Anda di halaman 1dari 30

Presentasi Ke-12

KARTU
KREDIT
DAN
MLM
Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA
TERMINOLOGI KARTU KREDIT / ‫بطاقة اإلئتمان‬
• Kata bithaqah (kartu) secara bahasa digunakan untuk
potongan kertas kecil atau dari bahan lain, diatasnya ditulis
penjelasan yang berkaitan dengan potongan kertas itu.
sementara kata i’timan secara bahasa artinya adalah kondisi
aman dan saling percaya. Dalam kebiasaan di dunia usaha
artinya semacam pinjaman, yakni yang berasal dari
kepercayaan terhadap peminjam dan sikap amanahnya serta
kejujurannya. Oleh sebab itu ia memberikan dana itu dalam
bentuk pinjaman untuk dibayar secara tertunda.
• Secara terminologi: Kartu kredit yaitu kartu magnetik yang
dikeluarkan oleh pihak Bank dan sejenisnya yang dapat
digunakan oleh pembawanya untuk penarikan uang tunai,
membayar tagihan barang dan jasa, atau membeli segala
keperluan dan barang serta pelayanan tertentu secara utang.
MENGENAL KARTU KREDIT
• Kartu Kredit tidak mensyaratkan pemegangnya memiliki
rekening pada bank penerbit, akan tetapi bank memberikan
uang yang dibutuhkan nasabah ketika menggunakan kartu
kemudian bank menagih uang tersebut dari nasabah.
Pemegang kartu diberi tenggang waktu untuk pembayaran, dan
batas maksimal (limit) kredit ditentukan.
• Dinamakan kartu kredit
karena pihak bank
memberikan kredit
kepada nasabah,
ini berarti menukar
uang tunai dengan
tidak tunai.
• Penggunaannya dgn
cara digesek pd mesin
EDC (Electronic Data Capture )
ALUR KARTU KREDIT
a.Transaksi Pembelian barang / jasa
a1. : Penandatanganan nota transaksi/ sales slip. ( misal : 1.000.000,- )
a2. : Penyerahan barang / jasa

b.Pedagang Mengklaim bank penerima nota transaksi kartu kredit


b1. : Pengajuan klaim uang sesuai nota transaksi/ sales slip sebesar 1.000.000,-
b2. : Transfer uang kepada merchant dengan potongan komisi untuk bank
penerima, misal 3%,sehingga merchant mendapat 970.000,-

c.Bank Penerima mengklaim ke bank penerbit kartu kredit


c1. : Bank penerima mengklaim ke bank penerbit kartu kredit sesuai dengan nota
transaksi/sales slip sebesar 1.000.000,-
c2. : Bank penerbit kartu kredit mentransfer uang kepada bank penerima dengan
potongan komisi , misal 2.2% sehingga bank penerima hanya mendapat 978.000,-
berarti bank penerima mendapat komisi akhir 3%-2.2%=0.8%

d.Bank penerbit menagih pemegang kartu kredit


d1. : Bank penerbit kartu kredit menagih kepada pemegang kartu kredit sesuai
dengan nota transaksi/ sales slip sebesar 1.000.000,-
d2. : Pemegang kartu kredit melakukan pembayaran sesuai dengan nota transaksi/
sales slip
YANG TERCANTUM DALAM LEMBAR TAGIHAN
• Tanggal cetak, adalah tanggal kapan lembar itu di cetak. Biasanya
berjarak beberapa hari dari tanggal tagihan. Kalau menggunakan sehari
sebelum tanggal cetak, secara otomatis akan tertagih besoknya. 
• Tanggal jatuh tempo, yaitu tanggal terakhir pembayaran untuk transaksi
sebulan sebelumnya. Jika dibayar setelahnya, maka otomatis dikenakan
denda sesuai tarif bank masing2.
• Total tagihan, semua transaksi yg dilakukan pengguna selama sebulan.  
• Pembayaran minimum, jika dalam pembayaran kita tidak mampu bayar
lunas atau ingin mencicil, bisa membayar sesuai dengan pembayaran
minimum yang tercantum di lembar tagihan. Biasanya 10% atau sekian
puluh ribu dari total pembayaran. Pembayaran yang kurang dari kadar
minimum akan di kenakan penalty (denda). Konsekuensinya jika
membayar sesuai pembayaran minimum, akan di kenakan bunga fixed per
bulan dihitung dari total sisa tagihan tertunggak. Prosentase bunga kartu
kredit cukup tinggi karena digolongkan ke kredit konsumstif.
• Batas kredit, plafon yang diberikan sesuai yang di approve pihak bank.
Jika menggunakan melebihi batas kredit akan dikenakan penalty. 
• Batas penarikan tunai. Biasanya berkisar 60 persen dari batas kredit.
Ada biaya cash advance-nya sesuai tarif, atau paling sedikit sepuluh ribu.
Bunganya lebih tinggi daripada transaksi belanja.
ILUSTRASI
PERHITUNGAN BUNGA
KARTU KREDIT
MACAM-MACAM KARTU KREDIT

