Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MENELAAH MASIFNYA HOAKS DI MEDIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Literasi Media

Dosen Pengampu: Asep Firmansyah, M.pd.

Disusun Oleh:

1. Salsabila Farah El Zahra (2101036079)


2. Nanda Arinal Haqi (2201046105)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Informasi yang tersebar diberbagai media menjadi topik hangat dalam ranah publik saat ini.
Informasi yang dapat ditemukan dimanapun dan kapanpunsangat memudahkan masyarakat dalam
mengaksesnya. Dalam informasi yangtelah diproduksi tentu tidak lepas dari pelaku yang berperan
menyampaikankebenaran atau kebohongan sebuah informasi yang akan disebarkan, sehinggaapabila
informasi tersebar tidak sesuai dengan kebenaran atau menyesatkan akanmenjadi keresahan bagi
masyarakat. Akhir-akhir ini dalam media banyak muncul berbagai informasi oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab, sehingga dengan munculnya informasi palsu yang beredar di media akan
menjadi sebuahpermasalahan.
Berita bohong (hoax) saat ini menjadi pusat perhatian banyak masyarakat. Berita bohong yang
cukup tinggi dalam penyebaran menyulitkan masyarakatdalam menentukan berita yang benar
dengan berita bohong. Tersebarnya beritabohong ini menjadi bagian dari permasalahan, sehingga
masyarakat menyatakanberita yang disampaikan oleh kelompoknya adalah berita yang benar,
sedangkankelompok lainnya menyatakan berita yang disampaikan adalah berita yang
salah.Peristiwa berita bohong (hoax) yang terjadi menimbulkan keraguan dalam informasi yang
tersebar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian berita hoax?
2. Apa saja munculnya berita hoax?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berita Hoax


Sekitar tahun 1808 pertam kali muncul kata hoax dalam bahasa Inggris. Tertulis didalam sebuah
buku karaya Linda Walsh dngn judul Sins Against Science. Hoax juga berasal dari ungkapan-ungkapan
para penyihir dahulu “Hocus Pocus” bahasa Latin “Hoc est corpus”, para penyihir menggunakannya
sebagai media untuk memperdayakan orang lain dengan ucapan mereka sendiri yang ternyata tipuan.
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hoax diartikan sebagai berita yang bohong. Hoax
yaitu informasi yang dibuat-buat atau direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya. Dengan
kata lain, hoax diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah
meyakinkan akan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Berita hoax adalah berita palsu yang di
buat buat atau di rekayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya, kata lain dari hoax yaitu dapat di
artikan sebagai upaya untuk memutar balikan fakta menggunkan informasi yang seolah olah
meyakinkan akan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Agar kita bisa membedakan mana berita
hoax dan berita yang benar, kita harus mengetahui untuk mencegah terjadinya hoax, diantara nya yaitu
dengan mencermati alamat situs terlebih dahulu kemudian membaca judul provokatif yang biasanya
dibuat untuk menambah viewer, meskipun isi dari informasinya berbeda, kemudian periksa fakta, cek
keaslian foto dan ikut grup diskusi.
Berita hoax adalah berita palsu yang di buat buat atau di rekayasa untuk menutupi informasi
yang sebenarnya,kata lain dari hoax yaitu dapat di artikan sebagai upaya untuk memutar balikan fakta
menggunkan informasi yang seolah olah meyakinkan akan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Agar kita bisa membedakan mana berita hoax dan berita yang benar, kita harus mengetahui untuk
mencegah terjadinya hoax, diantara nya yaitu dengan mencermati alamat situs terlebih dahulu kemudian
membaca judul provokatif yang biasanya dibuat untuk menambah viewer, meskipun isi dari
informasinya berbeda ,kemudian periksa fakta, cek keaslian foto dan ikut grup diskusi.
Berita hoax juga bisa disebut sebagi sebuah informasi atau berita palsu yang direkayasa oleh
penulisnya. Hoax ini bertumbuh kembang seiring dengan popularitas media sosial sekarang ini, hoax
umumnya digunakan untuk humor atau lelucon tapi banyak juga orang yang menyalah
gunakannyaseperti membuat berita palsu atau bahkan memberitakan seseorang dengan memfitnahnya.
Dalam istilah jurnalistik berita hoax adalah berita bohong yang menjurus pada kasus pencemaran nama
baik seseorang. Dengan demikian berita hoax bukan hal yang asing lagi dalam mediasosial semua orang
menjadi publisher atau penyebar berita, bahkan penyebar berita yang dibuatnya sendiri, termasuk berita
palsu atauhoax. Istilah usia diartikan dengan lamanya seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang
dari segikronologik, individu normal memperlihatkan derajat perkembangan anatomis danfisiologik
sama.1
Muhammad Alwi Dhlan, pakar komunikasi Universitas Indonesia, mengklaim bahwa berita
bohong (hoax) adalah perubahan berita yang dimasukan untuk menimbulkan miskomunikasi atau
kesepahaman. Sebenarnya hal ini sudah berlangsung sejak lama, akan tetapi kemajuan teknologi
mengakibatkan tersebarnya berita bohong, dan akan menjadi pelanggaran tersendiri bagi orang yang
menyebarkan berita bohong (hoax) jika berhasil. 2
Berita hoax sengaja dibuat dan disebar luaskan untuk menimbulkan ketakukan atau kecemasan.
Selain itu, berita hoax juga bisa untuk menipu publik. Sebelumnya berita hoax disebar luaskan melalui
SMS dan email. Kini menyebar melalui aplikasi perpesanan obrolan seperti WA, Ig dll. Meski cerita
tersebut seolah-olah benar adanya, namun banyak pihak yang sering dikecewakan oleh berita hoax
tersebut di dunia maya (internet). Ironisnya berita hoax dapat menimbulkan berbagai dampak yang
merugikan bagi masyarakat sebagai pengguna internet.3

