ARBITRASE
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Konflik dalam Hotel
Dosen : Rugeri Fadhlihalim, SE, MM.
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
D4 MANAJEMEN PERHOTELAN
PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
HUKUM ARBITRASE 0
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Arbitrase dengan baik dan
lancar. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Manajemen Konflik dalam Hotel yaitu bapak Rugeri Fadhlihalim.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak,
begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
HUKUM ARBITRASE 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Arbitrase..................................................................................................................5
B. Objek Arbitrase..........................................................................................................................6
C. Jenis-Jenis Arbitrase...................................................................................................................6
J. Kelebihan Arbitrase..................................................................................................................12
K. Kelemahan Arbitrase...............................................................................................................13
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HUKUM ARBITRASE 2
Hukum merupakan peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada
dasarnya peraturan tersebut berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus
ditaati dalam hidup bermasyarakat. Pada saat sekarang ini terdapat perbedaan cara
pandang terhadap hukum diantara kelompok masyarakat Indonesia. Berbagai
ketidakpuasan atas penegakkan hukum dan penanganan berbagai persoalan hukum
bersumber dari cara pandang yang tidak sama tentang apa yang dimaksud hukum dan
apa yang menjadi sumber hukum.
Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di dunia bisnis,
perdagangan, sosial budaya, ekonomi dan lain sebagainya, namun dalam penyelesaiannya
melalui proses pengadilan sering sekali dihindari, baik bagi pihak yang dirugikan ataupun
pihak yang digugat. Penyelesaian sengketa melalui Pengadilan sering dianggap hanya
memakan waktu, dengan biaya yang mahal, tidak efisien serta banyak oknum-oknum
yang cenderung mempersulit pencarian keadilan. Karena hal-hal tersebut yang merupakan
kelemahan dari badan Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, oleh sebab itu banyak
kalangan pengusaha lebih memilih cara yang lain dalam penyelesaiaan sengketa perdata.
Dalam banyak perjanjian perdata, klausula arbitase banyak digunakan
sebagai pilihan penyelesaian sengketa. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa
perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Pendapat hukum yang diberikan
lembaga arbitrase bersifat mengikat (binding) oleh karena pendapat yang diberikan
tersebut akanmenjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok (yang
dimintakan pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut). Setiap pendapat yang
berlawananterhadap pendapat hukum yang diberikan tersebut berarti pelanggaran
terhadap perjanjian (breach of contract - wanprestasi). Oleh karena itu tidak dapat
dilakukan perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun. Putusan Arbitrase bersifat
mandiri,final dan mengikat (seperti putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap)sehingga ketua pengadilan tidak diperkenankan memeriksa alasan atau
pertimbangan dari putusan arbitrase nasional tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Arbitrase ?
2. Apa saja objek arbitrase?
3. Apa saja jenis-jenis arbitrase?
4. Apa saja lembaga arbitrase Internasional?
HUKUM ARBITRASE 3
5. Apa saja syarat arbitrase dan pengangkatan arbiter?
6. Bagaimana pendapat dan putusan arbitrase?
7. Bagaimana pelaksanaan arbitrase?
8. Apa penyebab hapusnya putusan arbiter?
9. Apa penyebab dari berakhirnya tugas arbiter?
10. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari proses arbitrase?
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas dari Mata Kuliah Aspek Hukum Ekonomi dan Bisnis.
2. Mengetahui pengertian dan cara penyelesaian arbitrase
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan arbitrase
4. Mengetahui masalah yang berkaitan dengan hukum arbitrase
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Arbitrase
Arbitrase berasal dari kata arbiter yang berarti wasit. Menurut UU No.30 tahun
1999, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.
Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat oleh para pihak sebelum timbul
sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para pihak setelah timbul
sengketa.
Karena perjanjian arbitrase dapat dibuat sebelum atau sesudah timbul sengketa oleh
para pihak berdasarkan isi pasal tersebut maka bentuk klausula arbitrase tersebut dapat
dibedakan atas dua bentuk yaitu :
a. Pactum de compromittendo
HUKUM ARBITRASE 4
Adanya kesepakatan bagi para pihak yang membuat perjanjian agar pada
kemudian hari apabila terjadi sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase.
Pactum de compromittendo merupakan klausula yang dicantumkan dalam
perjanjian sehingga klausula tersebut menjadi bagian dari perjanjian tersebut
atau dengan kata lain bahwa klausula tersebut dimaksudkan untuk menjadi
bagian dari kontrak yang dibuat.
b. Acta compromise
Adanya kesepakatan yang dituangkan bagi pihak yang berselisih, yaitu untuk
menyelesaikan sengketanya melalui arbitrase, namun kesepakatan tersebut
muncul setelah terjadinya sengketa.
B. Objek Arbitrase
C. Jenis-Jenis Arbitrase
Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun arbitrase melalui badan
permanen (institusional).
HUKUM ARBITRASE 5
1. Arbitrase ad hoc
Arbitrase ad hoc (arbitrase volunter) adalah arbitrase yang dibentuk khusus untuk
menyelesaikan atau memutus perselisihan tertentu. Arbitrase ini bersifat
insidental dan jangka waktunya tertentu sampai sengketa itu diputuskan.
2. Arbitrase institusional
Arbitrase institusional merupakan lembaga atau badan arbitrase yang sifatnya
permanen. Pembentukan lembaga ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa
yang timbul bagi mereka yang menghendaki penyelesaian sengketa di luar
pengadilan. Lembaga arbitrase institusional yang ada di Indonesia antara lain
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dan Badan Arbitrase Syariah
Nasional (Basyarnas)
HUKUM ARBITRASE 6
mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah
ganjil.
Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase setelah
sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat dalam suatu perjanjian
tertulis yang ditandatangani oleh para pihak. Dalam hal para pihak tidak dapat
menandatangani perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), perjanjian tertulis
tersebut harus dibuat dalam bentuk akta notaris.
Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk
mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke
Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam
suatu penyelesaian sengketa yang telah di tetapkan.
Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk atau
diangkat sebagai arbiter.Tidak dibolehkannya pejabat yang disebut dalam ayat ini menjadi
arbiter, dimaksudkan agar terjamin adanya objektivitas dalam pemeriksaan serta pemberian
putusan oleh arbiter atau majelis arbitrase.
HUKUM ARBITRASE 7
Penunjukkan dua orang arbiter oleh para pihak pemberi wewenang kepada dua arbiter
tersebut memilih dan menunjuk arbiter yang ketiga. Arbiter yang ketiga sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diangkat sebagai ketua majelis arbitrase. Apabila dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan diterima oleh termohon sebagaimana
dimaksud dalam pasal 18 ayat (1), dan salah satu pihak ternyata tidak menunjuk seseorang
yang akan menjadi anggota majelis arbitrase, arbiter yang ditunjuk oleh pihak lainnya akan
bertindak sebagai arbiter tunggal dan putusannya mengikat kedua belah pihak.
Para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat
dari lembaga arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian.Terhadap pendapat
yang mengikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 tidak dapat dilakukan perlawanan
melalui upaya hukum apapun.
Putusan arbitrase harus memuat :
a. kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA";
b. nama lengkap dan alamat para pihak
c. uraian singkat sengketa;
d. pendirian para pihak;
e. nama lengkap dan alamat arbiter;
f. pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai
keseluruhansengketa;
g. pendapat tiap-tiap arbiter dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam
majelis arbitrase;
h. amar putusan;
i. tempat dan tanggal putusan; dan
j. tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase
Arbiter atau majelis arbitrase mengambil putusan berdasarkan ketentuan hukum, atau
berdasarkan keadilan dan kepatutan. Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah
putusan diterima, para pihak dapat mengajukan permohonan kepada arbiter atau majelis
arbitrase untuk melakukan koreksi terhadap kekeliruan administratif dan atau menambah atau
mengurangi suatu tuntutan putusan.
HUKUM ARBITRASE 8
Pelaksanaan putusan arbitrase dibedakan menjadi dua yaitu putusan arbitrase nasional
dan putusan arbitrase asing (internasional). Putusan arbitrase nasional adalah putusan
arbitrase baik ad-hoc maupun institusional, yang diputuskan di wilayah Republik Indonesia.
Sedangkan, putusan arbitrase asing adalah putusan arbitrase yang diputuskan di luar negeri.
HUKUM ARBITRASE 9
mahkamah Agung Nomor 1 tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan
arbitrase Asing sehubungan dengan disahkannya Konvensi New York 1958. Dengan
adanya Perma tersebut hambatan bagi pelaksanaan putusan arbitrase asing di
Indonesia seharusnya bisa diatasi. Tapi dalam prakteknya kesulitan-kesulitan masih
ditemui dalam eksekusi putusan arbitrase asing.
3. Pewarisan.
J. Kelebihan Arbitrase
HUKUM ARBITRASE 10
Di bawah ini keutungan menggunakan Arbitrase yang dikemukakan oleh para ahli
sekaligus dari tinjauan undang-undang :
HUKUM ARBITRASE 11
K. Kelemahan Arbitrase
HUKUM ARBITRASE 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HUKUM ARBITRASE 13
DAFTAR PUSTAKA
HUKUM ARBITRASE 14