Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Farhan

Nim : 11180110000019

Kelas : VI-C

Tugas : Resume Ke-9 Hukum Kredit

Dosen : Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA.

Pengertian Kartu Kredit

Kata bithaqah (kartu) secara bahasa digunakan untuk potongan kertas kecil atau dari
bahan lain, diatasnya ditulis penjelasan yang berkaitan dengan potongan kertas itu. Sementara
kata i’timan secara bahasa artinya adalah kondisi aman dan saling percaya. Dalam kebiasaan di
dunia usaha artinya semacam pinjaman, yakni yang berasal dari kepercayaan terhadap peminjam
dan sikap amanahnya serta kejujurannya. Oleh sebab itu ia memberikan dana itu dalam bentuk
pinjaman untuk dibayar secara tertunda.

Secara terminologi: Kartu kredit yaitu kartu magnetik yang dikeluarkan oleh pihak Bank
dan sejenisnya yang dapat digunakan oleh pembawanya untuk penarikan uang tunai, membayar
tagihan barang dan jasa, atau membeli segala keperluan dan barang serta pelayanan tertentu
secara utang.

Mengenal Kartu Kredit

Kartu Kredit tidak mensyaratkan pemegangnya memiliki rekening pada bank penerbit,
akan tetapi bank memberikan uang yang dibutuhkan nasabah ketika menggunakan kartu
kemudian bank menagih uang tersebut dari nasabah. Pemegang kartu diberi tenggang waktu
untuk pembayaran, dan batas maksimal (limit) kredit ditentukan.

Dinamakan kartu kredit karena pihak bank memberikan kredit kepada nasabah, ini berarti
menukar uang tunai dengan tidak tunai. Penggunaannya dengan cara digesek pd mesin EDC
(Electronic Data Capture ).
Yang tercantum dalam lembar tagihan

Tanggal cetak, adalah tanggal kapan lembar itu di cetak. Biasanya berjarak beberapa hari
dari tanggal tagihan. Kalau menggunakan sehari sebelum tanggal cetak, secara otomatis akan
tertagih besoknya.

Tanggal jatuh tempo, yaitu tanggal terakhir pembayaran untuk transaksi sebulan
sebelumnya. Jika dibayar setelahnya, maka otomatis dikenakan denda sesuai tarif bank masing2.

Total tagihan, semua transaksi yg dilakukan pengguna selama sebulan. Pembayaran


minimum, jika dalam pembayaran kita tidak mampu bayar lunas atau ingin mencicil, bisa
membayar sesuai dengan pembayaran minimum yang tercantum di lembar tagihan. Biasanya
10% atau sekian puluh ribu dari total pembayaran. Pembayaran yang kurang dari kadar minimum
akan di kenakan penalty (denda). Konsekuensinya jika membayar sesuai pembayaran minimum,
akan di kenakan bunga fixed per bulan dihitung dari total sisa tagihan tertunggak. Prosentase
bunga kartu kredit cukup tinggi karena digolongkan ke kredit konsumstif.

Batas kredit, plafon yang diberikan sesuai yang di approve pihak bank. Jika
menggunakan melebihi batas kredit akan dikenakan penalty.

Macam-macam Kartu Kredit

Credit Card. Jenis kartu kredit yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli
barang/jasa. Pembayaran oleh pemegang kartu kepada penerbit (issuer) dapat dilakukan
sekaligus atau dengan cicilan sejumlah minimum tertentu. Apabila pembayaran dilakukan
dengan cicilan, maka jumlah cicilan tsb dihitung dari nilai saldo tagihan ditambah bunga
bulanan, jadi mirip dgn mencicil kredit pada bank. Tagihan bulan lalu termasuk bunga adalah
pokok pinjaman bulan berikutnya.

Charge Card. Bisa digunakan sbg alat pembayaran transaksi jual beli barang/jasa. Pemegang
kartu harus membayar seluruh tagihan secara penuh pada akhir bulan, atau bulan berikutnya
dengan atau tanpa beban biaya tambahan. Kartu kredit ini disebut juga kartu pembayaran penuh
pada tanggal jatuh tempo, yang memiliki sifat penundaan pembayaran. Jika tidak dibayar penuh,
pemegang kartu akan dibebani denda.
Macam-macam Kartu plastik

Debit Card. ia sebenarnya bukan kartu kredit, tapi kartu debet sebagai alat pembayaran secara
tunai tanpa menggunakan uang tunai, yaitu dgn cara mendebet (mengurangi) secara langsung
saldo rekening simpanan pemegang kartu dan dalam waktu yang sama mengkredit (menambah)
rekening penjual pada bank penerbit sebesar jumlah nilai transaksi. Kartu ini tidak memberikan
pinjaman kepada pemiliknya dan tidak memberikan peluang kepadanya untuk melakukan
transaksi pembelian melebihi jumlah dana yang dia miliki dalam rekeningnya.