1.Credit Card. Jenis kartu kredit yang dapat digunakan


sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang/jasa.
Pembayaran oleh pemegang kartu kepada penerbit (issuer) dapat
dilakukan sekaligus atau dengan cicilan sejumlah minimum
tertentu. Apabila pembayaran dilakukan dengan cicilan, maka
jumlah cicilan tsb dihitung dari nilai saldo tagihan ditambah bunga
bulanan, jadi mirip dgn mencicil kredit pada bank. Tagihan bulan
lalu termasuk bunga adalah pokok pinjaman bulan berikutnya.
2.Charge Card. Bisa digunakan sbg alat pembayaran
transaksi jual beli barang/jasa. Pemegang kartu harus membayar
seluruh tagihan secara penuh pada akhir bulan, atau bulan
berikutnya dgn atau tanpa beban biaya tambahan. Kartu kredit ini
disebut juga kartu pembayaran penuh pada tanggal jatuh tempo,
yang memiliki sifat penundaan pembayaran. Jika tidak dibayar
penuh, pemegang kartu akan dibebani denda (charge).
MACAM-MACAM KARTU PLASTIK

3. Debit Card. ia sebenarnya bukan kartu kredit, tapi kartu debet


sbg alat pembayaran secara tunai tanpa menggunakan uang
tunai, yaitu dgn cara mendebet (mengurangi) secara langsung
saldo rekening simpanan pemegang kartu dan dalam waktu
yang sama mengkredit (menambah) rekening penjual pada bank
penerbit sebesar jumlah nilai transaksi. Kartu ini tidak
memberikan pinjaman kepada pemiliknya dan tidak memberikan
peluang kepadanya untuk melakukan transaksi pembelian
melebihi jumlah dana yang dia miliki dalam rekeningnya.
4. Cash Card (ATM). Ini bukan kartu kredit, melainkan kartu
tunai yang digunakan oleh pemegang kartu untuk menarik uang
tunai, baik langsung melalui kasir bank maupun melalui mesin
ATM bank tertentu yang tersebar di tempat strategis. Walaupun
melalui perjanjian kerjasama dgn satu bank tertentu, pemegang
kartu dapat menggunakan Cash Card pada bank lain.
MACAM KARTU PLASTIK & KEGUNAAN KARTU KREDIT
5. Check Guarantee Card. Ini adalah jenis kartu yang juga
bukan kartu kredit, melainkan kartu jaminan yang terbuat dari
plastik. Kartu Check Guarantee Card dapat digunakan sbg
jaminan cek untuk meyakinkan penerima cek yang diterbitkan
oleh pemegang kartu dlm transaksi jual beli barang/jasa. Jadi,
fungsi kartu ini untuk menjamin setiap pembayaran dgn cek oleh
pemegang kartu. Dlm perkembangannya, kartu ini dapat pula
digunakan sbg Check Encashment Card untuk menarik uang
tunai melalui kantor cabang bank penerbit. Disamping itu, dapat
juga digunakan sbg Cash Card untuk menarik uang tunai di ATM

