Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KONSEP KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

KELOMPOK 10

1. YENI WULANDARI ( 222721010587 )


2. YESSY ANGGUMAN ( 222721010086 )
3. YUSMANIAR ( 222721010114 )

DOSEN PEMBIMBING
DR. UNTUNG SUNARYO, M.PD

KONSENTRASI DASAR DASAR MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM

KELAS I

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM IAI ANNUR


LAMPUNG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung, 13 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………..

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang …………………………………………………………...

B. Pokok Pikiran……………………………………………………………..

Bab II Pembahasan

Konsep Kepemimpinanpendidikan Dalam Perspektif Islam…………………..


A. Hakikat kepemimpinan berdasarkan islam……………………………
B. Hukum dan Tujuan menegakkan kepemimpinan……………………….
C. Kriteria Pemimpin yang ideal dalam Islam…….………………………
D. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Islam

Bab III Simpulan …………………………………………………………………

Daftar Pustaka…………………………………………………………………….

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam
kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis
anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup
perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan
menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Tidak hanya lingkungan yang
perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusia pun perlu dikelola dengan baik.
Apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam suku, budaya, dan
agama, sehingga sangat menjunjung tinggi pluralisme. Walaupun mayoritas warga
negara Indonesia adalah beragama Islam, namun tidak semudah itu konsep islam dapat
berkembang luas disetiap daerah di Indonesia. Pancasila sebagai ideologi Bangsa
Indonesia memang sudah merujuk pada prinsip-prinsip islam dan sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Apabila konsep islam tersebut di paksakan, besar adanya
peperangan antar agama, jika terjadi demikian maka misi islam sebagai agama yang
rahmatan lil alamin bisa dikatakan gagal.

Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa
pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik.
Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.Seorang pemimpin yang menanamkan syariat – syariat Islam,
yakni sesuai dengan Al Quran dan Hadits.

1
Dalam pandangan islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggung jawab yang
tidak hanya dipertanggung jawabkan kepada para anggota yang dipimpin, namun juga
akan dipertanggungjawabkan secara langsung dihadapan Allah SWT.

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu HakikatHakikat kepemimpinan berdasarkan islam

2. Hukum dan Tujuan menegakkan kepemimpinan

3. Kriteria Pemimpin yang ideal dalam Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Kepemimpinan berdasarkan Islam


Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan istilah khilafah, imamah, dan
ulil amri juga ada istilah ra’in. Kata khalifah mengandung makna ganda. Di satu
pihak khalifah diartikan diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan
kerajaan islam di masa lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannnya sama
dengan sulthan. Selain itu dikenal pula istilah khalifatur Rasul atau khalifatun
nubuwwah yaitu pengganti Nabi sebagai pembawa risalah atau syariat, memberantas
kedhaliman dan menegakkan keadilan. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 30
berikut :

Artinya :

Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau
hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan
darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia
berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Dari firman Allah SWT tersebut dijelaskan bahwasanya tidak sekedar menunjuk
pada para khalifah pengganti Rasulullah, tetapi adalah penciptaan manusia yang
diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Tugasnya adalah menyeru dan menyuruh
orang lain berbuat amar ma’ruf nahi munkar.

3
Dalam surat Yunus ayat 4 dijelaskan bahwa perbuatan manusia yang disebut
kepemimpinan tidak pernah lepas dari perhatian dan penilaian Allah. Oleh karena
itu secara spiritual kepemimpinan harus diartikan sebagai kemampuan
melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah baik secara bersama-sama
maupun perseorangan. Kepemimpinan dalam arti spiritual tiada lain daripada
ketaatan atau kemampuan mentaati perintah dan larangan Allah dan RasulNya dalam
semua aspek Kehidupan.
Dalam pengertian spiritual ini kita dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan
Islam secara mutlak adalah bersumber dari Allah yang telah menjadikan manusia
sebagi khalifah di bumi sehingga dimensi control tidak terbatas pada
interaksi antara yang memimpin dengan yang dipimpin, tetapi baik antara
pemimpin dan yang dipimpin harus sama-sama mempertanggung jawabkan amanah
yang diembannya sebagai seorang khalifah di bumi.
Secara empiris kepemimpinan merupakan proses, yang berisi rangkaian
kegiatan yang saling mempengaruhi, berkesinambungan dan terarah pada satu
tujuan. Rangkaian kegiatan itu berwujud kemampuan mempengaruhi dan
mengarahkan perasaan dan pikiran orang lain agar bersedia melakukan sesuatu yang
diinginkan pemimpin dan teraah pada tujuan yang telah disepakati bersama.

B. Hukum dan Tujuan menegakkan kepemimpinan


Pemimpin dan kepemimpinan merupakan persoalan keseharian dalam kehidupan
bermasyarakat, berorganisasi / berusaha, berbangsa dan bernegara. Kemajuan dan
kemunduran masyarakat, organisasi, usaha, bangsa dan megara antara lain
dipengaruhi oleh para pemimpinnya. Oleh karena itu sejumlah teori tentang
pemimpin dan kepemimpinanpun bermunculan dan kian berkembang.
Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan
pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya.
Beberapa pedoman atau panduan telah digariskan untuk melahirkan kepemimpinan
yang diridai Allah SWT, yang membawa kemaslahatan, menyelamatkan manusia di
dunia dan akhirat kelak.

4
Sejarah Islam telah membuktikan pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah
wafatnya Baginda Rasul. Para sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan
dalam melantik pengganti beliau dalam memimpin umat Islam. Umat Islam tidak
seharusnya dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada
Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan
tanpa taat”.
Hukum menegakkan kepemimpinan dalam islam dapat dilihat dari Al quran dan
hadits :
a. Kepemimpinan Islam dalam Prespektif Al Quran
Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati
oleh setiap umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini,
meskipun Indonesia bukanlah negara Islam. Allah SWT telah memberi tahu
kepada manusia, tentang pentingnya kepemimpinan dalam islam, sebagaimana
dalam Al-Quran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah
kepemimpinan.

ِ ُ‫ض َخلِيفَةً قَالُوا أَت َ ْج َع ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِس ُد فِي َها َو َي ْس ِفك‬


ُ‫الد َما َء َونَحْ ن‬ ِ ‫َو ِإ ْذ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم ََلئِ َك ِة ِإنِي َجا ِع ٌل فِي األ َ ْر‬
َ ‫ِس لَكَ قَالَ ِإنِي أ َ ْعلَ ُم َما‬
30:‫ال ت َ ْع َل ُمونَ (البقرة‬ ُ ‫س ِب ُح ِب َح ْمدِكَ َونُقَد‬ َ ُ‫ن‬
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al
Baqarah: 30)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) adalah pemegang mandat
Allah SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di muka bumi.
Ingat komunitas malaikat pernah memprotes terhadap kekhalifahan manusia
dimuka bumi.

5
ِ َّ ‫الرسُو َل َوأُولِي األ َ ْم ِر مِ ْنكُ ْم فَإ ِ ْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِي ش َْيء َف ُردُّوهُ إِلَى‬
‫َّللا‬ َّ ‫َّللا َوأَطِ يعُوا‬ َ َّ ‫يَاأ َيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا أَطِ يعُوا‬
59:‫سنُ تَأ ْ ِويَلًًً (النساء‬ َ ْ‫اآلخ ِر ذَلِكَ َخي ٌْر َوأَح‬ ِ ‫اَّلل َو ْاليَ ْو ِم‬
ِ َّ ِ‫الرسُو ِل إِ ْن كُ ْنت ُ ْم تُؤْ ِمنُونَ ب‬
َّ ‫َو‬
Artinya : ” Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS An-Nisa: 59). Ayat ini menunjukan ketaatan kepada ulil amri
(pemimpin) harus dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT dan rasulnya.
Yahya (2004:14) mengkaji ayat ini dengan berpendapat bahwa Kata “al-amr”
dalam ayat itu artinya: urusan, persoalan, masalah, perintah. Ini menunjukan
bahwa pemimpin itu tugas utamanya dan kesibukan sehari-harinya yaitu mengurus
persoalan rakyatnya, menyelesaikan problematika dan masalah yang terjadi
ditengah tengah masyarakat serta memiliki wewenang mengatur, memenej dan
menyuruh bawahan dan rakyat.
Kata minkum menurut Yahya (2004:14) yang berarti diantara kalian,
mengisyaratkan bahwa pemimpin suatu masyarakat lahir dan muncul dari
masyarakat itu sendiri. Pemimpin merupakan cermin masyarakat yang
dipimpinnya serta ia selalu dekat dan bersama dengan masyarakatnya dalam suka
maupun duka.

َ‫َّللاِ ِإ َّن الَّذِين‬


َّ ‫يل‬ َ ‫ع ْن‬
ِ ‫س ِب‬ ِ ‫ق َوال تَت َّ ِب ِع ْال َه َوى فَي‬
َ َ‫ُض َّلك‬ ِ ‫اس ِب ْال َح‬ ِ ‫او ُد ِإنَّا َج َع ْلنَاكَ َخلِيفَةً فِي ْاألَ ْر‬
ِ َّ‫ض فَاحْ كُ ْم بَيْنَ الن‬ ُ ‫يَا َد‬
26:‫ب (ص‬ ِ ‫سا‬ َ ِ‫سوا َي ْو َم ْالح‬ َ ٌ‫عذَاب‬
ُ َ‫شدِي ٌد ِب َما ن‬ َ ‫َّللا لَ ُه ْم‬
ِ َّ ‫يل‬ َ ‫ع ْن‬
ِ ‫س ِب‬ َ َ‫ضلُّون‬ ِ ‫َي‬
Artinya : ” Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat
dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan
hari perhitungan.” (Qs Shad: 26)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: salah satu tugas dan kewajiban utama

6
seorang khalifah adalah menegakkan supremasi hukum secara Al-Haq. Seorang
pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti hawa
nafsu. Karena tugas kepemimpinan adalah tugas fi sabilillah dan
kedudukannyapun sangat mulia.

74:‫اجنَا َوذُ ِريَّاتِنَا قُ َّرة َ أ َ ْعيُن َواجْ َع ْلنَا ل ِْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما (الفرقان‬
ِ ‫َوا َّلذِينَ َيقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا م ِْن أ َ ْز َو‬
Artinya : “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.. (QS Al Furqan: 74)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Pada prinsipnya boleh-boleh saja seorang
memohon kepada Allah SWT agar dijadikan pemimpin. Dan karena ia memohon
kepada Allah SWT maka ia harus menjalankan kepemimpinannya sesuai
keinginan Allah SWT. Yang dilarang adalah meminta kedudukan padahal ia tidak
punya kompetensi dan kemampuan dalam bidang itu.
Yahya (2004:16) menyatakan bahwa: Kalau masyarakat suatu negri
bertaqwa, maka insya Allah yang muncul adalah pemimpin yang bertaqwa pula.
Telah menjadi kaidah bahwa pemimpin adalah cerminan dari orang-orang yang
dipimpin secara umum. Jadi kalau mau pemimpin yang baik maka perbaiki rakyat
dan masyarakat. Disinilah perlu adanya pembinaan dengan pendidikan agama
yang dimulai dari keluarga.

ْ َ‫ف ا َّلذِين‬
‫مِن َق ْب ِل ِه ْم َولَيُ َم ِكن ََّن‬ ِ ‫ت َليَ ْست َ ْخ ِلفَنَّ ُه ْم فِي األَ ْر‬
َ َ‫ض َك َما ا ْست َ ْخل‬ َّ ‫عمِ لُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫َّللاُ الَّذِينَ َءا َمنُوا ِم ْنكُ ْم َو‬
َّ ‫ع َد‬
َ ‫َو‬
َ‫ش ْيئًا َو َم ْن َكف ََر َب ْع َد َذلِك‬َ ‫مِن َب ْع ِد خ َْو ِف ِه ْم أ َ ْمنًا َي ْعبُدُونَنِي ال يُ ْش ِركُونَ ِبي‬ ْ ‫ضى لَ ُه ْم َولَيُ َب ِدلَنَّ ُه ْم‬ ْ ‫لَ ُه ْم دِينَ ُه ُم الَّذِي‬
َ َ ‫ارت‬
55:‫فَأُولَئِكَ هُ ُم ْالفَا ِسقُونَ (النور‬
Artinya : ” Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam

7
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs An Nur: 55)s
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Al Khilafah atas dasar kebenaran dan
keadilan pada akhirnya akan kembali kepangkuan orang orang beriman dan
beramal shaleh. Karena salah satu sifat seorang pemimpin adalah beriman dan
beramal shaleh. Dan tugasnya utamanya ialah menciptakan keamanan dan
menghilangkan rasa takut serta mempasilitasi rakyatnya untuk beribadah kepada
Allah SWT swt secara total

ِ َّ ‫ض أَئِلَهٌ َم َع‬
62:‫َّللا قَلِيَلً َما تَذَ َّك ُرونَ (النمل‬ ِ ‫ِف السُّو َء َو َي ْج َعلُكُ ْم ُخلَفَا َء ْاأل َ ْر‬
ُ ‫ط َّر ِإذَا َد َعاهُ َو َي ْكش‬ ْ ‫يب ْال ُم‬
َ ‫ض‬ ُ ‫أ َ َّم ْن ي ُِج‬
Artinya : ” Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping
Allah SWT ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)” (QS
An Naml: 62)

َّ ‫َّللاِ أَتْ َقاكُ ْم ِإ َّن‬


َ‫َّللا‬ َ َ‫اس ِإ َّنا َخلَ ْقنَاكُ ْم م ِْن ذَكَر َوأ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَاكُ ْم شُعُوبًا َوقَ َبائِلَ ِلتَع‬
َّ ‫ارفُوا ِإ َّن أ َ ْك َر َمكُ ْم ِع ْن َد‬ ُ َّ‫يَاأَيُّ َها الن‬
‫ير‬
ٌ ‫علِي ٌم َخ ِب‬
َ
Artinya : ” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(QS Al Hujurat: 13)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: seorang pemimpin harus memahami
sosiologis dan antropologis rakyatnya, sehingga ia betul betul memahami watak
dan karakter rakyat yang dipimpinnya.
Jadi tugas dari pemimpin tersebut ialah mengelola perbedaan dan keragaman
rakyatnya sebagai aset dan kekuatan Negara. Tugas pemimpin bukanlah

8
memaksakan kebersamaan dan persamaan. Namun, untuk mengelola perbadaan
dan keragaman. Perbedaan suku, ras dan apapun di kalangan rakyat seyogyanya
menjadi ladang kompetisi untuk menjadi mulia dan bertaqwa di sisi Allah SWT,
dan yang paling berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif untuk itu
adalah pemimpin.

b. Kepemimpinan Islam dalam Prespektif Hadits

Islam menetapkan tujuan dan tugas utama pemimpin adalah untuk


melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan perintah-
perintah-Nya. Ibnu Taimyah mengungkapkan bahwa kewajiban seorang pemimpin
yang telah ditunjuk dipandang dari segi agama dan dari segi ibadah adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan diri kepada Allah adalah dengan
menaati peraturan-peraturan-Nya dan Rasul-Nya. Namun hal itu lebih sering
disalah gunakan oleh orang-orang yang ingin mencapai kedudukan dan harta.