Cash Card (ATM). Ini bukan kartu kredit, melainkan kartu tunai yang digunakan oleh pemegang
kartu untuk menarik uang tunai, baik langsung melalui kasir bank maupun melalui mesin ATM
bank tertentu yang tersebar di tempat strategis. Walaupun melalui perjanjian kerjasama dgn satu
bank tertentu, pemegang kartu dapat menggunakan Cash Card pada bank lain.

Check Guarantee Card. Ini adalah jenis kartu yang juga bukan kartu kredit, melainkan kartu
jaminan yang terbuat dari plastik. Kartu Check Guarantee Card dapat digunakan sbg jaminan cek
untuk meyakinkan penerima cek yang diterbitkan oleh pemegang kartu dlm transaksi jual beli
barang/jasa. Jadi, fungsi kartu ini untuk menjamin setiap pembayaran dgn cek oleh pemegang
kartu. Dlm perkembangannya, kartu ini dapat pula digunakan sebagai Check Encashment Card
untuk menarik uang tunai melalui kantor cabang bank penerbit. Disamping itu, dapat juga
digunakan sbg Cash Card untuk menarik uang tunai di ATM.

Kegunaan Kartu Kredit

Kemudahan belanja tanpa perlu membawa uang tunai, Keamanan, Perlindungan darurat, Berlaku
di seluruh dunia, Memudahkan penyimpanan catatan semua transaksi, Perlindungan konsumen,
Discount tertentu.

Hukum Kartu Kredit

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum syariat kartu kredit berdasarkan perbedaan
pendapat mereka terhadap pengaruh dari syarat riba atau syarat rusak (fasid/batil) terhadap
sahnya suatu transaksi. Karena umumnya transaksi pengeluaran kartu ini mengandung
komitmen-komitmen berbau riba yang mengharuskan pelanggan membayar bunga riba atau
denda finansial akibat keterlambatan menutupi pembayaran utangnya. Sebagian ulama
berpandangan bahwa kartu tersebut dibolehkan namun syarat-syarat tersebut dianggap tidak sah,
yakni bagi orang yang meyakini bahwa ia tidak akan terjerumus dalam jebakan syarat tersebut.
Karena syarat-syarat tersebut dalam syari’at sudah terbatalkan dengan sendirinya. Ada juga
ulama yang tidak membolehkan kartu tersebut Karena adanya syarat syarat berbau riba itu.

Dalil yang Membolehkan

Kubu yang membolehkan menganggap bahwa transaksi itu sah, namun komitmennya
batal. Karena syarat rusak ini pada dasarnya menurut kacamata syari’at sudah batal dengan
sendirinya. Syarat ini munkar dan justru harus dilakukan kebalikannya. Dasarnya, Sabda Nabi
Saw kepada ‘Aisyah Ra ketika ‘Aisyah hendak membeli Barirah namun majikannya tidak mau
melepaskannya kecuali dengan syarat, “hak wala’ budak itu tetap milik mereka”. Itu jelas syarat
yang bertentangan dengan ajaran syari’at, karena loyalitas atau perwalian menurut syari’at
diberikan kepada orang yang membebaskannya. Nabi Saw bersabda kepada ‘Aisyah Ra: “Belilah
budak itu, dan tetapkan syarat bagi mereka, karena perwalian itu hanya diberikan kepada yang
memerdekakan. Karena perwalian itu adalah hak orang yg membebaskannya.” Makna hadits:
Janganlah pedulikan, karena persyaratan mereka itu bertentangan dengan yang haq.

Dalil yang Melarang Kartu Kredit

Kubu yang melarang, menganggap transaksi tersebut batal. Demikian pendapat tegas dari
kalangan Malikiyah dan Syafi’iyah.

Mereka membantah dalil yang digunakan oleh kubu pertama, yakni tentang hadits Barirah,
bahwa qiyas itu adalah qiyas dengan alasan berbeda (qiyas ma’al fariq). Sebab dalam kasus
Barirah syarat tersebut mampu dibatalkan oleh ‘Aisyah Ra. karena dianggap bertentangan
dengan ajaran syari’at. Karena kejadian itu terjadi ketika syari’at Islam betul-betul masih
menjadi panutan, Negara Islam masih menjadi pemelihara ajaran Islam dan masih memimpin
dunia. Bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan syarat berbau riba dalam pengambilan
kartu kredit yakni syarat yang bersandar pada referensi sekularisme yang didasari atas pemisahan
agama dengan negara, lalu mengingkari referensi Islam yang suci yang melibatkan agama dalam
kehidupan manusia? Kartu kredit juga dianggap memiliki bobot vitalitas yang lebih
Kartu kredit dalam Perspektif Muamalah

