Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

Dosen Pengampun : samsu s,ag, M,pd Ph D

Disusun Oleh :
Agil Despian Jasri 203200211
Sopia 203200216
Sisi Martalia 203200262

MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SHULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karuniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah Seminar Pendidikan
Agama Islam “Kepemimpinan dalam Islam”. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan kepada pembaca di bidang agama Islam,
khususnya dalam peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Di samping itu,
makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna
harus sadar akan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya
untuk menjadi lebih baik, dan tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam
kehidupan guna keluar dari kebodohan imannya dan menuju peningkatan nilai dan
kecerdasan takwa dirinya kepada Sang Maha Pencipta.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran.
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata. Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin
mengembangkan kepribadian dirinya. Amin.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Maksud Dan Tujuan............................................................... 2
1.3. Ruang Lingkup....................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................... 3
2.1. Kepemimpinan........................................................................ 3
2.2. Ciri-Ciri Pemimpin Menurut Islam........................................ 4
2.3. Pokok-Pokok Kepemimpinan Islam....................................... 7
BAB III PEMBAHASAN........................................................................... 9
3.1. Kepemimpinan Dalam Islam.................................................. 9
3.2. Hubungan Kepemimpinan Dengan Ayat................................ 12
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 16
4.1. Kesimpulan............................................................................. 16
4.2. Saran....................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.
Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah
saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga.
Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga
kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding
makhluk Tuhan lainnya. Manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir,
kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di
muka bumi hanya untuk menyembah dan beribadah kepadaNya. Mengerjakan
segala perintahNya, mulai dari shalat, puasa, zakat, dan segala hal yang
mendatangkan kemaslahatan bagi diri manusia itu sendiri dan menjauhi
laranganNya agar dapat mencegah kerusakan di muka bumi.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan
sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin,
paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin, manusia akan dapat mengelola diri,
kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan
masalah yang relative pelik dan sulit. Di sinilah dituntut kearifan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.

1
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan pendapat siswa untuk selalu optimis dan percaya diri
akan kemampuan sendiri pada penulisan makalah ini.
2. Mendidikan siswa untuk dapat menunjukkan kualitas daya pikirnya
sebagai insan akademik yang memiliki kemampuan intelektual.
3. Mendidik agar dapat memberi alasan sari pengalaman yang didapat
kemudian disosialisasikan dalam bentuk tulisan.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat tugas pendidikan agama.

1.3. Ruang Lingkup


Karena keterbasan kemampuan penulis, maka ruang lingkup tugas akhir
ini hanyalah kepemimpinan menurut islam. Hal tersebut dimaksudkan agar
terfokus masalah yang akan dibahas, sehingga pembaca lebih mudah
mempelajarinya.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. KEPEMIMPINAN
A. Hakikat Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga,
organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar
sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut
memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap,
dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Kepemimpinan adalah seni
untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa
untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara
royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual (22-100).
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata
yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan
sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat –
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.

3
B. Kriteria Pemimpin
Adapun kriteria pemimpin itu sendiri, yakni:
a. Pemimpin yang mukmin.
b. Tegas dalam menjalankan perintah Tuhan.
c. Takut kepada Allah swt sewaktu mengurusi orang-orang yang
dipimpinnya.
d. Tidak menzalimi siapapun.
e. Tidak memerkosa hak-hak orang lain.
f. Menegakkan dan bukan melecehkan hudud Allah swt.
g. Membahagiakan rakyatnya dengan mengharap rida Allah swt.
h. Orang kuat di sisinya menjadi lemah sehingga si lemah dapat
mengambil kembali haknya yang direbut si kuat.
i. Orang lemah di sisinya menjadi kuat sehingga haknya dapat
terlindungi.
j. Menampakkan kepatuhan kepada Allah swt dalam menetapkan
kebijakan yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak
sehingga dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya merasa bahagia.
k. Semua orang hidup aman dan tenteram.
l. Sangat mencintai manusia, begitu pula sebaliknya.
m. Selalu mendoakan manusia, begitu pula sebaliknya. Kriteria di atas
menjadi indikator bagi pemimpin yang terbaik dan termulia di sisi
Allah swt dan manusia.

2.2. CIRI-CIRI PEMIMPIN MENURUT ISLAM


Adapun ciri-ciri pemimpin menurut islam adalah sebagai berikut :
1. Niat Yang Tulus
Apabila menerima suatu tanggung jawab, hendaklah didahului
dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Iringi hal itu
dgn mengharapkan keredhaan-Nya sahaja. Kepemimpinan atau jabatan
adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.

4
2. Laki-Laki
Wanita sebaiknya tidak memegang tampuk kepemimpinan.
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Tidak akan beruntung
kaum yang dipimpim oleh seorang wanita (Riwayat Bukhari dari Abu
Bakarah Radhiyallahu’anhu).
3. Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah
Radhiyallahu’anhu,”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu
meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan
diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul
tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada
kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk
menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
4. Berpegang Dan Konsisten Pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah
berfirman,

”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka


menurut apa yang diturunkan Allah, dan jaganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
Jika ia meninggalkan hukum Allah, maka seharusnya dilucutkan
dari jabatannya.
5. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai
perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan
keadaan terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan
dijerusmuskan oleh kezalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah
dalam kitab Al-Kabir).

5
6. Senantiasa Ada Ketika Diperlukan Rakyat
Hendaklah selalu membuka pintu utk setiap pengaduan dan
permasalahan rakyat. Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorg pemimpin atau
pemerintah yg menutup pintunya terhadap keperluan, hajat, dan
kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap
keperluan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-
Tirmidzi).
7. Menasihati Rakyat
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorg pemimpin yg memegang
urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak
menasihati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk syurga
bersama mrk (rakyatnya).”
8. Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yg memberikan hadiah kepada seorang pemimpin
pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau
mengambil hati. Oleh kerena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak
pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,” Pemberian
hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
9. Mencari Pemimpin Yang Baik
Rasulullah bersabda,”Tidaklah Allah mengutus seorang nabi atau
menjadikan seorang khalifah kecuali ada bersama mereka itu golongan
pembantu, yaitu pembantu yang menyuruh kepada kebaikan dan
mendorongnya kesana, dan pembantu yang menyuruh kpd kemungkaran
dan mendorongnya ke sana. Maka org yg terjaga adalah orang yang dijaga
oleh Allah,” (Riwayat Bukhari dari Abu said Radhiyallahu’anhu).
10. Lemah Lembut
Doa Rasullullah,’ Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara
umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yg
mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka,
maka berlemah lembutlah kepadanya.

6
11. Tidak Meragukan Rakyat
Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan
keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam
Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim).

12. Terbuka Untuk Menerima Ide & Kritikan


Salah satu prinsip Islam adalah kebebasan bersuara. Kebebasan
bersuara ini adalah platform bagi rakyat utk memberi idea atau kritikan
kepada kerajaan & pemimpin agar sma mngembling tenaga & ijtihad
kearah pembentukn negara yg maju. Saidina Abu Bakar berucap ketika
dilantik menjadi khalifah, beliau menegaskan "..saya berlaku baik,
tolonglah saya, dan apabila saya berlaku buruk, betulkn saya..", manakala
Khalifah Umar prnah ditegur oleh seorang wanita ketika memberi arahan
di masjid, dan beliau menerima teguran tersebut.
13. Profesional
“Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah satu
seorang diantara kalian jika dilakukan dengan profesional (HR Bukhari)
14. Tidak Aji Mumpung / KKN
Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang menempatkan
seseorang karena hubungan kerabat, sedangkan masih ada orang yang
lebih Allah Rihoi maka sesungguhnya dia telah mengkhianati Allah &
Rosul-Nya & Orang Mukmin (HR Al Hakim)

2.3. POKOK-POKOK KEPEMIMPINAN ISLAM


Yamani dalam bukunya Filsafat Politik Islam (2002 : 15-16),
mengemukakan pokok-pokok kepemimpinan dalam Islam didasarkan atas
empat dasar falsafi (philosophische grondslagen), antara lain : Pertama, Allah
adalah hakim mutlak seluruh alam semesta dan segala isinya. Allah adalah
malik an-nas, pemegang kedaulatan, pemilik kekuasaan, pemberi hukum.
Manusia harus dipimpin dengan kepemimpinan Ilahiyah. Kedua,
Kepemimpinan manusia (qiyadah abasyariyyah) yang mewujudkan
hakimiyah Allah di bumi ini ialah nubuwwah.

7
Nabi tidak hanya menyampaikan al-qanun al-ilahi dalam bentuk
Kitabullah, tetapi juga pelaksana qanun itu. Supaya hukum sanggup
menjamin kebahagiaan dan kebaikan manusia, diperlukan adanya kekuatan
eksekutif atau pelaksana.' Ketiga, garis imamah melanjutkan garis nubuwwah
dalam memimpin umat. Setelah zaman para nabi berakhir dengan wafatnya
Rasulullah Saw., kepemimpinan umat dilanjutkan oleh para imam yang
diwariskan oleh Rasulullah dan ahl-al-bait-nya. Setelah zaman para nabi,
dating zaman 'para imam.' Keempat, para faqih adalah khalifah para imam
dan kepemimpinan umat dibebankan kepada mereka. Kepemimpinan Islam
adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu,
pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para
imam tiada, kepemimpinan harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi
syarat-syarat syariat berikut : Pertama, Faqahah; yakni mencapai derajat
mujtahid muthlaq yang sanggup melakukan istinbath hukum dari sumber-
sumbernya. Kedua, Istiqamah, Al-Shalah, dan Tadayyun; yakni
memperlihatkan ketinggian kepribadian, dan bersih dari watak buruk. Ketiga,
Kafa'ah, yakni memiliki kemampuan untuk memimpin umat; mengetahui
ilamu yang berkaitan dengan pengaturan masyarakat, cerdas, matang secara
kejiwaan dan rohani. Nah, bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat,
maka harus dibentuk 'majelis fukaha'. Wallahu 'Alam Bisshawab. (*)

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM


Dalam ajaran agam Islam, hadits nabi menyebutkan bahwa setiap
manusia adalah seorang pemimpin, apakah ia sebagai kepala keluarga,
sebagai imam suatu umat, seorang wanita yang kedudukannya sebagai ibu
rumah tangga dan bahkan seorang pembantu sekalipun ia adalah seorang
pemimpin.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang berbunyi :Artinya : Abu
Nu’man menceritakan hadits kepada kami, Hammad ibnu Zaid menceritakan
hadits kepada kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Abdillah berkata: Rasulullah
SAW. Bersabda “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan
dimintai pertanggungjawaban.
Oleh karena itu seorang imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban, dan seorang laki-laki adalah seorang pemimpin atas
keluarganya, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan
seorang wanita (istri) adalah pemimpin atas rumah suaminya dan setiap kamu
akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang hamba (pembantu) adalah
pemimpin atas harta tuannya dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban.
Maka ingatlah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan akan diminati
pertanggungjwaban atas kepemimpinannya” . Kecuali sebagai Nabi,
Muhammad SAW. adalah pemimpin yang tangguh dan paling efektif. Segala
macam kualitas yang dibutuhkan untuk tampil sebagai figur kepemimpinan
berhimpun pada pribadi Muhammad SAW.. Kita dapat mencatat umpamanya
beberapa hal persyaratan yang telah dimiliki beliau : Beliau adalah pribadi
yang mempunyai sifat-sifat terpuji, diantaranya adalah siddiq54. Selaku
pimpinan beliau memiliki kesabaran yang tinggi ketika diuji dengan harta,
dengan kedudukan dan dengan wanita. Beliau tangguh dan tidak tergoyahkan.