َ ‫سلَّ َم َيقُو ُل كُلُّكُ ْم َراع َو ُك ُّل ُك ْم َم ْسئُو ٌل‬


‫ع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ َ‫ع ْن ُه َما أ َ َّن َرسُول‬
َ ‫َّللا‬ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ض َي‬ ُ ‫ع ْن اب ِْن‬
ِ ‫ع َم َر َر‬ َ
‫ت‬ِ ‫ع ْن َر ِع َّي ِت ِه َو ْال َم ْرأَة ُ َرا ِع َيةٌ فِي َب ْي‬
َ ‫الر ُج ُل َراع فِي أ َ ْه ِل ِه َوه َُو َم ْسئُو ٌل‬ َّ ‫ع ْن َر ِع َّي ِت ِه َو‬ ِْ
َ ‫اْل َما ُم َراع َو َم ْسئُو ٌل‬
َ ‫ع ْن َر ِع َّيتِ ِه َوكُلُّكُ ْم َراع َو َم ْسئُو ٌل‬
‫ع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ َ ‫ع ْن َر ِعيَّتِ َها َو ْالخَا ِد ُم َراع فِي َما ِل‬
َ ‫سيِ ِد ِه َو َم ْسئُو ٌل‬ َ ٌ‫زَ ْو ِج َها َو َم ْسئُولَة‬

Artinya : Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata


:”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa
adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam
mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“
Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadis diatas adalah

9
bahwa dalam level apapun, manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya
sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan memiliki resiko yang harus
dipertanggungjawabkan.
Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang
membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi
hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia
ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas.

1) Penguasa yang adil

‫اْل َما ُم‬ِ ْ ُ‫َّللاُ فِي ظِ ِل ِه َي ْو َم َال ظِ َّل ِإ َّال ظِ لُّه‬


َّ ‫س ْب َعةٌ يُظِ ُّل ُه ْم‬
َ ‫س َّل َم َقا َل‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن النَّ ِبي‬َ َ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة‬َ
‫علَ ْي ِه َوتَف ََّر َقا‬ ِ َّ ‫اج ِد َو َر ُج ََل ِن ت َ َحابَّا فِي‬
َ ‫َّللا اجْ ت َ َم َعا‬ َ ‫شأ َ فِي ِع َبا َد ِة َر ِب ِه َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُم َعلَّ ٌق فِي ْال َم‬
ِ ‫س‬ َ َ‫ْال َعا ِد ُل َوشَابٌّ ن‬
ُ‫صدَّقَ أَ ْخفَى َحتَّى َال ت َ ْعلَ َم ِش َمالُه‬
َ َ‫َّللا َو َر ُج ٌل ت‬ ُ ‫صب َو َج َمال َفقَالَ إِ ِني أَخ‬
َ َّ ‫َاف‬ ِ ‫ط َلبَتْهُ ا ْم َرأَة ٌ ذَاتُ َم ْن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو َر ُج ٌل‬
َ
ُ‫ع ْينَاه‬ ْ ‫ض‬
َ ‫ت‬ َ َّ ‫َما ت ُ ْن ِف ُق يَمِينُهُ َو َر ُج ٌل ذَك ََر‬
َ ‫َّللا خَا ِليًا فَفَا‬

Artinya : Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda : “Ada
tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada
naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil, Pemuda yang
senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala, Seseorang yang hatinya senantiasa
digantungkan (dipertautkan)” dengan masjid, Dua orang saling mencintai
karena Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang
laki-laki yang ketika diajak [dirayu] oleh seorang wanita bangsawan yang
cantik lalu ia menjawab :”Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”Seorang
yang mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakanny, sampai-sampai tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan
seseorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi sampai meneteskan air
mata.”

Setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya dan seorang pemimpin


berkewajiban mendengarkan. Ia wajib menjalankan hasil musyawarah. Setiap

10
keputusan yang telah disepakati bersama wajib dilaksanakan karena itu
merupakan amanat yang dibebankan kepadanya. Dalam hadits diatas
diungkapkan keutamaan seorang pemimpin yang adil sehingga mendapatkan
posisi pertama orang yang mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat.
Hal ini menunjukkan begitu beratnya menjadi seorang pemimpin untuk selalu
adil dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan.

2) Wajib menaati perintah penguasa

َ‫عةُ فِي َما أ َ َحبَّ َوك َِره‬ َّ ‫س ْم ُع َوال‬


َ ‫طا‬ َّ ‫علَى ْال َم ْرءِ ْال ُم ْسل ِِم ال‬ َ ‫سلَّ َم أَنَّهُ قَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن النَّبِي‬
َ ‫ع ْن اب ِْن عُ َم َر‬
َ
‫ع َة‬ َ ‫س ْم َع َو َال‬
َ ‫طا‬ ِ ‫ص َية فَإِ ْن أُم َِر ِب َم ْع‬
َ ‫ص َية فَ ََل‬ ِ ‫ِإ َّال أ َ ْن يُؤْ َم َر ِب َم ْع‬

Artinya : Dari Ibn Umar ra., dari Nabi Saw., sesungguhnya bliau
bersabda : “Seorang Muslim wajib mendengar dan taat terhadap perintah yang
disukai maupun tidak disukainya. Kecuali bila diperintahkan mengerjakan
kemaksiatan, maka ia tidak wajib mendengar dan taat”
Secara kontekstual hadits diatas dapat diartikan dalam berbagai dimensi.
Dalam sebuah komunitas, masyarakat dan agama setiap manusia memiliki
sistem yang mengatur mereka maka wajar sebagai bagian dari sistem tersebut
untuk mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Namun ketaatan tersebut tidak
serta merta menjadi sikap yang selalu taklid terhadap pemimpin. Dalam Islam
diajarkan tidak diperbolehkan taat atau memetuhi pemimpin kecuali dalam
batas-batas yang telah dijelaskan Allah dalam al-Qur’an dan Hadits bahwa
tidak wajib memetuhi seorang pemimpin melainkan karena Allah.

3) Larangan Meminta Jabatan dan Mengangkat Pejabat Karena


Memintanya

‫س ُم َرة َ َال ت َ ْسأ َ ْل‬


َ َ‫الر ْح َم ِن بْن‬
َّ ‫ع ْب َد‬ َ ‫سلَّ َم َيا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫قَا َل النَّ ِب‬ ‫س ُم َرة َ قَا َل‬
َ ‫الر ْح َم ِن ْب ُن‬
َّ ‫ع ْب ُد‬َ ‫َح َّدثَنَا‬
‫ع َلى‬ َ َ‫ُوك ِْلتَ إِ َل ْي َها َوإِ ْن أُوتِيت َ َها م ِْن َغي ِْر َمسْأَلَة أ ُ ِع ْنتَ َعلَ ْي َها َوإِذَا َحلَ ْفت‬ ‫ارةَ فَإِنَّكَ ِإ ْن أُوتِيت َ َها َع ْن َمسْأَلَة‬
َ ‫اْل َم‬ِْ

11
ِ ْ‫ع ْن يَمِينِكَ َوأ‬
‫ت الَّذِي ه َُو َخي ٌْر‬ َ َ‫يَمِين فَ َرأَيْت‬
َ ‫غي َْرهَا َخي ًْرا ِم ْن َها فَ َك ِف ْر‬

Artinya : Dari Abdurrahman ibn Smurah ra. Ia berkata : Rasulullah


bersabda :”Wahai Abdurrahman Ibn sammurah, janganlah kamu meminta
jabatan. Apabila kamu diberi dan tidak memintanya, kamu akan mendapat
pertolongan Allah dalam melaksanakannya. Dan jika kau diberi jabatan karena
memintanya, jabatan itu diserahkan sepenuhnya. Apabila kamu bersumpah
terhadap satu perbuatan, kemudian kamu melihat ada perbuatan yang lebih baik,
maka kerjakanlah perbuatan yang lebih baik itu.“

َّ ‫عمِ ي َف َقا َل أَ َح ُد‬


‫الر ُج َلي ِْن‬ َ ‫س َّل َم أَنَا َو َر ُج ََل ِن م ِْن َبنِي‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ُ‫سى قَالَ َدخ َْلت‬
َ ِ ‫ع َلى النَّ ِبي‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي ُمو‬
َ
‫ع َلى َه َذا‬ ِ َّ ‫ع َّز َو َج َّل َو َقا َل ْاآلخ َُر مِثْ َل ذَلِكَ فَقَالَ ِإ َّنا َو‬
َ ‫َّللا َال نُ َو ِلي‬ َّ َ‫ض َما َو َّالك‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫َّللا أ َ ِم ْرنَا َعلَى َب ْع‬
ِ َّ ‫سو َل‬
ُ ‫َيا َر‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ص‬ َ ‫ْالعَ َم ِل أ َ َحدًا‬
َ ‫سأَلَهُ َو َال أ َ َحدًا َح َر‬

Artinya : Dari Abu Musa al-Asy’ari ra., ia berkata: bersama dua orang
saudara sepupu, saya mendatangi Nabi Saw. kemudian salah satu diantara
keduanya berkata: Wahai Rasulullah, berilah kami jabatan pada sebagian dari
yang telah Allah kuasakan terhadapmu. Dan yang lain juga berkata begitu. Lalu
beliau bersabda: Demi Allah, aku tidak akan mengangkat pejabat karena
memintanya, atau berambisi dengan jabatan itu.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan
buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya
sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi
lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. Berdasarkan hadits diatas dapat
dipahami bahwa yang menjadi penentu adalah masyarakat atau komunitas,
bukan sikap mengharapkan sebuah jabatan dengan meminta. Dengan meminta
maka jabatan tersebut bukan lagi sebuah pengembanan amanat masyarakat atau
komunitas yang dipimpin melainkan keinginan pribadi dengan tujuan tertentu.

