Disusun oleh :
Fernanda
2020
2
KATA PENGANTAR
Pengetahuan Manajemen Lembaga Pendidikan Islam adalah ilmu penting dalam lintasan
pendidikan atau bahkan dalam gambaran penentuan suatu penyelesaian masalah di bidang
Pendidikan Agama Islam, mempunyai pengetahuan penting dan ikut menentukan perjalanan
pendidikan dan beragama di Indonesia, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam lahir dari akhlak
dan budi pekerti Nabi Muhammad SAW dan berkembang dengan corak kultur agama islam dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai warga muslim di Indonesia berwatak
keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah, menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai
berbagai manajemen pendidikan yang ada di sekitarnya terkhususnya dalam bidang pendidikan
agama islam dan pembahasan agama dengan metode dan kajian sumber hukum yang ada di
dalam islam itu sendiri. Para guru dan tokoh Nahdlatul Ulama‟ tidak pernah berfikir menyatukan
apalagi menghilangkan manajemen-manajemen pendidikan keagamaan yang ada di Indonesia
hanya menjadi satu manajemen. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap
toleransi terhadap hasil perumusan atau permusyawarahan para tokoh terlebih dalam bidang
pendidikan tersebut.
Sebagai warga negara Indonesia, terkhusus sebagai warga Nahdlatul „Ulama alangkah
baiknya kita mengetahui lebih dalam mengenai Manajemen Pendidikan Islam itu sendiri. Banyak
hal yang bisa kita temukan dan kita kaji dalam Manajemen Pendidikan Islam ini yang juga tidak
terlepas dari sejarah islam atau metode islam itu sendiri sehingga kita dapat memetik segala
hukum, hikmah dan kultur yang bisa dijadikan sumber kemajuan di bidang pendidikan di
Indonesia khususnya.
Dalam Makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan sedikit tentang beberapa materi
yang ada dalam Manajemen Pendidikan Islam sesuai judul tugas yang kami dapatkan dari dosen
kami, bapak Dede Setiawan M.Pd. Begitu juga sedikit kaitan sejarah agama islam dan karya-
karya yang dikembangkan oleh para tokohnya dari masa ke masa, terlebih dalam Manajemen
Pendidikan Agama Islam.
i
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
PENUTUP ................................................................................................................................................ 14
A.Kesimpulan ....................................................................................................................................... 14
B.Saran ................................................................................................................................................. 14
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Pendidikan Islam adalah ilmu terpenting dalam lintasan sejarah atau bahkan
dalam gambaran penentuan dalam mengatasi pendidikan di Indonesia, mempunyai maksud
penting dan ikut menentukan perjalanan peradaban di dunia pendidikan dalam beragama di
Indonesia, Sejarah dan Manajemen Pendidikan Islam lahir dan berkembang dengan corak
kulturnya sendiri dalam mempraktekannya di nilai-nilai sejarah islam dan sejarah lokal.
Sebagai warga negara Indonesia, terkhusus sebagai warga Nahdlatul „Ulama alangkah
baiknya kita mengetahui lebih dalam mengenai Manajemen Pendidikan Islam. Banyak hal yang
bisa kita temukan dan kita kaji dalam kesempatan hidup ini sehingga kita dapat memetik segala
hukum, hikmah dan kultur yang bisa dijadikan sumber dan pedoman berpendidikan. Dalam
Makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan sedikit tentang beberapa materi yang ada dalam
Manajemen Pendidikan Islam sesuai judul tugas yang kami dapatkan dari dosen kami. Begitu
juga sedikit sejarah perkembangan dan karya-karya yang dikembangkan oleh para tokohnya di
masa itu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan Islami?
2. Apa Kepemimpinan Islami Kepala Sekolah/ Madrasah?
3. Apa Ciri-ciri dan Syarat-syarat Kepribadian Pemimpin Lembaga Pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang Pengertian Pemimpin dan
Kepemimpinan Islami .
2. Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang Kepemimpinan Islami Kepala Sekolah/
Madrasah.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mujamil Qomar, “Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam”, (Jakarta:
Erlangga, 2007), hlm. 268-269.
2
Moedjiarto, “Sekolah Unggul Metodologi Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan” (Ttp : Duta Graha Pustaka,
2002), hlm.79.
