TRUTH
Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Abstrak
1
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam tulisan ini akan membahas tentang apa pengertian dari era post-
truth; bagaimana hubungan antara hoax dan era post-truth; apa saja problem
religiusitas di tengah adanya hoax yang menyebar pada era post-truth; dan
bagaimana solusi penyelesaian dari problem religiusitas di tengah adanya hoax
yang menyebar di era post-truth tersebut.
2
METODE
PEMBAHASAN
3
Dalam penjelasan Kamus Oxfordistilah post-truth pertama kali
digunakan pada tahun 1992. AdalahSteve Tesich yang menggunakanistilah
post-truth di majalah TheNation ketika merefleksikan kasusPerang Teluk dan
kasus Iran yangterjadi di periode tersebut. Tesichmenggarisbawahi bahwa “kita
sebagaimanusia yang bebas, punya kebebasanmenentukan bahwa kita ingin
hidup didunia post-truth.
Sementara itu Ralph Keyesdalam bukunya The Post-truthEra (2004) dan
pelawak StephenColber mempopulerkan istilah yangberhubungan terkait
dengan post-truthyaitu truthiness yang kuranglebih sebagai sesuatu yang
seolah-olah benar, meski tidak benar sama sekali.Selain ditandai dengan
merebaknyaberita hoax di media sosial,era post-truth juga ditandai
dengankebimbangan media dan jurnalismekhususnya dalam
menghadapipernyataan-pernyataan bohong daripara politisi. Jika di luar negeri
namaPresiden AS Donald Trump acapkalidikaitkan dengan hoax dalam
setiappernyataan politiknya, di Indonesiafenomena post-truth juga ditemui
dengan tertangkapnya sekelompokorang yang tergabung dalam
Saracen.Mereka adalah orang-orang yangsecara sengaja menyebarkan hoax
aliasberita bohong untuk memenuhikepentingan klien yang membayarnya.Al
Rodhan dalam Setiawan (2017) menyebutkan karakteristik utama daripolitik
post-truth adalah: (1.) Mengaduk-aduk masyarakat denganhal-hal yang bersifat
emosional, (2.) Mengabaikan data dan fakta, (3.) Mengutamakan dan mem-
viral-kanberita yang belum tentu kebenarannyaatau palsu, (4.)
Mengkombinasikan gerakan populisdengan teori-teori konspirasi yangmasih
butuh diuji lagikebenarannya, (5.) Mobilisasi narasi fiktif tentang figur atau
peristiwa tertentu, dan (6.) Memoles ketidakjujuran dalammembangun opini
untukmemperkuat posisi sosial figur,kelompok, atau kepentingantertentu dalam
masyarakat yangsemakin terbiasa dalam peradabantelevisual, online, android,
danmedia sosial.
Di sisi lain post-truth jugamemunculkan perdebatan klasik tentangnilai
kebenaran itu sendiri. Dalam perspektif konstruktivisme kebenaranberkelindan
dengan subjektivisme danrelativisme. Sehingga kebenarannyamenjadi
4
kebenaran yang selalu diperebutkan.Fakta kemudian mengalamitantangan dan
ditafsirkan secara berbeda.Kebenaran kemudian menjadi sebuahkepercayaan
dalam suatu masyarakattertentu.1
2. Hubungan Hoax dan Era Post- Truth
Post-truthadalah masa dimana cenderung mengabaikan fakta dan
kebenaran, sedangkan istilah hoax berasal dari kata hocus, yang merupakan
kata latin merujuk pada hocus pocus. Pada kata hocus, dibubuhkan arti “to
cheat” atau “menipu”. Istilah hocus pocus mengacu pada mantra para penyihir
yang kemudian dipakai para pesulap ketika memulai trik. Pengertian “menipu”
di sini ditujukan untuk mengacaukan orang lain demi hiburan. Dengan artian
orang yang ditipu tidak merasa dirugikan dan paham bahwa ia sedang
dikacaukan. Namun, kata hoax saat ini ditafsirkan sebagai informasi yang tidak
benar tetapi diyakini sebagai sebuah kebenaran2.Hoax biasanya disebarkan
dengan tujuan mengganggu rasa aman, menyebarkan kebencian, dan ketakutan.
Hoax biasanya disebarkan dengan kalimat-kalimat yang hiperbola tetapi miskin
data. Kalimat-kalimat tersebut digunakan untuk menyulut emosi publik
sehingga langsung tergerak untuk menanggapi dengan cara menyukai,
mendukung, membenci, membagikan, dan lain-lain.
Menurut Rahadi (2017:62), terdapat 7 jenis informasi yang termasuk
dalam hoax, yaitu: 1). fake news (berita palsu); 2). Clickbait (tautan jebakan);
3). Confirmation bias (bias konfirmasi); 4). misinformation(informasi yang
salah); 5). Satire (sindiran); 6). Post-truth (pasca kebenaran); serta 7).
Propaganda (berita provokasi). Dari ketujuh jenis informasi yang tergolong
hoax tadi harus disertai langkah nyata untuk mengantisipasinya, karena sangat
meresahkan dan menjadi ancaman bagi semua.3
1
Dudi Hartono, “Era Post-truth: Melawan Hoax dengan Fact Checking”, dalam Prosiding
Seminar Nasional Prodi Ilmu Pemerintahan 2018.
2
Nita Siti Mudawamah, “Membekali Diri Untuk Menghadapi Era Post-truth”, dalam Indonesian
Journal of Academic Librarianship”, Vol. 2, (Februari 2018), h. 22.
3
Godham Eko Saputro dan Toto Haryadi, “Edukasi Kampanye Anti Hoax Melalui Komik Strip”,
dalam Jurnal Komunikasi Visual, Manajemen Desain, dan Periklanan, Vol. 03, no. 02 (September
2018), h. 97.
5
Beberapa contoh pernyataan yang telah ditetapkan Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sebagai berita hoaxyang beredar
sepanjang hari Kamis 4 April 2019, antara lain (1.) Informasi Rumput Belalai
Gajah Bisa Mengobati Kanker: Telah beredar postingan berantai di sosial
media Faccebook tentang kegunaan dari rumput belalai gajah adalah bisa
mengobati kanker dan getah bening stadium 3 juga bisa sembuh.Seiring
perkembangan teknologi, makin banyak penelitian yang melaporkan daun
belalai gajah memiliki sifat antivirus, anti peradangan, dan anti oksidan. Di
China sendiri tanaman ini digunakan untuk mengobati kondisi peradangan
seperti hermatoma, geger otak ringan terkilir dan reumatik.Meskipun belum
ada yang dapat menentukan apa sejatinya penyebab kanker, paparan radikal
bebas dicurigai sebagai salah satu faktor utamanya. Daun belalai gajah
diketahui mengandung antioksidan tinggi, misalnya saja terpenoid, flavonoid,
steroid, saponin, asam fenolik, dan tanin. Antioksidan telah lama dikenal
manfaatnya untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh sehingga mampu
mencegah efek domino yang bisa menyebabkankanker.Namun demikian bukti
ilmiah untuk mendukung klaim manfaat daun belalai gajah untuk mengobati
atau mencegah kanker sampai saat ini masih kurang kuat, oleh karena itu masih
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya. (2.) Informasi Server
KPU Disetting Agar Loloskan Paslon 01:Beredar informasi server KPU yang
berada di luar negeri telah diseting agar 01 menang 57% pada hasil Pilpres
2019 nanti.Namun, ternyata hal tersebut dibantah Ketua KPU Arief Budiman
yang menyebutkan bahwa server KPU ada di dalam negeri dan tidak disetting
agar memenangkan salah satu Paslon pada Pilpres 2019. (3.) Informasi Polisi
Bagi-Bagi Sembako Jelang Pilpres 2019: Beredar informasi ada oknum polisi
yang tengah membagi-bagikan sembako jelang pilpres 2019 di media sosial
beserta foto dan narasi yang dibuat oleh pemilik akun @dektempu.Ternyata
foto pembagian sembako itu terjadi pada Hari Raya Idul Fitri 2017 lalu saat
polisi membantu mengamankan pembagian sembako. Meskipun peristiwa di
6
dalam foto sama-sama pembagian sembako, namun tidak berkaitan dengan
Pilpres 2019.4
Dengan banyaknya media sosial menjadi sangat efektif untuk
menyebarkan hoax. Melalui media sosial menjadi sangat mudah untuk
mengakses informasi dengan cepat, oleh dan dari siapapun, kapanpun, dan
dimanapun tanpa adanya hambatan. Ditambah lagi sekarang ini memasuki era
post-truth, dimana interkasi menggunakan media sosial semakin mudah, hal ini
membuat informasi yang kita terima apa adanya, tanpa adanya koreksi ataupun
filter.Hoax yang ada di era post-truth menggunakan media sosial sebagai
perantara untuk menyebarkan kebohongan, menggiring emosi publik sehingga
saling membenci, dan akhirnya timbul perilaku kekerasan.
4
Sholahuddin Al-Ayyubi, “14 Hoakas yang Bikin Heboh pada 4 April 2019”, Bisnis.com, 5 April
2019, https://kabar24.bisnis.com/read/20190405/15/908253/14-hoaks-yang-bikin-heboh-pada-4-
april-2019
5
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 13.
7
ajaran agamanya dengan semua bentuk praktik keagamaanseperti sholat, puasa,
doa-doa dansebagainya.6
6
Triyani Pujiastuti, “Konsep Pengalaman Keagamaan Joachim Wach”, dalam Jurnal Syi’ar, Vol.
17, no. 02 (Agustus 2017), h. 66.
8
Salah satu contohnya, yaitupelaku teroris yang saat ini menyadari
kemudahan dari fitur media sosial yang kemudian memanfaatkannya untuk
menaklukkan sikap dan perilaku publik, khususnya generasi muda saat ini,
mereka sering sekali menyebarkan ajarannya melalui pesan-pesan,
menyusupkan ideologi khilafah, dan ajakan untuk ikut dalam aksi kelompok
teroris. Rofik Asharuddin, pelaku bom bunuh diri di Kartasura, pada hari Senin
3 Juni 2019, dibaiat kepada ISIS via media sosial. Hoax di era post-truth telah
berhasil menebarkan ketakutan, kebencian, bahkan melahirkan sikap
radikalitas keberagamaan.
9
Beberapa Solusi
Di dalam Al-Qur’an pun juga ada perintah untuk melakukan check and
recheck yang di dalam Islam dinamakan tabayyun. QS. Al-Hujurat ayat 6
berpesan “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Paling tidak ada dua hal yang perlu digarisbawahi oleh pesan ayat di atas.
Pertama, pembawa berita dan kedua isi berita. Orang yang menyampaikan
kabar yang perlu di-tabayyun jika orang tersebut adalah jenis seorang fasiq,
yakni yang aktivitasnya diwarnai pelanggaran agama; ia yang melakukan dosa
besar atau sering kali melakukan dosa-dosa kecil dan pelanggaran budaya
positif masyarakat. Sedang yang kedua menyangkut isi berita, khususnya berita
yang penting. Ini karena kalau semua berita yang penting dan tidak penting
harus diselidiki kebenarannya, maka akan tersita banyak sekali waktu untuk itu
dan hasil yang ditemukan pun tidak banyak manfaaatnya. Bukankah beritanya
tidak penting? Dari sini, Islam menekankan perlunya menyeleksi informasi.
Penyeleksian harus dilakukan oleh penyebarnya maupun penerimanya. Itu agar
tidak terjadi dampak buruk bagi siapa pun.7
7
Muhammad Quraisy Shihab, “Kewajiban Untuk Melakukan Tabayyun”, tirto.id, 18 Juni 2018,
https://tirto.id/kewajiban-untuk-melakukan-tabayyun-cqX9
10
Banyak kasus yang muncul saat ini ketika berkumpul dengan teman maupun
keluarga, masing-masing asyik dengan gadget sendiri-sendiri tanpa
memedulikan lingkungan disekitarnya. Perlu disadari bahwa dunia maya hanya
mampu menciptakan koneksi, bukan relasi. Oleh karena itu dunia maya tidak
akan bisa menggantikan kehidupan di dunia nyata.
8
Christiany Juditha, “Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya”, dalam
Jurnal Pekommas, Vol. 3, no.1 (April 2018), h. 42-43.
11
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiyah. 1973. Ilmu Jiwa Agama. Edisi Pertama. Cetakan Ketujuh.
Bulan Bintang. Jakarta.
Hartono, Dudi. 2018. Era Post-truth: Melawan Hoax dengan Fact Checking.
Prosiding Seminar Nasional Prodi Ilmu Pemerintahan 2018. Universitas Mercu
Buana: 73-74.
Saputro, Godhan Eko dan Toto haryadi. Edukasi Kampanye Anti Hoa Melalui
Komik Strip. Jurnal Komunikasi Visual, Manajemen Desain, dan Periklanan
3(2): 97.
13