Anda di halaman 1dari 2

Bissmillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

Baiklah mengingat sebentar lagi akan ada pesta demokrasi besar besaran atau PEMILU
secara serentak, tentunya kita yang disebut sebut sebagai Gen-Z berpotensi untuk menjadi
Swing Voters di agenda pemilu serentak di tahun 2024 yang mana pada pemilihan kali ini
merupakan penentu siapa yang bakal menjadi Kapten, Navigator, serta Nahkoda yang akan
menghantarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju Indonesia yang Gemilang.

Menurut Hasil Riset Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Consulting yang saya
baca di blogspot resmi UMN Consulting bahwasanya Gen Z merupakan generasi aktif di media
social serta sangat mudah diterpa informasi & isu isu tentang politik yang beredar di media
social.

Maka dari itu menjelang dekatnya masa-masa PEMILU penyebaran tentang berita
HOAX oleh oknum yang tidak bertanggung jawab marak akan terjadi dan itu tidak akan bisa
kita pungkiri, Adapun sebab sebab terjadinya penyebaran berita HOAX dikarenakan
menurunya tingkat literasi digital di kalangan masyarakat walaupun tidak secara umum benar
apa adanya akan tetapi dengan menurunya tingkat literasi digital tersebut akhirnya banyak
dikalangan masyarakat umum hanya menerima berita tersebut secara mentah mentah tanpa
mencari tahu sumber berita tersebut secara kongkrit dan factual, dan kita sebagai anak muda
agent of change harus memulai membuka mata kita untuk melek serta bersikap kritis terhadap
penyebaran berita yang terjadi di social media.

Apabila kita tidak membuka mata, hati, pikiran kita serta tidak menyikapi berita
tersebut secara kritis dampak dari penyebaran berita HOAX sangat lah luar biasa dan
berdampak buruk pada social, ekonomi, politik, keamanan, serta Kesehatan mental seseorang
seperti post traumatic stress syndrome, menibulkan kecemasan, dan yang lebih parahnya lagi
dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk menanggulangi mana berita yang HOAX dan berita asli, kita dapat mengambil
5 Langkah sederhana yang dapat membantu kita dalam mengidentifikasi berita tersebut yakni
:

1. Hati-hati dengan judul provokatif (misal judul provokatif yakni langsung


menudingkan kepada pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi,
hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang
pembuat hoax. Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif,
sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi,
kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda).
2. Cermati alamat situs (Untuk informasi yang diperoleh dari website atau
mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs
yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain
blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan).
3. Periksa fakta (Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari
institusi resmi seperti KPK atau Polri? Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa
mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara
berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi
dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis
berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif).
4. Cek keaslian foto (Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks
yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya
pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk
mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni
dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian
akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa
dibandingkan).
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax.

Cara melaporkan berita atau informasi hoax :

a. Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan
informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain
yang sesuai.
b. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian
juga dengan Instagram.
c. Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat
aduankonten@mail.kominfo.go.id.

Anda mungkin juga menyukai