Anda di halaman 1dari 19

KEPEMIMPINAN OTORITER DAN DEMOKRATIS

HALAMAN SAMPUL
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan pendidikan


yang diampu oleh Bapak Moh. Elman, M.Pd.I

Oleh :

KELOMPOK 2

1. Ach. Faqih Zamani Tamim (20170701012010)


2. Alawi
3. Husnul Khotimah (20170701012052)
4. Indah Nurul Komariah (20170701012055)
5. Nur Hakikoh (20170701012103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi
kesempatan untuk menyusun makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah
membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang terang benderang serta
penuh dengan ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan kali ini penulis dapat menyusun makalah tentang


“kepemimpinan otoriter dan demokratis.” Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan. Didalam makalah ini
kami mencoba memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan kepemimpinan
otoriter dan demokratis. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Ibu Moh. Elman, M.Pd.I selaku dosen pengampu dalam penulisan makalah
ini.
2. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini baik moral
maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan


di dalamnya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan dunia
pendidikan.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Pamekasan, 1 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan.........................................................4
B. Kepemimpinan Otoriter dan Demokratis......................................................5
C. Perbedaan Kepemimpinan Otoriter Dan Demokratis.................................11
D. Analisis Data Hasil Wawancara..................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak manusia sudah mulai hidup berkelompok dan mulai hidup menetap,
peran seorang pemimpin sudah mulai muncul dan mendapatkan pengakuan dari
masyarakat atau elompok tersebut. Bahkan jika hendak ingin melakukan
perjalanan, dalam senuah hadist diriwayatkan bahwa hendaknya ada seorang
pemimpin dalam perjalanan tersebut.

‫ان ثَالَثَةٌ فِ ْي َسفَ ٍر فَ ْلي َُؤ ِّمر ُْوا أَ َح َد ُك ْم‬


َ ‫إِ َذا َك‬
“Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat
salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.” (HR. Abu Dawud dan
Abu Hurairah)
Dan yang dipilih sebagai ketua rombongan adalah orang yang mempunyai
akhlak yang paling baik, paling dekat dengan teman-temannya, paling dapat
mengutamakan kepentingan orang lain (tidak egois) dan senantiasa mencari
kesepakatan rombongan (ketika ada perbedaan pendapat).
Menjadi pemimpin dalam bidang apapun cenderung menonjol, berdasarkan
kemampuan tenis dan keterampilan dalam memecahkan masalah organisasi yang
sedang dipimpin. Banyak pendapat dari beberapa ahli bahwa pemimpin muncul
berdasarkan bakat yang dimiliki sejak lahir untuk memimpin, dari pengetahuan,
keterampilan dan kompetensinya atau kemahiran dalam peran utama mereka
sebagai pemimpin. Seseorang dikatakan sebagai pemimpin karena (1) pekerjaan
yang harus diselesaikan dan harus berguna bagi organisasi, (2) kekompakan
orang-orang yang dipimpinnya menyelesaikan masalah organisasi.
Dalam membuat keputusan seorang pemimpin harus selalu mampu membuat
penilaian-penilaian rasional yang menentukan tuntutan kuaitas secara tepat
tentang situasi keputusan. Untuk itu, dengan diberikannya kepercayaan seorang
pemimpin harus menjadi pemimpin yang efektif. Dengan mengembangkan
efektivitas kepemimpinannya yaitu mengubah secara langsung situasi