9
Meski beliau memiliki pengetahuan, kecerdasan dan wawasan
pandangan yang luas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dan
diskusi dengan para sahabatnya dalam memutuskan suatu perkara yang rumit.
Bahkan lebih dari itu, terkadang ide orang lain bahkan ide musuh-musunya
kalau dianggap baik beliau mengambilnya.
Hal ini dilakukan dengan prinsip nisfu aqlika fi ‘aduwwika yang
artinya sebagian dari ide anda dapat diperoleh dari taktik atau gagasan
musuh-musuhmu. Konsep kepemimpinan (leadership) dalam pandangan
agama Islam berdasarkan firman Allah SWT. surat Al Baqoroh ayat 30 yang
berbunyi :Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu kepada para
Malaikat :”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi"
(QS. Al Baqoroh, 30) Kandungan ayat tersebut menjelaskan nikmat-nikmat
Allah SWT. yang dengan nikmat tersebut menjauhan dari maksiat dan kufur
serta dapat memotivasi seseorang untuk beriman kepada Allah SWT..
Diciptakannya Nabi Adam AS. dalam bentuk yang sedemikian rupa
disamping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur
alam semesta serta berfungsi sebagai khalifah Allah SWT. di bumi. Hal
tersebut merupakan nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh
keturunannya dengan cara taat kepada Allah SWT. dan tidak ingkar
kepadaNya, termasuk menjauhi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah
SWT.Sedangkan penjelasan dari ayat ini adalah bahwa sesungguhnya kami
(Allah SWT.) akan menjadikan Adam sebagai khalifah dan pengganti
makhluk lain yang dulu menghuni bumi, mereka itu telah musnah karena
saling menumpahkan darah, sekarang Adam adalah pengganti mereka.
Sebagian mufassirin berpendapat yang dimaksud dengan khalifah
disini adalah sebagai pengganti Allah Allah SWT. dalam memberikan
perintah-perintah Nya kepada manusia. Karenanya, istilah yang mengatakan
bahwa “manusia adalah khalifah Allah di bumi” sudah sangat populer.
Pengangkatan khalifah ini menyangkut pula pengertian pengangkatan
sebagian manusia yang diberi wahyu oleh Allah tentang syariat-syariat Nya.
Pengangkatan khalifah ini juga mencakup seluruh mahluk (manusia) yang
berciri mempunyai kemampuan berfikir yang luar biasa .

10
Berbicara tentang kepemimpinan dalam pandangan agama Islam,
maka kita akan merujuk terhadap pribadi dan pola kepemimpinan yang
ditampilkan oleh Nabi Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan istilah
uswatun khasanah yang artinya teladan yang mulia atau baik. Keteladanan
nabi muhammad SAW. ini telah dijamin oleh Allah SWT. dengan firman Nya
dalam Al Qur’an yang berbunyi :Artinya :

S
esungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri taulada yang baik
bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari qiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab, 21)
Keteladanan Nabi Muhammad SAW. sangat tepat jika dicontoh oleh
manusia pada umumnya dan para pemimpin pada khsusnya. Pengaruh
kepemimpinan beliau masih tetap kuat, dan bagi umat Islam beliau
merupakan figure keteladanan yang paling utama dalam berbagai segi
kehidupan.
Beliau dengan sangat teliti dan hati-hati mencontohkan semua
perbuatan baik dan menjauhkan diri dari melakukan perbuatan buruk dengan
sangat teliti dan jelas. Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari
sifat Rasulullah SAW namun semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan
betapa sifat kepempimpinan beliau mengakar kepada kita walau beliau telah
wafat beberapa abad yang lalu, sifat kepemimpinan beliau disegani kawan
dan dihormati lawan sekalipun.
1. Shiddiq (Jujur). Ini adalah sifat kejujuran yang sangat ditekankan Rasul
baik kepada dirinya maupun pada para sahabat-sahabatnya (Semoga kita
juga meneladaninya).Adalah ciri seorang muslim untuk jujur. Sehingga
Islam bukan saja menjadi sebuah agama namun juga peradaban besar.
2. Amanah(bisa dipercaya). Sifat ini ditanamkan khususnya kepada para
sahabat yang ditugaskan di semua hal apa saja untuk bisa berbuat amanah,
tidak curang (atau juga korupsi di zaman sekarang) dalam hal apa saja.

11
Sesuatu yang sekarnag menjadi sangat langka di negeri muslim sekalipun
(miris).
3. Tabligh (Menyampaikan yang benar). Ini adalah sebuah sifat Rasul
untuk tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk
kepentingan umat dan agama. Tidak pernah sekalipun beliau menyimpan
informasi berharga hanya untuk dirinya sendiri. Subhanallah.
4. Fathonah (Cerdas).Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan
jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus
dia ambbil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat. Dengan
mengenal beberapa sifat tadi, kita mungkin bisa sedikit mengerti kenapa
Seorang Rasulullah yang ummi (tidak bisa membaca) mampu menjadi
seorang Nabi, Rasul,Kepala Keluarga, Ayah, Suami, Imam Shalat,
Pimpinan Umat, Pimpinan Perang menjadi sangat sukses dalam setiap hal
yang beliau geluti. Semoga menjadi landasan bagi kita dan para pemimpin
muslim untuk mampu meneladani apa-apa yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW.

3.2. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN AYAT


Adapun hubungan QS Yunus ayat 14 dengan Kepemimpinan, yakni :
1. Kalimat ”Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di
muka bumi sesudah mereka,…”. Dalam kalimat ini mengandung makna
bahwa setelah umat-umat yang terdahulu hancur. Maka Allah mengganti
dengan umat Muhammad saw., umat yang mengikuti agama Islam, agama
yang membawa manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Masyarakat Arab, sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad
SAW, dikenal dengan sebutan jahiliyah. Jika merujuk pada arti kata jahiliyah
(yang berasal dari bahasa Arab dari kata jahala yang berarti bodoh), maka
secara harfiyah bisa disimpulkan bahwa masyarakat jahiliyah adalah
masyarakat yang bodoh.
Dalam sejarah Islam dijelaskan bahwa Rasulullah diturunkan oleh Allah
ke dalam suatu komunitas masyarakat yang dikenal dengan istilah masyarakat
Arab Jahiliyah. Secara lingustik istilah jahilyiah berasal dari kata Bahasa

12
Arab jahala yang berarti bodoh dan tidak mengetahui atau tidak mempunyai
pengetahuan. Namun, dalam realitas yang sesungguhnya, secara faktual saat
itu masyarakat Arab yang dihadapi oleh Rasulullah bukanlah masyarakat
yang bodoh atau tidak mempunyai pengetahuan. Buktinya pada saat itu sastra
dan syair berkembang dengan pesat di kalangan mereka. Setiap tahun
diadakan festival-festival pembacaan puisi dan syair, ini membuktikan bahwa
orang-orang Arab ketika itu sudah banyak yang mengetahui baca dan tulis.
Selain itu mereka juga mampu membuat tata kota dan tata niaga yang sangat
baik. Hal ini semakin menguatkan bahwa mereka kaum Quraisy bukanlah
orang-orang bodoh dan tidak berpengetahuan. Dapat dipahami, bahwa
sebenarnya mereka adalah masyarakat yang sedang berkembang
peradabannya.
Masyarakat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad diistilahkan dengan
jahiliyah bukan karena bodoh atau tidak berpengetahuan, atau dalam istilah
lain lemah dalam aspek intelektualnya. Yang dimaksud dengan ”kejahiliyan”
(ketidaktahuan) mereka ada pada dua aspek utama, pertama aspek akidah.
Pada saat Rasulullah diutus oleh Allah, khurafat dan mitos-mitos yang
berkembang pada saat itu telah menyeret manusia untuk menjauh dari
kehidupan yang alami dan manusiawi. Dalam kondisi seperti itulah, Allah
mengutus duta terakhirnya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau membawa
agama Islam sebagai hadiah bagi umat manusia sedunia serta memberikan
penafsiran baru terhadap kehidupan manusia, selain itu beliau juga datang
dengan membawa misi untuk memberantas akar kebodohan dalam
masyarakat, yakni syirik kepada Allah.
Sedangkan yang kedua adalah aspek akhlak. Pada masa itu, akhlak atau
moral sama sekali tidak mendapat tempat dalam masyarakat jahiliah. Pada
saat itu mereka melakukan berbagai perbuatan keji tanpa merasa takut atau
bersalah, di antaranya kebiasaan mengubur bayi perempuan hidup-hidup,
minum-minuman keras, berzina, membunuh, dan lain sebagainya. Rasulullah
diturunkan oleh Allah untuk memperbaiki akhlak. Beliau menyeru
masyarakat agar berpegang teguh kepada nilai-nilai moral. Selain itu beliau
juga mengajarkan kepada mereka akhlak yang mulia.

13
2. Kalimat “…supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. ”
dimaksudkan bahwa Allah memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar
selalu berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan dan mengingat akan
tugas-tugas yang diberikan Allah swt. kepada manusia sebagai khalifah Allah
di bumi.
Di antara tugas khalifatullah fil ardi ialah menegakkan hak dan keadilan di
muka bumi, membersihkan alam ini dari perbuatan najis, syirik, fasik serta
meninggikan kalimat Allah. Allah akan memperhatikan dan mencatat semua
perbuatan manusia dalam melaksanakan tugasnya itu, apakah sesuai dengan
yang diperintahkan-Nya atau tidak. Allah menjadikan kita sebagai khalifah di
muka bumi, tidak lain hanyalah untuk melihat amal-amal kita, maka
perlihatkanlah kepada Allah amalanamalan kita yang baik di malam dan di
siang hari. Jika kita berlaku zalim pula seperti bangsa dahulu kala itu.
Niscaya kita akan lenyap pula dari muka bumi.
Secara umum, seorang pemimpin berkewajiban menjalankan hal-hal sebagai
berikut:
A. Menjaga agama agar tetap pada porosnya yang abadi. Seandainya muncul
seorang mubtadi’ (yang mengada-ada dalam urusan agama), ia
(pemimpin) harus menjelaskan kebenaran kepadanya, memberinya
landasan dan menjalankan hak serta hudud agar agama tetap terlindungi
dari kerancuan sekaligus mencegah umat dari ketergelinciran (ke jurang
kesesatan).
B. Melaksanakan hukum dan memutuskan perkara pihak-pihak yang bertikai
sehingga keadilan menjadi tegak, orang zalim tidak dapat berbuat
seenaknya, dan orang yang dizalimi tidak merasa lemah.
C. Menjaga Islam dan menjamin keamanan agar orang-orang dapat saling
berhubungan dan hidup dalam kondisi nyaman yang berhubungan
dengan jiwa dan harta benda.
D. Menegakkan hudud demi menjaga dan melindungi hak-hak para hamba.
E. Melindungi kaum muslimin dengan benteng yang kokoh serta kekuatan
yang mampu menangkal setiap serangan musuh-musuh yang sangat
berpotensi menghancurkan atau menumpahkan darah kaum muslimin

14
atau orang-orang nonmuslim yang berada di bawah perlindungan
pemerintahan Islam.
F. Melancarkan jihad terhadap orang yang telah diberi keterangan tentang
ajaran Islam namun kemudian melakukan penentangan-sampai dirinya
memeluk Islam atau memilih di bawah tanggungan pemerintah Islam.
G. Menyertakan orang-orang terpercaya (amanah) dalam pemerintahannya
serta mengikuti nasihat orang-orang yang layak menasihati. Ini
dimaksudkan agar kecakapan dijadikan tolak ukur pemberian amanat dan
harta kekayaan dapat terlindungi.
H. Menjalankan pengawasan social.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat,
sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin di muka bumi maka
manusia harus bisa menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dan
di setiap langkah sebagai seorang pemimpin, Allah akan memberikan
peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu berhati-hati tentang apa yang
akan dilakukan sebagai khalifah Allah di bumi.

4.2. SARAN
Dalam makalah singkat ini penulis ingin menyarankan kepada rekan
mahasiswa hendaknya kita membuat tugas yang dibebankan oleh dosen
pengasuh kita yang berupa makalah khususnya mata kuliah seminar
pendidikan agama islam, kita membuat sendiri agar kedepannya kita menjadi
mahasiswa yang benar-benar siap pakai di kalangan masyarakat maupun
dunian kerja.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ridwan, Akbar . “Perspektif Kepemimpinan Dalam Islam” 3 April 2015.


http://www.dakwatuna.com/2015/04/03/66836/perspektif-kepemimpinan-dalam-
islam/

Fauzy, Rohman. “Kepemimpinan Dalam Islam Menurut Al-Quran dan


Hadist” 26 November 2013.
http://siponline.blogspot.co.id/2013/11/kepemimpinan-dalam-islam-menurut-
al.html

Varista, Suci. “Kepemimpinan Dalam Islam”. 15 Agustus 2015 .


http://www.academia.edu/11907159/Kepemimpinan_Dalam_Islam

Aryono, Dedy. “Kepemimpinan Dalam Islam, Ciri Pribadi Rasulullah”. 31


Maret 2014. https://dedyaryono.wordpress.com/kepemimpinan-dalam-islam-
cermin-pribadi-rasulullah/

Manhaj. “Tujuan Kepemimpinan Dalam Islam”. 22 Desember 2014.


http://www.kiblat.net/2014/11/28/tujuan-kepemimpinan-alam-islam/

17

Anda mungkin juga menyukai