Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era digital ini, hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat dimudahkan oleh kehadiran teknologi
yang dapat membantu kapan pun dan di mana pun kita berada. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan
teknologi yang begitu pesat sehingga memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi melalui
berbagai media. Hal ini banyak memberikan dampak positif kepada masyarakat, dengan mudahnya
mengakses informasi tersebut untuk keperluan mereka. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media
sosial maupun media informasi online lainnya, yang hampir seluruh informasi tersebut diproduksi oleh
masyarakat itu sendiri, yang kebenaran informasi tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan
sepenuhnya.
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan meciptakan informasi untuk dibaca oleh pengguna lainnya. Namun masyarakat sering kali
mudah percaya terhadap informasi yang mereka peroleh di media sosial. Mudahnya masyarakat
memproduksi informasi melalui media sosial, sangat rentan dimanfaatkan oleh orang maupun
sekelompok orang tertentu yang memiliki kepentingan pribadi dengan menyebarkan informasi yang tidak
akurat. Masyarakat yang percaya akan informasi yang mereka peroleh di media sosial tanpa diverifikasi
terlebih dahulu dengan mudahnya langsung membagikan informasi tersebut, sehingga lebih banyak lagi
masyarakat yang memperoleh informasi yang tidak benar atau yang sering disebut dengan berita bohong
(hoax). Sangatlah disayangkan apabila kemudahan dalam mengakses dan menyebarkan informasi tersebut
dimanfaatkan untuk menciptakan berita bohong (hoax), yang tidak jarang isi berita tersebut bersifat
memprovokasi yang dapat memicu opini publik yang negatif terhadap suatu hal. Opini tersebut dapat
berupa cacian, makian, fitnah, penyebar kebencian dan lain sebagainya yang dapat memecah belah
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan hoax?
b. Apa penyebab menyebarnya hoax melalui media sosial?
c. Bagaimana solusi dalam mengurangi hoax melalui media sosial?
d. Bagaimana peran pemerintah dalam menyikapi hoax melalui media sosial?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu hoax
b. Untuk mengetahui penyebab menyebarnya hoax melalui media sosial
c. Untuk memberikan solusi dalam menghindari hoax melalui media sosial
d. Untuk mendeskripsikan peran pemerintah dalam menyikapi hoax melalui media sosial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hoax
Kata hoaks sendiri baru mulai digunakan sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya datang
dari hocus yang berarti untuk mengelabui. Kata-kata hocus sendiri merupakan penyingkatan dari hocus
pocus, semacam mantra yang kerap digunakan dalam pertunjukan sulap saat akan terjadi sebuah punch
line dalam pertunjukan mereka di panggung.
Menurut KBBI, Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Sedangkan menurut
Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi
“dijual” sebagai kebenaran.
Dengan demikian hoax dapat disimpulkan sebagai berita bohong yang dibuat secara sengaja untuk
mengelabui agar dipercaya sebagai kebenaran. Hoax pada umumnya bertujuan untuk bahan lelucon,
menjatuhkan pesaing, menyebarkan kebencian, promosi dengan penipuan, membuat dan menggiring
opini publik yang negatif seperti fitnah dan kritik tajam yang dibangun tanpa ada bukti yang dapat
dipertanggung jawabkan.
2.2 Penyebab Menyebarnya Hoax di Media Sosial
Penyebaran hoax dapat dilakukan dimanapun, melalui media apapun dan oleh siapapun. Namun media
sosial adalah media penyebaran hoax paling sering dijumpai. Hal ini diakibatkan karena siapapun dapat
mengakses media sosial melalui smartphone dan alat komunikasi lainnya. Jumlah pengguna media sosial
di dunia hampir mencapai setengah populasi di dunia pada saat ini.
Hal ini mengakibatkan media sosial sering kali dimanfaatkan oleh orang maupun sekelompok orang
tertentu yang memiliki kepentingan pribadi dengan menyebarkan hoax melalui media sosial untuk
mencapai tujuannya tersebut. Beberapa contoh media sosial yang menjadi sarang penyebaran hoax seperti
WhatsApp, Instagram, Facebook, Youtube dan platform media sosial lainnya.
Penyebab lainnya adalah kebiasaan masyarakat yang terlalu mudah mempercayai berita yang diperoleh
di media sosial dan dengan cepat dibagikan tanpa memperhatikan kebenaran berita tersebut dan sumber
berita tersebut berasal. Hal inilah yang membuat hoax semakin menjadi hal yang sering kali mudah
ditemukan di media sosial.
2.3 Solusi Menghindari Hoax di Media Sosial

Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah
sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita
asli. Berikut penjelasannya:
 
1. Hati-hati dengan judul provokatif
 
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan
langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media
resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang
pembuat hoax.
 
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari
referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah
sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa
memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
 
2. Cermati alamat situs
 
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat
URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi
pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang
meragukan.
 
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang
mengklaim sebagai portal berita.
 
Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300.
Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di
internet yang mesti diwaspadai.
 
3. Periksa fakta
 
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi
seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari
pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa
mendapatkan gambaran yang utuh.
 
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta
dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini
adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk
bersifat subyektif.
 
4. Cek keaslian foto
 
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi,
melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga
mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
 
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google,
yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil
pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa
dibandingkan.
 
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax
 
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti
Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage
Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
 
Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax
atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua
anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang
memanfaatkan tenaga banyak orang.
 
Ini Cara melaporkan berita atau informasi hoax
 
Apabila menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak
tersebar. Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di
masing-masing media.
 
Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax
sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada
banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.
 
Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil
pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk
melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.
 
Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian
Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat
aduankonten@mail.kominfo.go.id.
 

Anda mungkin juga menyukai