2
3
berkaitan dengan penanggungjawaban yang dilakukan oleh seorang vigur, meskipun pendidikan
itu sendiri sebenarnya sudah sangat menguntungkan bagi setiap orang yang menggelutinya.
Pendidikan –seperti dikatakan Sargent (1994) merupakan instrumen untuk mengatasi
kesenjangan, mencapai derajat kesetaraan yang tinggi dan mencapai tingkat kesejahteraan yang
baik bagi siapa saja. 3
Dalam realitas sejarah, madrasah tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk
masyarakat islam itu sendiri. Sehingga sejak awal, madrasah merupakan konsep pendidikan
berbasis masyarakat (community based education). Masyarakat sebagai individu maupun
organisasi dengan didorong semangat keagamaan atau dakwah membangun madrasah untuk
memenuhi kebutuhan mereka, ini dapat dilihat bahwa kurang dari 90 % madrasah di Indonesia
milik swasta dan sisanya berstatus negeri dan ini berbanding terbalik dengan sekolah-sekolah
umum.4
3
Maliki Zainuddin, “Sosiologi Pendidikan”, (Bulaksumur Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Anggota
IKAPI, 2010), hlm. 5.
4
Muhaimin, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
184-185.
4
merupakan pagelaran akbar karya-karya umat islam. Book Fire tahun 2016 yang lalu saja,
misalnya, dikunjungi oleh 430 ribu masyarakat peminat buku, diikuti oleh hampir 500 ribu
penerbit dari dalam negeri dan juga mancanegara. Ini menunjukkan dinamika islam yang patut
disyukuri. 5
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti yang diungkapkan Supriadi bahwa ada kaitan yang
erat antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin
sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. 6
Pendidikan apabila dipahami dari segi agama memiliki nilai yang sangat strategis.
Sebagaimana ketika Rasulullah SAW berdakwah mengajarkan wahyu yang pertama kali turun,
beliau berkonsentrasi kepada kemampuan baca tulis.
Agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan pemimpin yang
mengerti akan komitmen yang menjadi tujuan tersebut. Karena pendidikan mengandung nilai-
nilai yang besar dalam kehidupan manusia baik di dunia maupun di akherat yaitu nilai-nilai ideal
Islam. Dalam hal ini ada tiga kategori, yaitu dimensi yang mendorong manusia untuk
memanfaatkan dunia agar menjadi bekal bagi kehidupan akherat, dimensi yang mengandung
nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan akherat yang
membahagiakan, dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kehidupan
duniawi dan ukhrawi.7
Dalam sejarah perkembangan pendidikan di dunia Islam, model kepemimpinan pastinya
sangat dipengaruhi oleh tokoh sentral pada masa tersebut. Di zaman Rasulullah, tokoh utama
kepemimpinan pendidikan tentunya adalah Rasulullah Saw. Di masa kepemimpinan beliau, bisa
dikatakan bahwa model kepemimpinan yang beliau jalankan adalah model kepemimpinan
situasional. Yakni model kepemimpinan yang memadukan antara model kepemimpinan
otokratis, permisif, dan partisipatif secara konsisten.
Model kepemimpinan situasional adalah perpaduan antara model kepemimpinan dimana
seorang pemimpin dapat menggunakan model kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan
kondisi yang mendukung, yakni kapan dia harus menentukan sendiri kebijakan dan
5
Zarkasyi Hamid Fahmi, Dkk, “Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam, ISLAMIA”, (Jakarta: INSISTS, 2016), hlm.
122.
6
E. Mulyasa, ”Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK”, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 24.
7
Djumransjah Indar, “Ilmu Pendidikan Islam”, (IAIN Sunan Ampel, Malang, 1992), hlm. 23-24.
5
menugaskannya kepada staf tanpa berkonsultasi dengan mereka, mengarahkan secara rinci dan
harus dilaksanakan tanpa pertanyaan, kapan dia harus memberi kepercayaan penuh kepada
bawahannya dengan prinsip umum bahwa pada prinsipnya semua manusia terlahir
bertanggungjawab dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kewajibannya, yang terakhir
kapan dia harus melibatkan stafnya dalam memutuskan suatu perencanaan.
Dalam masa keemasan pertama kali, yakni di masa kenabian, Rasulullah sangat sering
mempraktekkan kepemimpinan situasional ini. Diantara contoh yang dapat disuguhkan adalah
ketika beliau mengirimkan Mush‟ab bin Umair untuk menjadi duta pertama Islam ke Madinah
yang saat itu masih bernama Yatsrib.