1. Transaksi yang mengaitkan antara pihak yang mengeluarkan kartu dengan pihak
pemegangnya. Transaksi ini terdiri dari tiga unsur; jaminan, penjaminan dan
peminjaman. Pihak yang mengeluarkan kartu telah memberikan jaminan untuk pemegang
kartu tersebut di hadapan pedagang, meminjamkan kepadanya dana yang dia tarik
melalui kartu tersebut, lalu pemegang kartu telah menjadikan pihak bank sebagai
penjaminnya untuk melunasi pembayaran tersebut kepada si pedagang.
2. Transaksi antara yang mengeluarkan kartu dengan pihakpedagang. Transaksi ini terdiri
dari dua unsur saja; jaminan dan penjaminan. Pihak yang mengeluarkan kartu telah
memberi jaminan kepada pedagang untuk membayarkan semua haknya melalui kartu
tersebut, yang kemudian pihak bank akan menagih pembayaran itu dari pemegang kartu
nantinya dan memasukkan nya ke dalam rekeningnya setelah terlebih dahulu
memotongnya dengan biaya administrasi yang disepakati.
3. Transaksi antara pemegang kartu dengan pedagang yang hukumnya disesuaikan dengan
jual beli atau penyewaan yang dilakukan sesuai dengan karakter transaksi di samping
sistem hiwalah, yakni pemegang kartu melimpahkan pembayarannya terhadap barang
pedagang kepada pihak yang mengeluarkan kartu.

Masalah Bunga dan Denda Keterlambatan

Denda Keterlambatan dan Bunga. Pihak yang mengeluarkan kartu kadang menetapkan beberapa
bentuk denda finansial karena keterlambatan penutupan utang, karena penundaan atau karena
tersendatnya pembayaran dana yang ditarik dari melalui kartu. Denda semacam itu termasuk riba
nasi’ah yang diharamkan.

Bagaimana Mengatasi Problematika Keterlambatan Pembayaran utang?

Memberikan kelonggaran kepada pihak yang berhutang, kalau ia adalah orang miskin yang
kesulitan mengembalikan utangnya. Membatalkan keanggotaannya, menarik kartu kreditnya
kemudian mengadukan persoalannya ke pengadilan, lalu melimpahkan kepadanya semua biaya
kemelut tersebut. Bisa juga dengan menyebarkan nama pelanggan bersangkutan dalam daftar
hitam (black list), diumumkan kepada seluruh bank agar tidak menerimanya sebagai anggota dan
juga agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berperilaku sepertinya.
Hukum Kartu Kredit di Indonesia

Secara prinsip kartu kredit dibolehkan syariah selama dalam prakteknya tidak bertransaksi
dengan sistem riba yaitu memberlakukan ketentuan bunga bila pelunasan hutang kepada
penjamin lewat jatuh tempo pembayaran atau

menunggak. Di samping itu ketentuan uang jasa kafalah tidak boleh terlalu mahal sehingga
memberatkan pihak terutang atau terlalu besar melebihi batas rasional, agar terjaga tujuan asal
dari kafalah, yaitu jasa pertolongan berupa jaminan utang kepada merchant, penjual barang atau
jasa yang menerima pembayaran dengan kartu kredit tertentu.

Kartu Kredit yang menggunakan sistem bunga (interest) tidak sesuai dengan prinsip Syariah.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas kartu yang sesuai Syariah, DSN-MUI menetapkan
fatwa tentang Syariah Card ( ‫ ) بطاقة االئتمان‬yang fungsinya seperti Kartu Kredit untuk dijadikan
pedoman.

FATWA DSN-MUI NO. 54/DSN-MUI/X/2006

DSN-MUI dalam fatwanya menetapkan bahwa Syariah Card dibolehkan, dengan ketentuan
seperti diatur dalam fatwa.

Ketentuan Akad yang digunakan dalam Syariah Card adalah;

1. Kafalah; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penjamin (kafil) bagi Pemegang Kartu
terhadap Merchant atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara
Pemegang Kartu dengan Merchant, dan/atau penarikan tunai dari selain bank / ATM
bank Penerbit Kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit kartu dapat menerima fee (ujrah
kafalah).
2. Qardh; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah pemberi pinjaman (muqridh) kepada
Pemegang Kartu (muqtaridh) melalui penarikan tunai dari bank / ATM bank Penerbit
Kartu.
3. Ijarah; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penyedia jasa sistem pembayaran & pelayanan
terhadap Pemegang Kartu. Atas Ijarah ini, Pemegang Kartu dikenakan membership fee.

Anda mungkin juga menyukai