Anda di halaman 1dari 8

DASAR-DASAR FILSAFAT

“SUKU DAYAK SEBERUANG”

DISUSUN OLEH :

JASTIN

(F021201037)

PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH BUGIS-MAKASSAR

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


A. LATAR BELAKANG

Suku dayak seberuang adalah salah satu suku yang ada di indonesia yang masih
bertahan sampai sekarang terhadap derasnya arus globalisasi dan kemodernitas yang
semakin mennghanyutkan suku-suku pedalaman yang buta teknologi. Suku dayak
seberuang masih bertahan karena Negara indonesia masih dalam proses berkembang
dalam hal teknologi dan globalisasi dibandingkan dengan Negara-negara yang telah maju
seperti jepang, amerika serikat dan lain-lain. Namun, Negara-negara maju tersebut tidak
meninggalkan suku atau kebudayaan pendahulu mereka, hal inilah yang harus di contoh
oleh Negara indonesia agar suku-suku pedalaman atau pendahulu bisa terus ada dan tidak
hilang, dilupakan atau punah termasuk suku dayak seberuang yang asli dari indonesia.

Namun, negara Indonesia tidak hanyalah negara yang dipimpin oleh manusia
sehingga kita sebagai masyarakat harus saling mengingatkan dalam proses menjadi lebih
baik untuk kebaikan kita sebagai warga negara Indonesia. Suku dayak seberuang
termasuk dalam salah satu suku yang berada di daerah Kalimantan barat yang terkenal
akan hutan yang luas dan asri nan hijau. Suku dayak seberuang juga merupakan suku
yang kurang terekspos ke dunia luar bahkan negara Indonesia pun. Karena kurangnya
perhatian dari pemerintah dan warga sekitar atau warga negara Indonesia yang akhirnya
suku dayak seberuang ini kurang terekspos atau diketahui oleh masyarakat. Hal ini juga
yang menjadi ketakutan suku dayak seberuang yang jika mereka terus dilupakan oleh
negara sendiri dan masyarakat Indonesia nantinya mereka akan punah dengan sendirinya
atau dipunahkan oleh negara sendiri.

B. MASALAH

Suku dayak seberuang memiliki budaya yang sangat beragam yang harus
dipertahankan karena itu sudah menjadi ciri khas dari negara Indonesia yang memiliki
banyak suku dan kebudayaan dibandingkan dengan negara lain. Mulai dari kebudayaan
abstrak hingga non abstrak salah satu yang cukup terkenal dari suku dayak seberuang
adalah dongeng yang berisi tentang kisah-kisah yang memiliki makna kehidupan, lalu
itulah yang patut dibanggakan bukan dilupakan lalu mementingkan kepentingan pribadi.
Masalah itulah yang sering terjadi di Indonesia, hingga budaya sendiri dilupakan karena
glamour dari kehidupan. Masalah tersebut harus di selesaikan bersama antara pemerintah
dan masyarakat, tidak boleh ada keegoisan.

Suku daya seberuang, selain memiliki budaya yang beragam juga memiliki banyak
pepatah-pepatah yang tidak kalah dengan pepatah-pepatah yang sering didengar.Pepatah-
pepatah ini berisi tentang nasihat keagamaan, kehidupan dan cerita leluhur zaman dulu.
Pepatah-pepatah atau quotes ini juga termasuk kebudayaan yang bersifat sastra dalam
bentuk tulisan atau lisan yang harus dipertahankan karena ciri bahasa dan arti dari quotes
tersebut berbeda dengan quotes yang telah ada sekarang atau yang sering kita baca atau
dengarkan dan yang lebih penting quotes tersebut berasal dari suku dayak seberuang atau
salah satu suku yang ada di indonesia. Suku Dayak Seberuang adalah sub- suku Dayak
dari rumpun Iban yang terdapat di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Suku Dayak
Seberuang dalam kelompok besar menetap di: Kecamatan Sepauk, Sintang Kecamatan
Tempunak, Sintang. Daerah yang cukup terpencil namun areanya masih bisa diakses
karena perjalanan menuju suku dayak seberuang tidak terlalu memakan banyak waktu.
Menurut sejarah, raja yang pertama memerintah di Kerajaan Sintang berasal dari hulu
sungai Sepauk tepatnya di daerah bukit Kujau di hulu sungai Sepauk dan Tempunak.
Selain suku Dayak Seberuang, di daerah Sepauk khususnya berdiam pula suku Dayak
Sekujam dan suku Dayak Sekubang. Kedua suku Dayak ini diyakini menetap lebih awal
di kawasan ini yang kemudian karena ada perpindahan secara berkelompok oleh suku
Dayak Seberuang yang berasal dari Tampun Juah maka hampir seluruh kawasan di
sepanjang sungai Sepauk dan sungai Tempunak ditempati oleh orang Dayak Seberuang.
Selain itu, Seberuang juga merujuk pada satu kecamatan yang berada di kabupaten
Kapuas Hulu yaitu Seberuang, Kapuas Hulu. Karya sastra yang memiliki makna yang
berfilsafat yang ada di suku dayak seberuang adalah dongeng atau cerita rakyat yang
memiliki makna yang mendalam tentang arti kehiudpan, agama dan sebagainya.
C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yaitu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data penelitianya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian kualitatif. (Moelong, 2011: 4) mengemukakan penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan
dari orang – orang yang dapat diamati. Metode penelitian kualitatif ini bertujuan untuk
melakukan Suntingan Teks,Terjemahan dan Analisis Struktur Dongeng pada suku Dayak
Seberuang Di Desa Tempunak. Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam
penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. (Moelong 2011:11) mengemukakan “deskriptif
penelitian yang berupa data yang dikumpulkan adalah berupa kata – kata, gambar, dan
bukan angka – angka”. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendiskripsikan atau
mengambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti.
D. PEMBAHASAN