B. Faktor Munculnya Berita Hoax


Kehadiran teknologi dan internet membuat informasi dari mana saja mudah diakses dan dibuat
oleh siapa pun. Selain fakta, ada juga berita bohong dan informasi tidak benar seperti hoaks dan
disinformasi. Sayangnya, tidak semua orang memiliki literasi yang baik, sehingga mudah percaya hoaks
atau bahkan terlibat dalam pembuatan atau penyebarannya. Dokter Gina Anindyajati, Sp.KJ, psikiater
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta mengatakan, setidaknya
tiga faktor yang mempengaruhi seseorang mudah percaya berita bohong dan hoaks dari sisi psikologis
yaitu sebagai berikut:
1. Kecenderungan untuk menyangkal apa yang sedang terjadi, sehingga individu yang
bersangkutan akan mempercayai apapun yang kontra atau berlawanan dengan fakta yang ada.
Ketika terjadi hal yang membuat seseorang kehilangan (sesuatu yang berharga termasuk
kesempatan, dan kebebasan), maka orang akan cenderung menyangkal. Apalagi kalau hal itu
membuat dia harus berubah dan keluar dari zona nyaman.
2. Adanya kecenderungan psikologis memercayai teori konspirasi.
3. Keterikatan seseorang secara ideologis maupun politik terhadap penyebar hoaks (se-aliran).
Orang cenderung semangat menyebarkan berita palsu karena mereka yakin berita itu adalah
benar. Sekitar 30 persen meyakini yang mereka teruskan itu benar. Selain itu juga karena orang
menganggap berita palsu itu bagian yang sama dengan dirinya (identitas politik atau kepercayaan
lainnya) sehingga ‘merasa perlu’ menyebarkannya. Orang yang menyebar berita palsu juga
memiliki dorongan emosional dan bermaksud membuat orang lain merasakan efek emosional

1
Nuswantani, 1998
2
Ilham, 2011
3
Bramy Biantoro, 2017
seperti yang dia alami saat membaca tajuk judul berita palsu. Ketika disinggung soal pengecekan
fakta sebelum menyebarkan sebuah informasi dan orang-orang cenderung menolak melakukan
pengecekan fakta karena secara kognitif manusia itu pemalas, sehingga tidak memberikan
perhatian penuh pada berita yang dibaca. Otak manusia menghemat energi untuk tugas-tugas
penting, sehingga tidak semua informasi akan di kroscek untuk memastikan kesahihannya.
Apalagi kalau berita palsu ini ternyata disampaikan oleh pihak yang kredibel, disebarkan secara
luas, maka otak manusia secara otomatis menganggapnya sebagai berita yang benar.

Efek kepada diri sendiri dengan adanya berita hoax dapat terus menerus terpapar dan
mengonsumsi informasi yang salah, secara kognitif yang bersangkutan akan semakin malas
menyaring berita dan mudah untuk mempercayai sesuatu yang familiar atau “bisa karena biasa”.
Karena kita biasa mendengar hal yang tidak benar, dan ini didengar banyak orang juga, misalnya
berita palsu yang viral, maka kita perlahan akan meyakininya sebagai sebuah kebernaran, kata dia.
Hal ini tentu saja membahayakan diri sendiri atau orang lain karena membuat seseorang menjadi
terlena dan terjerumus dalam informasi yang salah. Tentu saja hal itu akan berdampak pada proses
pengambilan keputusan yang tidak tepat atau bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Informasi yang masuk ke otak akan diterima oleh saraf otak dan menghasilkan respons tertentu,
begitu juga dengan berita palsu. Sehingga ketika jalur informasinya hendak diubah, akan sulit
mengubahnya karena sudah terbiasa karena individu itu tidak memahami bahwa itu adalah hal yang
salah. Munculnya berita hoax yang ada di media sosial juga memiliki dampak negatif, dari dampak
negatif tersebut dapat dilihat secara jelas apabila seseorang pemimpin mengeluarkan kebijakan yang
lebih banyak bertentangan dengan masyarakat, karena seorang pemimpin sangat berpengaruh dan
harus menjadi panutan bagi masyarakat sehingga seorang pemimpin harus berhati-hati dalam
mengeluarkan kebijakan supaya tidak menimbulkan hal-hal yang bertentangan.
Menurut Hasan (2018) terdapat faktor-faktor pendukung yang mengakibatkan semakin parahnya
berita hoax yang diterima masyarakat. Kepercayaan terhadap berita hoax kemudian menjadikan
masyarakat tidak cerdik dalam menerima berita tanpa memeriksa kebenarannya terlebih
dahulu.Menurut kaca mata psikologi, salah faktor yang menyebabkan berita-berita hoax kemudian
gampang dipercaya masyarakat serta begitu leluasa merajalela, disebabkan karena seseorang
memang cenderung lebih gampang percaya akan sebuah berita yang sesuai dengan opini atau sikap
yang dimilikinya. Orang yang menyebarkan informasi palsu atau hoax di dunia maya akan dikenakan
hukum positif. Hukum positif yang dimaksud adalah hukum yang berlaku. Maka penebar hoax akan
dikenakan KUHP, Undang-Undang No.19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE), Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, serta
tindakan ketika ujaran kebencian telah menyebabkan terjadinya konflik sosial.Sesuai dengan pasal
yang disebutkan diatas terlihat pemerintah mengambil langkah tegas untuk menghukum siapapun
yang menyiarkan berita kebohongan (hoax).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwasan nya jika kita mencari berita di sosial media kita harus bisa memilah
berita yang kita kerima atau yang kita temukan karena bisa jadi berita tersebut termasuk berita hoax.
Hoax juga mampu mempengaruhi banyak orang dengan menodai suatu citra dan kredibilitas. Banyaknya
efek yang terjadi akibat dari berita hoax tersebut kemudian menimbulkan keresahan di masyarakat.
Banyak faktor pendukung tersebarnya berita hoax pun menyebabkan semakin parahnya berita hoax yang
diterima masyarakat. Akibat dari adanya berita hoax membuat masyarakat menjadi curiga dan bahkan
membenci kelompok tertentu, menyusahkan atau bahkan menyakiti secara fisik orang yang tidak
bersalah, memberikan informasi yang salah kepada pembuat kebijaksanaan. Kepercayaan terhadap
berita hoax kemudian menjadikan masyarakat tidak cerdik dalam menerima berita tanpa memeriksa
kebenarannya terlebih dahulu.
Tujuan dari penyebar berita hoax adalah membuat kekacauan, kegelisahan, rasa benci, dan
bahkan juga rasa ketakutan bagi pembacanya. Dampak yang ditimbulkan adanya berita hoax akan sangat
luar biasa antara lain, berupa dampak sosial, ekonomi, politik, keamanan dan yang lebih besar adalah
bisa mengancam keutuhan negara. Maka dari itu kita sebagai anak muda penerus bangsa harus bisa
memilah terlebih dahulu terhadap berita yang kita temukan, sebelum kita membagikan berita tersebut
ke khalayak banyak kita harus mencari tahu terlebih dahulu apakah berita tersebut asli atau hoax.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Anang Sugeng. "Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia." Jurnal
Puliciana, 2011: 140-145.

Ginting, Imelda. "Pentingnya Daya Kritis Masyarakat Tangkal Hoax." babelprov.go.id, 2017: 1-2.

Hendra, Rio. "Dampak dan Bahaya dari Berita Bohong (hoax) Bagi Generasi Milenial dai Indonesia." Jurnal
Abadi Masyarakat, 2020: 10.

Majid, Abd. "Fenomena Penyebaran Hoax dan Literasi Bermedia Sosial Lembaga Mahasiswa Universitas Islam
Indonesia." Jurnal UIN Alauddin, 2019: 228-230.

Maulidi, Syahrul. Seri Cerdas Hukum: Awas Hoax. Jakarta: PT. Alex Media Komputino, 2018.

Pemerintahan. KBBI. Jakarta: pemerintahan , 2020.

Putri, Radja Erland Hamzah dan Citra Eka. "Mengenal dan Mengantisipasi Hoaks di Media Sosial Pada
Kalangan Pelajar." Jurnal Abdi MOESTOPO, 2020: 9-12.

Rahadi, Dedi Rianto. "Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial." Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan , 2017: 61.

zidti Imaroh, S.H., DR. Ahmad Irawan Hamzani, Fajar Dian Aryani, S.H., M.H. Pertanggung Jawaban Pidana
Penyebaran Berita Hoax di Media Sosial. Pekalongan: PT. Nasya Expanding Manajement, 2023.

Anda mungkin juga menyukai