Anda di halaman 1dari 3

BAB 1 LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PT

Adanya 2 (dua) pandangan dari para tokoh pendidikan


1. PAI harus diajarkan di PT karena negara perguruan tinggi wajib menjaga keberagaman
SARA. adanya ajaran pendidikan agama Islam tentu saling menghargai dan menjaga
toleransi antar umat
2. Pendidikan agama Islam tidak perlu diajarkan di perguruan tinggi, karena agama
merupakan urusan pribadi.

Filsafat pendidikan Islam dapat dikatakan yang berlandaskan al-Quran dan al-Hadis.
suatu upaya menggunakan metode Tiga landasan pokok yang dapat dijadikan
filosofis, yakni berpikir secara mendalam, sebagai landasan untuk memahami
sistematis, radikal, dan universal tentang tentang hakikat pembelajaran agama
masalah-masalah pendidikan seperti Islam, yaitu epistemologi, ontologi, dan
masalah manusia (peserta didik dan aksiologi.
guru), kurikulum, metode, lingkungan

Epistemologii

Hakikat
Ontologi
Pembelajaran
Agama islam

Aksologi
1. Epistimologi Pembelajaran Agama Islam
Epistimologi, dalam Yunani yang artinya pengetahuan, persoalan pokoknya adalah
menggali persoalan dari sumber-sumber pengetahuan, dari manakah pengetahuan yang
benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya.
a. Sumber religious, yang bersumber dari ajaran islma yaitu Al-Quran dan Hadist yang
merupakan filosofis utama. S
Surat An Nahl/16:125 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Hadist ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai
shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui
kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah
dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya,
dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan.

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah menuntut ilmu agama merupakan sebuah


kewajiban. Kata ilmu di dalam al-Quran ataupun al-Hadits, merujuk pada ilmu syar’i,
namun bukan berarti umat Islam harus menutup mata terhadap bidang keilmuan
lainnya.

Tentang relasi peserta didik dengan al-Khaliq, alam semesta, orang lain, kehidupan
duniawi, dan kehidupan akhirat.

1. Relasi peserta didik dengan al-Khaliq dan, yaitu terciptanya relasi ibadah atau relasi
penghambaan (‘alāqah ‘ubūdiyyah), yang di antaranya meliputi makna ibadah,
bentuk bentuk ibadah; orientasi agama, orientasi masyarakat, orientasi kebutuhan,
saling menyempurnakan antara semua orientasi ibadah.
2. Relasi peserta didik dengan alam semesta, yaitu terciptanya relasi eksplorasi (‘alāqah
taskhīr), yang di antaranya meliputi pengertian eksplorasi, tujuan eksplorasi, ruang
lingkup eksplorasi;
3. Relasi peserta didik dengan orang lain, yaitu terciptanya relasi keadilan dan kebaikan
(‘alāqah ‘adl wa ihsān), yang di antaranya meliputi pengertian adil dan ihsān },
hubungan pendidikan dengan adil dan ihsān;
4. Relasi peserta didik dengan kehidupan duniawi, yaitu terjalinnya relasi ujian (‘alāqah
ibtilā’), yang di antaranya meliputi pengertian ujian dan bentuk ujian;
5. Relasi peserta didik dengan kehidupan akhirat, yaitu terjalinnya relasi tanggung
jawab dan pemberian balasan (‘alāqah mas’ūliyah wa jazā’), yang di antaranya
meliputi pengertian tanggung jawab, urgensi tanggung jawab dan hubungannya
dengan ibadah, tingkatan tanggung jawab, serta tanggung jawab akhirat dan
masyarakat.

Epistemologi merupakan cara mengekspresikan pandangan (worldview). Allah Swt


melalui al-QuranNya menyuruh Nabi Muhammad Saw membaca iqro’ (bacalah),
membaca bukan berarti membaca tulisan, kata, akan tetapi iqro berarti meneliti,
menyaksikan, menginterpretasikan, kegiatan berpikir untuk membuka cakrawala.
Kemudian dalam al-Quran disebut pula Qalam (pena) al-Alaq: 4 yang berarti tulisan,
menulis adalah mengikat dan merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat sehingga
membentuk untaian kalimat yang indah dan baik.

Anda mungkin juga menyukai