Anda di halaman 1dari 3

BERPIKIR KRITIS DALAM MENYIKAPI HOAX

Ditengah maraknya perkembangan teknologi dan informasi masa kini, kita harus pintar
dalam menyaring berita - berita yang datang dari arah manapun. Media sosial merupakan salah
satu perantara dalam menerima informasi dengan cepat, banyak opini masyarakat yang
dituangkan dalam bentuk penulisan agar dapat mengekspresikan pendapat mereka. Namun media
dapat menjadi penyedia informasi yang belum terbukti kebenarannya. Banyaknya informasi yang
bertebaran mengharuskan kita untuk menjaring informasi tersebut agar terhindar oleh berita yang
dapat membuat kita terseret pada disinformation. Berpikir kritis merupakan sebuah langkah
preventif agar membuat kita tidak terseret dalam arus informasi yang belum ter-approved.

Pernahkah kalian membaca promo yang membuat kalian tertarik sehingga seakan – akan
kalian sedang berhemat karena diskon yang ditawarkan. Buy 1 get 3 dengan membayar 1 buah
kita akan mendapat 3 pcs, hal itu membuat kita berpikir dengan membayar satu barang kita akan
mendapat 2 barang lainnya secara gratis. Padahal sebenarnya harga satu barang itu memang
setara dengan harga tiga barang tersebut.

Sering kali sebagian orang pasti pernah mendapat SMS atau pesan melalui media sosial
yang isinya yaitu bahwa kita sedang memenangkan hadiah sebesar 40jt misalnya, otomatis kita
akan merasa senang akan hal tak terduga itu. Bayangkan saja uang sebesar itu tiba – tiba saja
berada ditangan kita, padahal uang sebanyak itu baru bisa dikumpulkan setelah bertahun – tahun
kita bekerja. Saat kita hendak mencairkan hadiah tersebut, biasanya kita harus membayar terlebih
dahulu uang pajak sebesar 10% - 20% karena menurutnya pajak ditanggung oleh pemenang.
Kendati telah mengirim uang pajak, tapi hadiah tak kunjung diterima. Saat kita hendak
menanyakan nomer itu telah hangus atau tidak bisa dihubungi.

Begitu pula dengan istilah clickbait dimana itu merupakan istilah yang merujuk pada
strategi marketing dimana judul dari suatu penulisan, video, iklan, dsb. dapat menarik perhatian
publik. Padahal saat kita membuka platform tersebut isinya tak sama dengan apa yang tertera di
judul.

Media sosial beberapa kali digemparkan dengan video – video yang penuh dengan
editing sehingga membuat netizen menarik kesimpulan sendiri. Salah satu contoh yang paling
sering dan mudah kita temui adalah tentang penampakan hantu atau alien. Saking viralnya video
tersebut membuat netizen banyak yang tertarik untuk menonton konten tersebut, banyak yang
percaya bahwa video itu asli, namun juga banyak yang meragukan keaslian video tersebut.

Ditengah masyarakat yang mudah terseret informasi yang tidak terbukti kebenarannya,
memunculkan peran baru yaitu Buzzer. Buzzer adalah orang yang menyebarkan opini dan
membuat masyakat tergiring akan argumentasinya sehingga masyarakat ikut menyuarakan hal
yang sama. Buzzer tidak selalu menerbitkan opini buruk, namun juga dapat berupa opini positif
ataupun memanfaatkannya untuk kepentingan marketing.

Berita palsu atau sering kita sebut Hoax dapat memcah belah rasa persatuan karena
bersifat provokatif. Apalagi masyarakat Indonesia menganut ideologi Pancasila yang dimana
masyarakatnya terdiri dari banyak perbedaan suku, ras, budaya, agama warna kulit atau bahkan
perbedaan prinsip. Jika kita tidak menyaring informasi maka dapat membuat masyarakat resah
dan panik, hal itu juga dapat menimbulkan perpecahan ditengah banyaknya perbedaan. Banyak
kerugian yang akan ditimbulkan karena memakan mentah – mentah informasi yang dihidangkan
di depan kita.

Berpikir kritis merupakan salah satu cara agar kita terhidar dari buruknya informasi yang
kita terima. Berpikir kritis membuat kita dapat merespons dan menganalisis fakta, menanyakan
kembali hal hal yang sifatnya fundamental guna mendapat jawaban yang rasional serta mendapat
fakta.

Berpikir kritis sering sekali diabaikan dan dianggap sebuah hal yang sia – sia atau
membuang waktu. Hal ini terjadi karena proses pengembangannya memakan waktu yang bisa
dibilang cukup lama, namun hal ini sebenarnya sangat diperlukan untuk dalam mengidentifikasi
masalah secara kompleks. Dengan berpikir kritis kita dapat lebih waspada terhadap hal – hal
yang akan merugikan kita kedepannya, misalnya pada kontrak kerja yang terlihat saling
menguntungkan namun nyatanya saat kita lebih teliti ternyata kontrak kerja itu bisa membuat
kita tereksploitasi.

Menurut Dr. Saifur Rohman, M.Hum. dalam bukunya yang berjudul “BERPIKIR
KRITIS” karakteristik berita palsu yang telah diputuskan di pengadilan , terdapat pola – pola
peyebaran hoaks yaitu :
Pertama, informasi yang memanfaatkan kekisruhan public sehingga mudah mendapatkan
perhatian masyarakat.

Kedua, hoaks menggunakan referensi orang yang dikenal publik. Perkataanya dipelintir
sedemikian rupa untuk kepentingan tertentu.

Ketiga, hoaks menggunakan teori – teori yang dianggap sahih dan dikenal oleh publik.
Penulisa memanfaatkan teori – teori yang sudah ada untuk kepentingan yang diinginkan. Teori
dicocokkan sedemikian rupa agar sesuai dengan konstruksi penulis.

Keempat, hoaks bergerak dengan pemerintah menyebarluaskan informasi melalui media


sosial. Semakin luas penyebaran, maka berita palsu akan berhasil mempengaruhi masyarakat.

Masih menurut Dr. Saifur Rohman, M.Hum. teknik membongkar berita bohong secara
formal adalah sebagai berikut :

1. Dalam bentuk berita harus disertakan 5W + 1H secara spesifik.


2. Judulnya sering kali sensasional, serta provokatif sehingga mendapatkan perhatian
dari pembaca, hal ini dapat memberikan situasi emosional yang diinginkan penulis.
3. Isi berita haruslah berimbang, berita harus memuat informasi dari dua sisi. Jika ada
berita tentang penggugat maka harus disertakan pula pihak yang tergugat.
4. Berita harusnya bersifat tendensius atau tidak berpihak, bisa juga diartikan sebagai
ajakan untuk membenci dan membesarkan suatu hal sehingga tidak bersifat objektif.
5. Berita memiliki urutan logis. Terdapat hubungan sebab – akibat, pembuktian dan
relevaansi
6. Dalam bentuk foto harus memenuhi prinsip kewajaran gambar, yakni anatomi
anggota tubuh, komposisi warna, dan pencahayaan
7. Dalam bentuk video pengambilan peristiwa bukan dalam hasil editing sehingga
bersifat tendensius atau berupa animasi
8. Tidak mudah percaya pada berita atau kembali pada prinsip meragukan sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai