Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KOMUNIKASI DENGAN TEMAN SEJAWAT, ATASAN DAN BAWAHAN

Dosen Pengampu : Marichatul Jannah, S.ST., M.Kes


Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. Nida Putri Salsabila (P1337430119001)
2. Monyca Destiana (P1337430119002)
3. Nailah Iftitah Mahdiyana (P1337430119003)
4. Rossy Gusma Ningrum (P1337430119017)
5. Indah Pratiwi (P1337430119019)
6. Azzam Azzukhuruful Khabib (P1337430119)
7. Dena Surya Pratama (P1337430119021)
8. Dhiya Mahasina Aulia Tsuroya (P1337430119025)
9. Renolia Widyaningrum (P1337430119030)
10.Vernika Indah Fajar Sari (P1337430119037)

PRODI D III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2019/2020
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan karunianya  kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat atas tugas dari Dosen Mata Kuliah  Pengembangan
Kepribadian yang menugaskan kami untuk membuat sebuah makalah mengenai
materi  “Komunikasi Dengan Teman Sejawat, Atasan dan Bawahan”, disamping
itu sebagai media pembelajaran kami, dalam melengkapi kegiatan perkuliahan.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga
kami yang senantiasa selalu mendo’akan kami, kepada Dosen Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian  yang telah mempercayakan tugas makalah
tentang Komunikasi ini kepada kami. Ucapan terima kasih juga kami tujukan
kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini, yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa
hormat kami.
Kami selalu merasa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan ,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima
dengan lapang hati demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 04 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Cover 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penulisan 5

1.4 Manfaat Penulisan 5

1.5 Metode Penulisan 5

Bab II Tinjauan Pustaka 6

2.1 Pengertian Komunikasi 6

2.2 Komunikasi Antara Atasan Dan Bawahan Dalam Suatu Organisasi 6

2.2.1 Jenis Komunikasi Yang Dikomunikasikan Ke Bawah 7

2.2.2 Bentuk Komunikasi Yang Digunakan Dalam Komunikasi Ke Bawah


8

2.2.3 Faktor Yang Memperngaruhi Komunikasi Antara Atasan Dan Bawahan


Serta Hambatan Dalam Komunikasi 8

2.3 Pengaruh Komunikasi Atasan Dan Bawahan Dalam Suatu Organisasi


10

2.4 Model Komunikasi Antar-Teman Sejawat 13

Bab III Pembahasan

Bab IV Penutup 17

3.1 Kesimpulan 17

3.2 Saran 17

Daftar Pustaka 18
3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1   Latar belakang

Pentingnya komunikasi dengan manusia adalah suatu hal yang tidak bisa
dipungkiri oleh manusia, begitu juga halnya dengan organisasi. Tidak hanya
pengetahuan dasar tentang komunikasi, pengetahuan dasar tentang organisasi
sebagai suatu lingkungan tertentu yang berstruktur, berkarakteristik, serta
memiliki fungsi tertentu adalah suatu hal yang mendukung kelancaran komunikasi
organisasi Orang yang tertarik untuk bergabung dalam suatu organisasi memilki
alasan yang beragam. Ada yang karena alasan profit, tuntutan profesi, penyebaran
ideologi maupun pemenuhan kebutuhan sosial.
Para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan utama manusia dan untuk
menjadi manusia yang sehat secara rohani adalah kebutuhan akan hubungan sosial
yang baik dengan orang-orang lain. Maslow menyebutkan bahwa salah satu dari
empat kebutuhan utama manusia adalah terfasilitasinya kebutuhan sosial untuk
memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima,
memberi dan menerima persahabatan (Tubbs and Moss, 2000: xii)
Hubungan yang hangat, ramah sangat dipengaruhi kemampuan seseorang
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Proses komunikasi yang kita lakukan tiap
hari berfungsi untuk memupuk dan memelihara hubungan kita dengan
lingkungan. Oleh sebab itu ketrampilan berkomunikasi memiliki arti penting
dalam kehidupan organisasi. Bahkan bisa dikatakan, ibarat organisasi adalah
tubuh makhluk hidup maka komunikasi adalah darah yang mengalir dalam tubuh
organisasi tersebut.
Littlejohn (2002) menjelaskan bahwa komunikasi berlangsung dalam
tingkatan konteks yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi dan yang terakhir komunikasi massa. Pembagian tingkatan
komunikasi tersebut tidak bersifat terpisah satu sama lain. Pada tingkatan yang

4
lebih tinggi, komunikasi juga mencakup bentuk-bentuk kmunikasi pada tingkatan
yang lebih rendah.
Dengan begitu bisa dipahami bahwa dalam komunikasi organisasi, terdapat
pula komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal yang terjadi di
dalamnya. Selain kedua bentuk komunikasi tersebut, dalam komunikasi organisasi
juga memiliki iklim komunikasi, budaya organisasi serta jenis komunikasi
lainnya.
1.2  Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang tersebut, maka secara garis besar ada 4
permasalahan yang dirumuskan yaitu:
1. Apa pengertian komunikasi?
2. Bagaimana proses komunikasi antara atasan dan bawahan dalam suatu
organisasi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi antara atasan dan
bawahan dalam organisasi dan apa saja hambatan di dalam komunikasi?
4. Bagaimana pengaruh komunikasi antara atasan dan bawahan dalam
suatu organisasi?

1.3   Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi
2. Untuk mengetahui komunikasi antara atasan dan bawahan dalam suatu
organisasi
3. Untuk mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi komunikasi antara
atasan dan bawahan dalam organisasi serta hambatan di dalam
komunikasi
4. Untuk mengetahui apa saja pengaruh komunikasi antara atasan dan
bawahan dalam suatu organisasi

1.4 Manfaat Penulisan

5
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kewajiban
dalam tugas perkuliahan serta untuk lebih mendalami pembahasan materi tentang
komunikasi dengan teman sejawat, atassan dan bawahan.

1.5  Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang di gunakan oleh penulis bersumber dari buku-
buku dan juga dari internet.

6
7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi


Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) mendefinisikan komunikasi
sebagai the process by which people attempt to share meaning via the
transmission of symbolic messages. Komunikasi adalah proses dimana seseorang
berusaha untuk memberikan pengertian atau pesan kepada orang lain melalui
pesan simbolis. Komunikasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang tersedia.
Komunikasi langsung berarti komunikasi disampaikan tanpa penggunaan
mediator atau perantara, sedangkan komunikasi tidak langsung berarti sebaliknya.
Berdasarkan pengertian diatas, maka komunikasi memiliki beberapa elemen
penting, yaitu:
Komunikasi melibatkan orang-orang,sehingga komunikasi yang efektif terkait
dengan bagaimana orang-orang dapat berinteraksi satu sama lain secara lebih
efektif. Komunikasi berarti terjadinya berbagi informasi atau pemberian informasi
maupun pengertian (sharing meaning), sehingga agar pemberian informasi
maupun pengertian ini dapat terjadi, maka pihak-pihak yang berkomunikasi perlu
menyadari dan mengerti berbagai istilah atau pengertian yang mereka gunakan
dalam melakukan komunikasi. Jika tidak, maka kemungkinan terjadinya salah
persepsi dalam komunikasi sangat tinggi. Komunikasi melibatkan simbol-simbol,
yang berarti komunikasi dapat berupa bahasa tubuh, suara, huruf, angka, dan lain-
lain sebagai bentuk simbolis dari komunikasi yang dilakukan.

2.2 Komunikasi antara atasan dan bawahan dalam suatu organisasi


Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan
yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang
terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus
ada komunikasi dua arah untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan
8
untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk
mencapai tujuan suatu organisasi. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah
komunikasi atasan bawahan.
Komunikasi atasan bawahan meliputi komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal adalah transaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya, yang
meliputi orang lain seperti teman, keluarga, anak, rekan kerja, dan bahkan orang
asing (Myers & Myers, 1992). Dalam lingkup organisasi, komunikasi
interpersonal menentukan keberhasilan sebuah organisasi.
Proses komunikasi yang terjadi di dalam organisasi khususnya yang
menyangkut komunikasi antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor penting
dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung
dari hubungan atasan bawahan yang memuaskan yang dibangun berdasarkan
iklim dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Agar hubungan ini
berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan
bawahan (Muhammad, 2001).Keterbukan dan kepercayaan ini terbentuk dari
proses komunikasi interpersonal yang efektif.

2.2.1    Jenis Informasi yang dikomunikasikan ke Bawah


Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), komunikasi dari
atas ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:
a. Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu. Tipe informasi ini
memusatkan pada apa yang harus karyawan lakukan dan bagaimana
melakukannya. Instruksi kerja yang berbentuk perintah, pengarahan,
penjelasan dan deskripsi pekerjaan merupakan cara untuk
menyampaikan informasi jenis ini.

b. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.


Tipe informasi ini bertujuan agar karyawan mengetahui bagaimana
pekerjaan mereka berhubungan dengan tugas-tugas dan posisi lainnya
dalam organisasi dan mengapa mereka melakukan pekerjaannya. Dengan

9
kata lain, tipe informasi ini membantu karyawan mengetahui bagaimana
pekerjaan mereka membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.
c. Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional.
Karyawan diberikan informasi mengenai jumlah jam kerja, gaji, program
pensiun, asuransi kesehatan, liburan dan ijin cuti, program insentif,
penalti dan hukuman.

d. Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan.


Informasi mengenai hasil kerja karyawan sangat penting dalam
mempertahankan operasional perusahaan. Karyawan sering mengeluh,
seperti mereka tidak tau bgaimana supervisor melihat performans
mereka.

e. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu


organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

2.2.2 Bentuk Komunikasi yang digunakan dalam Komunikasi ke


Bawah (Muhammad,2004):
a. Bentuk lisan: rapat, diskusi, interview, telepon, sistem interkom, kontak
interpersonal, laporan lisan, ceramah.
b. Bentuk tulisan: surat, memo, telegram, majalah, surat kabar, deskripsi
pekerjaan, panduan pelaksaan pekerjaan, laporan tertulis, pedoman
kebijaksanaan.
c.  Bentuk gambar: grafik, poster, peta, film, slide.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi komunikasi antara atasan dan


bawahan serta hambatan dalam komunikasi
1. Faktor yang mempengaruhi komunikasi atasan dan bawahan
Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu
berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
yaitu sebagai berikut:
1)   Keterbukaan