KEGUNAAN KARTU KREDIT: Kemudahan belanja tanpa perlu


membawa uang tunai, Keamanan, Perlindungan darurat, Berlaku
di seluruh dunia, Memudahkan penyimpanan catatan semua
transaksi, Perlindungan konsumen, Discount tertentu,
Keleluasaan/flexibilitas, Fasilitas airport louge, Kemudahan
belanja melalui surat, telepon, internet (e-commerce), dsb.
HUKUM KARTU KREDIT
• Para ulama berbeda pendapat tentang hukum syariat kartu
kredit berdasarkan perbedaan pendapat mereka terhadap
pengaruh dari syarat riba atau syarat rusak (fasid/batil)
terhadap sahnya suatu transaksi. Karena umumnya
transaksi pengeluaran kartu ini mengandung komitmen-
komitmen berbau riba yang mengharuskan pelanggan
membayar bunga riba atau denda finansial akibat
keterlambatan menutupi pembayaran utangnya.
• Sebagian ulama berpandangan bahwa kartu tersebut
dibolehkan namun syarat-syarat tersebut dianggap tidak
sah, yakni bagi orang yang meyakini bahwa ia tidak akan
terjerumus dalam jebakan syarat tersebut. Karena syarat-
syarat tersebut dalam syari’at sudah terbatalkan dengan
sendirinya.
• Ada juga ulama yang tidak membolehkan kartu tersebut
karena adanya syarat-syarat berbau riba itu.
DALIL YANG MEMBOLEHKAN
• Kubu yang membolehkan menganggap bahwa transaksi
itu sah, namun komitmennya batal. Karena syarat rusak ini
pada dasarnya menurut kacamata syari’at sudah batal dengan
sendirinya. Syarat ini munkar dan justru harus dilakukan
kebalikannya. Dasarnya, Sabda Nabi Saw kepada ‘Aisyah Ra
ketika ‘Aisyah hendak membeli Barirah namun majikannya
tidak mau melepaskannya kecuali dengan syarat, “hak wala’
budak itu tetap milik mereka”. Itu jelas syarat yang
bertentangan dengan ajaran syari’at, karena loyalitas atau
perwalian menurut syari’at diberikan kepada orang yang
membebaskannya. Nabi Saw bersabda kepada ‘Aisyah Ra:
“Belilah budak itu, dan tetapkan syarat bagi mereka, karena
perwalian itu hanya diberikan kepada yang memerdekakan.
Karena perwalian itu adalah hak orang yg membebaskannya.”
Makna hadits: Janganlah pedulikan, karena persyaratan
mereka itu bertentangan dengan yang haq.
DALIL YANG MELARANG KARTU KREDIT
• Kubu yang melarang, menganggap transaksi tersebut batal.
Demikian pendapat tegas dari kalangan Malikiyah dan
Syafi’iyah.
• Mereka membantah dalil yang digunakan oleh kubu pertama,
yakni tentang hadits Barirah, bahwa qiyas itu adalah qiyas
dengan alasan berbeda (qiyas ma’al fariq). Sebab dalam kasus
Barirah syarat tersebut mampu dibatalkan oleh ‘Aisyah Ra.
karena dianggap bertentangan dengan ajaran syari’at. Karena
kejadian itu terjadi ketika syari’at Islam betul-betul masih menjadi
panutan, Negara Islam masih menjadi pemelihara ajaran Islam
dan masih memimpin dunia. Bagaimana mungkin bisa
dibandingkan dengan syarat berbau riba dalam pengambilan
kartu kredit yakni syarat yang bersandar pada referensi
sekularisme yang didasari atas pemisahan agama dengan
negara, lalu mengingkari referensi Islam yang suci yang
melibatkan agama dalam kehidupan manusia?
• Kartu kredit juga dianggap memiliki bobot vitalitas yang lebih
rendah. Orang bisa saja hidup secara wajar atau cukup wajar
tanpa harus menggunakan kartu-kartu itu.
HAKIKAT KARTU KREDIT DLM PERSPEKTIF MUAMALAH
Kartu Kredit secara umum tersusun dari beberapa transaksi.
1. Transaksi yang mengaitkan antara pihak yang mengeluarkan
kartu dengan pihak pemegangnya. Transaksi ini terdiri dari tiga
unsur; jaminan, penjaminan dan peminjaman. Pihak yang
mengeluarkan kartu telah memberikan jaminan untuk pemegang
kartu tersebut di hadapan pedagang, meminjamkan kepadanya dana
yang dia tarik melalui kartu tersebut, lalu pemegang kartu telah
menjadikan pihak bank sebagai penjaminnya untuk melunasi
pembayaran tersebut kepada si pedagang.
2. Transaksi antara yang mengeluarkan kartu dengan pihak
pedagang. Transaksi ini terdiri dari dua unsur saja; jaminan dan
penjaminan. Pihak yang mengeluarkan kartu telah memberi