1
kepemimpinan sesuai kebutuhan pencapaian tujuan. Tujuan yang ingin dicapai ini
terkadang berbeda proses pencapaiannya, salah satu yang mempengaruhi dalam
sebuah lembaga yaitu dari segi tipe kepemimpinan seorang pemimpin. Tipe
kepemimpinan pendidikan adalah pengklasifikasian terhadap, sikap, perilaku,
nilai dan sebagainya dari seorang pemimpin. Dengan mengenal lebih karakteristik
seorang pemimpin, tentu akan diketahui tipe kepemimpinan yang ditunjukkan,
apakah kepemimpinan tersebut efektif atau tidak efektif.
Dengan demikian makalah ini akan mencoba membahas tentang tipe
kepemimpinan otoriterdan demokratis, dimana akan dikupas secara luas sesuai
dengan bahan kajian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian kepemimpinan pendidikan?
2. Bagaimana pengertian kepemimpinan otoriter dan demokratis?
3. Apa saja perbedaan kepemimpinan otoriter dan demokratis?
4. Bagaimana analisis data hasil wawancara?
C. Tujuan
Secara umum, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca
untuk mengetahui Pendidikan dan moralitas remaja yang menjelaskan hal
mancakup sebab, akibat dan penyelesaiannya dalam kehidupan. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan otoriter dan demokratis
3. Untuk mengetahui perbedaan kepemimpinan otoriter dan demokratis.
4. Untuk mengetahui analisis data hasil wawancara
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, penulis mengambil beberapa manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
- Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai kepemimpinan otoriter
dan demokratis
- Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya.

2
2. Manfaat Praktis
- Bagi masyarakat, sebagai pengenalan terhadap kepemimpinan otoriter
dan demokratis sebagai jenis dari tipe-tipe kepemimpinan
- Bagi penulis, sebagai pendorong agar lebih terpacu dalam melakukan
penelitian dan menyempurnakan hasil penelitian.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan


Pemimpin dapat dikatakan berhasil jika dapat membawa perubahan kearah
yang lebih baik, berprestasi, dan kompetitif dalam skala besar, ialah pemimpin
yang memiliki inisiatif, kecerdasan, eterampilan, komitmen, integritas dan selalu
memperhatikan solusi dan factor anggota yang memengaruhi organisasi. Dengan
pengetahuan (performance) mampu memecahkan masalah, terus-menerus
mengembangka kreativitasnya, menjungjung tinggi nilai-nilai, dan memformulasi
solusi yang dibutuhkan untuk member tantangan yang bermanfaat bagi
organisasinya. Untuk pengertian kepemimpinan sendiri banyak para ahli yang
mengartikan kepemimpinan yang disesuaikan dengan sudut pandang yang dipakai
masing-maisng. Namun dari berbagai pandangan, Yukl mendefinisikan
kepemimpinan adalah suatau proses memengaruhi orang lain untuk memahami
dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan
secara efektif, serta memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai
tujuan bersama.1 Sebagaimana penjelasan Yukl, inti dari kepemimpinan adalah
pengaruh, bagaimana seorang yang diberi kepercayaan untuk memimpin dapat
memberikan pengaruh yang baik bagi organisasinya.
Dalam dunia pendidikan kepemimpinn memiliki peran yang strategis dalam
mengndisikan system pembelajaran yang ideal sebagaimana diharapkan dalam
Undang-Undang Dasar, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, maupun dalam
peraturan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan system pendidikan secara
nasional. Kepemimpinan yang baik akan memengaruhi metode dan teknologi
pendidikan, memengaruhi kemampuan dalam meningkatkan motivasi dan
semangat belajar siswa dan guru, serta mendorong kreativitas tenaga pendidik dan
kependidikan (guru dan karyawan/ staf TU) dalam proses belajar mengajar di
lembaga atau organisai pendidikan, baik lembaga mengajar di lembaga atau

1
Syaiful Sagala, Pendekatan & Model Kepemimpinan, (Jakarta: Prenada Media, 2018), hlm. 56

4
organisasi pendidikan, baik lembaga pendidikan formal, non-formal, informal dan
sejenisnya.2
Kepemimpinan dalam pendidikan atau kepemimpinan pendidikan adalah
suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan
menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu
Pendidikan dan pelaksanaan Pendidikan agar akegiatan yang dijalankan dapat
lebih efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran. 3
Seperti halnya kepemimpinan kepala sekolah, maka ia memiliki peran dalam
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan guru,
staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk beraktivitas/
berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan
pendidikan memiliki orientasi agar sumber daya manusia dalam ruang lingkup
pendidikan dapat dikoordinasikan untuk berkerja secara optimal dalam mencapai
tujuan yang ada. Tujuan ini meliputi tujuan baik dalam lingkup aktifitas kelas
(pembelajaran), satuan pendidikan, maupun departemental.4