Misi ini sebenarnya merupakan pekerjaan berat, dimana objek pendidikan adalah
masyarakat Yatsrib yang hampir 100% adalah penganut agama nenek moyang. Nabi Muhammad
Saw memberi kepercayaan begitu saja kepada Mush‟ab bin Umair karena beliau telah
mengetahui akan kapasitas Mush‟ab. Mush‟ab saat masih di Makkah terkenal sebagai ahli
negosiasi yang sangat diakui kehebatannya.
Dan benar terbukti Mush‟ab mampu membuat masyarakat Yatsrib secara berangsur
angsur melakukan bai‟at ke Mekkah menemui Nabi Muhammad Saw. Puncaknya adalah
hijrahnya Rasulullah Saw ke Yatsrib dengan disambut secara gegap gempita oleh seluruh
masyarakat Arab asli Yatsrib dengan nasyid yang terkenal thola‟al badru „alaina. Model
kepemimpinan seperti ini adalah yang bisa disebut dengan model kepemimpinan permisif.
Sementara contoh model kepemimpinan otokratis adalah ketika Rasulullah Saw
memerintahkan kepada shahabat Ali Ra untuk tidur di kamar Rasulullah Saw tanpa memberi
alasan sedikitpun kepada Ali Ra dan tanpa memberi peluang sedikit saja kepada Ali untuk
bertanya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik)
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.” [QS. Al-Ahzaab: 21]8
Sebagai pemimpin teladan yang menjadi model ideal pemimpin haruslah memiliki ciri
dan syarat sebagaimana Rasulullah dikaruniai empat sifat utama, yaitu:
1. Sidiq (Jujur)
Kejujuran adalah lawan dari dusta dan memiliki arti kecocokan sesuatu sebagaimana
dengan fakta. Di antaranya yaitu kata rajulun shaduq (sangat jujur), yang lebih mendalam
maknanya daripada shadiq (jujur). Nabi Saw disifati dengan ash-shadiqul amin (jujur dan
terpercaya), dan sifat ini telah diketahui oleh orang Quraisy sebelum beliau diutus menjadi
rasul.
2. Amanah (terpercaya)
Muhammad Saw bahkan sebelum diangkat menjadi rasul telah menunjukkan kualitas
pribadinya yang diakui oleh masyarakat Quraish. Beliau dikenal dengan gelar al-Amien, yang
terpercaya. Oleh karena itu ketika terjadi peristiwa sengketa antara para pemuka Quraish
mengenai siapa yang akan meletakkan kembali hajar aswad setelah renovasi Ka‟bah, mereka
dengan senang hati menerima Muhammad Saw sebagai arbitrer, padahal waktu itu
Muhammad Saw belum termasuk pembesar.
Dalam buku The 21 Indispensable Quality of Leader, John C. Maxwell menekankan
bahwa tanggung jawab bukan sekedar melaksanakan tugas, namun pemimpin yang
bertanggung jawab harus melaksanakan tugas dengan lebih, berorienatsi kepada ketuntasan
dan kesempurnaan. “Kualitas tertinggi dari seseorang yang bertangging jawab adalah
kemampuannya untuk menyelesaikan”.9
3. Tablig (Komunikatif)
Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas ketiga yang harus dimiliki oleh
pemimpi sejati. Pemimpin bukan berhadapan dengan benda mati yang bisa digerakkan dan
dipindah-pindah sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi pemimpin berhadapan dengan
8
“Al Qur’an Al Karim”, (PT. Tanjung Mas Inti, Demak 1980), hal. 379.
9
John C. Maxwell, “The 21 Indispensable Quality of Leader”, (Indonesia: Insan Cemerlang Press, 2017), hlm. 124-
125.
7
rakyat manusia yang memiliki beragam kecenderungan. Oleh karena itu komunikasi
merupakan kunci terjadinya hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyat.
Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya
menyatakan kebenaran meskipun konsekuensinya berat. Dalam istilah Arab dikenal
ungkapan, “kul al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau sampaikanlah kebenaran
meskipun pahit rasanya. Tablig juga dapat diartikan sebagai akuntabel, atau terbuka untuk
dinilai.
4. Fathanah (Cerdas)
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya
sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dia dalam
memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat. Pemimpin yang cerdas
tidak mudah frustasi menghadapai problema, karena dengan kecerdasannya dia akan mampu
mencari solusi. Pemimpin yang cerdas tidak akan membiarkan masalah berlangsung lama,
karena dia selalu tertantang untuk menyelesaikan masalah tepat waktu.
Mengatur banyak staf, personal, manajemen dan siswa memang tidak semudah yang
dilihat oleh mata, karena setiap pemimpin seharusnya mampu mengayomi dan
bertanggungjawab dunia dan akhirat.
Mengatur banyak siswa dalam dunia pengajaran memang gampang-gampang susah.
Oleh karena itu pendidik harus pandai dan bijaksana dalam mengatur mereka. Namun, yang
paling penting dalam hal ini adalah bagaimana ia bisa memahami sasaran pembelajaran dan
karakteristik siswa, sehingga cara mengatur dan memperlakukan mereka dapat berjalan
secara efektif dan efisien.10
Kepala madrasah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang
secara lansung berkaitan dengan proses pembelajaran sekolah. Sebagaimana dikemukakan
dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa:
”Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunakan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana”.11
10
Hamid Sholeh, “Metode Edu Tainment”, (Jogjakarta: Diva Press, Anggota IKAPI, 2013), hal. 235.
11
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990.
8
Dalam buku Sosiologi Pendidikan karya Zainuddin Maliki disebutkan; “You have to
listen to the river if you want to cath a trout”, kata pepatah orang-orang Irish. Jadi kalau kita
12
ingin menangkap ikan, maka kenalilah sungainya. Dalam hal ini jika kita ingin mengetahui
siswa/ mungkin staf dalam lembaga pendidikan maka kenalilah dulu karakternya.
Kepemimpinan menurut Rivai juga memiliki beberapa ciri penting yang
menggambarkan kepemimpinan Islam adalah sebagai berikut:
1. Setia, pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah Swt.
2. Tujuan, pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan
kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.
3. Berpegang pada syariat dan akhlak Islam, pemimpin terikat dengan peraturan Islam,
boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang pada perintah syariat. Waktu
mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika
berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.
4. Pengembang Amanah, menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah Swt yang
disertai oleh tanggung jawab yang besar. Qur‟an memerintahkan pemimpin
melaksanakan tugasnya untuk Allah Swt dan menunjukkan sikap baik kepada
pengikutnya.
5. Tidak sombong, menyadari bahwa diri ini adalah kecil, karena yang besar hanya Allah
Swt, sehingga allahlah yang boleh sombong. Sehingga kerendahan hati dalam memimpin
merupakan salah satu ciri kepemimpinan yang patut dikembangkan.
6. Disiplin, konsisten dan konsekuen, sebagai perwujudan seorang pemimpin yang
profesional yang akan memegang teguh janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan,
karena ia menyadari bahwa Allah Swt mengetahui semua yang ia lakukan bagaimanapun
ia berusaha menyembunyikannya.13
Dalam terminologi manajemen pendidikan Islam, kepemimpinan islami diwujudkan
sebagai posisi/jabatan manajerial tertentu yang memikul tanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi melalui aktivitas-aktivitas kepemimpinannya. Kepemimpinan demikian, dikategorikan
kepada administrative leader dan operative leader.
12
Maliki Zainuddin, “Sosiologi Pendidikan”, (Bulaksumur Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Anggota
IKAPI, 2010), hlm. 7
13
Veithzal Rivai, “Kiat Kepemimpinan dalam Abat-21”, (Jakarta : Murai Kencana, 2004), hal. 72.
9
Secara psikologis, manusia mempunyai sifat, watak dan kepribadian yang berbeda-beda.
Ada yang selalu dapat bersikap dan bertindak keras dan tegas, tetapi adapula yang lemah dan
kurang berani. Dengan adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing
pemimpin, meskipun beberapa dari mereka memiliki latar belakang pendidikan sama dan
diserahi tugas memimpin lembaga yang sejenis, tetapi karena adanya perbedaan kepribadian
diantara mereka, maka akan timbul pula perilaku dan sikap yang berbeda dalam menjalankan
kepemimpinannya. Kepribadian pemimpin pendidikan seharusnya memiliki hal-hal sebagai
berikut:
Seorang pemimpin harus selalu yakin bahwa dengan kemampuan yang dimilikinya,
setiap beban kerjanya akan dapat diwujudkan. Keyakinan akan kemampuan yang
dimiliki itu tidak berarti seorang pemimpin harus bekerja sendiri. Akan tetapi pemimpin
10
Pemimpin yang memiliki kemampuan bergaul akan mampu pula menghayati dan
memahami sikap, tingkah laku, kebutuhan , kekecewaan yang timbul, harapan-harapan
dan tuntutan-tuntutan anggota kelompoknya.Yang mana hal tersebut harus dibina
melalui sikap yang ramah dan hormat menghormati dengan anggota
kelompok walaupun kedudukannya sekedar seorang pesuruh.
d. Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang
menjadi lebih baik.
g. Suka menolong, memberi petunjuk dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana
11
Pemimpin yang baik adalah yang selalu setia pada cita-cita organisasi yang
dipimpinnya.Pengabdian lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.Sehingga
tampak kesediaan berkorban dalam tingkah lakunya demi kepentingan organisasinya.
Kejujuran, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya harus menjiwai dan
tercermin dalam setiap gerak dan tingkah laku yang wajar.
Seorang pemimpin harus bijaksana dan adil dalam membagi pekerjaan dan
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkenaan dengan perorangan atau
12
m. Disiplin
p. Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis ini memang paling sesuai dengan konsep Islam.
Yang mana di dalamnya banyak menekankan prinsip musyawarah untuk mufakat. Hal
ini sebagaimana terdapat dalam Q.S Ali Imron ayat 159, yang berbunyi:
• • •
Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap
mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(Q.S Ali Imron: 159)14
Dalam Era Industri 4.0 ini, sebaiknya sebagai kepala sekolah juga tidak ketinggalan
peradaban, teknologi dan pengetahuan lainnya. Kepala sekolah/ Madrasah turut mendukung
Komite Madrasah seperti halnya Ketentuan dalam Permenag 16 tahun 2020 tentang Komite
Madrasah tugas Komite Madrasah adalah mendukung peningkatan mutu pelayanan Pendidikan
Madrasah.
14
Depag RI, “Al-Qur’an dan Terjemahan”, (Toha Putra, Semarang, 2010), hal. 56.
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang pemimpin harus berani dalam mengambil keputusan sehingga kegiatan tidak
tertunda-tunda dan setiap personal dapat mewujudkannya dengan cara dan waktu yang tepat.
Disamping itu, pemimpin dituntut mampu bertanggungjawab atas segala akibat dari keputusan
yang telah dibuatnya.
Kejujuran, amanah, tabligh, fatonah, rendah hati, sederhana harus menjiwai dan
tercermin dalam setiap gerak dan tingkah laku seoraang pemimpin.
B. Saran
Dalam Era Industri 4.0 ini, sebaiknya sebagai kepala sekolah juga tidak ketinggalan
peradaban, teknologi dan pengetahuan lainnya. Kepala sekolah/ Madrasah turut mendukung
Komite Madrasah seperti halnya Ketentuan dalam Permenag 16 tahun 2020 tentang Komite
Madrasah tugas Komite Madrasah adalah mendukung peningkatan mutu pelayanan Pendidikan
Madrasah.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Mujamil Qomar, “Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam”, (Jakarta:
Erlangga, 2007)
Moedjiarto, “Sekolah Unggul Metodologi Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan” (Ttp : Duta Graha Pustaka,
2002)
Maliki Zainuddin, “Sosiologi Pendidikan”, (Bulaksumur Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Anggota IKAPI, 2010)
Muhaimin, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005)
Zarkasyi Hamid Fahmi, Dkk, “Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam, ISLAMIA”, (Jakarta: INSISTS, 2016)
E. Mulyasa, ”Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK”, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003)
Djumransjah Indar, “Ilmu Pendidikan Islam”, (IAIN Sunan Ampel, Malang, 1992)
Hamid Sholeh, “Metode Edu Tainment”, (Jogjakarta: Diva Press, Anggota IKAPI, 2013)
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990.
Maliki Zainuddin, “Sosiologi Pendidikan”, (Bulaksumur Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Anggota
IKAPI, 2010)
Veithzal Rivai, “Kiat Kepemimpinan dalam Abat-21”, (Jakarta : Murai Kencana, 2004)
15