12
C. Kriteria Pemimpin yang Ideal Menurut Islam

Berbicara masalah pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya dengan figur
Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin negara.
Rasulullah merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para pemimpin
karena dalam diri beliau hanya ada kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Hal ini sejalan
dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Sebagai pemimpin teladan yang menjadi model ideal pemimpin, Rasulullah
dikaruniai empat sifat utama, yaitu: Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathonah. Sidiq
berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam
menjaga tanggung jawab, Tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan
kepada rakyatnya dan fathonah berarti cerdas dalam mengelola masyarakat.
a. Sidiq/Jujur
Kejujuran adalah lawan dari dusta dan iamemiliki arti kecocokan
sesuatusebagaimana dengan fakta. Di antaranya yaitu kata “rajulun shaduq
(sangatjujur)”, yang lebih mendalammaknanya daripada shadiq (jujur).Al-
mushaddiqyakni orang yang membenarkan setiapucapanmu, sedang ash-shiddiq
ialah orangyang terus menerus membenar-kan ucapan orang, danbisa juga orang
yang selalumembuktikan ucapannya dengan perbuatan.Di dalam al-Qur’an
disebutkan (tentangibu Nabi Isa), “Dan ibunya adalah seorang”shiddiqah.” (Al-
Maidah: 75).Maksudnya ialah orang yang selalu berbuat jujur.
Kejujuran merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin. Masyarakat akan
menaruh respek kepada pemimpin apabila dia diketahui dan juga terbukti memiliki
kwalitas kejujuran yang tinggi. Pemimpin yang memiliki prinsip kejujuran akan
menjadi tumpuan harapan para pengikutnya. Mereka sangat sadar bahwa kualitas
kepemimpinannya ditentukan seberapa jauh dirinya memperoleh kepercayaan dari
pengikutnya. Seorang pemimpin yang sidiq atau bahasa lainnya honest akan

13
mudah diterima di hati masyarakat, sebaliknya pemimpin yang tidak jujur atau
khianat akan dibenci oleh rakyatnya. Kejujuran seorang pemimpin dinilai dari
perkaataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang jujur adalah manifestasi dari
perkaatannya, dan perkatannya merupakan cerminan dari hatinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disifati dengan ash-shadiqul amin (jujur dan
terpercaya) , dan sifat ini telah diketahui oleh orang Quraisy sebelum beliau diutus
menjadi rasul. Demikian pula Nabi Yusuf ’alaihis salam juga disifati dengannya,
sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, (Setelah pelayan itu berjumpa
dengan Yusuf dia berseru), “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya.” (QS.Yusuf:
46)
Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu juga mendapatkan julukan ini (ash-
shiddiq). Ini semua menunjukkan hawa kejujuran merupakan salah satuperilaku
kehidupan terpenting para rasul dan pengikut mereka.Dan kedudukantertinggi sifat
jujur adalah “ash-shiddiqiyah” Yakni tunduk terhadap rasulsecara utuh (lahir
batin) dan diiringi keikhlasan secara sempurna kepadaPengutus Allah.
Imam Ibnu Katsir berkata, “Jujur merupakan karakter yang sangat terpuji,
oleh karena itu sebagian besar sahabat tidak pernah coba-coba melakukan
kedustaan baik pada masa jahiliyah maupun setelah masuk Islam. Kejujuran
merupakan cirrikeimanan, sebagaimana pula dusta adalah ciri kemunafikan, maka
barang siapajujur dia akan beruntung.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/643)

Dalam Al-Qur’an surat At-taubah ayat 119, Allah SWT mengisyaratkan


kepada muslimin untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur. “Hai orang-
orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yangbenar.”(QS. At-Taubah:119). Rasulullah SAW bersabda
mengenai pentingnya kejujuran. “Jauhilah dusta karena dusta akan membawa
kepada dosa dan dosa membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur karena
jujur akan membawamu kepada kebajikan dan kebajikan membawamu ke surga”
(HR Bukhari dan Muslim)
b. Amanah/Terpercaya

14
Muhammad SAW bahkan sebelum diangkat menjadi rasul telah
menunjukkan kualitas pribadinya yang diakui oleh masyarakat Quraish. Beliau
dikenal dengan gelar Al-Amien, yang terpercaya. Oleh karena itu ketika terjadi
peristiwa sengketa antara para pemuka Quraish mengenai siapa yang akan
meletakkan kembali hajar aswad setelah renovasi Ka’bah, meraka dengan senang
hati menerima Muhammad sebagai arbitrer, padahal waktu itu Muhammad belum
termasuk pembesar.

Amanah merupakan kwalitas wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin.


Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan
masyarakat yang telah diserahkan di atas pundaknya. Kepercayaan maskarakat
berupa penyerahan segala macam urusan kepada pemimpin agar dikelola dengan
baik dan untuk kemaslahatan bersama.

Terjadinya banyak kasus korupsi di negara kita, merupakan bukti nyata bahwa
bangsa Indonesia miskin pemimpin yang amanah. Para pemimpin dari mulai
tingkat desa sampai negara telah terbiasa mengkhianati kepercayaan masyarakat
dengan cara memanfaatkan jabatan sebagai jalan pintas untuk memperkaya diri.
Pemimpin semacam ini sebenarnya tidak layak disebut sebagai pemimpin, mereka
merupakan para perampok yang berkedok.
Mengenai nilai amanah, Daniel Goleman mencatat beberapa ciri orang yang
memiliki sifat tersebut. Dia bertindak berdasarkan etika dan tidak pernah
mempermalukan orang. Membangun kepercayaan diri lewat keandalan diri dan
autentisitas (kemurnia/kejujuran)
Berani mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidka etis
orang lain. Berpegang kepada prinsip secara teguh, walaupun resikonya tidak
disukai serta memiliki komitmen dan menepati janji. Bertangung jawab sendiri
untuk memperjuangkan tujuan serta terorganisir dan cermat dalam bekerja.
(Goleman, 1998)
Amanah erat kaitanya dengan janggung jawab. Pemimpin yang amanah

