Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NAJWAH FAHIRA

NIM : 205103010012
KELAS : KPI 3
MATKUL : KOMUNIKASI BISNIS & ORGANISASI

RESUME SEMINAR NASIONAL “ INOVASI DAKWAH DI ERA DIGITAL”

1) Pemateri 1
“DAKWAH ISLAM WASATHI BAGI KAUM MILENIAL”
Hm. Cholil Nafis, Lc., Ph. D
(Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat)

“GENERASI MILENIAL”
 Milenial Generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo
boomers.
 Generasi Y lahir pada 1980 sampai 1995 tahun, generasi milenial akan berada di
rentang umur 25 sampai 40 tahun, generasi Z lahir tahun 1996 sampai 2015
rentang umur mereka adalah 5 sampai 24 tahun Pada tahun 2020.
 Generasi Z juga memiliki perbedaan, milenial akan memperhatikan konten
selama 12 detik, sedangkan generasi Z hanya akan fokus pada konten untuk 8
detik.
 Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobil sekitar 3
jam sehari.

“INTERNET SANG PENDATAR DUNIA”


1. WWW
 HTML, Browser, Web-based Application
2. Software Revolution
 Collaboration, Connecting People
3. Opensourcing
 Opensoirce, Blogging, Wikipedia
4. Informing
 Google, Yahoo, MSN

 Facebook
 YouTube
 Myspace
 Twitter
 Del.icio.us
 Digg
 Line
 Dll….

“AKIBAT MEDIA SOSIAL”


 Data dari website Mahkamah Agung atau Ma, Rabu (3-4-2019) menjadi 419.268
pasangan bercerai pada tahun 2018. Dari jumlah itu, inisiatif perceraian dari
pihak perempuan 307.778. Dari pihak laki-laki 111.490 orang. Faktor media
sosial seringkali menjadi awal pertengkaran yang berakhir di pengadilan.
 Di Ponorogo pada Januari sampai September 2019 berdasarkan data Pengadilan
Agama atau (Pa) tercatat 1.777 perkara perkawinan. Diantaranya 471 kasus
perceraian yang diajukan oleh suami. Ada sebanyak 1.116 diajukan oleh istri,
alasannya bahwa pemohon menemukan obrolan pemohon dengan laki-laki lain di
dalam ponselnya
 Setidaknya ada tiga hal yang menjadi penyebab perceraian yang berhubungan
dengan media sosial :
1. Mengganggu quality time,
2. Media perselingkuhan,
3. Membandingkan hubungan dengan pasangan lain.

“HUKUM DAN PEDOMAN BERMUAMALAH MELALUI MEDIA SOSIAL”


 Pedoman umum
Bermuamalah melalui media sosial harus dilakukan tanpa melanggar ketentuan
agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal yang harus diperhatikan
dalam menyikapi konten atau informasi di media sosial, antara lain :
1. Konten atau informasi yang berasal dari media sosial memiliki kemungkinan benar
dan salah.
2. Konten atau informasi yang baik belum tentu benar.
3. Konten atau informasi yang benar belum tentu bermanfaat.
4. Konten atau informasi yang bermanfaat belum tentu cocok untuk disampaikan ke
ranah publik sehingga,
5. Tidak semua konten/informasi yang benar itu boleh dan pantas disebar ke ranah
publik.

“VERIVIKASI KONTEN/INFORMASI”
“Dapat Informasi, Jangan langsung sebar sebelum diverifikasi dan proses
tabayyun”
Proses tabayyun terhadap konten atau informasi dilakukan dengan langkah :
1. Dipastikan aspek sumber informasi atau (sanad)nya yang meliputi kepribadian,
reputasi, kelayakan, dan kepercayaannya.
2. Dipastikan aspek kebenaran konten (matan)nya yang meliputi isi dan maksudnya.
3. Diperhatikan konteks tempat dan waktu serta latar belakang saat informasi tersebut
disampaikan.
Cara memastikan kebenaran informasi antara lain dengan langkah :
1. Bertanya kepada sumber informasi jika diketahui.
2. Permintaan klarifikasi kepada pihak-pihak yang memiliki otoritas dan kompetensi.

CATATAN : upaya Tabayyun dilakukan secara tertutup kepada pihak yang


terkait, tidak dilakukan secara terbuka di ranah publik seperti melalui grup media
sosial yang bisa menyebabkan konten atau informasi yang belum jelas kebenarannya
tersebut beredar luar ke publik.

“DAKWAH ISLAM WASATHI”


Wasathi berarti adil, pilihan yang baik, orang-orang yang dalam beragama berada
di tengah-tengah antara Ifath atau (berlebih-lebihan hingga mengada-adakan yang
baru dalam agama) dan tafrith (mengurang-ngurangi ajaran agama).
Ciri-ciri Islam wasathi :
1. Jalan tengah antara berlebih-lebihan dalam beragama atau (Ifrad) dan mengurangi
ajaran agama atau (tafrith).
2. Keseimbangan dan tegas, sehingga dapat dibedakan antara penyimpangan dan
perbedaan.
3. Mengutamakan keadilan dan bertindak secara proporsional.
4. Mengedepankan prinsip musyawarah.
5. Mengutamakan prinsip reformasi dengan berpijak pada kerangka nilai dan
mengakomodasi kemajuan zaman.
6. Memperhatikan perkembangan zaman.

2) Pemateri II
“INOVASI DAKWAH DALAM MENGHADAPI RADIKALISME,
INTOLERAN SERANGAN HOAX DI MEDIA SOSIAL DAN MASSA”
Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag
Memang pada dasarnya dalam media massa sudah umum dengan berbagai
serangan hoax, intoleransi dan radikalisme. Oleh karenanya kita harus pandai dalam
memilih berita dan informasi.

 Misi Dakwah dan Komunikasi Progresif :


1. Nubuwah lebih berorientasi pada pemberitaan yang bersumber pada Wahyu.
2. Risalah lebih bernuansa pada pesan, melepas atau pembebasan dari hawa nafsu
maupun dari himpitan dalam kehidupan.
3. Tablig lebih bernuansa pada penyampaian pesan.
4. Dakwah lebih bernuansa pada dorongan dan seruan untuk mewujudkan pesan-
pesan kewahyuan secara kontinyu

 Metode dan Tujuan Dakwah :


1. Hikmah dan Mauidha Hasanah : bentuk penguatan nilai keagamaan secara esensial
dan kontinu.
2. Mujadalah : pertahanan secara aksidental dan kondisional baik secara internal dan
eksternal.
- Secarah internal Mujadalah dijadikan sebagai benteng pertahanan, jangan sampai
yang internal menjadi murtad dan keluar dari ajaran Islam.
- Secara eksternal Mujadalah digunakan sebagai bentuk penolakan dan penangkal
terhadap pihak lain, jangan sampai mereka melakukan tindakan yang merusak
kesatuan.
3. Mujadalah Terinteraksi : dengan tujuan mereka yang didalam dan diluar senantiasa
menerima kehadiran dan perkembangan dakwah.

 Faktor Penyebab Radikalisme dan Intoleransi :


1. Pemahaman keagamaan dan sosial budaya secara dangkal,
2. Sikap apriori terhadap peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern,
3. Perilaku dan tindakan apdogetik, arogansi dan merasa benar sendiri,
4. Informasi dan berita hoax di berbagai media massa.

Anda mungkin juga menyukai