10
Kurangnya sifat terbuka antara pimpinan dan karyawan akan
menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan
gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu
memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau
memberikan informasi kebawah bila mereka merasa pesan itu
penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak
relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipengangnya. Misalnya
seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi
karyawan guna menyempurnakan produksi, tetapi tidak mau
mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-
masalah organisasi.
2)   Kepercayaan pada pesan tulisan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan
metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan
yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan
pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa
buletin, booklet, dan film sebagai pengganti kontak personal secara
tatap muka antara atasan dan bawahan.
3)   Pesan yang berlebihan
Banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara tertulis maka
karyawan dibebani dengan memo, buletin, surat pengumuman,
majalah dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-
pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap
pesan tersebut biasanya cenderung tidak membacanya. Banyak
karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap
penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca.
4)  Ketepatan waktu
Ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi
ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat
bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah
laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat
11
saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan
karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat
dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi
kepada efektifitasnya.
5)  Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semua
diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.
Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam
faktor diantaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah
mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya
kepada seorang supervisor mungkin memblok supervisor.
2.   Hambatan dalam komunikasi
Hambatan atau gangguan merupakan sifat yang melekat pada
komunikasi. Hambatan dapat menghalangi pengirim dalam
mengirimkan pesan dan penerima dalam menerima pesan. Sehingga
membuat pesan yang disampaikan pengirim berbeda dengan pesan
yang diterima di penerima (Curtis, Floyd& Winsor, 2005). Menurut
Curtis, Floyd& Winsor ( 2005), jenis hambatan komunikasi adalah:
a) Hambatan fisik
Faktor fisik dari pengirim dapat menjadi hambatan dalam
komunikasi. Misalnya gangguan kesehatan (suara serak), kecepatan
bicara dan intonasi suara. Faktor fisik dari lingkungan juga dapat
menjadi hambatan dalam komunikasi. Misalnya gangguan alat
komunikasi, suara mobil atau pesawat yang lewat, dengungan
komputer, suara genset, dll.
b) Hambatan psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam
komunikasi. Umumnya disebabkan oleh si pengirim. Sebelum
berkomunikasi, tidak mengkaji/melihat kondisi si penerima.
c) Hambatan dalam proses komunikasi

12
-  Hambatan dari si pengirim, misalnya pesan yang akan
disampaikan belum jelas bagi si pengirim itu sendiri. Hal ini
sering dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional dari
si pengirim ketika mengirimkan pesan.

- Hambatan dari si penerima, seperti kurangnya perhatian pada


saat menerima atau mendengarkan pesan tanggapan yang keliru
dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

- Hambatan dalam memberikan umpan balik. Umpan balik yang


diberikan tidak apa adanya, tidak tepat waktu, tidak jelas, dan
sebagainya.
d) Hambatan semantik
Menyangkut bahasa yang dipergunakan pengirim  sebagai „alat‟
untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada penerima.
Seorang pengirim harus benar-benar memperhatikan hambatan
semantis ini, sebab salah ucap dapat menimbulkan salah pengertian
yang pada akhirnya bisa menimbulkan salah komunikasi.

2.3 Pengaruh komunikasi atasan dan bawahan dalam suatu organisasi


Manusia merupakan unsur terpenting dalam suatu organisasi, maka
pemeliharaan hubungan yang terus-menerus dan serasi antara manajer dengan
karyawan dalam setiap organisasi menjadi sangat penting. Pemeliharaan
hubungan tersebut adalah menyangkut komunikasi yang efektif dalamorganisasi
agar dapat tercapai kepuasan kerja karyawan.
Komunikasi yang terbuka dan efektif dapat dianggap sebagai aset
perusahaan yang jujur, langsung dari manajemen, dan bekerja dengan manajemen
dalam tim yang organisasi. Kepuasan kerja karyawan adalah faktor utama dari
struktur komunikasi yang menonjol dari sebuah organisasi.
Terciptanya komunikasi yang efektif di antara manajer dan karyawan
banyak dipakai sebagai alasan oleh karyawan untuk menyukai pekerjaannya.
Dalam hal ini, adanya kesediaan pihak manajer untuk mau mendengar,

13
memahami, dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat
berperan dalam menimbulkan kepuasan dalam bekerja.
Penting bagi manajer untuk mengusahakan terciptanya komunikasi yang
efektif dalam organisasi, sebab dengan efektifnya komunikasi dalam organisasi
tersebut, maka akan memicu peningkatan kepuasan kerja karyawan, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas yang artinya bagi organisasi terjadi peningkatan
produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku
karyawannya. Selanjutnya, masyarakat tentu akan menikmati hasil kapasitas
maksimum dari organisasi, serta naiknya nilai manusia di dalam konteks
pekerjaan. Manusia merupakan unsur yang terpenting dalam suatu organisasi,
maka pemeliharaan hubungan yang terus-menerus dan serasi antara manajer
dengan karyawan dalam setiap organisasi menjadi sangat penting. Pemeliharaan
hubungan tersebut adalah menyangkut komunikasi yang efektif dalam organisasi
agar dapat tercapai kepuasan kerja karyawan.
Efektivitas komunikasi perlu ditingkatkan demi tercapainya komunikasi
yang baik antar jabatan dalam organisasi. Komunikasi yang jelas dan efektif akan
meningkatkan kinerja karyawan sehingga dapat menguntungkan perusahaan.
Peningkatan efektivitas komunikasi dapat dilakukakan dengan:
a.   Kesadaran akan kebutuhan komunikasi efektif,
b.     Penggunaan umpan balik,
c.     Menjadi komunikator yang lebih efektif, dan
d.      Pedoman komunikasi yang baik
Dalam mewujudkan komunikasi efektif dalam organisasi, perlu adanya
kerjasama antar anggota organisasi tersebut. Hubungan antara atasan dan bawahan
juga dapat mempengaruhi komunikasi yang efektif. Manajer berperan penting
dalam menjalin komunikasi kepada karyawan, agar terciptanya suasana yang
kondusif.
Dalam berkomunikasi kebanyakan orang-orang lebih memilih untuk menulis
daripada berbicara. Namun, tidak ada yang lebih buruk daripada acara menjawab
surat-surat itu. Sangat memprihatinkan dilihat dari sedikitnya kepedulian
seseorang dalam membalas surat-surat itu tepat pada waktunya Pemimpin-
14
pemimpin dan perusahaan terbaik mempunyai falsafah sederhana The Sun Down
Rule (Aturan Matahari terbenam)  jawablah semua surat dalam 24 jam dan semua
telepon sebelum matahari terbenam. Maka dari itu sebuah komunikasi yang baik
dalm sebuah kelompok kerja atau tim yaitu memiliki filsafah dan kebijakan untuk
berkomunikasi tertulis yang efektif dan segera.
Komunikasi akan menjadi efektif ketika terjadi umpan balik antara dua arah
atau lebih. Akan tetapi pada kenyataannya saat ini banyak orang
mengesampingkan umpan balik dalam komunikasi. Pan America World Airways
dalam beritanya gulung tikar pada tanggal 4 Desember 1991. Perusahaan
penebangan terbesar yang pernah ada ini sebenarnya memiliki beberapa tenaga
kerja terbaik di industrinya, beberapa diantaranya bukan main tingkat dedikasinya
serta komitmennya. Namun keruntuhan perusahaan tersebut sesungguhnya
disebabkan oleh ketidakmampuan dalam berekomunikasi. Banyak kasus yang
terjadi dalam perusahaan tersebut yang tidka kunjung selesai dikarenakan tidak
memperoleh jawaban dai kantor pusat Pan AM di New York. Inilah merupakan
salah satu bukti pentingnya umpan balik dalam berkomunikasi. Selain untuk
memberikan informasi dengan adanya respon umpan balik ini, akan memberikan
kepercayaan terhadap sesama kelompok kerja baik dalam lingkup organisasi 
besar maupun kecil, dan sekaligus dapat mengevaluasi berjalannya suatu rencana
yang telah disusun apakah sesuai dengan tujuan atau tidak.
Komunikasi merupakan hal yang penting dan harus terjadi antara atasan dan
bawahan maupun sesama karyawan di dalam perusahaan. Komunikasi yang baik
dan efektif dapat membuat kinerja karyawannya menjadi lebih baik, karena pada
dasarnya sebagai sumber daya manusia, membutuhkan sesuatu agar dapat
memacu keinginan mereka untuk dapat bekerja dengan lebih giat sehingga mereka
mampu meningkatkan kreativitas dan semangat kerja sesuai dengan batas
kemampuan masing-masing.

2.4 Model Komunikasi antar-teman sejawat


Istilah model komunikasi mengacu pada Nurudin (2016:217) bahwa secara
sederhana model itu diartikan sebagai alat bantu. Sebagaai alat bantu ia tentu
15
digunakan untuk mem- permudah penjelasan dalam proses komunikasi. Dengan
kata lain, model mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan
merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri yang dianggap penting dan
menghilangkan rincian yang tidak perlu. Model diibarakan juga sebagai sebuah
peta. Juga merupakan representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan
unsur-unsur ter- penting guna memahami suatu proses komunikasi

Secara teoritik, fungsi model menurut Wizeman dan Lary Baker yang
dikutip Mulyana (2001, 123) antara lain: (1) melukiskan proses komuniksi, (2)
menunjukkan hubungan visual, dan (3) mem- bantu menemukan dan mem-
perbaiki kemacetan komunikasi.

Terdapat terdapat macam model komunikasi, bahkan setiap orang juga dapat
membuat model komunikasi tersendiri. Tetapi para ahli komu-nikasi dapat
menge- lompokkan model komunikasi kedalam tiga jenis besar yakni:

a. Model komunikasi Linier/satu arah,


b. Model komunikasi sirkuler/ dua arah, dan
c. Model komunikasi spiral/ helical. (Nurudin, 2016: 218 – 219).

Penulis tidak memjelaskan ketiga model komunikasi ini secara keseluruhan,


tetapi yang dianggap perlu yakni salah satu model yang berkaitan dengan model
komunikasi sirkuler, yaitu model yang dikemukakan oleh Theodore M.
Newcomb, yang disebut dengan Model Newcomb yang juga popular dengan
Model ABX. Model ini menggunakan peran komunikasi dalam hubungan sosial
dalam usaha untuk menjaga keseimbangan sosial dalam sistem sosial. Dengan
kata lain, model komunikasi ini menjadi sarana untuk memper- tahankan
hubungan antarindividu (Nurudin, 2016: 230). Dijelaskan bahwa: Model ABX
bekerja dalam format segitiga, disebut juga sistem ABX, dimana A yaitu sender
(pengirim pesan), B yaitu reciver (penerima pesan), dan X adalah matter of
concern (masalah kepedulian). Model ini secara ringkas dapat dijelaskan berikut
ini.

16
A dan B mempunyai hubungan, sementara hubungan A dan B dipengaruhi
oleh faktor X (biasa tema pembicaraan, orang ketiga, atau masalah kebijakan atau
program dan lain-lain).Sebagai sebuah hubungan layaknya sebuah sistem, mem-
butuhkan keseimbangan atau hubungan simetris (ABX ber- hubungan simetris).
Ketiadak- seimbangan atau tidak adanya hubungan simetris secara manusiawi
tidak menyenangkan atau menimbulkan tekanan sehingga perlu dipulihkan (agar
tercapai keseimbangan itu).

Jika diringkas dan penjelasan mengenai informasi bisa diprediksi bahwa


seseorang (A) menyam- paikan informasi kepada sese- orang lainnya (B)
mengenai sesuatu (X). model ini meng- asumsikan bahwa orientasi A (sikap)
terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu
sistem yang terdiri dari empat orientasi antara lain:

a. Orientasi A terhadap X, yang mempunyai sikap terhadap X sebagai objek


yang harus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan
tatanan kognitif).
b. Orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama.
c. Orientasi B terhadap X.
d. Orientasi B terhadap A (Lihat Mulyana, 2001: 142-144).

Untuk jelasnya model ABX dapat dilihat dalam contoh berikut:

- Jika A menyukai olahraga sepakbola (X), sementara temannya (B) juga


menyukainya, Maka hubungan A dan B positif.
- Jika A menyukai olahraga sepakbola (X), sementara temannya (B) tidak
menyukainya, Maka hubungan A dan B negatif.
- Jika A tidak menyukai olahraga sepakbola (X), sementara temannya (B)
juga tidak menyukainya, Maka hubungan A dan B positif.