15
adalah pemimpin yang bertangggung jawab. Dalam perspektif Islam pemimpin
bukanlah raja yang harus selalu dilayani dan diikuti segala macam keinginannya,
akan tetapi pemimpin adalah khadim. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan
“sayyidulqaumi khodimuhum”, pemimpin sebuah masyarakat adalah pelayan
mereka.
Sebagai seorang pembantu, pemimpin harus merelakan waktu. Tenaga dan
pikiran untuk melayani rakyatnya. Pemimpin dituntut untuk melepaskan sifat
individualis yang hanya mementingkan diri sendiri. Ketika menjadi pemimpin
maka dia adalah kaki-tangan rakyat yang senantiasa harus melakukan segala
macam pekerjaan untuk kemakmuran dan keamanan rakyatnya.
Dalam buku The 21 Indispensable Quality of Leader, John C. Maxwell
menekankan bahwa tanggung jawab bukan sekedar melaksanakan tugas, namun
pemimpin yang bertanggung jawab harus melaksanakan tugas dengan lebih,
berorienatsi kepada ketuntasan dan kesempurnaan. “Kualitas tertinggi dari
seseorang yang bertangging jawab adalah kemampuannya untuk menyelesaikan”.

c. Tablig/Komunikatif
Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas ketiga yang harus dimiliki
oleh pemimpi sejati. Pemimpin bukan berhadapan dengan benda mati yang bisa
digerakkan dan dipindah-pindah sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi
pemimpin berhadapan dengan rakyat manusia yang memiliki beragam
kecenderungan. Oleh karena itu komunikasi merupakan kunci terjainnya hubungan
yang baik antara pemimpin dan rakyat.
Pemimpin dituntut untuk membuka diri kepada rakyatnya, sehingga
mendapat simpati dan juga rasa cinta. Keterbukaan pemimpin kepada rakyatnya
bukan berarti pemimpin harus sering curhat mengenai segala kendala yang sedang
dihadapinya, akan tetapi pemimpin harus mampu membangun kepercayaan
rakyatnya untuk melakukan komunikasi dengannya. Sebagai contoh, Rasulullah

16
SAW pernah didatangi oleh seorang perempuan hamil yang mengaku telah berbuat
zina. Si perempuan menyampaikan penyesalannya kepada Rasul dan berharap
diberikan sanksi berupa hukum rajam. Hal ini terjadi karena sebagai seorang
pemimpin Rasulullah membuka diri terhadap umatnya.
Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah
keberaniannya menyatakan kebenaran meskipun konsekwensinya berat. Dalam
istilah Arab dikenal ungkapan, “kul al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau
sampaikanlah kebenaran meskipun pahit rasanya.
Tablig juga dapat diartikan sebagai akuntabel, atau terbuka untuk dinilai.
Akuntabilitas berkaitan dengan sikap keterbukaan (transparansi) dala kaitannya
dengan cara kita mempertanggungkawabkan sesuatu di hadapan orang lain.
Sehingga, akuntabilitas merupakan bagian melekat dari kredibilitas. Bertambah
baik dan benar akuntabilitas yang kita miliki, bertambah besar tabungan
kredibilitas sebagai hasil dari setoran kepercayaan orang-orang kepada kita.

d. Fathonah/Cerdas
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata
masyarakatnya sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan
membantu dia dalam memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di
masyarakat. Pemimpin yang cerdas tidak mudah frustasi menghadapai problema,
karena dengan kecerdasannya dia akan mampu mencari solusi. Pemimpin yang
cerdas tidak akan membiarkan masalah berlangsung lama, karena dia selalu
tertantang untuk menyelesaikan masalah tepat waktu.
Contoh kecerdasan luar biasa yang dimiliki oleh khalifah kedua Sayyidina
Umar ibn Khattab adalah ketika beliau menerima kabar bahwa pasukan Islam yang
dipimpin oleh Abu Ubaidah ibnu Jarrah yang sednag bertugas di Syria terkena
wabah mematikan. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, Umar ibn Khattab
segera berangkat dari Madinah menuju Syria untuk melihat keadaan pasukan
muslim yang sedang ditimpa musibah tersebut. Ketika beliau sampai di
perbatasan, ada kabar yang menyatakan bahwa keadaan di tempat pasukan

17
mulimin sangat gawat. Semua orang yang masuk ke wilayah tersebut akan tertular
virus yang mematikan. Mendengar hal tersebut, Umar ibn Khattab segera
mengambil tindakan untuk mengalihkan perjalanan. Ketika ditanya tentang
sikapnya yang tidak konsisten dan dianggap telah lari dari takdir Allah, Umar bin
Khattab menjawab, “Saya berplaing dari satu takdir Allah menuju takdir Allah
yang lain”.

Kecerdasan pemimpin tentunya ditopang dengan keilmuan yang mumpuni.


