Anda di halaman 1dari 4

Nama: Andi Nurul Izzah

Kelas: Tekom B 2019


NIM: 1929142057
Hoax Berujung Konflik Sosial
A. Deskripsi Gambaran Isu
Kemajuan teknologi informasi saat ini tidak hanya memberikan
dampak yang positif namun juga memberikan dampak yang buruk.
Penyampaian informasi yang begitu cepat dimana setiap orang telah
dengan mudah memproduksi informasi, dan informasi yang begitu cepat
melalui social media seperti facebook, twitter ataupun aplikasi pengirim
pesan seperti whatsapp dan lain lain yang tidak dapat difilter dengan baik.
Informasi yang dikeluarkan baik orang perorang maupun badan
usaha melalui media sosial dan elektronik ketika telah terkirim dan dibaca
oleh banyak orang dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran bahkan
tindakan seseorang atau kelompok. Apalagi ketika informasi yang
disampaikan tersebut adalah informasi yang tidak akurat atau informasi
bohong (hoax) dengan judul yang sangat provokatif mengiring pembaca
dan penerima kepada opini yang negatif. Opini negatif, fitnah, penyebar
kebencian yang diterima dan menyerang pihak ataupun membuat orang
menjadi takut, terancam dan dapat merugikan pihak yang diberitakan
sehingga dapat merusak reputasi dan menimbulkan konflik social.
Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang dapat
menyebabkan seseorang cenderung mudah percaya pada hoax. Orang lebih
cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap
yang dimiliki [ CITATION SRe17 \l 1033 ]
Secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika
opini atau keyakinannya mendapat afirmasi sehingga cenderung tidak akan
mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar dan bahkan
mudah saja bagi mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut.
Hal ini dapat diperparah jika si penyebar hoax memiliki pengetahuan yang
kurang dalam memanfaatkan internet.

B. Hubungan Isu dan Pelanggaran Etika


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa etika mempelajari
tentang yang baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban moral
(akhlaq). Etika dapat mengarahkan prilaku berkomunikasi secara santun,
jujur dan tidak merugikan orang lain. Hal ini dapat menjadi perisai agar
terhindar dari menyebarkan dan memberikan informasi hoax sehingga
dapat menangkal hoax ketika menerima pesan. Berkomunikasi itu wajib
menggunakan etika komunikasi dengan baik dan benar. Begitupun dalam
hal menyebarkan informasi, harus sesuai dengan fakta, tidak dilebih-
lebihkan, tidak dikurangkurangkan dan tidak diputarbalikkan dari fakta
sebenarnya. Istilah fairness dalam ilmu komunikasi, khususnya yang
menyangkut dengan komunikasi massa meliputi beberapa aspek etis.
Misalnya menerapkan etika kejujuran atau obyektivitas berdasarkan fakta,
berlaku adil atau tidak memihak dengan menulis berita secara seimbang
serta menerapkan etika kepautan dan kewajaran.[ CITATION Rie18 \l 1033 ]
Pada saat mengirimkan pesan dengan khalayak dan penerima yang
begitu beragam perlu dipertimbangkan bagaimana seseorang
mengimplementasikan etika bicara baik di media sosial, yaitu sebagai
berikut:
1. Hati-hati membagi informasi seperti bicara seputar kehidupan pribadi,
terlebih sangat pribadi dan sensitif;
2. Tidak bicara dan membagi konten yang memiliki unsur SARA dan
Pornografi;
3. Hindari bicara yang merendahkan harga diri atau melecehkan orang
lain, kelompok, ras, atau bangsa lain;
4. Hindari bicara yang bersifat adu domba, memaki, menyalahkan, atau
bersengketa;
5. Hindari bicara yang mendiskreditkan, memburuk-burukan, mencela,
atau yang menyinggung;
6. Dan lain-lain, yang dapat menimbulkan konflik sehingga dapat
berakhir di meja hijau[ CITATION Nen16 \l 1033 ].
Apabila masyarakat mengetahui dan melaksanakan aturan-aturan yang
telah ada sebagaimana di atas, sangat mungkin jika berbagai informasi
berbau hoax akan dapat ditangkal.

C. Saran
 Berhati hati dengan berita yang menggunakan judul sensasional
yang provakatif, yang isinya bisa saja diambil dari berita resmi,
lalu diubah ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang
dikehendaki sang pembuat hoax. Oleh karena itu, apabila menemui
judul yang provakatif sebaiknya mencari referensi berita serupa
dan membandingkan berita tersebut sehingga kita dapat
memperoleh kesimpulan yang seimbang
 Memperhatikan fakta atau peristiwa yang terjadi karena ada bukti
karena bisa saja berita tersebut mengandung opini yang merupakan
pendapat seseorang.
 Periksa keaslian berita dengan mencari tahu asal sumbernya
DAFTAR PUSTAKA
Abner, K. M. (2017, Juli 3). PENYALAHGUNAAN INFORMASI/BERITA HOAX
DI MEDIA SOSIAL. Retrieved from mti.binus.ac.id:
https://mti.binus.ac.id/2017/07/03/penyalahgunaan-informasiberita-hoax-
di-media-sosial/

Mustika, R. (2018). ETIKA BERKOMUNIKASI DI MEDIA ONLINE DALAM


MENANGKAL. Jurnal Diakom, 46.

Respati, S. (2017, Januari 23). Mengapa Banyak Orang Mudah Percaya Berita
“Hoax”? . Retrieved from Kompas.com:
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/23/18181951/mengapa.banyak.o
rang.mudah.percaya.berita.hoax.

Yulianita, N. (2016). ETIKA BICARA BAIK DI MEDIA SOSIAL. Bandung:


Pelangi Mitra Sukses.
Lampiran Berita

Referensi:
https://www.liputan6.com/news/read/3502366/wapres-jk-dampak-negatif-
teknologi-hoax-berujung-konflik-sosial

Anda mungkin juga menyukai