Hubungan ABX ini dapat juga dikembangkan melalui contoh atau dianalogikan
dengan tema/kasus lain, yang akan dilakukan oleh antar-teman sejawat
dikalangan pelajar SMU dan MA dalam mendukung pendidikan budaya damai.

17
Jika dikaji lebih dalam model ABX ini mengasumsikan bahwa sikap A terhadap B
dan X saling bergantung. Ketiga hubungan tersebut merupakan suatu sistem yang
terdiri dari empat hubungan;

(1) hubungan A terhadap X, (2) hubungan A terhadap B, (3) hubuungan B


terhadap X, dan (4) hubungan B terhadap A.

Selain model di atas, harus diperhatikan beberapa hal yang dapat dijadikan
pegangan dalam melancarkan komunikasi tatap muka dalam kelompok kecil,
yakni sebagai berikut:

a. Adakanlah persiapan yang saksama sebelum ber- komunikasi.


b. Bangkitkanlah perhatian begitu komunikasi dimulai.
c. Peliharalah kontak pribadi selama berkomunikasi.
d. Tunjukkan diri sebagai komunikator terpercaya.
e. Bicaralah dengan tegas, jelas, dan meyakinkan.
f. Kemukakanlah fakta dan opini dalam uraian yang sistemetis dan logis.
g. Hormatilah kritik komunikan.
h. Jangan bersikap super.
i. Jangan mengeritik.
j. Jangan “ngotot”.
k. Jangan emosional. (Effendy, 2005: 127)

18
BAB III

HASIL DAN PEMAHASAN

3.1 Bagaimana cara menghadapi karyawan lama yang bersikap senioritas terhadap
karyawan baru padahal jabatannya sama
Pada dunia kerja, rekan kerja yang lebih senior merupakan salah satu hal tidak
bisa dihindari. Karakter masing – masing senior pun berbeda. Ada yang positif
dengan memberi dukungan dan membangun kerjasama tim, dan ada pula yang
bersikap bossy hingga terkesan agak bullying. Terkadang kita juga tidak memiliki
pilihan lain, mengingat mencari kerja bukan pekerjaan yang mudah. Tentu saja kita
harus menyiasati hubungan dengan para senior. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan siapa saja dalam mengharmoniskan hubungan dengan rekan kerja yang
lebih senior.

1. Berpikir Positif (Positive Thinking) dengan Senior


Pikiran positif merupakan kunci utama dalam menghadapi rekan kerja
yang lebih senior. Pikiran poitif akan mampu menghindarkan diri dari sikap
sombong yang membuat rekan kerja merasa tidak nyaman. Seseorang kerap
menggunakan perbedaan usia sebagai alasan untuk tidak bisa bergaul dengan
rekan kerjanya. Namun bisa jadi justru pikiran tersebut yang membuat batasan
dengan senior.

2. Melakukan Perbuatan Baik


Perbuatan baik dalam pekerjaan meliputi pekerjaan secara profesional
dan sosial. Dengan bekerja semaksimal mungkin hingga melebihi target,
meskipun harus mengorbankan banyak waktu pribadi, hal itu akan
memastikan kepuasan rekan kerja dan atasan. Selain itu, sikap baik secara
sosial juga akan meningkatkan kepercayaan rekan yang lebih senior terhadap
kinerja juniornya.
3. Jalin Komunikasi
Saat terjadi selisih paham, komunikasi merupakan kunci utama agar
hubungan kembali menjadi harmonis. Hindari melakukan konfrontasi di muka
umum. Adakalanya rekan kerja yang lebih senior sedang menunjukkan ego,
bukan ingin memecahkan masalah. Oleh karena itu, lebih baik komunikasi
dilakukan dengan mengajak yang bersangkutan ke tempat lain, bicara empat
mata sehingga penyelesaian masalah dapat ditemukan. Seperti sikap junior
yang seharusnya, lakukan komunikasi dengan sopan dan penuh
penghormatan.

