DISUSUN OLEH :
Dosen Pengampu :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami.
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................................................................... 1
BAB 1
Pendahuluan ...............................................................................................................................................4
BAB 2
Pembahasan ................................................................................................................................................8
BAB 3
BAB 4
BAB 5 penutup
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik
dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah
impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana
yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan
social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya
sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal yang akan menjadi bahan
pembahasan dari makalah ini, yaitu:
Dari rumusan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penulisan dari makalah ini
adalah untuk:
· Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan
kreatifitas mahasiswa.
· Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
kepemimpinan.
D. MANFAAT PENULISAN
2. Dapat menambah pengetahuan para pembaca khususnya untuk mahasiswa UPU, tentang
perkembangan kepemimpinan dewasa ini.
3. Dapat dijadikan bahan acuan dosen pengampuh mata kuliah untuk mengembangkan
pembelajaran di dalam kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI KEPEMIMPINAN
· Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan.
· Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan
dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik
untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral
dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib
dan ide etuhanan yang berlainan.
· Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan
orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
· Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
· Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari
kepemimpinan Pancasila adalah :
- Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
- Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa
dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
- Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya
berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai
apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa :
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik
untuk mengurus atau mengatur orang lain.
B. TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang
kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang
teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The
Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu
antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
- Kecerdasan
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti
: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin
yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun
kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh
pemimpin.
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
1. Karakter Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut
suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang
diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang
mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali,
karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan
yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
2. Metode Kepemimpinan
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak
sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang
pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak
memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak
pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan Softskill
atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can
Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan)
dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal
penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
- Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach).
3. Perilaku Kepemimpinan
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun
kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin,
yaitu :
1. Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan.
2. Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
3. Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan
(recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
D. KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau
gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika
seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace)
dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan
dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from
the inside out ).
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan
sejati, yaitu :
- Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner
maupun aspek manajerial.
- Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin
yang berarti kehidupan).
- Q keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang
sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya
(self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan
bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang
lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna
kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh,
belajar dan berkembang baik secara internal maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
BAB III
BAGAIMANA SIKAP DALAM KEPEMIMPINAN
Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, nggak semua orang mau dan
mampu untuk menjadi pemimpin. Ada istilah, Natural Born Leader yang ditujukan untuk orang-
orang yang katanya sudah memiliki bakat untuk jadi pemimpin dari lahir. Namun, kamu tahu
nggak sih jika jiwa kepemimpinan itu sebenarnya bisa dibentuk dan diasah meski tanpa bakat
dari lahir?
Terkadang, kamu menghabiskan waktu untuk menjadi sosok yang diinginkan oleh orang
lain. Alhasil, kamu sering merasa salah langkah, karena sebelumnya, pertimbangan yang kamu
lakukan ketika memutuskan sesuatu hanya didasarkan pada pandangan orang lain saja dan bukan
pada kebutuhanmu sendiri. Sebaiknya pemimpin yang baik menghindari hal tersebut.
Mendengarkan pendapat yang lain boleh, tapi kamu harus tetap menjadi dirimu sendiri. Jika
kamu nggak bisa memutuskan hidupmu sendiri karena takut akan pandangan orang lain,
bagaimana bisa kamu memutuskan hal yang besar ketika jadi pemimpin?
2. Memiliki integritas
Pemimpin yang baik selalu memiliki integritas tinggi dalam setiap keputusan dan langkah
yang dilakukannya. Integritas yang tinggi, sebenarnya bisa ditunjukkan dengan selalu
mempertahankan nilai yang telah disepakati bersama dan berusaha untuk mewujudkan apa yang
menurutmu benar dan baik dilakukan demi kelompok.
3. Mampu bersikap tenang di bawah tekanan
Ketika menghadapi masalah, pemimpin yang baik seharusnya nggak langsung marah-
marah dan mencari kesalahan orang lain. Justru ia harus jadi orang yang paling tenang agar bisa
mencari solusi yang baik bagi kelompoknya.
4. Berani
Berani memutuskan sesuatu beserta dengan segala resikonya adalah salah satu ciri yang
mudah terlihat dari seseorang yang punya jiwa kepemimpinan. Nggak mungkin, kan, jika
seorang pemimpin selalu merasa ragu ketika memutuskan sesuatu? Kalau sampai terjadi, maka
mungkin saja ia akan kehilangan rasa percaya dari kelompoknya.
Belajarlah untuk selalu menghargai pekerjaan orang lain, meskipun itu hanya hal kecil
saja. Selalu ucapkan terima kasih dan berikan pujian sesekali, maka kamu akan merasakan
dampak yang besar, lho. Meski sepele, ucapan terima kasih dan pujian, mampu menyenangkan
perasaan orang lain dan akan berpengaruh baik pada kinerja mereka berikutnya.
6. Rendah hati
Bukan berarti ketika kamu dipilih sebagai pemimpin, maka kamu memiliki posisi lebih
tinggi dibandingkan dengan yang lain. Berusahalah untuk tetap rendah hati dan jangan selalu
melihat dunia hanya berpusat pada dirimu saja. Mulailah untuk memikirkan orang lain di
sekitarmu, ya.
7. Kreatif
Bentuk kreativitas tidak melulu berupa prakarya atau kesenian, ya. Perencanaan yang baik
juga merupakan buah dari kreativitas. Oleh karena itu, sebagai penentu tertinggi dalam
kelompok, seorang pemimpin harus memiliki sejuta ide kreatif untuk membuat rencana demi
mencapai tujuan kelompoknya.
Seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik kepada semua orang.
Tujuannya agar ia bisa menyampaikan ide dan semua rencana kerjanya dengan baik tanpa
adanya kesalahpahaman. Percuma saja, kan, jika punya banyak ide bagus di dalam pikiran, tapi
nggak bisa menyampaikannya pada orang lain.