B. Kepemimpinan Otoriter dan Demokratis


Tipe yang beranekaragam akan menghasilkan serta menunjukkan berbagai
teori maupun pendekaan-pendekatan yang bermacam macam. Dengan kondisi
demikian ini, efektivitas sebuah kepemimpinan dapat terindikasi dengan bernagai
kriterianya dengan tipe kepemimpinan yang diterapkan. Harsey dan Blaanchad
menjelaskan, “The stlye of leader is the consistent behavior pattens that they use
ehen they are working with and through other people as perceived by those
people”. Artinya tipe kepemimpinan adalah pola peerilaku para pemimpin yang
konsisten mereka gunaka ketika mereka bekerja dengan dan melalui orang lain
seperti dipersepsi oeang-orang itu.5

2
Urip Triyono, Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan: (Formal, Non Formal, dan
Informal), (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hlm. 9
3
Hendyat Soetopo, perilaku organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 209.
4
Abd. Haris, Kepemimpinan Pendidikan, (Surabaya: Government of Indonesia (GoI) and Islamic
Development Bank (IDB), 2013), hlm. 17
5
Mustajab, Masa Depan Pesantren : Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen
Pesantren Salaf, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2015), hlm. 36

5
Jadi, tipe kepemimpinan merupakan bentuk atau pola kepemimpinan dari
seorang pemimpin, yang didalamnya diimplementasikan beberapa perilaku atau
gaya kepemimpinan sebagai pendukungnya.

1. Tipe Otoriter

Autoratic Leaders

Followers Followers

Followers
Arus pengaruh kepemimpinan otoriter6

Dalam tipe kepemimpinan semacam ini pemimpin lebih bersifat


ingin berkuasa, suasana disekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali
tidak memberikan kebebasan kepada anggota kelompok untuk turut ambil
bagian dalam memutuskan sesuatu persoalan.7

Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan


“authoritarian” dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak
sebagai dictator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya
memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan
pemimpin yang otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang penafsirannya
sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah.
Kewajiban bawahan atau anggota hanyalah mengikuti dan menjalankan
perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus
patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.

Pemimpin yang otoriter tidak menghedaki rapat atau musyawarah.


Berkumpul atau rapat hanyalah berarti untuk menyampaikan instruksi-
instruksi. Setiap perbedaan di antara anggota kelompoknya diartikan
sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap
perintah atau instruksi yang telah diberikan. Dalam tindakan dan
6
Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994), hlm. 102
7
Hendyat Soetopo, perilaku organisasi, hlm. 210

6
perbuatannya ia tidak dapat di ganggu gugat. Inisiatif dan daya fikir
anggota semua dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya.

Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti


mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau
dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi:
mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang tidak taat dan tidak
percaya kepada si pemimpin, kemudian orang-orang semacam itu di
ancam dengan hukum, dipindahkan atau dipecat dari jabatannya, dan
sebagainya. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan patuh serta
dapat menyenangkan pribadinya, menjadi anak emas dan diberi
penghargaan.

Ciri-ciri yang menonjol pada tipe ini antara lain sebagai berikut:

a. Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi


hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi adalah
identik Napoleon yang berkata bahwa, “Negara adalah aku”,
merupakan contoh dari apa yang dimaksud. Dengan demikian, yang
bersangkutan memandang dan memperlakukan organiasasi sebagai
miliknya.
b. Ciri pertama tadi sering diikuti oleh ciri kedua, yaitu kegemarannya
menonjolkan diri sebagai “penguasa tunggal” dalam organisasi. Tidak
dapat menerima adanya orang lain dalam organisasi yang potensial
mampu menyaingi dirinya. Orang yang berpotensi demikian segera
disingkarkannya.
c. Pemimpin yang otoriter biasanya dihinggapi “penyakit”
megalomaniac, dalam arti “gila kehormatan” dan menggemari
berbagai upaya ataru seremoni yang menggambarkan “kehebatannya”
papda waktu mengenakan “pakaian kebesaran” dengan berbagai atribut
simbol-simbol keberhasilannya.
d. Tujuan pribadinya identik dengan tujuan organisasi. Ciri ini
merupakan “konsekuensi” dari tiga ciri yang disebut terdahulu.

