۡو‬
ُ ‫یا َیُّ َہا الَّ ِذ ۡینَ ا َمنُ ۡوا ُک ۡونُ ۡوا قَ ہو ِم ۡینَ بِ ۡال ِق ۡس ِط‬
‫َّللاَ کَانَ بِ َما ت َعۡ َملُ ۡونَ َخبِ ۡیرا‬ ‫اّللُ اَ ۡولی بِ ِہ َما فَ ََل تَتَّ ِبعُوا ۡال َہوی اَ ۡن ت َعۡ ِدلُ ۡوا ۚ َو ا ِۡن ت َۡلوا ا َ ۡو تُعۡ ِرض ُۡوا فَا َِّن ہ‬ ‫فَ ِق ۡیرا فَ ہ‬

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar


penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.

Selanjutnya dalam surat al-Maidah ayat 8

ُ‫شنَـَٔانُ قَو ٍم َعلَ ٓى أ َ َّۡل تَع ِدلُوا ٱع ِدلُوا ه َُو أَق َرب‬ ُ ِ‫ٓیَأَیُّ َها ٱلَّذِینَ َءا َمنُوا ُكونُوا قَ َّو ِمینَ ِ َّّلل‬
َ ‫ش َهدَآ َء بِٱل ِقس ِط َو َۡل یَج ِر َمنَّ ُكم‬
َ‫یر ِب َما ت َع َملُون‬ ٌ ًۢ ‫ِللتَّق َوى َوٱتَّقُوا ٱ َّّللَ ِإ َّن ٱ َّّللَ َخ ِب‬
10

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Dalam memimpin pegangannya hanya pada kebenaran, shirathal mustaqim (jalan


yang lurus). Timbangan dan ukurannya bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits.
Kecintaannya hanya karena Allah dan kebencian pun hanya karena Allah. Hukum
menjadi kuat tidak hanya saat berhadapan dengan orang lemah, tapi juga menjadi kuat
saat berhadap-hadapan dengan orang kuat. Keenam, kelembutan hati dan saling
mendoakan. Kesuksesan dan keberhasilan Rasulallah dan para sahabat dalam memimpin
umat, lebih banyak didukung oleh faktor performa pribadi Rasul dan para sahabat yang
lembut hatinya, halus perangainya dan santun perkataannya. Maka Allah SWT
menempatkan Muhammad Rasulallah sebagai rujukan dalam pembinaan mental dan
moral sebagaimana firmannya, ”Laqad kana lakum fi Rasulillahi uswatun hasanah”
(Sungguh ada pada diri Rasul suri tauladan yang baik), (QS. al-Ahdzab:21)

َّ ‫َّللاَ َوالیَو َم اْل ِخ َر َوذَك ََر‬


‫َّللاَ َكثِیرا‬ َ ‫َّللاِ أُس َوة ٌ َح‬
َّ ‫سنَةٌ ِل َمن َكانَ یَر ُجو‬ ُ ‫لَقَد َكانَ لَ ُكم فِي َر‬
َّ ‫سو ِل‬

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah".

Ketujuh, dari prinsip dasar kepemimpinan Islami adalah kebebasan berfikir,


kreativitas dan berijtihad. Sungguh amat luar biasa, sepeninggal Rasulallah para sahabat
dapat menunjukkan diri sebagai sosok pemimpin yang mandiri, kuat, kreatif dan
fleksibel.
Kelembutan pribadi Abu Bakar (khalifah ke-1) tak menjadikan dirinya menjadi
sosok pemimpin yang lemah, malah sebaliknya ia menjadi pemimpin yang kuat dan
tangguh. Tak gentar menghadapi musuh-musuh Islam. Ketegasan beliau dibuktikan
dengan kesungguhan memerangi para pemberontak, nabi palsu dan kaum yang tak mau
membayar zakat.
Kebalikannya ketegaran Khalifah Umar bin Khattab (khalifah ke-2) akhirnya
menjadi sosok yang lembut, sederhana dan bersahaja. Sekalipun ia seorang khalifah dan
menyandang gelar amirul mu’minin, tak menjadikan kehidupan diri dan keluarganya
berubah drastis, bergelimang harta dan tahta atau menampilkan diri sebagai sosok
pembesar yang suka ”petentang-petenteng” dan pamer kekuasaan.
11

Yang terjadi justru sebaliknya, Umar bin Khattab lebih menampakkan diri sebagai
sosok yang low profil high produc. Tak salah kiranya bila banyak rakyatnya dan pejabat
negara lain yang terkecoh dengan penampilan fisiknya dan tak mengira bahwa yang
berdiri dihadapannya adalah seorang khalifah yang disegani dan dicintai rakyatnya.
Dua sosok pemimpin penerus Rasulallah yang berbeda karakter tersebut, disaat
sama-sama diberi amanah untuk memimpin umat dan mengelola roda pemerintahan yang
tampak adalah sosok pemimpin yang banyak dipengaruhi dan diwarnai oleh nilai-nilai
al-Qur’an dan al-Hadits. Tidak sebagai pemimpin yang dipengaruhi dan dikuasai oleh
karakter pribadi dan hawa nafsu.
Kedelapan, sinergis membangun kebersamaan. Mengoptimalkan sumber daya
insani yang ada. Hebatnya Rasulullah salah satunya adalah kemampuan beliau dalam
mensinergikan dan membangun kekuatan dan potensi yang dimiliki umatnya. Para
sahabat dioptimalkan keberadaannya. Keberbedaan potensi yang dimiliki sahabat dan
umat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tangguh
baik mental maupun spritualnya.
Berbagai misi kenegaraan dipercayakan Rasulallah kepada para sahabatnya seperti
misi ke Habasyah, Yaman, Persia dan Rumawi. Muncullah sosok-sosok sahabat seperti
Abu Dzar Al-Ghifari, Mu’adz bin Jabal, Salman al-Farisi dan Amr bin Ash. Dalam usia
yang relatif muda, mereka sudah memimpin berbagai ekspedisi kenegaraan dan berbagai
pertempuran penting.(Mukhlis 2016)

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam pendidikan


Islam
Istilah kepemimpinan memiliki berbagai macam sebutan seperti, Imām, Ulil Amri,
Khalīfah, hingga Amir al-Mukminin. Kepemimpinan atau Imāmah menurut etimologi
adalah bentuk mashdar dari kata kerja (amma), (ammahum wa amma bihim) artinya
mendahului mereka, yaitu Imāmah. Sedangkan al Imam ialah setiap orang yang diikuti. 4
Hadari Nawawi mengungkapkan dalam bukunya bahwa dalam firman Allah
mengisyaratkan bahwa sebagai pemimpin setiap manusia di dalam masyarakatnya
dibedakan pula tingkatannya. Di antara manusia itu ada yang tingkatannya sebagai
penguasa melebihi penguasa melebihi manusia yang lain. Dengan kekuasaan yang
bertingkat-tingkat itu, setiap manusia diuji keimanannya, meskipun sekedar menjadi
pemimpin terhadap dirinya sendiri. Para penguasa (pemimpin) itu dituntut untuk

4
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998), Cet. 9, hal.
214
12

mewujudkan kepemimpinan yang diridhai Allah serta bertanggung jawab dalam


mewujudkan ketentraman, kedamaian, ketertiban dan kesejahteraan hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. 5 Dalam firmanya Al-Baqoroh ayat 30 :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata, mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau? Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”
Ayat di atas menjelaskan tentang fungsi utama manusia sebagai khalifah di muka
bumi. Nabi Adam as sebagai manusia pertama di muka bumi mendapat tugas dari Allah
sebagai pemegang amanah kepemimpinan tersebut. Dari Nabi Adam as, proses
kepemimpinan terus berlanjut sampai kepada keturunan dan cucu-cucu beliau, bahkan
sampai saat ini. Dengan demikian, kepemimpinan merupakan sunatullah yang terus
berlaku di muka bumi ini.
Pada intinya pemimpin merupakan seseorang yang mampu menangani dan
bertanggung jawab kepada orang-orang yang dipmpin serta faham apa saja yang
hendaknya dimiliki seorang pemimpin. Adapun kopetensi yang harus dimiliki oleh
pemimpin diantaranya adalah pemimpin yang sesuai dengan ajaran Islam yang bersifat
amanah, memperolehnya dengan benar, menunaikan dengan baik, kuat, dapat dipercaya
(āmīn), pandai menjaga (hafiḍ) amanahnya, dan berpengetahuan (ālim) tentang tugas
kepemimpinannya. Demikian pernyataan dari para ulama kontemporer bahwa landasan
agama menjadi prioritas utama meski tidak sampai setingkat ulama. Karena tanpa
landasan agama mekanisme politik yang sehat akan dikapitalisasi untuk kepentingan
pribadi, bukan untuk meraih niat dan cita-cita hakiki. 6
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H.Jodeph Reitz yang
dikutip Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin,hal ini
mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akanmempengaruhi pilihan
akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.

5
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993),
hal.322
6
Bramastyo Dhieka Anugerah, Kriteria Pemimpin Dalam Islam, hal. 11
13

3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apagaya


kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan. 7
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan
pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapatmenunjang
untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatutujuan akan tercapai
apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atauinteraksi yang baik antara
atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhioleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan
dalam hubungan social dengansikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M.
Ngalim Purwanto yang dikutip oleh Nanang Fatah, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive)
2. Sebagai perencana (planner)
3. Sebagai seorangahli (expert)
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external
grouprepresentative)
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of
internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and
punishments)
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group)
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual
responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
13. Sebagai kambing hitam (scape goat). 8
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu
kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga

7
Nanag Fattah,Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996) hal. 102..
8
Ibid
14

bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim


Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis danyang
benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana
yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakankhayalan. 9
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin
memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan
tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan
atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan- perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang
pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin.
Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman,
tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam
rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

9
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Remaja Rosda Karya,1987) hal.
38-39.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemimpin hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuanuntuk
memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya denganmenggunakan
kekuasaan. Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menunutun,
menggerakan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
2. Menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-
tipe kepemimpinan menjadi6, yaitu :Tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan
non pribadi, Tipe kepemimpinan otoriter, Tipe kepemimpinan demokratis, Tipe
kepemimpinan paternalistis, Tipe kepemimpinan menurut bakat. Sedangkan dalam
pandangan Islam seorang pemimpin harus mempunyai beberapa sifat yang ada dalam
ketauladan pada Nabi kita Muhammad SAW, seorang pemimpin yang muslim dan
mu’min harus mempunyai 4 (empat) sifat utama kekuatan akhlaq Rasul dan Nabi kita
Muhammad SAW yaitu : 1) Siddiq, 2) Tabligh, 3) Amanah dan 4) Fathonah.
3. Pada sebuah lembaga sekolah pemimpin diduduki oleh kepala sekolah yang
bertanggung jawab serta membimbing dalam sebuah lembaga pendidikan. Dalam
kaitanya kepemimpinan islam seorang kepala sekolahn bukan hanya mampu
memimimpin namun wajib memiliki criteria kepemimpinan dalam prespektif islam
yakni melaksanakan tanggung jawabnya dengan benar sebagaimana sikap amanah
dalam mengemban kepemimpinanya. Bertanggung jawab dalam segala hal yang
diperbuat maupun diperbuat bawahanya, serta melaksanakan tugasnya dengan
menganut syariat-syariat Islam.

B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
Jika saja lembaga sekolah memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi
luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
15
16

tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat
pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA

- Nanang Fattah, Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996)


- Maman Ukas, Konsep Pemimpin,(Bandung : Ossa Promo, 1999,)
- Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika,
1998), Cet. 9,
- Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1993),
- Bramastyo Dhieka Anugerah, Kriteria Pemimpin Dalam Islam,
- Nanag Fattah,Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996)
- M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Remaja
Rosda Karya,1987).
- Mukhlis, 338. 2016. “Tipologi Pemimpin Dalam Pendidikan Islam.” STAI Muara
Bulian Jambi 04: 349–54.

17

Anda mungkin juga menyukai