Ilmu bagi pemimpin yang cerdas merupakan bahan bakar untuk terus melaju di
atas roda kepemimpinannya. Pemimpin yang cerdas selalu haus akan ilmu, karena
baginya hanya dengan keimanan dan keilmuan dia akan memiliki derajat tinggi di
mata manusia dan juga pencipta. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.
“Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS.Al Mujadalah:11)

D. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Islam

a. Prinsip Tauhid
Prinsip tauhid merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam.
Sebab perbedaan akidah yang fundamental dapat menjadi pemicu dan pemacu
kekacauan suatu umat. Oleh sebab itu, Islam mengajak kearah satu kesatuan
akidah diatas dasar yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, yaitu
tauhid. Dalam alqur'an sendiri dapat ditemukan dalam surat An-nisa' 48, Ali
imron 64 dan surat al Ikhlas.
b. Prinsip Musyawarah (Syuro)
Musyawarah berarti mempunyai makna mengeluarkan atau mengajukan pendapat.
Dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan berorganisasi
dan bermasyarakat musyawarah dalam konteks membicarakan persoalan-
persoalan tertentu dengan anggota masyarakat, termasuk didalamnya dalam hal
berorganisasi. Hal ini sebagaimana terdapat pada surat Ali-imran ayat

18
158. "bermusyawarahlah kamu (Muhammad) dengan mereka dalam urusan
tertentu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkalah
kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt mencintai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya".
Meskipun terdapat beberapa Al-qur'an dan As-sunnah yang menerangkan tentang
musyawarah. Hal ini bukan berarti al-Qur'an telah menggambarkan sistem
pemerintahan secara tegas dan rinci, nampaknya hal ini memang disengaja oleh
Allah untuk memberikan kebebasan sekaligus medan kreatifitas berfikir
hambanya untuk berijtihad menemukan sistem pemerintahan yang sesuai dengan
kondisi sosial-kultural. Sangat mungkin ini salah satu sikap demokratis Tuhan
terhadap hamba-hambanya.
c. Prinsip Keadilan (Al-'adalah)
Dalam memanage pemerintahan, keadilan menjadi suatau keniscayaan, sebab
pemerintah dibentuk antara lain agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur.
Jadi, sistem pemerintahan Islam yang ideal adalah sistem yang mencerminkan
keadilan yang meliputi persamaan hak didepan umum, keseimbangan
(keproposionalan) dalam memanage kekayaan alam misalnya, distribusi
pembangunan, adanya balancing power antara pihak pemerintah dengan
rakyatnya.
d. Prinsip Kebebasan (al-Hurriyah)
Kebebasan dalam pandangan al-Qur'an sangat dijunjung tinggi termasuk dalam
menentukan pilihan agama sekaligus. Namun demikian, kebebasan yang dituntut
oleh Islam adalah kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan disini juga
kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dalam konteks kehidupan
politik, setiap individu dan bangsa mempunyai hak yang tak terpisahkan dari
kebebasan dalam segala bentuk fisik, budaya, ekonomi dan politik serta berjuang
dengan segala cara asal konstitusional untuk melawan atas semua bentuk
pelanggaran.

19
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan istilah khilafah, imamah, dan ulil amri
juga ada istilah ra’in. Kata khalifah mengandung makna ganda. Di satu pihak khalifah
diartikan diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan islam di masa
lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannnya sama dengan sulthan. Selain itu dikenal
pula istilah khalifatur Rasul atau khalifatun nubuwwah yaitu pengganti Nabi sebagai
pembawa risalah atau syariat, memberantas kedhaliman dan menegakkan keadilan.
Hukum menegakkan kepemimpinan dalam islam dapat dilihat dari Al quran dan hadits :
Kepemimpinan Islam dalam Prespektif Al Quran dan kepemimpinan islam dalam
perspeektif hadist
Kriteria pemimpin dalam islam yang ideal adalah
1. Sidiq / jujur
2. Amanah / terpercaya
3. Tabligh / komunikatif
4. Fatonah / cerdas

B. Saran

Mohon maaf, apabila sekiranya ada kesalahan dalam kata – kata maupun uraiannya yang
kurang berkenan di dalam makalah ini. Maka dari itu kami para penyusun meminta dan
menerima kritik dan sarannya dari teman – teman semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

(https://www.academia.edu/16909261/Kepemimpinan_Islam_di _Indonesia). Diakses pada hari


Senin 22 November 2018

(https://dimasyuniantoherbowo.blogspot.com/2011/05/makalah-kepemimpinan-dalam-islam.html)
Diakses pada hari Senin 22 November 2018

(http://muklasihaha.blogspot.com/2015/01/konsep-kepemimpinan-dalam-perspektif-al.html)
Diakses pada hari Senin 22 November 2018

(https://bambumoeda.wordpress.com/2012/05/29/karakteristik-pemimpin-ideal-menurut-islam/)
Diakses pada hari Senin 22 November 2018

(https://nazhroul.wordpress.com/2010/05/21/beberapa-hadits-tentang-kepemimpinan-dalam-kitab-
riyadhus-shalihin/) Diakses pada hari Senin 22 November 2018

21

Anda mungkin juga menyukai