jaminan kepada pedagang untuk membayarkan semua haknya
melalui kartu tersebut, yang kemudian pihak bank akan menagih
pembayaran itu dari pemegang kartu nantinya dan memasukkan nya
ke dalam rekeningnya setelah terlebih dahulu memotongnya dengan
biaya administrasi yang disepakati.
3. Transaksi antara pemegang kartu dengan pedagang yang
hukumnya disesuaikan dengan jual-beli atau penyewaan yang
dilakukan sesuai dengan karakter transaksi disamping sistem
hiwalah, yakni pemegang kartu melimpahkan pembayarannya
terhadap barang pedagang kepada pihak yang mengeluarkan kartu.
MASALAH BUNGA DAN DENDA KETERLAMBATAN
• Denda Keterlambatan dan Bunga.
Pihak yang mengeluarkan kartu kadang menetapkan beberapa
bentuk denda finansial karena keterlambatan penutupan utang,
karena penundaan atau karena tersendatnya pembayaran dana
yang ditarik dari melalui kartu. Denda semacam itu termasuk riba
nasi’ah yang diharamkan.
• Bagaimana Mengatasi Problematika Keterlambatan
Pembayaran utang?
Memberikan kelonggaran kepada pihak yang berhutang, kalau ia
adalah orang miskin yang kesulitan mengembalikan utangnya.
Membatalkan keanggotaannya, menarik kartu kreditnya
kemudian mengadukan persoalannya ke pengadilan, lalu
melimpahkan kepadanya semua biaya kemelut tersebut. Bisa
juga dengan menyebarkan nama pelanggan bersangkutan
dalam daftar hitam (black list), diumumkan kepada seluruh bank
agar tidak menerimanya sebagai anggota dan juga agar menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang berperilaku sepertinya.
HUKUM KARTU KREDIT DI INDONESIA
• Secara prinsip kartu kredit dibolehkan syariah selama dalam
prakteknya tidak bertransaksi dengan sistem riba yaitu
memberlakukan ketentuan bunga bila pelunasan hutang
kepada penjamin lewat jatuh tempo pembayaran atau
menunggak. Di samping itu ketentuan uang jasa kafalah tidak
boleh terlalu mahal sehingga memberatkan pihak terutang
atau terlalu besar melebihi batas rasional, agar terjaga tujuan
asal dari kafalah, yaitu jasa pertolongan berupa jaminan utang
kepada merchant, penjual barang atau jasa yang menerima
pembayaran dengan kartu kredit tertentu.
• Kartu Kredit yang menggunakan sistem bunga (interest) tidak
sesuai dengan prinsip Syariah. Untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atas kartu yang sesuai Syariah, DSN-MUI
menetapkan fatwa tentang Syariah Card (‫ ) بطاقة االئتمان‬yang
fungsinya seperti Kartu Kredit untuk dijadikan pedoman.
FATWA DSN-MUI NO. 54/DSN-MUI/X/2006
• DSN-MUI dalam fatwanya menetapkan bahwa
Syariah Card dibolehkan, dengan ketentuan
seperti diatur dalam fatwa.
• Ketentuan Akad yang digunakan dalam Syariah Card adalah; a.
Kafalah; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penjamin (kafil)
bagi Pemegang Kartu terhadap Merchant atas semua kewajiban
bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara Pemegang Kartu
dengan Merchant, dan/atau penarikan tunai dari selain bank /
ATM bank Penerbit Kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit
kartu dapat menerima fee (ujrah kafalah).
b. Qardh; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah pemberi pinjaman
(muqridh) kepada Pemegang Kartu (muqtaridh) melalui
penarikan tunai dari bank / ATM bank Penerbit Kartu.
c. Ijarah; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penyedia jasa
sistem pembayaran & pelayanan terhadap Pemegang Kartu.
Atas Ijarah ini, Pemegang Kartu dikenakan membership fee.
ILUSTRASI BIAYA ( UJRAH / FEE ) SYARIAH CARD
REFERENSI
• Al-Quran dan Hadits
• Fatwa DSN-MUI No. 54/DSN-MUI/X/2006.
• DR. Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, vol.
V/130-161.
• Slides KLASIFIKASI KARTU KREDIT, Oleh : Yudhi
Setiawan, S.H., M.Hum
• http://www.citibank.co.id/bahasa/credit_card/creditcards.htm
• http://www.bni.co.id/Syariah/BNIHasanahCard/PanduanLayan
anBiayaBNIHasanahCard/tabid/379/Default.aspx
• http://www.kartukreditindonesia.com
MULTI LEVEL MARKETING
(MLM)

Perdagangan modern telah


memunculkan model pemasaran yang
beragam, mulai dari
• bisnis eceran (retail),
• penjualan langsung (direct selling),
• multi level marketing / MLM
(pemasaran berjenjang melalui
jaringan distribusi yang dibangun
dengan memposisikan pelanggan
sekaligus sebagai tenaga
pemasaran).
TERMINOLOGI
• MLM secara umum adalah model pemasaran yang
menggunakan mata rantai Up Line - Down Line dengan
memotong jalur distribusi.
• Model pemasaran ini merupakan kreasi dan inovasi
marketing yang melibatkan masyarakat konsumen
dalam kegiatan usaha pemasaran dengan tujuan agar
masyarakat konsumen dapat menikmati tidak saja
manfaat produk, tetapi juga manfaat finansial dalam
bentuk insentif, hadiah-hadiah, haji dan umrah,
perlindungan asuransi, tabungan hari tua dan bahkan
kepemilikan saham perusahaan.
FAKTA
• Bisnis MLM mulai marak di Indonesia pada era
80-an, dan kian berkembang setelah adanya
badai krisis moneter dan ekonomi.
• Pemain yang terjun di dunia MLM
memanfaatkan momentum dan situasi krisis
untuk menawarkan solusi bisnis bagi pemain
asing maupun lokal. Yang sering disebut
masyarakat misalnya CNI, Amway, Avon,
Tupperware, Sun Chlorella, DXN dan Propolis
Gold serta yang berlabel syariah atau Islam.
SKEMA PIRAMIDA
• Piramida lebih kurang mengambarkan segitiga. Mempunyai titik tertinggi di
atas dan melebar ke bawah. Skema Piramida adalah sistem (ilegal) dimana
banyak orang yang berada pada lapisan terbawah dari piramida membayar
sejumlah uang kepada sejumlah orang yang berada di lapisan piramida
teratas. Setiap anggota baru membeli peluang untuk naik ke lapisan teratas
dan mendapat keuntungan dari orang lain yang bergabung kemudian.
• Agar kelihatan seperti perusahaan penjualan berjenjang, Skema Piramida
menyediakan serangkaian produk yang dinyatakan sebagai produk jualan
untuk dipasarkan langsung kepada konsumen. Namun demikian, pada
kenyataannya hampir tidak ada usaha sama sekali untuk memasarkan
produk-produk tersebut pada konsumen. Sebaliknya, penghasilan diciptakan
berdasarkan perekrutan anggota-anggota baru. Juga para mitra usaha baru
dipaksa untuk membeli sebanyak mungkin produk yang bernilai besar pada
saat mengisi formulir peserta. Sistem piramida ini secara sepintas mirip Multi
Level Marketing, lebih tepat disebut berkedok Multi Level Marketing.
• Skema piramida termasuk bisnis zalim dan jelas-jelas menipu orang. Bisnis
haram yang menggunaan sistem piramida pasti merugikan sebagian besar
masyarakat dan hanya menguntungkan segelintir orang yang lebih dahulu
masuk. Perusahaan yang mempraktikkan skema piramida termasuk money
game (penggandaan uang) yang berkedok MLM, dan bukan termasuk MLM.
MLM YANG SESUAI SYARIAH
• Perusahaan MLM syariah adalah perusahaan
yang menerapkan sistem pemasaran modern
melalui jaringan distribusi yang berjenjang,
dengan menggunakan konsep syariah, baik dari
sistemnya maupun produk yang dijual.
• ”MLM syariah melarang upline memperoleh
keuntungan secara pasif dari kerja keras down
line. Dengan begitu, kepentingan member lebih
terproteksi dari praktek penipuan berkedok MLM
HUKUM MLM
• Semua bisnis termasuk yang menggunakan sistem MLM dalam
literatur syariah Islam pada dasarnya termasuk kategori muamalah
yang dibahas dalam bab al-buyu’ (Jual-beli). Hukum asalnya boleh.
Kaidah ushul fiqih (‫ا‬A‫ ْح ِر ْي ِم َه‬AA‫د َُّل دَ لِ ْي ٌل َع َلى َت‬AA‫ ْن َي‬Aَ‫ َّالأ‬A ِ‫اح ُة إ‬
َ ‫إْل ِ َب‬A ‫ا َماَل ِتا‬A‫ل ُم َع‬AA‫ا‬ ْ َ ‫أْل‬A ‫ )ا‬selama
ْ ‫ ْي‬AAA‫ص ُل ِف‬
bisnis tersebut bebas dari unsur-unsur haram seperti riba (sistem
bunga), gharar (tipuan), dharar (bahaya) dan jahalah
(ketidakjelasan), zhulm (merugikan hak orang lain). Bisnis juga harus
terbebas dari unsur MAGHRIB, singkatan dari Maysir (judi), Aniaya
(zhulm), Gharar (penipuan), Haram, Riba (bunga), Iktinaz
(menimbun barang) atau Ihtikar (monopoli), dan Bathil.
• Selain itu, barang atau jasa yang dibisniskan adalah halal. (Al-
Baqarah: 29, Al-A’raf: 32, Al-An’am: 145, 151),
Dalil: “Allah menghalalkan jual beli & mengharamkan riba.” (Al-
Baqarah: 275), “Tolong menolonglah atas kebaikan dan takwa dan
jangan tolong menolong atas dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2)
• Sabda Rasulullah saw, “Perdagangan itu atas dasar sama-sama
ridha.” (H.R. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah), “Umat Islam terikat dengan
persyaratan yang mereka buka.”(H.R. Ahmad, Abu Daud, Hakim)
MLM DALAM PERSPEKTIF FIQH
• Perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan sistem
MLM tidak hanya sekedar menjalankan penjualan
produk barang, melainkan juga produk jasa, yaitu jasa
marketing yang berlevel-level (bertingkat-tingkat)
dengan imbalan berupa marketing fee, bonus dan
sebagainya tergantung level, prestasi penjualan dan
status keanggotaan distributor.
• Jasa perantara penjualan ini (makelar) dalam
terminologi fikih disebut “Samsarah/simsar”.
Maksudnya, perantara perdagangan (orang yang
menjualkan barang atau mencarikan pembeli) atau
perantara antara penjual dan pembeli untuk
memudahkan jual beli.
(Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, vol. III/159)
MLM DALAM PERSPEKTIF FIQH
• Pekerjaan samsarah/simsar berupa makelar, distributor,
agen dan sebagainya, dalam fikih Islam termasuk akad
ijarah. Yaitu, transaksi memanfaatkan jasa orang dengan
imbalan (ujrah).
• Pada dasarnya, para ulama seperti Ibnu ‘Abbas, Imam
Bukhari, Ibnu Sirin, ‘Atha, Ibrahim, memandang boleh
jasa ini. (Fiqh Al-Sunnah, III/159).
Namun, untuk sahnya pekerjaan makelar ini harus
memenuhi beberapa syarat di samping persyaratan di
atas. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Perjanjian jelas kedua belah pihak (QS. An-Nisa: 29)
2. Obyek akad bisa diketahui manfaatnya secara nyata
dan dapat diserahkan.