1. Struktur dongeng “ Pasak Dinding”.

a. Tema yang dapat diangkat berdasarkan judul dongeng “Pasak Dinding” ini
adalah rela berkorban demi orang yang tersayang.

b. Tokoh yang terdapat dalam dongeng Pasak Dinding, tokoh utama Pasak
Dinding, tokoh pendamping Dayang Pangi, orang tua Dayang Pangi, Buta, Singang,
Rimau, Buaya, Naga, Raja Gempa, Pantau Ajan, Petara dan Puyang Gana.

c. Penokohan atau karakter. Pasak Dinding (penyayang, berani dan percya diri).
Dayang Pangi ( keras kepala), Orang tua Dayang Pangi ( perhatian), Buta ( baik), Singang
( baik), Rimau ( baik), Naga ( baik dan penolong), Buaya ( baik dan penolong), Raja
gempa ( baik dan penolong),Pantau Ajan ( keras kepala), Petara dan Puyang Gana ( baik
dan penolong).

d. Alur yang digunakan dalam dongeng ini adalah alur maju.

e. Latar tempat ( tebing laut, di rumah, di hutan, kepalak ruai, seberang sungai).
Latar waktu ( malam), latar s uasana ( marah, kebingungan).

f. Amanat atau pesan yang bisa diambil dari dongeng ini yaitu hargailah
pengorbanan seorang suami, karena kita tidak tau apakah pengorbanan yang ia lakukan
dapat berdampak baik atau buruk bagi keluarga. Usaha yang Pasak Dinding lakukan
hanya untuk istrinya, agar apa yang inginkan istrinya bisa terwujud.

g. Gaya bahasa. Majas yang terdapat didalam dongeng ini yaitu majas hiperbola.
Majas hiperbola dari dongeng ini yaitu ketika Pasak Dinding memangil Petara dan
Puyang Gana, hentakan kaki mereka berdua membuat tanah seperti mau roboh disini
melebih-lebihkan dari kenyataan yang sebenarnya.

2. Struktur Dongeng “ Bujang Lemamang”.

a. Tema yang dapat diangkat berdasarkan isi dongeng yang berjudul “Bujang
Lemamang” ini adalah Ketabahan Lemamang dalam Menjalani Hidup.Tema ini tertuju
kepada tokoh utama dalam dongeng ini yaitu Lemamang.

b. Tokoh yang terdapat dalam dongeng Bujang Lemamang yaitu tokoh utama
Bujang Lemamang, Tokoh Pendamping Hantu Raya, Paman Lemamang, Bungsu Petara,
anak buah Raja, dan Raja.

c. Penokohan atau karakter, Bujang Lemamang ( lugu dan penurut), paman


Lemamang ( kejam), Hantu Raya ( baik, pekerja keras, pandai dan pemberani), Bungsu
Petara ( penurut dan memaksa), anak buah Raja ( penurut dan licik), Raja ( licik, sabar
dan keres kepala).

d. Alur yang digunakan dalam dongeng ini menggunakan alur maju.

e. Latar yang digunakan dalam dongeng ini yaitu latar tempat ( tepian, di dalam
kamar, ditengah-tengah ruang tamu, ladang, sungai, rumah, dalam perahu, di kapal). latar
waktu ( malam, pagi dan siang). Latar suasana ( terharu, takjub dan terkejut).
f. Amanat atau pesan yang diambil dari dongeng ini hendaknya kita harus memiliki
rasa sabar yang tinggi karena suatu saat kesabaran kita a kan membuahkan hasil yang
baik.

g. Majas yang terdapat dalam dongeng ini yaitu majas hiperbola dan personifikasi

3. Struktur dongeng “ Kambing dan ketiga anaknya”

a. Tema yang dapat diangkat berdasarkan isi cerita yang berjudul “ kambing dan
ketiga anaknya” ini adalah Kasih sayang ibu dibalas dengan kejahatan.

b. Tokoh utama dalam dongeng “Kambing dan ketiga anaknya” Kambing. Tokoh
pendamping Muanga, Muingi, Delima Pari dan orang kota.

c. Penokohan atau karakter. Kambing ( penyayang dan Rajin, sabar), Muanga (


keras kepala, tidak menghormati ibu), Muingi ( ikut arus, tidak menghormati ibu), Delima
Pari ( patuh, penyayang), ketiga oorang kota ( tidak sopan).

d. Alur yang digunakan dalam dongeng ini adalah alur maju.

e. Latar yang digunakan dalam dongeng ini yaitu latar tempat ( di darat dan di
sungai, di rumah, di jalan, depan pintu). Latar waktu (latar waktu berupa Hari, bulan dan
tahun). Latar suasana ( senang, bingung, sedih dan terkejut).

f. Amanat Amanat atau pesan yang diambil dari dongeng ini yaitu jangan menyia-
nyiakan kasih sayang seorang ibu, supaya kita tidak terkena malapetaka.

g. Majas yang digunakan dalam dongeng ini yaitu majas klimaks dan majas simile.

4. Struktur dongeng “Demang Ruik dan Burung Benang”.

a. Tema Tema yang dapat diangkat berdasarkan isi dongeng yang berjudul
“Demang Ruik” ini yaitu Terpaksa untuk menikah.

b. Tokoh dalam dongeng ini yaitu tokoh utama Burung Benang dan Demang Ruik.
Tokoh tambahan yaitu orang tua Burung Benang dan anak Burung Benang dan Demang
Ruik.

c. Penokohan atau karakter dalam dongeng ini. Demang Ruik ( suka memaksa,
penyayang, pesimis), Burung Benang ( Pasrah, tidak hormat kepada suami),Orang tua
Burung Benang ( Pasrah dan tidak tegas), Anak Burung Benang dan Demang Ruik (
Penurut).

d. Alur yang digunakan dalam dongeng ini adalah alur maju.

e. Latar yang digunakan dalam dongeng ini yaitu: latar tempat ( pohon lemak,
rumah, tanah jawa, di jamban dan di kamar). Latar waktu ( siang, tengah malam, malam).
Latar suasana ( bingung, penuh amarah, senang, kecewa).

f. Amanat atau pesan yang dapat dipetik dari dongeng ini yaitu jangan pernah
memaksa kehendak orang lain, karena tidak akan menghasilkan kebahagian yang kekal.

g. Majas yang digunakan dalam dongeng ini yaitu majas klimaks.


5. Struktur dongeng “ Rusak Saja dan Remaung Ensana”.

a. Tema yang dapat diangkat berdasarkan isi cerita yang berjudul “Rusak Saja dan
Remaung Ensana” ini yaitu Keberanian.Tema ini tertuju kepada tokoh Rusak Saja dan
Remaung Ensana.

b. Tokoh dalam dongeng ini yaitu tokoh utama Rusak Saja dan Remaung Ensana.
Tokoh tambahan ibu Rusak Saja dan Remaung Ensana, Hantu Raya, Dayang Putri
Bungsu, Raja (ayah dari Dayang Putri Bungsu), Raja Ulat, Putri Raja, Burung Raya, Raja
( ayah dari Putri Raja).

c. Penokohan atau karakter yang terdapat dalam dongeng ini yaitu ibu Rusak Saja
dan Remaung Ensana ( keras kepala), Rusak Saja ( penurut, pemberani, penyayang dan
perhatian), Remaung Ensana ( pemberani dan rela berkorban, pandai, penurut), Hantu
Raya ( baik dan bijaksana, Dayang Putri Bungsu ( Penurut dan penyayang), Raja ( ayah
Dayang Putri Bungsu ( baik dan ramah, bijaksana), Raja ulat ( penghalang), Putri Raja (
ramah dan sopan), Burung raya ( suka membunuh), Raja ( ayah dari Putri raj) karakter
nya baik dan bijaksana).