7
Dengan ciri ini timbul persepsi kuat dalam dirinya bahwa para anggota
organisasi mengabdi kepadanya.
e. Karena pengabdian para karyawan diinterprestasikan sebagai
pengabdian yang sifatnya pribadi, loyalitas para bawahan merupakan
tuntutan yang sangat kuat. Demikian kuatnya, sehingga
“mengalahkan” kriteria kekaryaan yang lain seperti kinerja, kejujuran,
serta penerapan norma-norma moral dan etika.
f. Pemimpin yang otoriter menentukan dan menerapkan disiplin
organisasi yang “keras” dan menjalakannya dengan sikap yang kaku.
Dalam suasana kerja seperti itu tidak ada kesempatan bagi para
bawahan untuk bertanya, apalagi untuk mengajukan pendapat atau
saran. Tidak usah berbicara tentang kesempatan menyampaikan kritik.
Kalau pemimpin yang bersangkutan sudah mengambil keputusan itu
dikeluarkan dalam bentuk perintah dan para bawahan tinggal
melaksanakannya saja.
g. Seorang pemimpin yang otoriter biasanya menyadari bahwa gaya
kepemimpinannya yang otoriter itu hanya efektif jika yang
bersangkutan menerapkan pengendalian atau pengawasan yang ketat.
Karena itu, pemimpin yang demikian selalu berupaya untuk
menciptakan instrumen pengawasan sedemikian rupa sehingga dasar
ketaatan para bawahan bukan kesadaran, melainkan ketakutan.
Efektivitas kepemimpinan yang otoriter akan terlihat hanya selama
instrumen pengendalian dan pengawasan “berfungsi dengan baik”.8

2. Tipe Demokratis

Autoratic Leaders
8
Merisa Hasriana, Laporan Akhir: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang, (Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya, 2014), hlm.
16-17 Followers Followers

8
Followers
Arus pengaruh kepemimpinan otoriter9

Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya


bukan sebagai dictator, melainkan sebagai pemimpin di tengah tengah
anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok
bukan sebagai majikan terhadap buruhnya. Melainkan sebagai kakak
terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha
menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu
berpangka pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya. Dan
mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan


mengharap pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik
yang membangun dari para anggota diterima sebagai umpan balik dan
dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan selanjutnya. Ia
mempunyai kepercayaan pula pada anggota-anggotanya bahwa mereka
mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab.
Pemimpin selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Ia
selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Ia selalu
berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan da
mengembangkan daya kerjanya. Disamping itu, ia juga memberikan
kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan
memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan sebagian
tanggung jawabnya. Ciri- ciri pokok tipe kepemimpinan demokratis antara
lain:

9
Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan, hlm. 109

9
a. Mengakui harkat dan martabat manusia. Dengan demikian, berupaya
untuk selalu memperlakukan para bawahan dengan cara-cara yang
manusiawi.
b. Menerima pendapat yang mengatakan bahwa sumber daya manusia
merupakan unsur yang paling strategik dalam organisasi meskipun
sumber daya dan dana lainnya tetap diakui sebagai sumber yang
penting, seperti uang atau modal, mesin, materi, metode kerja, waktu
dan informasi yang kesemuanya hanya bermakna apabila diolah dan
digunakan oleh manusia, misalnya menjadi produk untuk dipasarkan
kepada para konsumen yang memerlukannya.
c. Para bawahannya adalah insan dengan jati diri yang khas dan karena
itu harus diperlakukan dengan mempertimbangkan kekhasannya itu.
d. Pemimpin yang demokratik tangguh membaca situasi yang dihadapi
dan dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi
tersebut.
e. Gaya kepemimpinan yang demokratik rela dan mau melimpahkan
wewenang pengambilan keputusan kepada para bawahannya
sedemikian rupa tanpa kehilangan kendali organisasional dan tetap
bertanggung jawab atas tindakan para bawahannya itu.
f. Mendorong para bawahan terapkan secara inovatif dalam pelaksanaan
berkarya, berupa ide, teknik, dan cara baru.
g. Tidak ragu-ragu membiarkan para bawahan mengambil risiko dengan
catatan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh telah diperhitungkan
dengan matang.10

C. Perbedaan Kepemimpinan Otoriter Dan Demokratis


Otoriter Demokratis
1. Kekuasaan ada pada 1. Pengambilan keputusan
pemimpin yang demokratis
2. Menganggap organisasi 2. Menganggap organisasi
sebagai pemilik pribadi sebagai milik bersama.
10
Merisa Hasriana, Laporan Akhir: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang, hlm. 18-19

10
3. Menganggap bawahan 3. dalam proses penggerakan
sebagai alat semata-mata bawahan selalu bertitik tolak
dari pendapat bahwa
manusia itu adalah makhluk
yang termulia di dunia.
Menganggap bawahan
sebagai partner/rekan/ mitra
kerja, dan kawan.
4. Tidak mau menerima kritik, 4. senang menerima saran,
saran dan pendapat pendapat, dan bahkan kritik
dari bawahannya
5. Dalam tindakan 5. ikhlas memberikan
penggerakkannya sering kebebasan yang seluas-
memperguna-kan luasnya kepada bawahannya
pendekatan yang untuk berbuat kesalahan
mengandung unsur paksaan yang kemudian diperbaiki
dan bersifat menghukum. agar bawahan itu tidak lagi
berbuat kesalahan yang
sama
6. Senang pada formalitas yang 6. selalu berusaha
berlebihlebihan, menuntut mengutamakan kerjasama
disiplin yang tinggi dan dan teamwork dalam usaha
kaku dari bawahan mencapai tujuan

Kepemimpinan itu bersifat situsional, artinya suatu tipe kepemimpinan


dapat efektif untuk situasi tertentu, tetapi dapat pula menjadi tidak efektif untuk
situasi yang lain. Sebagai contoh dalam situasi perang, tipe otoriter mungkin
sangat efektif agar semua terkendali. Namun untuk situasi normal tipe
kepemimpinan seprti ini kurang efektif untuk diterapkan. Secara implisit
tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang
mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal,
alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang
demokratis.

D. Analisis Data Hasil Wawancara


Data yang disajikan pada bagian ini berupa data hasil observasi, data hasil
wawancara dengan dosen Ibu Muliatul Maghfiroh, M.Pd.I yang merupakan dosen

11
pengampu mata kuliah Metodelogi Penelitian Kualitatif sekaligus merangkap
menjadi Kaprodi (Kepala Program Studi) jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam).
Untuk itu, sebagai seorang yang dipercayai untuk menjadi pemimpin, peneiti
menjadikan Ibu Muliatul Maghfiroh, M.Pd.I sebagai narasumber dalam penelitian
kali ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan wawancara yang
dilaksanakan pada tanggal 03 November 2019 yang bertujuan untuk melengkapi
dan meguatkan hasil dari teori-tori yang didapatkan. Menurut pendapat Ibu
Muliatul Maghfiroh, M.Pd.I maka dapat disajikan sebagai berikut:

1. Menurut pendapat Ibu Muliatul Maghfiroh, M.Pd.I apakah kepemimpinan


otoriter dan demokratis?

Kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang menggunakan


pendekatan top down, artinya kebijaan-kebijakan itu hasil dari ikhtiar
pemimpin saja tanpa melibatkan angota-anggotanya.

Kepeminpinan demokratis adalah kepemimpinan yang menggunakan


pendekatan bottom up, bottom up adalah hasil aspirasi dari bawahan/
anggota-angggotanya ditampung kemudian dimusyawarahkan dengan
pemimpin sehingga pemimpin memutuskan antara pilihan-piihan yang ada
dengan kesepakatan bersama. Pilihan yang telah ditentukan dijalankan secara
bersama dan dikontrol secara bersama-sama.

2. Apakah perberbeaan antara kepemimpinan otoriter dan demokratis ?

Berbeda, kalau kepemimpinan otoriter segala kebijakan terletak pada


pemimpinnya. Contohnya jika pemimpin mengatakan A bawahan hanya bisa
mengikuti kebijakan dari pemimpin yang mengatakan A. tetapi masing-
masing pendekatan mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Pendekatan top down kelemahannya adalah tidak bisa menampung aspirasi
dari anggotanya, bersifat subjektivitas pemimpin. Kelebihannya adalah
pemimpin bisa menentukan arah gerakan lembaganya, seorang pemimpin
beranggapan bahwa lebih cepat jika menggunkan visinya sendiri.

12
3. Bagaimana cara ntuk menentukan tipe kepemimpinan manakah yang akan
kita gunakan ?

Maka dilihat dari sumber daya manusia nya, karena tidak semua
kepemimpinan yang otoriter itu buruk, tidak seperti halya dictator dan
sebagainya. Kadang pemimpin pun mempunyai arah kebijakan yang
berorientasi kepada kesejahteraan mereka. Misalnya dalam sebuah sekolah
kebanyakan gurunya sudah berusia lanjut, jika seorang pemimpin
menginginkan lembaga nya mengikuti arus perkembangan zaman atau
system pendidikan terbaru di Indonesia, maka akan susah guru-guru tersebut
mengimbangi dengan guru-guru yang masih muda. Karena guru senior ini
masih menggunakan paradigma yang lama. Sehingga pemimpin mengambil
kebijkan untuk menambah tenaga pendidik yang masih muda, sehingga
dengan kebijakannya yang visioner akan didapati bahwa meskipun guru
senior tadi pergerakannya lambat akan sedikit terpacu dengan bantuan guru
muda. Jadi untuk menentukan tipe kepemimpinan yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan SDM (sumber daya manusia) nya.

4. Untuk menggunakan tipe kepemimpinan itu apakah bisa berubah-ubah antara


kepemimpinan otoriter dan demokratis?

Untuk mengkategorikan kepemimpinan seorang pemimpin termasuk


pada tipe yang mana itu relative. Karena terkadang seorang pemimpin
mempunyai sebab kenapa harus otoriter dan kenapa harus demokratis. Tetapi
yang lebih baik dalam tipe kepemimpinan itu adalah demokratis, entah itu
kebijakan cepat atau lambat memang harus dimusyawarahkan terlebih dahulu
supaya ada komunikasi sehingga ada kontrol bersama.

Dari hasil wawancara dengan Ibu Muliatul Maghfiroh, M.Pd.I dapat


disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan otoriter dan demokratis mempunyai
kelemahan dan kelebihannya masing-masing dari segi penggunaannya. Untuk
mengkategorikan seorang pemimpin dalam menggunakan tipe kepemimpinan itu
relative, bergantung dari situasi dan kondisi salah satunya adalah SDM (sumber
daya manusia) yang menjadi penggerak dalam kegiatan tersebut.

13
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan instusi pendidikan bergantung pada kepemimpinan
pendidikan. Efektivitas kepemimpinan pendidikan sangat menunjang output
pendidikan sebagai produk pendidikan. Efektivitas kepemimpinan bergantung
pada sejauh mana pemimpin mengaktualisasikan kemampuannya untuk
mengorganisir semua sumber daya yang di miliki oleh institusi pendidikan.

Dengan demikian, pemimpin pendidikan harus membekali diri dengan


kemampuan yang harus dimiliki serta memahami dan dapat mengaplikasikan
fungsi dan tugasnya. Kemampuan manajerial dan memiliki moralitas yang baik
merupakan salah satu prasyarat bagi kepemimpinan pendidikan.

E. Saran
Penulis mengharapkan kritikan dan saran sarannya yang bersifat
membangun terhadap makalah ini. Karena saya selaku penulis makalah ini masih
dalam tahap belajar. Atas segala saran saranya saya mengucapkan banyak
terimaksih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembacanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi, Manajemen Dan Kepemimpinan


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Haris, Abd. 2013. Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Government of


Indonesia (GoI) and Islamic Development Bank (IDB).

Hasriana, Merisa. 2014. Laporan Akhir: Pengaruh Gaya Kepemimpinan


Terhadap Kinerja Karyawan Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang,
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Mustajab.2015. Masa Depan Pesantren : Telaah atas Model Kepemimpinan dan


Manajemen Pesantren Salaf. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.

Sagala, Syaiful. 2018. Pendekatan & Model Kepemimpinan. Jakarta: Prenada


Media.

Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Triyono, Urip. 2019. Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan:


(Formal, Non Formal, dan Informal). Yogyakarta: Deepublish.

16

Anda mungkin juga menyukai