3. Obyek akad bukan hal-hal yang maksiat atau haram.
MLM DALAM PERSPEKTIF FIQH
• Distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan,
tidak menipu dan tidak menjalankan bisnis yang haram dan
syubhat.
• Distributor dalam hal ini berhak menerima imbalan setelah
berhasil memenuhi akadnya. Sedangkan pihak perusahaan
yang menggunakan jasa marketing harus segera
memberikan imbalan para distributor dan tidak boleh
menghanguskan atau menghilangkannya (QS. Al-A’raf: 85).
Sabda Nabi: “Berilah para pekerja itu upahnya sebelum
kering keringatnya.” (HR. Ibnu Majah, Abu Ya’la dan
Tabrani). Tiga orang yang menjadi musuh Rasulullah di hari
kiamat di antaranya, “Seseorang yang memakai jasa orang,
kemudian menunaikan tugas pekerjaannya tetapi orang itu
tidak menepati pembayaran upahnya.” (HR. Bukhari)
MLM DALAM PERSPEKTIF FIQH
• Jumlah upah atau imbalan jasa yang harus diberikan
kepada makelar atau distributor adalah menurut
perjanjian, sesuai dengan firman Allah: “Hai orang-
orang yang beriman, penuhilah akad-akad (perjanjian-
perjanjian) itu.” (QS. Al-Maidah:1) dan juga hadits
Nabi: “Orang-orang Islam itu terikat dengan perjanjian-
perjanjian mereka.” (HR.Ahmad, Abu Dawud, Hakim
dari Abu Hurairah). Bila terdapat unsur dzulm
(kezaliman) dalam pemenuhan hak dan kewajiban,
seperti seseorang yang belum mendapatkan target
dalam batas waktu tertentu maka ia tidak mendapat
imbalan yang sesuai dengan kerja yang telah ia
lakukan, maka bisnis MLM tersebut tidak benar.
FATWA MUI
• Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan bisnis
multi level marketing (MLM) bersifat halal sepanjang
tidak bertentangan dengan syariat Islam.
• MUI telah mengeluarkan fatwa Nomor 75 tahun 2009
mengenai pedoman penjualan langsung berjenjang
(syariah). Pada fatwa itu setidaknya ada 12 prinsip
yang tak boleh dilanggar oleh pelaku usaha MLM.
• Beberapa prinsip itu antara lain, transaksi harus ada
objeknya, kualitas barang harus bagus setidaknya
halal, harus mengusung keadilan, tranksi tak
mengandung riba, komisi perusahaan harus diberikan
berdasarkan prestasi, bonus diberikan kepada yang
melakukan transaksi, tak boleh ada bonus yang masif,
tidak boleh ada iming-iming berlebihan, tak boleh ada
eksploitasi bonus, mitra usaha wajib membina mitra
bawahnya, tidak ada mengarah money game.
PERUSAHAAN MLM SYARIAH
• Keberadaan fatwa MUI No 75/7/2009 tentang
Penjualan Langsung Berjenjang Syariah hanya
merupakan prinsip dan pedoman secara umum.
• Dari hasil screening perusahaan MLM yang dilakukan
oleh MUI, hingga medio tahun 2010 ada lima
perusahaan yang telah mendapatkan sertifikasi MUI
yaitu Ahad Net Internasional, UFO BKB Syariah, Exer
Indonesia, Mitra Permata Mandiri, dan K-Link
Indonesia. Tentu saja daftar ini bisa terus bertambah
atau berganti seiring penerapan konsep fiqh muamalah
dalam bisnis MLM Syariah.

Anda mungkin juga menyukai