d. Alur yang digunakan dalam dongeng ini adalah alur maju.

e. Latar yang digunakan dalam dongeng ini yaitu latar tempat ( di ladang, di
jamban, jalan, pucuk mahligai, dalam kamar, depan pintu kamar, dalam lobang tanah,
kota raja. Latar waktu ( pagi dan malam). Latar suasana ( gelisah, sedih, takjub,senang).

f. Amanat atau pesan yang dapat dipetik dari dongeng ini yaitu pengorbanan
dengan tekad yang kuat, akan menghasilkan buah kebaikan. Seperti tokoh Remaung
Ensana yang mengorbankan dirinya naik ke pucuk mahligai untuk membunuh raja ulat
dan menyelamatkan Dayang Putri Bungsu.

g. Majas yang terdapat dalam dongeng ini yaitu majas hiperbola dan majas litotes).

E. PENUTUP

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah, Dongeng memberikan


pembelajaran yang menarik serta memberikan nilai positif bagi pembaca, sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Analisis struktur intrinsik dongeng meliputi
unsur intrinsik dongeng dari tema, tokoh, penokohan, latar, alur, gaya bahasa dan
amanat. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Suntingan Teks,
Terjemahan dan Struktur dongeng pada Suku Dayak Seberuang Desa Tempunak
Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang?, Tujuan Penelitian untuk Menyunting Teks,
Menerjemah Teks dan Mendeskripsikan Struktur dongeng pada Suku Dayak Seberuang
Desa Tempunak Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang. Metode yang digunakan
yaitu penelitian kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif. Objek penelitian yaitu
dongeng pada Suku Dayak Seberuang Desa Tempunak Kecamatan Tempunak Kabupaten
Sintang. Teknik pengumpulan berupa teknik komunikasi langsung dan teknik
dokumentasi. Alat pengumpulan data yang digunakan pedoman wawancara dan
dokumen. Analisis data berupa suntingan teks, terjemahan teks dan struktur dongeng.
Struktur Pasak Dinding menceritakan pengorbanan Pasak Dinding mencari yang
diinginkan istrinya, Dongeng BujangLemamang menceritakan kehidupan yang Bujang
Lemamang jalani, dongeng Kambing dan Ketiga anaknya menceritakan kejahatan kedua
anak Kambing, sedangkan dongeng Burung Benang dan Demang Ruik menceritakan
keterpaksaan Burung Benang menikah, dan dongeng Rusak Saja dan Remaung Ensana
menceritakan pengorbanan dua orang bersaudara. Hasil penelitian ini dapat diterapkan
dalam pembelajaran bahas dan sastra Indonesia di SMP kelas VII dengan standar
kompetensi mendengarkan. Kompetensi dasar menemukan dan menjelaskan unsur
intrinsik dongeng yang diperdengarkan.

Beberapa dongeng yang menjadi data sekunder penulis yaitu dongeng biasa
berjudul “Anak Mensia ngau Antu raya” yang menceritakan tentang dua anak manusia
dan sepasang raksasa. Sementara dongeng kedua yang penulis analisis yaitu dongeng
biasa atau dongeng klasik juga berjudul “Elang Nyarung” yang diperankan oleh ketiga
tokoh terkenal dalam dongeng suku dayak diantaranya adalah Kumang, Sekeling, dan
Nenek Kebayan. Dongeng ketiga yaitu dongeng yang terkenal dengan kebodohan tokoh
utamanya berjudul “Tabab” atau lebih dikenal dengan “Apai Alui”. Sedangkan dongeng
keempat berjudul “Miskin ngau Saudagar” yang menceritakan perjuangan Miskin,
kebodohan, dan keberaniannya hingga menemukan kehidupan yang diidam-idamkan.
Terakhir, yaitu dongeng kelima berjudul “Keruntuk Kas” yang memiliki keberuntungan
hingga bisa menjadi suami dari seorang putri raja, meskipun dalam situasi yang buruk
dan tidak dikehendaki. Diantara kelima judul dongeng tersebut diatas, semuanya
merupakan dongeng klasik atau dongeng biasa. Cerita antara manusia dan raksasa, serta
manusia dengan sesama manusia. Amanat dari cerita-cerita tersebut banyak mengandung
nasihat kehidupan kita sebagai manusia dan tidak lepas dari filsafat kehidupan manusia.

F. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/KAN/article/view/228

Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi,
dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai