Disusun Oleh:
Setyo Amirullah (20200210100049)
Mata Kuliah:
Arbitrase Syariah
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cireundeu, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten 15419
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Acara Pemeriksaan Arbitrase
Syariah”
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................6
C. Tujuan Perumusan Masalah................................................................................6
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................................7
A. Tempat Persidangan Arbitrase............................................................................7
B. Prinsip Pemeriksaan dalam Sidang Tertutup......................................................7
C. Prinsip Penyelesaian Sengketa dengan Mengutamakan Islah.............................9
D. Perdamaian Sebagai Putusan Arbitrase.............................................................11
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya, Prenada
Media Group, Jakarta, 2015, hal.1.
4
kesepakatan dan juga melakukan pelanggaran hukum (Zaidah Nur Rosidah,
2020: 20-21)
5
menyelesaikan dan memberikan solusi pada sengketa yang terjadi (Habibi, 2019:
110-111)
B. Rumusan Masalah .
6
4) Untuk mengevaluasi peran perdamaian sebagai alternatif putusan arbitrase
dan menganalisis mekanisme penulisan dan pengumuman Putusan
Perdamaian.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika pihak-pihak yang terlibat dalam arbitrase berasal dari negara yang
berbeda, pemilihan tempat persidangan juga dapat mempertimbangkan faktor
internasional. Dalam hal ini pemilihan tempat dilakukan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak atau dipilih oleh arbiter yang berwenang.
7
B. Prinsip Pemeriksaan dalam Sidang Tertutup
2
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000,
hal 12.
3
Lihat, Pasal 27 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
8
Bahkan, para pihak juga tidak boleh menyampingkan ketentuan
ketertutupan ini, hal ini disebabkan formulasi dari Pasal 27 tersebut memberikan
indikasi akan sefat memekasa dari ketentuan ketertutupan tersebut, dengan
menyatakan bahwa semua pemeriksaan sengketa oleh arbiter atau majelis
arbitrase dilakukan secara tertutup artinya, jika para pihak menghendaki agar
putusan tersebut dipublikasikan, maka kewajiban para pihak sendirilah untuk
mempublikasikannya.
4
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya, Cetakan
Kesatu, Prenada Media Group, Jakarta, 2015, hal. 177.
5
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah, (Bandung: al-Ma’rif, 1996), h. 189.
9
Perdamaian dalam syariah Islam sangat dianjurkan, sebab dengan adanya
perdamaian diantara pihak yang bersengketa, maka akan terhindarlah kehancuran
silaturahmi (hubungan kasih sayang) diantara para pihak, dan sekaligus
permusuhan diantara para pihak akan dapat diakhiri.
Alquran seperti dalam Q.s. al-Hujarât [49]: 9, yang artinya sebagai berikut:
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunah, h.846.
10
(1) Adanyaijab;
(2) Adanyakabul; dan
(3) Adanya lafal.
Ketiga rukun ini sangat penting artinya dalam suatu perjanjian perdamaian,
sebab tanpa adanya ijab, kabul, dan lafal tidak diketahui adanya perdamaian
diantara mereka. Apabila rukun ini telah terpenuhi, maka perjanjian perdamaian
itu lahirlah suatu ikatan hukum, yaitu masing-masing pihak berkewajiban untuk
menaati isi perjanjian. Adapun yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian
perdamaian dapat diklasifikasikan kepada hal berikut ini: Pertama, perihal
subjek. Orang yang melakukan perdamaian haruslah orang yang cakap bertindak
menurut hukum, dan juga harus mempunyai kekuasaaan atau kewenangan untuk
melepaskan haknya atas hal-hal yang dimaksudkan dalam perdamaian itu.
Kedua, perihal objek. Harus memenuhi ketentuan: (1) berbentuk harta (baik
berwujud maupun tidak berwujud) yang dapat dinilai, diserahterimakan, dan
bermanfaat; (2) dapat diketahui secara jelas, sehingga tidak menimbulkan
kesamaran dan ketidakjelasan, yang dapat menimbulkan pertikaian baru.7
Kesepakatan perdamaian yang dicapai dari Mediasi adalah bersifat final dan
mengikat bagi para Pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik. Apabila para
Pihak menghendaki, maka kesepakatan perdamaian tersebut dapat dituangkan ke
dalam Putusan Perdamaian (Akta Perdamaian/ Akta van Dading).
Dalam hal proses perdamaian wajib dihadiri sendiri oleh pihak yang
bersengketa, namun denga surat kuasa khusus mereka dapat sepakat yang
dicapai harus mendapat persetujuan tertulis dari para pihak. Apabila perdamaian
7
Abdul GhafurAnshori, Tanya JawabPerbankanSyariah, Yogyakarta:UII Press, 2008, h.103.
11
tercapai, maka oleh arbiter atau majelis arbitrase akan dibuat kesepakatan
perdamaian, yang terlebih dahulu ditawarkan kepada para pihak.8
Jika perdamaian itu tidak berhasil dicapai oleh para pihak, maka majelis
arbitrase akan meneruskan pemeriksaan terhadap materi sengketa tersebut. dalam
pemeriksaan sengketa yang diserahkan kepada arbitrase dapat dilakukan dalam
tahapan sebagai berikut.
Hal ini para pihak datang menghadap pada hari yang telah ditetapkan, arbiter
atau majelis arbitrase terlebih dahulu mengusahakan perdamaian antara pihak
yang bersengketa. Penyelesaian sengketa secara damai melalui arbitrase
dilandasi itikad baik para pihak dengan berlandasan pada tata cara koorperatif
dan nonkonfrontatif. Arbiter atau majelis arbitrase pada setiap saat
menganjurkan kepada kedua belah pihak untuk melakukan perdamaian, baik atas
usaha para pihak sendiri maupun melalui arbiter atau majelis arbitrase.
8
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya, Prenada
Media Group, Jakarta, 2015, hlm. 235.
12
Bahwa meskipun kita berpendapat majelis arbitrase boleh mengemukakan
proposal atau saran isi perdamaian serta dibenarkan pula untuk membantu
merumuskan, semua kebolehan itu jangan sampai mengurangi, apalagi
menghilangkan kehendak bebas dari kedua belah pihak. Arbiter atau majelis
arbitrase harus menjauhkan diri dari cara-cara pemaksaan. Cara-cara yang
demikian sudah mengandung sikap imparsial atau memihak. Yang penting isi
dan kehendak yang tertuang dalam perdamaian benar-benar berdasar
kesepakatan yang timbul dari kedua belah pihak.9
9
Wawan Setiawan. 1998. Kedudukan dan Keberadaan serta Fungsi dan Peranan Notaris Sebagai
Pejabat Umum dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Menurut Sistem Hukum di Indonesia. Jawa Timur:
Ikatan Notaris Indonesia, hal.7
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
hasilnya dibacakan sebagai putusan arbitrase jika diterima oleh kedua belah pihak
Jika perdamaian tidak tercapai, arbitrase melanjutkan pemeriksaan sengketa.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16