Anda di halaman 1dari 18

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Profesionalisme dan Kepemimpinan
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Yuyun Yulianingsih, M.Pd.
Zaenal Muftie, M.Ag.
Koko Khoeruddin, M.Pd.I.

Disusun Oleh : Kelompok 5


Anggota
Alfylda Febrianisany 1212100004
Fadhilatunnisa Hurul Aini 1212100022
Kinanti Nur Kersaning Gusti 1212100034
Nadia Husna 1212100046

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah segala puji saya panjatkan atas berkah, rahmat yang di berikan Allah SWT
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan
yang berarti.
Maklah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesionalisme dan
Kepemimpinan. Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari pekerja keras kami, melainkan
juga banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan-dorongan motivasi, untuk itu kami
mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas terselesainya makalah ini, sebagai penulis,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu mohon kritik dan
saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.

Bandung, 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II ISI ........................................................................................................................ 3
A. Pengertian dari Kepemimpinan Pendidikan................................................................ 3
B. Pengertian dari Pemimpin Pendidikan ....................................................................... 4
C. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan ............................................................................ 4
D. Tipe – Tipe Kepemimpinan Pendidikan ..................................................................... 5
E. Syarat – Syarat untuk Menjadi Pemimpin Pendidikan .............................................. 8
F. Apa saja Pendekatan Tentang Teori Munculnya Pemimpi ......................................... 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 14
Simpulan ......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan dan pendidikan adalah dua hal yang tidak sama akan tetapi tidak bisa
dipisahkan, alasan yang mendasar adalah pada dasarnya di setiap suatu lembaga pendidikan
tidak akan terlepas dari adanya peran sebuah pemimpin. Kepemimpinan dalam pendidikan
mempunyai aturan-aturan yang kompleks, sehingga hal tersebut menjadi sangat penting
untuk dikolaborasikan. Tidak bisa dipungkiri, bahwa salah satu pendorong dari sebuah
kemajuan adalah kepemimpinan yang kuat dan sekaligus bisa melayani masyarakat.
Pemimpin yang kuat maka akan bisa menerapkan prinsip, fungsi, dan tujuan dari
kepemimpinan itu sendiri, pemimpin yang berhasil menerapkan beberapa aspek tersebut
maka akan menghasilkan pengaruh, karena sejatinya inti dari sebuah kepemimpinan adalah
mempengaruhi (leadership is influence). (Alfia Miftakhul Jannah, 2021)
Kepemimpinan menjadi sebuah profesi bukan bawaan dari gen atau kelahiran
melainkan kemampuan, kemauan, kesanggupan serta kecakapan seseorang untuk
memahami asas kepemimpinan yang sehat , berdasarkan prinsip-prinsip, sistem, metode
dan teknik kepemimpinan yang betul, memiliki pengetahuan dan pengalaman, dan mampu
merancang rencana yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam
Pendidikan, kepemimpinan ialah suatu metode mempengaruhi dan potensi, mengkoordinir
serta menggerakkan seluruh anggota organisasi dalam dunia Pendidikan. Hal tersebut
bertujuan untuk menciptakan kegiatan-kegiatan yang efisien dan efektif demi tercapainya
tujuan Pendidikan.1 Untuk menggerakkan jalannya sebuah kepemimpinan, sebagai seorang
pemimpin harus berjalan diatas kepercayaan anggotanya, sebab seperti yang sudah
dijelaskan di atas seorang pemimpin bak nahkoda dalam dunia Pendidikan. (Alfia
Miftakhul Jannah, 2021)
Sebagai seorang nahkoda, pemimpin harus dapat membuktikan kepada anggotanya
bahwa dirinya dapat dipercaya. Sebab ketika rasa kepercayaan dari anggota luntur,
pemimpin tidak akan memiliki karisma lagi didepan anggota dan hal tersebut akan
berpengaruh pada keberlangsungan organisasi tersebut. Seperti halnya dengan
kepemimpinan dalam Pendidikan yang berdasarkan dengan asas kepercayaan, sebab dalam
dunia Pendidikan dengan cara saling percayalah pemimpin akan ditaati dan disegani dalam
organisasi. (Alfia Miftakhul Jannah, 2021)

1
Melalui penjelasan diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk menjadi
pemimpin harus memiliki karakteristik atau gaya yang dapat memberikan kepercayaan dan
keyakinan. Sebab keberhasilan suatu tujuan organisasi pasti selalu berhubungan dengan
bagaiamana pemimpin organisasi tersebut karena pemimpin merupakan jembatan
tercapainya misi organisasi. Pada makalah ini, penulis membahas mengenai apa saja yang
berhubungan dengan pemimpin atau kepemimpinan dalam pendidikan yang seharusnya
ada sehingga terciptanya kepemimpinan yang terpercaya dan meyakinkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan
2. Apa yang dimaksud dengan pemimpin pendidikan
3. Apa saja yang menjadi fungsi kepemimpinan pendidikan
4. Apa saja tipe-tipe kepemimpinan pendidikan
5. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan
6. Apa saja pendekatan tentang teori munculnya pemimpin
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari kepemimpinan pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian dari pemimpin pendidikan
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi kepemimpinan pendidikan
4. Untuk mengetahu apa saja tipe-tipe kepemimpinan pendidikan
5. Untuk mengetahu apa saja syarat-syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan
6. Untuk mengetahui apa saja pendekatan tentang teori munculnya pemimpin

2
BAB II
ISI

A. Pengertian dari Kepemimpinan Pendidikan


Pemimpin merupakan sosok penting dalam sebuah organisasi. Pemimpin bukan hanya
sosok nakhoda yang terpilih dengan apapun mekanisme pemilihannya, namun juga sebagai
seorang nakhoda yang menentukan arah kelompok atau organisasi, kehadiran pemimpin
juga menentukan transformasi organisasi tersebut. (Ghifary & Suryanto, 2019: 5).
Pemimpin itu dipelukan karena keperluan suatu institusi atau organisai untuk mencapai
tujuannya yang harus di pimpinnya yang disebut kepemimpinannya, maka kepemimpinan
merupakan sebuah tindakan atau prilaku dari pemimpin untuk mencapai tujuan dari
institusi atau organisasi. (Afandi 2013)
Kepemimpinan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan dalam kesiapan yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Hade Afriansyah 2019).
Beberapa definisi kepemimpinan yang dikutip dari (Ngaling. Purwanto 2008)adalah:
1. Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat atau watak yang
memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif (Etzoni)
2. Pemimpin adalah individu di alam kelompok yang memberikan tugas- tugas
pengarahan dan pengkoordinasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok
(Fiedler),
3. Kepemimpinan dalam organisasi-organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan
pembuatan keputusan-keputusan (Dubin),
4. Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengaruh terhadap dan di atas
pelaksanaan mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari suatu organisasi (Ketz dan
Kahn).
5. Kepemimpinan terjadi di dalam kelompok dua orang yang lebih, dan pada umumnya
melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku anggota kelompok dalam
hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan kelompok (House dam Baetz).

3
B. Pengertian dari Pemimpin Pendidikan
Menurut Charles W. Boardman bahwa seorang pemimpin pendidikan (sekolah) harus
memiliki beberapa keterampilan. Pertama, ia harus memiliki kemampuan mengorganisir
dan membantu staf dalam merumuskan perbaikan program pembelajaran. Kedua,
kemampuan memupuk kepercayaan diri guru-guru dan anggota staf sekolah. Ketiga,
kemampuan membangun kerja sama dalam pengembangan program supervisi. Keempat,
kemampuan mendorong para personalia sekolah agar turut berpartisipasi dalam usaha-
usaha mencapai tujuan sekolah yang telah dirumuskan. (Covey, Binapura Aksara)
Pemimpin mempunyai macam-macam pengertian dari para ahli. Berikut ini terdapat
beberapa definisi tentang pemimpin diantaranya:
Menurut Amirullah (2015:2) Dalam bahasa Indonesia "pemimpin sering disebut
penghulu, pemuka. pelopor. pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak. ketua,
kepala, penuntun, raja, tua-tua dan sebagainya. Istilah pemimpin, kepemimpinan dan
memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin". Namun demikian
ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu peran dalam
sistem tertentu: karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki
keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.
Menurut Hasibuan (2011:157) Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan
wewenang dan. kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab
atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Menurut Kartono (2010:18)
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain
untuk bersama- sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan.

C. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan


Menurut (Soetopo, 1988) ada dua fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan
dengan tujuan yang hendak dicapai antara lain:
1. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan tujuan yang hendak
dicapai antara lain :
a. Berpikir untuk merumuskan tujuan kelompok dan menjelaskan agar anggota dapat
bekerja sama mencapai tujuan itu
b. Memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk menemukan rencana
kegiatan kepemimpinan yang dapat memberikan harapan baik
4
c. Membantu anggota kelompok untuk mengumpulkan data yang perlu dicari agar
dapat mempertimbangkan dengan sehat
d. Menggunakan kesanggupan dan minat khusus dari anggota kelompok
e. Memberikan dorongan untuk tiap anggota agar dapat melahirkan peranan, pikiran,
dan memilih pikiran yang baik serta berguna dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh kelompok
f. Memberikan kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing demi
kepentingan bersama
2. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan penciptaan suasana
pekerjaan yang sehat, antara lain:
a. Memupuk dan memelihara tersedianya kerja sama di dalam kelompok demi
tercapainya tujuan bersama
b. Menanamkan dan memupuk perasaan pada tiap anggota melalui penghargaan
terhadap usaha-usahanya
c. Memberikan tempat kerja yang nyaman, baik ruangan, fasilitas, maupun situasi
d. Menggunakan kelebihan yang terdapat pada pimpinan untuk memberi sumbangan
dalam kelompok menuju pencapaian tujuan bersama

D. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan


Tipe kepemimpinan merupakan bentuk atau pola kepemimpinan dari seorang
pemimpin, yang didalamnya diimplementasikan beberapa perilaku atau gaya
kepemimpinan sebagai pendukungnya. Sementara gaya kepemimpinan merupakan
perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi fikiran, sikap, dan perilaku anggotanya.
Model ataupun jenis kepemimpinan dapat dilihat melalui bermacam-macam sudut
pandang ketika pemimpin tersebut sedang bertugas dalam organisasi. Sebab jenis
kepemimpinan tersebut merupakan pola yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut yang
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti nilai-nilai, persepsi, asumsi, kepribadian dan
sebagainya. (Sutrisno, 2009)
Kartono (2008:34) menyatakan gaya kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan,
tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam
berinteraksi dengan orang lain. Gaya kepemimpinan seseorang sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal.
5
Dalam ruang lingkup kajian kepemimpinan, paling tidak ada tiga tipe dan gaya
kepemimpinan yang paling mendasar, antara lain: kepemimpinan otoriter (authoritarian
leadership), kepemimpinan demokratis (democratic leadership), dan kepemimpinan bebas
(laissez faire leadership). Di samping itu juga masih ada beberapa tipe dan gaya
kepemimpinan, seperti: kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan paternalistik,
kepemimpinan ahli (expert), dan sebagainya.
1. Kepemimpinan Demokratis. Tipe kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya
partisipasi dalam penentuan tujuan serta perpaduan berbagai pendapat atau pikiran
untuk menentukan cara-cara terbaik dalam pelaksanaan pekerjaan. Tipe kepemimpinan
ini mendorong timbulnya inisiatif bawahan, di samping juga bersifat terbuka ditandai
dengan adanya proses pengawasan.
Tipe kepemimpinan demokratis ini hanya akan dapat diterapkan dalam lembaga yang
menerapkan sistem open management yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Adanya partisipasi bawahan dalam proses kelembagaan (social participation);
b. Adanya pertanggungjawaban dari pemimpin terhadap bawahan (social
responsibility)
c. Adanya dukungan terhadap pemimpin (social support)
d. Adanya pengawasan oleh bawahan terhadap pemimpinnya (social control).
2. Kepemimpinan Otoriter. Seorang pemimpin yang mempunyai tipe otoriter ini selalu
menganggap bahwa kekuasaan yang sah adalah miliknya, sehingga ia menganggap
bahwa hak untuk memerintah dan mengendalikan orang lain berada di tangannya.
Tipe kepemimpinan ini menghimpun sejumlah perilaku yang cenderung terpusat pada
pemimpin sebagai penentu kebijakan dalam melaksanakan tujuan organisasi. Dalam
melaksanakan pekerjaannya, seorang pemimpin yang otoriter menganggap bahwa tidak
perlu mengadakan konsultasi terlebih dahulu dengan orang lain, melainkan langsung
memerintahkan apa yang dikehendaki. Dengan demikian, tidak ada kesempatan yang
diberikan kepada bawahan untuk diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan.
Kebutuhan akan kekuasaan menjadi dominan pada seorang pemimpin, kewenangan
bawahan sangat kecil dalam menentukan kebijakan organisasi. Tipe kepemimpinan
otoriter cenderung menggunakan wewenang untuk melakukan doktrin dan intimidasi
pada bawahan, diikuti dengan mekanisme kontrol yang sangat ketat. Dalam konteks
ini, kondisi bawahan serta dinamika organisasi berada di bawah kendali pemimpin.
Pemimpin memiliki kekuasaan yang sangat besar, tidak ada alternatif bagi bawahan
selain tunduk pada otoritas pemimpin.
6
3. Kepemimpinan Bebas (laissez faire leadership). Tipe kepemimpinan ini berpandangan
bahwa bawahan/anggota sebuah organisasi dapat membuat keputusan secara mandiri,
serta dapat mengurus dirinya sendiri dengan sesedikit mungkin adanya pengarahan dari
pemimpin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Hubungan antara pemimpin dan bawahan sebatas penyampaian informasi dalam rangka
menyempurnakan tugas-tugas organisasi. Seringkali dalam tipe kepemimpinan laissez
faire ini, anggota diberikan kebebesan sepenuhnya dalam menjalankan aktivitas, tanpa
mekanisme kontrol yang ketat.
Pengawasan dari pimpinan diberikan jika dipandang perlu, sehingga pemimpin sering
berposisi sebagai penasehat. Kepemimpinan dijalankan sebagai upaya intensif dari
seorang pemimpin dalam mempengaruhi fikiran, sikap dan perilaku anggota. Tipe
kepemimpinan ini sangat bertolak belakang dengan tipe kepemimpinan otoriter.
4. Kepemimpinan Kharismatik (charismatic leadership). Tipe dan gaya kepemimpinan
kharismatik ini menekankan pada karakteristik dari kualitas pemimpin yang cukup
istimewa, sehingga mampu menciptakan kepatuhan dari para pengikutnya.
Kepemimpinan kharismatik dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang memiliki
kekuasaan yang kuat, serta dipercayai oleh pengikutnya berdasarkan wibawa dan daya
tarik yang dimiliki seorang pemimpin. Seorang pemimpin kharismatik mempunyai
dampak yang dalam dan tidak biasa terhadap pengikutnya, mereka merasakan bahwa
keyakinan pemimpin tersebut adalah benar, mereka menerima pemimpin tersebut tanpa
mempertanyakan lagi, mereka tunduk kepada pemimpin dengan senang hati, mereka
merasa sayang terhadap pemimpinnya dan terlibat secara emosional dalam misi
organisasi, mereka percaya bahwa dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan
misi, dan mereka memiliki tujuan-tujuan kinerja yang tinggi.
Kepemimpinan kharismatik memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bawahan
dengan mendayagunakan keistimewaan dan kelebihan melalui sifat pribadi pemimpin.
Perilaku pemimpin kharismatik memunculkan rasa hormat, segan dan patuh yang
sangat besar dari para pengikutnya. Karena pengaruh kepribadiannya, pemimpin
diterima sebagai orang yang patut diikuti dalam mewujudkan tujuan organisasi.
5. Kepemimpinan Kebapakan (paternalistic leadership). Paternalistik berarti kebapakan,
maka tipe kepemimpinan ini merupakan tipe kepemimpinan yang perannya diwarnai
oleh sikap kebapakan, dalam arti bersifat melindungi, mengayomi dan menolong
anggota organisasi yang dipimpinnya.

7
Pemimpin menjadi tempat bertumpu bagi para bawahannya dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang ada. Pemimpin yang memiliki tipe ini akan selalu berusaha
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan bawahan atau pengikutnya.
Kepemimpinan paternalistik lebih cenderung mengutamakan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi seorang pemimpin. Namun tipe ini hanya bisa diterapkan
dalam organisasi tertentu dengan kondisi tertentu pula, sebab dalam tipe atau gaya
kepemimpinan paternalistik ini terdapat kelemahan, yakni akan menghambat
kepercayaan diri sendiri pemimpin tersebut serta anggota atau bawahannya.
Tipe kepemimpinan ini banyak terjadi pada masyarakat agraristradisional. Menurut
Siagian popularitas seorang pemimpin ini banyak dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
lain:
a. Kuatnya ikatan primordial;
b. Extended family system;
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik;
d. Peran adat istiadat yang sangat kuat dalam masyarakat;
e. Hubungan pribadi dan rasa hormat yang tinggi pada orang tua.
6. Kepemimpinan Ahli (expert leadership). Tipe dan gaya kepemimpinan ini didasarkan
pada keahlian atau keterampilan tertentu yang dimiliki oleh seorang pemimpin sesuai
dengan bidang tugas yang dijalankan. Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki
profesionalisme yang diperoleh baik dari jenjang pendidikan tertentu maupun dari
pengalaman pribadi seorang pemimpin. Keahlian tersebut dalam realitasnya dapat
digunakan dalam membimbing dan mengarahkan orang lain dalam melaksanakan
pekerjaan serta memecahkan masalah-masalah.

E. Syarat-Syarat untuk Menjadi Pemimpin Pendidikan


Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan antara lain:
1. Rendah hati dan sederhana.
2. Bersifat suka menolong.
3. Sabar dan memiliki kestabilan emosi.
4. Percaya kepada diri sendiri.
5. Jujur, adil, dan dapat dipercaya.
6. Keahlian dalam jabatan.
7. Keterampilan dalam memimpin.

8
Menurut (Kartono, 2004) mengemukakan bahwa syarat-syarat pemimpin itu ada 3 hal
diantaranya yaitu :
1. Mempunyai kekuasaan, otoritas, dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu
2. Mempunyai kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, dan keutamaan sehingga bisa
mengatur orang lain agar patuh pada pemimpin serta berusaha melakukan perbuatan
tertentu
3. Mempunyai kemampuan, kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan sosial tinggi yang
bisa dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

F. Apa saja Pendekatan Tentang Teori Munculnya Pemimpin


1. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat berusaha memahami kepemimpinan berdasarkan keyakinan bahwa
pemimpin yang baik dilahirkan dengan “sifat bawaan”, baik sifat fisik maupun
kepribadian. Stogdill (dalam Smyth, 1989; Watkins, 1992; dan Dunford, 1995)
menyebutkan bahwa karakteristik fisik dan kepribadian pemimpin antara lain: usia,
penampilan, lancar dalam berbicara, kecerdasan, energi, dominasi, kepercayaan diri,
ekstrovert, rasa pencapaian. , dan terkait dengan kepemimpinan yang efektif. Adapun
Yukl (1989), pemimpin yang sukses memiliki kemampuan yang luar biasa seperti:
energi yang tidak terbatas, intuisi yang tajam, wawasan yang sangat luas, dan
pengaruh/persuasi yang tidak dapat ditolak.
Sifat - sifat yang dapat membentuk kepemimpinan yang efektif menurut paparan dari
Gibson, Ivancevich, dan Donnelly ( 2000) dan Hoy dan Miskel (2008) sebagai berikut:
Kepribadian :
• Tingkat semangat
• Percaya diri
• Tahan stress
• Kedewasaan emosi
• Integritas
• Ekstroversi

9
Motivasi
• Orientasi kekuasaan tersosialisasi
• Kebutuhan berprestasi kuat
• Kurang memerlukan afiliasi
• Kebanggan diri

Keterampilan
• Hubungan antar pribadi
• Kognitif
• Teknis
• Konseptual

Ciri-ciri pemimpin yang disebutkan di atas dianggap lebih bersifat "maskulin atau
maskulin", sehingga dikritik karena bias gender. Selain itu, ratusan upaya penelitian telah
gagal untuk mengidentifikasi ciri-ciri yang memastikan keberhasilan kepemimpinan (Yukl,
1989; dan Smyth, 1989). Dalam hal ini, ajaran "sastra cetha" dan "astha brata" (delapan
kebajikan) yang dijelaskan oleh R.Ng Yosodipuro sangatlah penting (dalam Suyami, 2008).
Sastra Cetha adalah ajaran yang diturunkan Raden Rama kepada adiknya Prabu Dasarata
tentang tata cara memimpin pemerintahan. Ajaran astha brata berisi petuah Raden Rama
kepada Gunawan Wibisana ketika diangkat menjadi raja menggantikan kakaknya
(Rahwana) untuk memimpin Alengka.

Dalam dua ajaran ini dijelaskan bahwa raja (pemimpin) harus memahami tiga tingkatan
nilai perbuatan yaitu nistha (hina), madya (sedang) dan utama (terbaik). Perbuatan hina
harus dihindari, perbuatan madya cukup diketahui saja, dan perbuatan utama wajib
dilakukan. Contoh perbuatan utama adalah menerapkan perilaku delapan dewa dalam
memimpin pemerintahan, yaitu:

1) Dewa indra, bersifat pengasih dan penyayang, cinta pada seni dan keindahan.
Disimbolkan sebagai halilintar. Maka para pemimpin harus bersikap dan berlaku adil
tanpa memihak atau pilih kasih, memperluas kesejahteraan ke semua warga negara,
baik rakyat biasa maupun pejabat.
2) Dewa Yama, bekerja keras untuk membasmi semua kejahatan dan menjaga
kesejahteraan rakyat. Semua kejahatan dihukum sesuai dengan kesalahannya, tanpa
memandang ras, baik yang dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain. Disimbolkan

10
sebagai tahanan yang dihukum. Dalam kaitan ini, sifat pemimpin harus tegas dalam
membasmi kejahatan.
3) Dewa Surya, dalam melakukan perbuatan baik, menyusup perlahan-lahan secara halus
hingga menyentuh perasaan, sehingga menimbulkan rasa sejuk. Simbol dari sifat ini
adalah matahari, yang menerangi dunia dan memberikan perkembangan kehidupan dan
kesehatan bagi semua makhluk. Untuk itu pemimpin harus sabar dalam mencapai
tujuannya (“tan galak nutut sakarsa”), atau tidak perlu marah ketika memberi perintah.
4) Dewa Candra, bertutur kata lembut dan selalu tersenyum dalam segala tindakannya.
Disimbolkan sebagai bulan, bersama bintang (kartika) memberikan penerangan di
malam yang gelap. Dia berusaha untuk peduli terhadap dunia dengan sepenuh hati dan
selalu ramah, toleran dan rendah hati.
5) Dewa Bayu dapat memahami isi dunia dan hakikat segala sesuatu melalui pengamatan
tanpa jarak dan tanpa aba-aba, sehingga mengetahui pikiran, hati, perbuatan atau
tingkah lakunya. Dilambangkan sebagai angin (pawana), itu mencerminkan karakter
keberanian, kekuatan, keteguhan, kesucian, kesederhanaan, ketenangan dan keganasan.
Untuk itu, pemimpin harus peduli atau ngemong (care) terhadap pegawainya, terutama
kesejahteraannya ("lampah susila arya, wus kakenan jagad kautamanipun"), yang
dengan mudah memberdayakan mereka.
6) Dewa Kuwera, bersifat jujur dan amanah, mengikuti aturan yang ditetapkan, dan
berbakti kepada kemanusiaan. Dalam hal ini, menjadi seorang pemimpin harus jujur,
tegas, suka menolong dan amanah dengan mengikuti aturan.
7) Dewa Baruna yang selalu menjunjung tinggi hati nuraninya dan mengusahakan
keselamatan dunia, memandang dan menyelesaikan segala persoalan dengan sangat
hati-hati. Disimbolkan sebagai samudra, siap menampung semua sungai. Untuk itu,
pemimpin harus berpegang teguh pada kebajikan, siap menampung permasalahan
karyawan, dan berusaha mengubah hal buruk menjadi hal baik.
8) Dewa Brama, adalah panglima perang ulung dengan kata “api” yang tugasnya mencari
nafkah untuk semua lapisan masyarakat, baik pejabat maupun rakyat biasa (“ngupa
boga sawadyane gung alit”). Jadi pemimpin harus memiliki semangat berjuang yang
mulia, memahami kemauan bawahannya, bekerja sama dan menghadapi ancaman dan
tantangan bersama warganya untuk mencapai kesejahteraan.

11
2. Pendekatan Gaya
Teori tentang gaya kepemimpinan berusaha untuk mengkaji perilaku atau tindakan
pemimpin dalam hal mempengaruhi dan/atau mendorong pengikutnya untuk mencapai
tujuan mereka. Perilaku dan tindakan tersebut pada dasarnya dapat dipahami sebagai
dua hal yang berbeda tetapi saling terkait, yaitu (1) fokus pada penyelesaian tugas
(pekerjaan) atau fokus tugas/produksi; (2) fokus pada orang-orang yang melakukan
tugas/pekerjaan pembinaan pekerjaan (orang/ berpusat pada karyawan).
House & Mitchell (Gibson, Ivancevich, & Donnelly, 2000) mengembangkan Path Goal
Theory. Menurut teori ini, pemimpin harus meningkatkan jumlah dan jenis penghargaan
yang tersedia bagi karyawan; kemudian memberikan instruksi dan panduan yang
menjelaskan cara mendapatkan penghargaan. Berdasarkan tindakan pimpinan dalam
memotivasi dan memberikan penjelasan kepada pegawai maka dikenal adanya
kepemimpinan directive, supportive, participative, dan achievement oriented.
• Kepemimpinan direktif, yaitu dimana pemimpin memberikan arahan tentang
sasaran, target dan cara-cara untuk mencapainya secara rinci dan jelas, tidak ada
ruang diskusi dan partisipasi karyawan.
• Kepemimpinan suportif, yang melihat pemimpin sebagai "teman" untuk bawahan
dengan memberikan dukungan material, finansial, atau moral, serta peduli tentang
kesejahteraan karyawan.
• Kepemimpinan partisipatif, yaitu dimana masukan dan saran dari karyawan
diminta dan digunakan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan, tetapi
keputusan dan wewenang tetap berada di tangan pemimpin.
• Kepemimpinan berorientasi prestasi, ditunjukkan oleh pemimpin yang menuntut
kinerja tinggi, menetapkan tujuan yang menantang, berimprovisasi dan
menunjukkan kepercayaan pada kemampuan karyawannya untuk memenuhi
standar kinerja yang tinggi.

3. Pendekatan Kontingensi
Tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara menurut hemat penulis adalah
lahirnya teori kepemimpinan yang termasuk dalam kategori kontingensi. Dengan tiga
metode pengajaran “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani”, dijelaskan bahwa pemimpin harus mampu memanfaatkan keadaan dengan
sebaik-baiknya, yaitu apabila di depan pemimpin harus memberikan keteladanan,

12
apabila di tengah-tengah para bawahan, pemimpin harus membangun kemauan atau
semangat karyawan, dan apabila di belakang, para pemimpin harus memberikan
motivasi tiada henti kepada para karyawannya.
Pada perkembangan selanjutnya muncul teori kepemimpinan transaksional dan
kepemimpinan transformasional. Menurut Burns (Dunford, 1995), "kepemimpinan
transaksional ditandai dengan menetapkan tujuan misi, menyediakan sumber daya
untuk mencapai tujuan tersebut, dan penghargaan terhadap kinerja".
Kepemimpinan transformasional merupakan perluasan dari kepemimpinan
transaksional, yang lebih dari pertukaran dan kesepakatan. Hoy dan Miskel (2008)
berpendapat bahwa pemimpin transformasional bersifat proaktif, meningkatkan
kesadaran bawahan untuk menginspirasi kepentingan kolektif, dan membantu bawahan
mencapai hasil kinerja yang sangat tinggi. Selanjutnya, Gibson, Ivancevich, dan
Donnelly (2000) menjelaskan bahwa pemimpin transaksional menyesuaikan berbagai
tujuan, arah, dan tugas untuk alasan praktis. Di sisi lain, kepemimpinan
transformasional melakukan perubahan signifikan terhadap: misi unit kerja atau
organisasi atau unit kerja, cara pelaksanaan kegiatan, dan pengelolaan sumber daya
manusia untuk mencapai misi yang telah ditetapkan.
Kouzes dan Posner (Dunford, 1995) mencirikan proses kepemimpinan transformasional
sebagai berikut.
1) Menantang praktik atau cara kerja yang ada
2) Menginspirasi suatu visi bersama.
3) Berdayakan karyawan untuk mengambil tindakan.
4) bertindak sebagai "model berjalan"
5) Meningkatkan tekad.

13
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seorang nahkoda yang
menentukan arah kelompok atau organisasi, kehadiran pemimpin juga menentukan
Transformasi suatu organisasi. Seorang pemimpin pendidikan harus memiliki beberapa
keterampilan diantaranya adalah kemampuan mengorganisir dan membantu staf dalam
Perumusan perbaikan program pelajaran dan kemampuan memupuk kepercayaan diri guru
guru dan anggota staf sekolah. Fungsi dari kepemimpinan pendidikan adalah untuk
merumuskan tujuan kelompok agar anggota dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
ditentukan dan memberi dorongan kepada anggota kelompok untuk menemukan rencana
kegiatan kepemimpinan, membantu anggota kelompok untuk mengumpulkan data yang perlu
dicari, menggunakan kesanggupan dan minat khusus dari anggota kelompok, Serta
memberikan kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam
melaksanakan tugasnya. Ada beberapa tipe kepemimpinan yaitu kepemimpinan demokratis,
kepemimpinan otoriter, kepemimpinan bebas, Kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan ke
bapakan, kepemimpinan ahli. Beberapa syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan antara lain
rendah hati dan sederhana, bersifat suka menolong, sabar, percaya diri, jujur adil, ahlian dalam
jabatan, dan keterampilan dalam memimpin. Menurut Ki Hajar Dewantara lahirnya teori
kepemimpinan yang termasuk dalam kategori county Gensi dengan tiga metode Pengajaran ”
Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, Yang berarti kan bahwa
pemimpin harus mampu memanfaatkan keadaan dengan sebaik-baiknya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. (2013). Efektifitas Kepemimpinan Transformasi Pesantren Bagi Peningkatan Mutu


Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Kependidikan, 101.
Afriansyah, H. (2019). Kepemimpinan Pendidikan.
Alfia Miftakhul Jannah, I. H. (2021). KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DALAM
PENDIDIKAN DI INDONESIA. ALSYS : Jurnal Keislaman dan Ilmu
Pendidikan, 138-150.
Amirullah. (2015). Kepemimpinan & Kerjasama Tim. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Covey, S. R. (Binapura Aksara). Kepemimpinan Berprinsip. Jakarta: 1997.
Dunford, R. W. (1995). Organisational Behaviour: An Organisational Analysis Perspective.
Sydney: Addison-Wesley Publishing Company.
Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donnelly, James H. (2000). Organizations:
Behavior, Structure, Processes. Boston: Irwin McGraw-Hill.
Hasibuan. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hoy, W.K. and Miskel, C.G. (2008). Educational Administration: Theory, Research, and
Practice. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Kartono, K. (2004). Pemimpin dan Kepeminpinan. Jakarta: Raja .
Kartono, K. (2008). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja. Grafindo Persada.
Kartono, Kartini Dr. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Muhammad Tahajjudi Ghifary, S. (2019). TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP FROM
THE EDUCATIONAL PARADIGM ON THE PANDEMIC ERA. Jurnal
Education, Sustainability & Society (ESS), 5-9.
Purwanto, N. (2008). Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Smyth, J. (. (1989). Critical Perspectives on Educational Leadership. London: The Palmer
Press.
Soetopo, H. D. (1988). Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.
Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.
Suyami. (2008). Konsep Kepemimpinan Jawa Dalam Ajaran Sastra Cetha dan Astha Brata.
Yogyakarta: Kepel Press.
Yukl, G. A. (1989). Leadership in Organizations. Ed.New Jersey: Prentice-Hall International.

15

Anda mungkin juga menyukai