9. Jujur
Bukan hanya pada pemimpin, sikap jujur memang harus dimiliki semua orang. Namun,
ketidakjujuran seorang pemimpin akan sangat fatal akibatnya bila nggak dihentikan. Oleh karena
itu, jika kamu ingin menjadi pemimpin yang baik, jangan sampai kamu berlaku nggak jujur ya.
Bertanggungjawablah dan lakukan dengan baik apa yang telah dipercayakan orang kepadamu
sebagai pemimpin.
BAB IV
PERSPEKTIF TENTENG PRILAKU KEPEMIMPINAN YANG
EFEKTIF
A. PENDEKATAN CIRI/SIFAT KEPEMIMPINAN
Sebelum tahun 1945, study leadership berkonsentrasi pada ciri/sifat, dimana karakteristik
tertentu sangat esensial untuk leadership yang efektif. Karena tidak semua orang memiliki ciri-
ciri tersebut, hanya mereka yang memilikinya yang dianggap dapat menjadi leader.
John Geier menemukan 3 ciri/sifat yang menghilangkan potensi seseorang menjadi leader
dan terjadinya persaingan tidak sehat dalam sebuah organisasi, yaitu ‘Perasaan tidak mendapat
informasi, perasaan menjadi non-partisipan, dan kekakuan.
Sementara itu Morgan McCall dan Michael Lombardo menemukan sebuah ‘cacat fatal’ (fatal
flaws) leader yang gagal sebelum dapat mencapai tujuannya, yaitu:
Periode pendekatan teori sikap adalah antara 1945; Ohio State & Michigan Sudy, serta
pertengahan 1960an, yaitu pada periode pengembangan Managerial Grid®.
Studi ini dimulai pada tahun 1945. Studi ini mempersempit perilaku leader pada 2 dimensi;
struktur inisiasi dan pertimbangan. Struktur Inisiasi mengacu pada pengertian ‘sebuah tipe leader
yang berorientasi tugas dan mengarahkan pekerja level bawah untuk pencapaian tujuan’,
sementara itu Pertimbangan mengacu pada ‘tipe perilaku leader yang sensitif terhadap pekerja
level bawah, menghargai ide dan perasaan mereka dan menciptakan kepercayaan.
Untuk mengetahui perilaku leader, para peneliti merancang sebuah kuesioner yang dapat
mengetahui tipe seperti apa leader tersebut, yaitu Leader Behavior Description Questioner
(LBDQ).
Dalam mempelajari perilaku para leader tersebut, staff Ohio State menemukan bahwa kedua
perilaku tersebut berada pada dimensi yang terpisah dan berdiri sendiri.
Para peneliti di Universitas Michigan mengidentifikasi dua konsep perilaku leader, yang
mereka sebut ‘orientasi pekerja’ dan ‘orientasi produksi’. Tipe yang pertama mementingkan
aspek hubungan mereka sementara yang kedua mementingkan aspek teknis dari pekerjaannya.
Ada dua tujuan sebuah kelompok, yaitu (1) pencapaian tujuan tertentu dari kelompok dan
(2) memperkuat grup itu sendiri. Grup tipe 1, mempunyai karakteristik ‘manajer berinisiatif
untuk bertindak, menjaga fokus anggota pada tujuan, memperjelas tujuan dan mengembangkan
perencanaan prosedural’, sementara tipe 2 ‘manajer mempertahankan hubungan interpersonal
yang menyenangkan, menengahi perselisihan, menyemangati, memberikan kesempatan pada
yang lemah untuk bisa didengar, menstimulasikan organisasi diri dan meningkatkan
kesalingtergantungan antar anggota’. Para peneliti ini menemukan tidak ada tipe yang menonjol,
tipe kerja dan hubungan bahkan merupakan dimensi yang terpisah.
Pada studinya, Likert menemukan bahwa kegagalan gaya manajemen sebuah organisasi dapat
berkesinambungan antara sistem 1 hingga sistem 4, yaitu:
B. Manajemen tidak memiliki kepercayaan kepada karyawan dan jarang melibatkan mereka
pada proses pengambilan keputusan.
Pada periode studi Likert, sepertinya tipe leader yang demokratis adalah yang paling
ideal, tetapi, berdasarkan definisi proses leadership adalah fungsi dari leader, pengikut dan
variabel situasional, tidak mungkin mengimplementasikan salah satu tipe leadership saja pada
semua situasi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, tau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
- Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).
- Leader yang efektif dan sukses mampu mengadaptasikan gaya leadership mereka pada
persyaratan kondisi yang tepat, maka itu, harus melihat sudut pandang teori leadership.
Meskipun penelitian tidak berhasil menemukan ilmu teori perilaku yang cocok, tidak membuat
teori menjadi tidak dapat digunakan. Alasan utama mengapa tidak ada satu gaya leadership yang
cocok adalah karena kepemimpinan pada dasarnya adalah bergantung pada situasi (situasional)
dan berkesinambungan. Manajer yang efektif tidak hanya harus mengetahui gaya leadership
mana yang cocok, tetapi juga harus melaksanakannya dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, N. (1990). “Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah“. Bandung: Mizan.
Departemen pendidikan agama republic Indonesia. (2004). “Al-Quran dan Terjemah Al-
Jumanaatul ‘Alii”. Bandung: Jumanaatul ‘Ali IKAPI.
Hilal, S. (2005). “Ketaatan Pada Pemimpin“, Rubrik: Taujihat. Dicetak dari PK-Sejahtera
Yahya, R. (2004). “Memilih Pemimpin Dalam Perspektif Islam”. Jakarta: Pustaka Nawaitu.
Source : google.com