3.2 Berikan contoh permasalah dilingkungan kerja antara atasan, dan teman
sejawat
a) Antara atasan dan bawahan
1. Kewalahan Menangani Pekerjaan
Pada suatu titik beban pekerjaan Anda terasa meningkat secara drastis dari
sebelumnya. Kemudian Anda mulai kewalahan untuk membagi-bagi waktu untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut. Bahkan, sekadar ke toilet pun rasanya
Anda tidak memiliki waktu dan membuat Anda stres.
Solusi:
Jika hal ini terjadi, sebaiknya Anda berbicara dengan manajer Anda mengenai
beban pekerjaan yang dirasa terlalu berat. Pilih waktu yang tepat untuk berbicara
dengan manajer Anda, usahakan tidak di jam-jam sibuk dan dengan janji sebelumnya.
Jelaskan baik-baik bahwa Anda merasa kewalahan dengan limpahan pekerjaan yang
tidak terbayangkan tersebut dan jelaskan mengapa. Misalnya Anda menangani
pekerjaan yang tahun ini telah berkembang sehingga ada dua kali lipat pekerjaan
yang harus ditangani dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau Anda masih
memegang tanggung jawab orang-orang yang resign dari kantor namun tidak juga
memiliki pengganti. Penjelasan kepada manajer Anda ini penting, karena mereka
terkadang luput dengan adanya lebih banyak tanggung jawab. Namun, jangan lupa
pula untuk memberikan opsi solusi, seperti misalnya Anda dapat melakukan
pekerjaan A dan B, namun tidak jika ditambah dengan C.Namun jika pekerjaan C
ternyata lebih krusial, Anda dapat mengajukan seseorang lainnya untuk mengerjakan
pekerjaan tersebut dibawah pengawasan Anda. Hal ini berguna jika manajer Anda
tidak cukup membantu dalam menentukan prioritas sehingga Anda dapat mengajukan
hal yang menurut Anda memang patut diprioritaskan.
2. Bos Anda Resign atau Dipecat
Suatu ketika Anda dikejutkan dengan keluarnya bos Anda dari perusahaan.
Kemudian dalam sesaat Anda kehilangan bos yang memastikan setiap project yang
Anda kerjakan sukses. Anda khawatir pengganti bos Anda tidak memiliki visi yang
sama atau sesederhana tidak mudah diajak bekerja sama seperti bos Anda yang keluar
perusahaan.
Solusi:
Tetaplah tenang. Bos Anda yang baru bisa jadi tidak seburuk itu dan bahkan
mungkin sama baiknya dengan bos yang lama. Atau, mungkin di awal-awal waktu
Anda butuh penyesuaian untuk bekerja dengan bos yang baru, namun mungkin hanya
diperlukan waktu untuk beradaptasi sampai Anda benar-benar mengenalnya. Hal
terbaik yang dapat Anda lakukan adalah menyingsingkan lengan dan mulai mencoba
menjaga agar departemen bagian Anda bekerja tetap berjalan walaupun dengan pelan,
sehingga bermanfaat pula untuk pembuktian diri Anda memiliki keahlian organisasi
yang baik serta nantinya dapat meningkatkan reputasi Anda. Cobalah bertindak
sebagai sumber daya yang sangat membantu bagi manajer baru, dan tahan diri Anda
untuk menghakimi gayanya bekerja serta kompetensinya sampai manajer baru
tersebut sudah mengerti posisinya. Tentunya Anda juga tidak ingin dihakimi
berdasarkan pekerjaan Anda di minggu-minggu pertama
3. Pekerjaan di Luar Ekspektasi
Masalah di tempat kerja yang bisa menimpa siapa pun adalah pekerjaan yang
tidak sesuai dengan ekspektasi Anda saat melamarnya. Misalkan pada tahap
rekrutmen Anda ingin ditempatkan di bagian penjualan, namun berakhir dengan
mengatur spreadsheets setiap harinya.
Solusi:
Bicarakan dengan bos Anda. Katakan sewaktu Anda direkrut untuk perusahaan
Anda, pembicaraan mengenai pekerjaan yang dilakukan 90% berbeda dengan
kenyataan di lapangan. Dapatkah dibicarakan ulang mengenai perubahan ini dan
apakah ada cara untuk Anda mendapatkan pekerjaan sepeti yang awalnya
dibicarakan? Pastikan Anda mengatakannya dengan nada tenang dan kolaboratif,
bukan frustasi dan marah. Hal ini akan membuat reputasi Anda lebih
sebagai problem-solver, bukan complainer. Mungkin Anda akan mendengar
pekerjaannya memang sudah diubah dan tidak ada hal lain yang bisa dilakukan,
namun bisa jadi pula sebaliknya, manajer Anda memikirkan ulang mengenai
pekerjaan yang seharusnya Anda lakukan. Apa pun yang terjadi, setelah percakapan
berakhir Anda akan lebih memiliki gambaran yang jelas mengenai ekspektasi
manajer di masa mendatang dan dapat membuat keputusan sebaik mungkin
4. Konflik dengan Rekan Kerja
Konflik dengan rekan kerja selalu ada di setiap perusahaan karena setiap
karyawan berbeda karakter. Sebagai contoh, Anda sudah mencoba sebaik mungkin
untuk berlaku baik, namun hanya dengan satu rekan kerja ini, setiap perdebatan akan
berakhir rumit dan menghambat sebuah proyek terlaksana tepat waktu. Mengingat
Anda bertemu dengan rekan kerja ini sepertiga hari setiap hari kerja, sebetulnya Anda
juga menginginkan relasi yang harmonis.
Solusi:
Hilangkan ego Anda. Anda tidak harus menyukai rekan kerja tersebut, tidak
harus memenangkan setiap perdebatan, namun Anda harus selalu dapat bekerja sama
denngannya. Ingatlah bahwa kalian ada di bawah satu perusahaan yang sama.
Tetaplah bersikap baik walau Anda merasa itu tidak akan mencairkan suasana.
Tanyakan pada diri Anda, apakah ada sesuatu mengenai rekan kerja tersebut yang
anda kagumi dan dapat Anda puji? Adakah suatu masalah yang barangkali dapat
dibantu dengan nasihat rekan kerja tersebut? Namun jika memang tidak ada, mungkin
memang perilaku rekan kerja tersebut menyebalkan, dan tidak ada yang dapat
mengubahnya kecuali dirinya sendiri. Pikirkan saja cara agar Anda tidak terganggu
dengan rekan kerja menyebalkan tersebut dan lebih fokus pada pengembangan diri
sendiri.
5. Bos Tidak Melihat Hal yang Telah Anda Kerjakan
Anda sudah bekerja mati-matian untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau
memenangkan hati para klien pula. Namun, tampaknya bos Anda tidak melihat
bahwa peningkatan yang baik tersebut adalah berkat usaha keras Anda.
Solusi:
Hal yang sangat lumrah jika bos Anda ingin mengetahui pencapaian Anda,
namun, realitanya sangat sedikit yang dapat mengetahui dengan sendirinya. Anda
tidak dapat duduk diam dan mengharapkan bos Anda memuji keberhasilan Anda.
Cobalah sedikit menyinggung hal-hal yang telah Anda kerjakan yang menurut Anda
adalah sebuah pencapaian besar. Ceritakan pengalaman klien yang puas dengan
pekerjaan Anda di minggu lalu, sehingga bos Anda lebih menyadari bahwa ia
memiliki karyawan yang cerdas dengan berbagai pencapaian. Tentunya lakukan
dengan penuh kesederhanaan, dan tetap ingat Anda tidak memerlukan pujian untuk
setiap hal kecil yang Anda lakukan.
6. Membuat Kesalahan Fatal

Setiap manusia dapat membuat kesalahan, tak terkecuali di tempat kerja.


Anda tidak sengaja membuat kesalahan yang sangat fatal dan membahayakan
citra perusahaan.

Solusi:
Cepat-cepat informasikan kesalahan Anda kepada bos Anda. Jangan sampai bos
Anda mendengar dari pihak lain karena nantinya Anda akan dianggap sebagai orang
yang tidak bertanggungjawab. Jelaskan Anda merasa sangat bersalah dengan
kesalahan yang Anda buat, katakan Anda mengerti impact dari perbuatan Anda
terhadap citra perusahaan. Kemudian jelaskan bagaimana Anda dapat meminimalkan
efeknya, serta memastikan agar kesalahan tersebut tidak terulang.
7. Rekan Kerja Mengakui Hasil Pekerjaan Anda Sebagai Idenya

Masalah ini memang sangat menyebalkan. Sebagai contoh, presentasi


yang telah Anda buat semalam suntuk diambil alih oleh rekan kerja Anda.
Anda tidak mengerti apakah ini sebuah kesengajaan atau tidak, namun ia
jelas-jelas tidak menyebut Anda sebagai pencetus ide.

Solusi:

Bicara! Jadilah lebih proaktif saat mengklaim hasil pekerjaan Anda


sebelum rekan kerja Anda berhasil mencurinya, yang kemudian dapat
membuat bos Anda bertanya-tanya apakah Anda bekerja atau tidak. Anda bisa
juga menambahkan setelah rekan kerja tersebut mengambil ide Anda, bahwa
Andalah yang pertama kali menuliskan analisis dan rekomendasi, dan tanya
kembali jika ada peserta rapat yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

8. Penyampaian pekerjaan lewat orang kedua, jika bos ingin menyampaikan


pekerjaan kepada karyawan A tapi tapi melewatkan orang laian misal si B, disini
akan jadi permasalahan jika si B tidak menyampaikan kepada si A
Solusi:

Sebaiknya jika kita menjadi seorang atasan maka kita harus menghindari
hal seperti itu.

b) Teman sejawat

1. Sama-sama sibuk membuat salah seorang dari kalian merasa dilupakan

Namanya masa muda, pasti kesibukan kamu banyak banget. Dan meski
bersahabat, kamu tetap punya rutinitas yang beda-beda. Mau ketemu susah,
main bareng apalagi. Gampang untuk terpecah di sini, apalagi kalau salah satu
merasa yang lain sudah punya teman lain dan dilupakan. Tapi keberadaan media
sosial bisa menjaga komunikasi kamu jadi nggak ada lagi deh drama-drama
merasa dilupakan satu sama lain.
2. Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang
bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama – sama memiliki BPS dan ada
persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang seorang pasien
yang akan melahirkan di BPS bidan “B” yang lokasinya tidak jauh dengan BPS
bidan “A”. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum
lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap
akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut
melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien
untuk bersaing dengan bidan “A”. Sedangkan bidan “A” mengetahui hal
tersebut. Jika bidan “B” tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan “A”
akan melaporkan bidan “B” untuk menjatuh kan bidan “B” karena di anggap
melanggar wewenang profesi bidan.

3.3 Hambatan pada proses komunikasi dan berikan contohnya


a) Hambatan dari si pengirim, misalnya pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi si pengirim itu sendiri. Hal ini sering dipengaruhi oleh perasaan
atau situasi emosional dari si pengirim ketika mengirimkan pesan.
b) Hambatan dari si penerima, seperti kurangnya perhatian pada saat menerima
atau mendengarkan pesan tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
c) Hambatan dalam memberikan umpan balik. Umpan balik yang diberikan
tidak apa adanya, tidak tepat waktu, tidak jelas, dan sebagainya.

3.4 Menanggapi atasan yang bersikap egois


Ada beberapa cara menghadapi atasan yang bersikap egois:
a) Salah satu tanggung jawab Anda adalah menyelesaikan pekerjaan. Oleh
karena itu, lupakan dulu sikap atasan Anda dan berfokuslah pada pekerjaan
Anda.Kerjakan sedikit demi sedikit sehingga tanpa terasa pekerjaan tersebut
selesai dengan baik. Jika pekerjaan sudah selesai, Anda akan lebih nyaman
dalam bersikap.Bandingkan jika Anda tidak menyelesaikan pekerjaan Anda.
Barangkali Anda akan bertambah tertekan karena mendapat omelan atau
peringatan dari si bos.
b) Mengikuti aturan yang berlaku, Sebenci apa pun Anda terhadap atasan, ikuti
aturan tempat Anda bekerja. Sebagai contoh, Anda datang tepat waktu atau
tidak melakukan kekerasan psikis/fisik terhadap atasan Anda.Dengan
mengikuti aturan, Anda tidak akan memiliki masalah lain karena Anda
bekerja secara profesional.Jamak diketahui, karyawan yang sedang memiliki
masalah dengan atasan sering tidak mengikuti aturan.Mereka datang
terlambat, membuang-buang waktu kerja, merusak aset perusahaan, atau
memprovokasi rekan kerjanya untuk melakukan hal-hal yang tidak patut.
c) Baca kontrak kerja AndaSaat direkrut perusahaan sekarang, Anda tentu
memiliki kontrak kerja. Baca kontrak kerja tersebut, terutama hal-hal terkait
kewajiban dan hak Anda.Jika Anda merasa telah memenuhi kewajiban,
cermati hak Anda. Jika hak tersebut dilanggar atasan, menghadaplah ke
atasan untuk mendiskusikannya.Saat berdiskusi, utarakan pendapat Anda
terkait hak Anda dengan bahasa yang sopan. Jujurlah bahwa Anda tidak
nyaman dengan kondisi tersebut.Sebagai contoh, salah satu hak Anda adalah
pulang tepat waktu. Ungkapkan kepada atasan bahwa Anda tidak suka
dengan kebijakannya yang menyuruh Anda bekerja di luar waktu kerja.
Jangan takut atau berkecil hati jika respon atasan Anda tidak mengenakkan.
Teguhlah pada pendapat Anda tentang hak Anda yang dilanggar dan terus
cari solusi dengan atasan tersebut.
d) Konsultasi dengan personalia Jika atasan Anda bersikeras benar, tidak ada
jalan lain. Anda harus berkonsultasi dengan bagian personalia. Saat
berkonsultasi dengan personalia, informasikan kekecewaan Anda pada sikap
atasan Anda.Utarakan juga bahwa hal tersebut mengganggu hak, pikiran,
dan kinerja Anda.Pihak personalia biasanya akan membantu Anda
menyelesaikan masalah tersebut secara persuasif. Jika tindakan yang
diambil personalia tidak membantu menyelesaikan masalah tersebut, Anda
berhak mengadukan atasan Anda kepada serikat pekerja yang ada di
perusahaan Anda.
e) Adukan ke serikat pekerja Saat berkonsultasi dengan serikat pekerja,
sampaikan masalah Anda. Informasikan juga bahwa Anda sudah menempuh
sejumlah cara namun tidak ada satu pun yang menyelesaikan masalah Anda
dengan atasan. Serikat pekerja umumnya akan membawa masalah ini untuk
dibahas di rapat internal dan kemudian akan mendiskusikannya dengan
pihak perusahaan. Ini merupakan salah satu kewajiban mereka untuk
melindungi hak karyawan yang tidak dipenuhi perusahaan.

Jika anda sudah tidak nyaman dengan sikap atasan anda maka hendaknya
lakukan beberapa cara berikut:

a) Cari lowongan kerja di perusahaan lain Saat Anda melakukan cara ketiga
sampai kelima, cari lowongan kerja di perusahaan lain. Anda bisa
mencarinya dari media cetak atau situs lowongan kerja terpercaya. Setelah
mendapatkan iklan lowongan kerja yang sesuai dengan keahlian Anda,
kirimkan surat lamaran kerja, CV, dan dokumen lain. Persiapkan juga
langkah-langkah untuk menghadapi tes wawancara kerja (misalnya berlatih
menjawab contoh soal wawancara kerja) dan tes lainnya. Ini merupakan
cara Anda untuk mempersiapkan diri keluar dari perusahaan sekarang
karena Anda merasa atasan tidak kondusif atau menyebalkan. Tidak salah
kalau Anda menginginkan tempat kerja yang kondusif untuk karier Anda,
bukan?
b) Mengundurkan diri Jika Anda diterima bekerja di perusahaan lain, segera
ajukan surat pengunduran diri. Sampaikan alasan yang tepat terkait
pengunduran diri tersebut, dan selesaikan juga pekerjaan yang masih
menjadi tanggung jawab Anda pada tahap pengunduran diri tersebut. Jika
Anda belum mendapat pekerjaan di perusahaan lain, bolehkah Anda
mengundurkan diri karena merasa atasan Anda sudah terlalu semena-mena?
Tentu saja boleh. Meskipun ini berisiko, Anda bebas menentukan langkah-
langkah terkait karier Anda. Buat apa kerja di perusaahaan sekarang tapi
hati dan pikiran Anda menderita karena kelakuan atasan yang tidak baik.

3.5 Saluran komunikasi


1. Saluran Komunikasi Pribadi (personal) mencakup dua atau lebih orang
berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Mereka dapat bertatap muka,
telepon, surat elektronik, atau chatting melalui internet.  Saluran ini
memungkinkan komunikasi pribadi danmendapatkan umpan balik.
2. Saluran Komunikasi Nonpribadi (Non Personal).Saluran komunikasi jenis
ini  melakukan proses penyampaian pesan tanpa melakukan kontak  atau
inetarksi pribadi. Proses komunikasi ini melalui media seperti koran,
majalah, website, atau acara yang dirancang sedemikian rupa untuk
mengkomunikasikan produk
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha untuk
memberikan pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis
dan merupakan hal terpennting  dalam sebuah organisasi. Dengan komunikasi
seorang menajer bisa saling berinteraksi dengan sesama menajer ataupun
dengan sesama bawahannya.
Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan
yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang
terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak
harus ada komunikasi dua arah untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang
diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun
kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Salah satu bentuk
komunikasi tersebut adalah komunikasi atasan bawahan.
3.2 Saran
Pembuat makalah  mengharapkan kepada pembaca, agar memberikan
saran dan kritik serta  menerapkan makalah ini menjadi acuan untuk
berlangsungnya  interaksi kepada atasan dengan baik dan juga bawahan,
setelah membaca makalah  ini agar dapat mengambil hal yang positif, dan
meninggalkan yang negatif. Semoga dengan adanya makalah   yang kami buat
berjudul “Pengaruh komunikasi antara atasan dan bawahan dan teman
sejawat” ini dapat dipelajari oleh para teman teman dengan baik dan sebagai
penopang kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Irham Fahmi, S.E., A.K., M.B.A. 2014. Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi dan
Kasus. Bandung: Alfabeta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31063/4/Chapter%20II.pdf
Stepen P.Robbins, Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Tisnawati.E, Saefullah.K. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai