FIKRIYA HAFNI
IKA PURWANINGSIH
IRA AFRILLA
LAILAN TAHURA
HARIS ABDILLAH
M.FAHMI ADAM
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami curahkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita banyak nikmat yang tak terhingga banyaknya, Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat berangkaikan salam kita
junjung tinggikan ke Ruh Baginda Rasulullah SAW yang selalu kita harap –
harapkan syafaatnya hingga di yaumil akhir kelak nanti.
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Kepemimpinan Pendidikan Islam yang telah mempercayakan dan memberikan
arahan , bimbingan, dan juga waktu dalam penyusunan dalam makalah ini. Tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan Mahasiswa dan
juga semua pihak – pihak yang telah ikut berpartisipasi membantu dalam
penyusunan makalah ini. kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan dan juga kesalahan. Baik dalam pengejaan dan juga kesalahan –
kesalahan lain. Mengingat akan pengetahuan penyusun yang masih terbatas. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritikan, saran, dan masukan – masukan yang
bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini dan makalah – makalah
berikutnya yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Said Agil Husin al-Munawwar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
(Ciputat, PT. Ciputat Press, 2005), hal 193
2
Muhammad Fuad 'Abd Al Baqi, Al-Mu'jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-Qur’an Al-
Karim, (Kairo: Dar Al-Kutub al-Mishriyyah, 1364 H), hal 238-241
3
Ibid.hal 194
1
menggunakan pendekatan tafsir al-Qur’an, dan obyek kajian pustaka inti
pada tafsir Fatḥ al-Qadīr karya Imam asy-Syawkani.
Sudah lama umat Islam yang mayoritas penduduk di Indonesia
mendambakan kepemimpinan Islami di dalam level kehidupan bernegara
dan bermasyarakat. Meskipun di Indonesia ini kaum muslimin merupakan
mayoritas, namun sikap Islami dalam kepemimpinan belumlah tampak
dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita dapat dengan mudah melihat
tampilannya pemimpin muslimin yang tidak amanah, bahkan terseret dalam
pola politik “ menghalalkan segala cara”.4
Sejarah awal mula Islam memberikan warna baru terhadap
peradaban dunia khususnya peradaban Timur tengah, pemimpin dan para
ilmuan yang selalu berpegang teguh pada al-Qur’an maka akan terlihat
betapa al-Qur’an memiliki peran yang sangat signifikan. Pada masa
Abasiyah sekitar abad pertengahan banyak keilmuan yang berkembang,
para ilmuan sains, kedokeran, matematika dan keilmuan lainnya karena al-
Qur’an menjadi dasar pemikiran mereka. Oleh karena itulah penyusun
merasa tertarik untuk mengangkat tema kepemimpinan Islam sesuai dengan
teori yang dikemukakan dalam tafsir Fatḥ al-Qadīr sehingga diperoleh
kriteria yang ideal dalam kepemimpinan Islam sesuai dengan al-Qur‟an
yang dikaji melalui tafsir Fatḥ al-Qadīr.
B. Rumusan Masalah
4
Mahdi Zainuddin, Studi Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta: al-Muh}sin 2002), hal 7
2
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Jika kita mengartikan kata pemimpin dalam bahasa indonesia
“pemimpin” sering disebut penghuhlu, pemuka, pelopor, pembina, panutan,
pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, peruntun, raja, dan
sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil
penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya
mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Pemimpin adalah suatu
lakon/peran dalam sistem tertentu, karenanya seseorang dalam peran formal
belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin. Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan
keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang,
oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan
pemimpin.5
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh
oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari
ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusanya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia.6
Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap
usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Tanpa
kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan perseorangan dan
5
Jarwanto, Pengantar Manajemen (3 IN 1), Mediatera, Yogyakarta, 2015, hal. 92
6
Ibid. Hal.93
4
tujuan organisasi mungkin menjadi renggang (lemah). Keadaan ini
menimbulkan situasi dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan
pribadinya. Sementara itu keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien
dalam pencapaian sasaransasarannya.
Oleh karena itu kepemimpinan sangat diperlukan jika suatu
organisasi ingin sukses. Jadi, organisasi perusahaan yang berhasil memiliki
satu sifat umum yang menyebabkan organisasi tersebut dapat dibedakan
dengan organisasi yang tidak berhasil sifat dan cara umum tersebut adalah
kepemimpinan yang efektif.
Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budaya. Selain itu
juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para
pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan
dukungan kerja sama orangorang diluar kelompok dan organisasi.
Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan
dan memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat sarana, proses
untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela
atau suka cita. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakan orang yaitu
ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan.
5
dalammasyarakat Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-
Nisa ayat 59 yang berbunyi:
7
Departemen Agama Republik Indonesia Al-Qur’an dan Terjemahnya, Diponegoro,
Bandung, 2010, hal. 80
8
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, Rineke Cipta, Jakarta, 2004, hal. 182
9
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer, PT Raja Grafindo Persada , Jakarta , 2006, hal.137
6
strategi dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh umat dalam segala
posisi kehidupan untuk menentukan langkah sejarah. Untuk itu
kepemimpinan sangatlah mempengaruhi bagi kesejahteraan umat, apakah
akan mencapai suatu kejayaan atau bahkan suatu kemunduran. Karena
bukan rahasia umum lagi bahwa Islam pernah mencapai suatu masa
kejayaan ketika abad-abad perkembangan awal Islam.
10
Islam, R. D. (2022). 8 Dasar Kepemimpinan Dalam Islam. Dipetik Oktober 13, 2022,
dari Dalam Islam: https://dalamislam.com/dasar-islam/dasar-kepemimpinan-dalam-islam
11
Ibid.
7
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah
sebenar-benarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kalian mati
melainkan dalam keadaan memeluk agama Islam.”
Sama dengan cara menguatkan iman dan taqwa, dasar atas taqwa
disini memiliki unsur takut kepada larangan Allah SWT hingga
nantinya ia selalu menjaga bagaimana ia berbuat dan menjaga
perilakunya dengan baik. Selalu mengamalkan tentang hari akhir dan
selalu memiliki rasa Qinaah atau rela dengan sesautu walaupun hanya
terlihat sedikit dimata manusia.
2. Tanggung Jawab
Kepemimpinan adalah dasar dari sebuah tanggung jawab. Seperti
yang dinyatakan di dalam Surat An-Nahl Ayat 93 :
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu
umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu
kerjakan”. (16: 93)
Seperti yang dinyatakan di dalam ayat alqur’an akan tanggung
jawab, maka menjadi pemimpin berarti akan memikul tanggung jawab
tidak hanya di dunia namun di akhirat kelak. Karena setiap pemimpin
nantinya akan dimintai pertanggung jawaban mereka nantinya.
8
dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”
4. Adil
Pemimpin yang bertaqwa maka akan selalu berlaku adil terhadap
apapun. karena sikap ini adalah sikap yang terpuji dan sangat disukai
oleh Allah SWT seperti yang tercantum di dalam Surat An-Nahl Ayat
90-92:
9
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha Melihat.”
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak
gerik yang bagus kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Gaya
kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seseorang pemimpin,
baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.12
Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten
dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku
seseorang. Gaya kepemimpinan menunjukan, secara langsung maupun
tidak langsung, tentang keyakinan seseorang pimpinan terhadap
kemampuan karyawannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan
strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap
yang diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi
karyawannya.
Gaya kepemimpinan merupakan perilaku dasar dari seorang
pemimpin dalam menggerakkan karyawannya, gaya kepemimpinan yang
paling ideal adalah gaya kepemimpinan yang bertumpu pada tauladan bukan
pada perkataan dan perintah. Manajemen merupakan dari gaya
kepemimpinan. Banyaknya para teoritis manajemen menggambarkannya
pengertian dengan berbagai gaya.13
Dalam sejarah konsep kepemimpinan islam sebagaimana nabi
Adam AS memimpin Hawa dan keturunannya setelah diusir dari surga.
12
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi., Rajawali Pers, Jakarta, 2012,
Hlm.42
13
Ibid.
10
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah yang
menyampaikan ajaran – ajaran islam, beliau selalu mengimplementasikan
prinsip kepemimpinan yang baik, yang dimana dalam memimpin selalu
melakukan musyawarah bersama, menghargai orang lain, mementingkan
kepentingan umat. Mengenai kepemimpinan Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban
atas kepemimpinannya. Seorang amir yang mengurus keadaan rakyat
adalah pemimpin. Ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang
rakyatnya. Seorang lakilaki adalah pemimpin terhadap keluarganya di
rumahnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya. Ia akan
diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang hamba
adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia kan diminta
pertanggungjawaban tentang harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua
adalah pemimpin dan semua akan diminta pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya” (HR Muslim, 1983:1460, Hadits No.1829 kitab al-
Imarah, Jilid III)
Ada tiga pokok yang terdapat dalam hadits ini, yang pertama yaitu
pemimpin, dimana pemimpin ini harus mampu memimpin dirinya sendiri,
memimpin diri sendiri artinya jika kita hendak menyuruh orang lain, maka
kita harus terlebih dahulu melakukannya, dan sebaliknya jika kita hendak
melarang orang lain maka sebaiknya kita juga tidak melakukannya. Kedua
yaitu kepemimpinan,kepemimpinan merupakan seni dalam mempengaruhi
orang lain, dimana agar orang lain dengan merasa tidak perkasa untuk
melakukan hal yang diinginkan oleh seorang pemimpin. Yang ketiga adalah
pertanggung jawaban, dimana sebagai seorang pemimpin tentu saja ada
resiko yang harus dipertanggung jawabkan, dengan kata lain sekecil apapun
tindakan akan dipertanggung jawabkan. Dalam sebuah organisasi gaya
kepemimpinan islam dapat disimpulkan sebagai gaya seorang pemimpin
yang memiliki sikap yang berlandaskan akan kebenaran, dapat dipercaya,
cerdas dan bertanggung jawab.
11
Seseorang bisa disebut pemimpin jika dalam dirinya terdapat tiga
unsur, yaitu: (1) Adanya tujuan yang menggerakkan manusia; (2) Adanya
sekelompok orang; (3) Adanya pemimpin yang mengarahkan dan
memberikan pengaruh kepada manusia. Berdasarkan tiga kriteria itu dapat
dikatakan bahwa kepemimpinan terkait adanya kesamaan tujuan yang ingin
dicapai oleh sekelompok orang dan untuk mencapai hal itu diperlukan
seseorang yang bisa mengarahkan dan memberikan pengaruh kepada
orangorang yang dipimpin. Artinya, kepemipinan harus ada wadah di mana
masalah itu bisa dijalankan di samping keberadaan pemimpin dan orang-
orang yang dipimpin juga sangat menentukan.
Bagaimana dengan Nabi Muhammad saw dan sahabat beliau (Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali). Berkaitan dengan itu, jika merujuk kepada tiga
kriteria tersebut baik Nabi maupun sahabatnya bisa dikatakan sebagai
pemimpin. Nabi, khususnya, tidak hanya bertindak seperti da`i yang
bertindak sebagai penyeru manusia, tapi beliau juga berdasarkan risalah
yang dibawa berhasil membangun kesamaan tujuan dalam rangka
membangun masyarakat Islam terutama yang ada di Madinah ketika itu.
Sehingga, berdasarkan fakta tersebut berhasil memimpin orang-orang Arab
yang beralih menjadi muslim untuk membangun masyarakat yang
kemudian dikenal sebagai negara Madinah. Begitu juga dengan sahabat
Rasulullah saw seperti Abu Bakar, Umar, `Utsman, dan Ali, mereka adalah
pemimpin, karena selain ada masyarakat yang dipimpin wadah
kepemimpinan (negara) sudah ada. Ajaran Islam mengatakan bahwa pada
dasarnya setiap individu adalah seorang pemimpin, sebagaimana dalam
sebuah hadits disampaikan bahwa:
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
“Setiap dari kalian adalah pemimpin (pemelihara) dan setiap dari kalian
akan dimintai pertanggungjawaban…”
Sesungguhnya semua orang adalah pemimpin, sebagaimana
ditegaskan dalam hadis di atas. Mulai dari tingkatan pemimpin rakyat
(pemerintah) sampai pada tingkatan kepemimpinan di rumah tangga.
12
Bahkan dalam klausa hadits kullukum ra'in tersirat bahwa kepemimpinan
itu berlaku pula dalam setiap individu untuk memimpin, mengarahkan, dan
menuntun dirinya pada jalan kebaikan dan kebenaran. Paling tidak setiap
individu harus mengendalikan hawa nafsu, dan mengontrol perilaku atau
anggota badannya, yang kesemuanya itu kelak harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.14
14
Fridyanto, Konsep Kepemimpinan Dalam Islam. (Medan: Al-Hadi Volume V No. 01
Juli-Desember 2019) Hal. 1025-1026.
15
Miftah Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen(Jakarta : CV. Rajawali,1985)Hal.47
13
Pemimpin jenis ini selalu menerapkan komunikasi satu arah dengan
menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan anggota staf serta bilamana,
diman, dan bagaiman cara pelaksanaannya. Dan ada pula pemimpin yang
cenderung berperilaku sportif / hubungan (Suportive / Relationship
behavior), yaitu pemimpin tersebut menerapkan komunikasi dua arah
dengan memberikan dukungan sosio-emosional (Socioemotional suport),
sambaran-sambaran psikologis / semangat (psychological strokes), dan
pemudahan perilaku (Facilitating behaviors).
Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan seorang pemimpin adalah
apabila ia dapat mengidentifikasikan tingkat kedewasan individu atau
kelompok bawahan yang hendak ia pengaruhinya, dan menerapkan gaya
kepemimpinan yang sesuai. Dengan kata lain, efektifitas seseorang menajer
dalam memimpin bawahannya banyak tergantung dari situasi dan
kematangan bawahannya, tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik
dan tidaklah tepat menerapkan gaya kepemimpinan yang sama p-ada setiap
saat / situasi yang di hadapinya. Konsep kepemimpinan situasional ini telah
dapat membekali manager dengan pedoman untuk menentukan hal-hal yang
perlu mereka lakukan terhadap bawahan dalam berbagai situasi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA