Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA NASIONAL

Dosen Pengampu :
Pathorang Halim, SH., MH.
Nanda Sahputra Umara, SH., MH.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Mata Kuliah:
Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Korporasi (B)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cireundeu, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten 15419
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................2
ABSTRAK....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Perumusan Masalah.................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Konsep Pertanggungjawaban Pidana dalam Hukum Pidana Nasional.................6
B. Konsep Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Pembaharuan UU No. 1 Tahun
2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana..........................................7
C. Politik Hukum Pidana terkait dengan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
dalam UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana...9
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

2
ABSTRAK

Makalah ini membahas konsep pertanggungjawaban korporasi dalam konteks


pembaharuan hukum pidana nasional, terutama dengan fokus pada UU No. 1 Tahun
2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Seiring evolusi peraturan
perundang-undangan, makalah ini mengidentifikasi perubahan signifikan dalam
memandang korporasi sebagai subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan atas
tindak pidana. Dilakukan analisis terhadap ketentuan UU terdahulu yang mengatur
pertanggungjawaban korporasi, seperti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, serta
perbandingannya dengan konsep baru dalam UU No. 1 Tahun 2023, terutama melalui
Pasal 46, 47, dan 48. Konsep pertanggungjawaban korporasi yang baru lebih
terdefinisi, mengaitkan pengurus dengan tindakan pidana, dan menetapkan kriteria
yang harus dipenuhi untuk mempertanggungjawabkan korporasi, termasuk lingkup
usaha, kebijakan korporasi, langkah-langkah pencegahan, dan tanggung jawab atas
tindak pidana. Selain itu, abstrak ini juga mencakup aspek politik hukum pidana
dalam pembaharuan tersebut, dengan menyoroti tahap formulasi, aplikasi, dan
eksekusi kebijakan hukum pidana dalam konteks pertanggungjawaban korporasi.
Kesimpulannya, artikel ini mendiskusikan implikasi dan dampak dari pembaharuan
tersebut, serta pentingnya pendekatan komprehensif dalam memastikan kepatuhan
dan integritas korporasi di semua tingkatan.
Kara Kunci : Konsep Pertanggungjawaban, Korporasi, KUHP

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Globalisasi, berpotensi menyebabkan terjadinya kriminal/


kejahatan dalam berbagai bidang yang dilakukan oleh para pelaku baik individu
maupun korporasi yang dapat menimbulkan kerugian serta korban, yang
didukung oleh kemunculan dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi.1 Mengingat kemajuan yang terjadi dalam bidang ekonomi dan
perdagangan, subjek hukum pidana tidak dapat dibatasi lagi hanya pada manusia
alamiah (natuurlijk persoon) tetapi mencakup pula manusia hukum (judicial
person) yang lazim disebut korporasi.2
Berbicara masalah korporasi, maka kita tidak bisa melepaskan pengertian
korporasi dalam lapangan hukum perdata. Sebab korporasi merupakan
terminologi yang erat kaitannya dengan badan hukum (rechstpersoon) dan badan
hukum itu sendiri merupakan terminologi yang erat kaitannya dengan bidang
hukum perdata.3
Dalam perkembangannya pula UU No.1 Tahun 2023 tentang KUHP
Nasional kita telah memakai konsep baru tentang Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi terletak pada Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, dan
Pasal 50. Adapun Tindak Pidana dapat diidentifikasi dengan timbulnya kerugian
yang dialami oleh korban, yang kemudian mengakibatkan lahirnya
pertanggungjawaban pidana atau criminal liability.4 Di dalam KUHP wetboek
van strafrech voor Nederland indie belum menganut mengenai korporasi sebagai
subjek tindak pidana, yang diakui adalah orang/perseorangan (naturlijk person).

1
Yudi Krismen,” Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam kejahatan Ekonomi”. Jurnal Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Vol. 4. No. 1. September-Januari 2014, hlm. 62.
2
Sularman, A, & Ma'ruf, U 2017, 'Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Kepada Korban Tindak
Pidana', Jurnal Hukum Khaira Ummah, jurnal.unissula.ac.id,
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jhku/article/view/1871
3
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana, (Bandung:
Kencana, 2012), hlm. 12
4
Toruan, HDL 2014, 'Pertanggungjawaban pidana korupsi korporasi', Jurnal Rechts Vinding: Media
Pembinaan …, rechtsvinding.bphn.go.id,
http://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/33

4
KUHP warisan dari Belanda juga masih menganut asas sociates delinquere
non potest dimana badan hukum atau korporasi dianggap tidak dapat melakukan
tindak pidana.5 Maka atas dasar persoalan tersebut, kemudian menjadikan
adanya perkembangan keilmuan bahwa korporasi merupakan subjek tindak
pidana yang diakomodir di dalam Undang-Undang Hukum Pidana (UU No.1
Tahun 2023 tentang KUHP).6 Dengan dimasukannya Pertanggungjawaban
Pidana Korporasi pada Undang-undang Hukum Pidana baru pasti mempunyai
maksud yang ingin dicapai oleh pembentuk Undang-undang. Dari uraian di atas,
penulis akan menjelaskan lebih spesifik dalam pembahasannya meliputi konsep
pertanggungjawaban korporasi dalam pembaharuan hukum pidana nasional
khususnya dalam UU No.1 Tahun 2023 tentang KUHP.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini terkait dengan judul
di atas adalah:
1. Bagaimana konsep pertanggungjawaban pidana diterapkan dalam Hukum
Pidana Nasional sebelum adanya pembaharuan UU No. 1 Tahun 2023
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana?
2. Apa saja konsep pertanggungjawaban korporasi yang diatur dalam
pembaharuan UU No. 1 Tahun 2023, khususnya melalui Pasal 46, 47, dan
48?
3. Bagaimana politik hukum pidana mempengaruhi pertanggungjawaban
pidana korporasi, terutama dalam konteks pembaharuan UU No. 1 Tahun
2023?

C. Tujuan Perumusan Masalah

1. Menelaah konsep pertanggungjawaban pidana dalam Hukum Pidana


Nasional sebelum adanya pembaharuan UU No. 1 Tahun 2023.
2. Menganalisis konsep pertanggungjawaban korporasi yang diatur dalam
pembaharuan UU No. 1 Tahun 2023.
3. Menyelidiki bagaimana politik hukum pidana memengaruhi
pertanggungjawaban pidana korporasi dalam UU No. 1 Tahun 2023.

5
Kristian, K 2013, 'Urgensi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi', Jurnal Hukum &Pembangunan,
jhp.ui.ac.id, http://www.jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/download/1501/1415
6
Kusumo, BA 2008, 'Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana di Indonesia', Wacana
Hukum, ejurnal.unisri.ac.id, http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Wacana/article/view/333

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pertanggungjawaban Pidana dalam Hukum Pidana Nasional

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia lama (KUHP lama),


belum dikenal adanya ketentuan pidana yang menetapkan subjek hukum buatan
(rechtpersoon) atau korporasi, sebagai subjek yang dapat dikenakan pidana. Hal
ini terlihat dalam ketentuan umum KUHP yang menyebutkan berlakunya
peraturan perundang-undangan Indonesia bagi setiap orang. Terminologi lain
yang dipakai dalam KUHP, adalah “warga negara” sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 5 KUHP, yang pada intinya menetapkan berlakunya peraturan
perundang-undangan Indonesia bagi warga negara Indonesia yang melakukan
kejahatan tertentu, di luar wilayah Indonesia. 7 Namun demikian, dalam
perkembangannya, korporasi kemudian menjadi subjek hukum dalam rumusan
ketentuan pidana. Berikut ini adalah contoh dimana suatu undang-undang khusus,
mengatur mengenai korporasi sebagai subjek tindak pidana,8 tetapi yang dapat
dipertanggungjawabkan hanya pengurusnya :
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1951 (Undang-Undang Kerja);
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 (Undang-Undang Kecelakaan);
c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 (Undang-Undang Pengawasan
Perburuhan);
d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 (UndangUndang Senjata Api);
e. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1953 (Undang-Undang Pembukaan
Apotek);
f. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 (UndangUndang Penyelesaian
Perburuhan);
g. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 (Undang-Undang Penempatan
Tenaga Asing);
h. Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 (UndangUndang Penerbangan);
i. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1964 (Undang-Undang Telekomunikasi;
berubah menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1989);
7
Irawati, AC 2019, 'Politik Hukum Dalam Pembaharuan Hukum Pidana (Ruu Kuhp Asas
Legalitas)', ADIL Indonesia Journal, jurnal.unw.ac.id,
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/AIJ/article/view/369
8

6
j. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 (Undang-Undang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan);
k. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Undang-Undang Metrologi Legal);
l. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 (Undang-Undang Wajib Lapor
Perusahaan).
m. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 (Perbankan; diganti Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998).
Ketetapan untuk meminta pertanggungjawaban korporasi dalam bentuk
pertanggungjawaban pengurusnya juga dapat dilihat pada ketentuan Pasal 46 ayat
(2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992:
“ Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, perserikatan, yayasan
atau koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan
baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan itu atau
yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap
keduanya.”
Dari rumusan pasal tersebut, jelas bahwa para pengurus yang berwenang
untuk memberikan perintah kepada bawahannya dalam korporasi tersebut, yang
nantinya dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.

B. Konsep Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Pembaharuan UU No. 1


Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Menurut Pasal 46 UU tentang KUHP Nasional Tindak Pidana oleh Korporasi


merupakan Tindak Pidana yang dilakukan oleh pengurus yang mempunyai
kedudukan fungsional dalam struktur organisasi Korporasi atau orang yang
berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak
untuk dan atas nama Korporasi atau bertindak demi kepentingan Korporasi,
dalam lingkup usaha atau kegiatan Korporasi tersebut, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama. Dalam pasal 47 berisi mengenai Tindak Pidana oleh
Korporasi dapat dilakukan oleh pemberi perintah, pemegang kendali, atau pemilik
manfaat Korporasi yang berada di luar struktur organisasi, tetapi dapat
mengendalikan Korporasi.
Konsep pertanggungjawaban korporasi dalam pembaharuan UU No. 1 Tahun
2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana memberikan dasar hukum

7
yang lebih tegas terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi.
Pasal 48 UU No. 1 Tahun 2023 membahas kriteria yang pertanggung jawaban
korporasi atas tindak pidana yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan
korporasi. Berikut isi dari Pasal 48 UU No. 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana :
Tindak Pidana oleh Korporasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan
Pasal 47 dapat dipertanggungjawabkan, jika:
1. termasuk dalam lingkup usaha atau kegiatan sebagaimana ditentukan dalam
anggaran dasar atau ketentuan lain yang berlaku bagi Korporasi;
2. menguntungkan Korporasi secara melawan hukum;
3. diterima sebagai kebijakan Korporasi;
4. Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk
melakukan pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan
memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna
menghindari terjadinya tindak pidana; dan/ atau
5. Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana.
Berikut konsep pertanggungjawaban korporasi berdasarkan ketentuan-
ketentuan dalam pasal 48 UU No.1 Tahun 2023
1. Termasuk dalam Lingkup Usaha atau Kegiatan
Konsep ini menegaskan bahwa tindak pidana korporasi harus terkait
dengan lingkup usaha atau kegiatan yang telah diatur dalam anggaran dasar
atau ketentuan lain yang berlaku bagi korporasi. Hal ini memastikan bahwa
pertanggungjawaban korporasi hanya berlaku untuk tindakan yang terjadi
dalam konteks kegiatan resmi dan sah yang dilakukan oleh korporasi.
2. Menguntungkan Korporasi Secara Melawan Hukum
Pertanggungjawaban korporasi timbul jika tindakan tersebut memberikan
keuntungan pada korporasi, tetapi melanggar hukum. Ini menekankan pada
prinsip bahwa keuntungan yang diperoleh tidak boleh dicapai dengan
melanggar norma-norma hukum yang berlaku.
3. Diterima sebagai Kebijakan Korporasi
Jika tindakan pidana diterima sebagai kebijakan korporasi, maka
korporasi dapat dipertanggungjawabkan. Ini menunjukkan pentingnya

8
pengakuan dan tanggung jawab terhadap kebijakan internal yang mungkin
mendukung atau memungkinkan terjadinya tindak pidana.
4. Korporasi Tidak Melakukan Pencegahan
Pertanggungjawaban korporasi timbul jika korporasi tidak mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana.
Ini mendorong korporasi untuk aktif dalam implementasi kebijakan
pencegahan, pemantauan, dan penegakan hukum internal.
5. Korporasi Membiarkan Terjadinya Tindak Pidana
Jika korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana,
pertanggungjawaban dapat diterapkan. Ini menegaskan bahwa korporasi
memiliki kewajiban untuk tidak hanya mencegah, tetapi juga untuk
mengintervensi dan mengatasi tindakan pidana yang terjadi di dalamnya.
6. Implikasi dan Dampak
Pasal 48 memperkuat konsep bahwa korporasi bukan hanya sekelompok
individu yang bertanggung jawab, tetapi juga merupakan entitas hukum yang
harus bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pihak yang
terkait. Mendorong korporasi untuk melibatkan diri secara aktif dalam
pencegahan dan penanganan tindak pidana untuk memastikan kepatuhan dan
integritas di semua tingkatan.

C. Politik Hukum Pidana terkait dengan Pertanggungjawaban Pidana


Korporasi dalam UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana

Menurut Abdul Hakim Garuda Nusantara sebagaimana dikutip oleh Mahfud


MD, politik hukum adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara
nasional oleh pemerintah Indonesia yang meliputi: pertama, pembangunan
hukum yang berintikan pembuatan dan pembaharuan terhadap materimateri
hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan, dan kedua, pelaksanaan ketentuan
hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para
pengak hukum.9 Pelaksanaan dari politik hukum pidana harus melalui beberapa
tahap kebijakan yaitu sebagai berikut:10

9
Mahfud MD., Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Gama Media, Yogyakarta, 1999, hlm.
29
10
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung. 1983. hlm. 78.

9
1. Tahap Formulasi
Tahap Formulasi, yaitu tahap penegakan hukum in abstracto oleh badan
pembuat undang-undang. Tahap ini dapat pula disebut tahap atau kebijakan
legislatif. Pokok-pokok kebijakan formulasi hukum pidana berkaitan dengan
pertanggungjawaban korporasi.11 Perumusan Pertanggungjawaban Pidana
mengandung makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau
melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang, maka
orang tersebut patut mempertanggungjawabkan perbuatan sesuai dengan
kesalahannya.12 Untuk dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan sesuai dengan
pasal bahwa tindak pidana yang dilakukannya itu harus memenuhi unsur-
unsur yang telah ditentukan dalam Undang-Undang UU No. 1 Tahun 2023
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sehingga pelaku secara sah
dapat dikenai pidana karena perbuatannya yaitu termasuk dalam lingkup
usaha atau kegiatan sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau
ketentuan lain yang berlaku bagi Korporasi, menguntungkan Korporasi secara
melawan hukum, diterima sebagai kebijakan Korporasi, Korporasi tidak
melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan,
mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap
ketentuan hukum yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak pidana,
dan/ atau Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana.
2. Tahap Aplikasi
Tahap aplikasi, yaitu penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak
hukum mulai dari kepolisian sampai pengadilan.13 Bagian ini sebenarnya tidak
dapat dipisahkan dari sistem peradilan pidana atau “criminal justice system”
yang terintegrasi.14

3. Tahap Eksekusi
11
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. 2001, hlm.12.
12
Eddy O.S. Hiariej, Asas Legalitas dan Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana, Erlangga,
Jakarta, 2009, hlm, 20
13
Ismayawati, A 2021, 'Pendekatan Dan Politik Hukum Dalam Pembangunan Hukum Pidana Di
Indonesia', Yudisia: jurnal pemikiran hukum dan hukum …, scholar.archive.org,
https://scholar.archive.org/work/ptflg7r725h67lbfjwmk32v3ym/access/wayback/https://
journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/download/11011/pdf
14
Nasution, ES 2015, 'Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencucian
Uang', Jurnal Mercatoria, mail.ojs.uma.ac.id,
https://mail.ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/652

10
Tahap eksekusi, yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkret
oleh aparat-aparat pelaksana pidana. Kebijakan hukum pidana atau
pembaharuan hukum pidana harus dilakukan secara komprehensif.15
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa usaha pembaharuan hukum
pidana dilakukan secara tambal sulam, sehingga belum memenuhi syarat
untuk disebut sebagai pembaharuan hukum pidana dalam arti
sesungguhnya.16

15
Mubarok, MZ 2020, 'Politik Hukum Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia Periode 2009-2019', digilib.uin-suka.ac.id, https://digilib.uin-
suka.ac.id/id/eprint/50312/
16
Krisnan, J 2008, 'Sistem Pertanggungjawaban Pidana Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum
Pidana Nasional', eprints.undip.ac.id, http://eprints.undip.ac.id/17989/

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam perkembangan hukum Indonesia, konsep pertanggungjawaban pidana


korporasi awalnya tidak terdapat dalam KUHP lama. Namun, kemudian beberapa
undang-undang khusus mengatur korporasi sebagai subjek tindak pidana, dengan
pertanggungjawaban yang terbatas pada pengurusnya. Undang-undang khusus
tersebut mencakup berbagai sektor seperti ketenagakerjaan, kecelakaan,
perburuhan, senjata api, apotek, perburuhan, penempatan tenaga asing,
penerbangan, telekomunikasi, perbankan, dan lainnya.
Pembaharuan UU No. 1 Tahun 2023 membawa konsep yang lebih luas
terkait pertanggungjawaban pidana korporasi. Pasal 46 dan 47 UU tersebut
mengenali korporasi sebagai subjek tindak pidana, melibatkan pengurus, pemberi
perintah, pemegang kendali, dan pemilik manfaat korporasi. Pasal 48 menegaskan
bahwa korporasi dapat dipertanggungjawabkan jika terlibat dalam tindak pidana
yang termasuk dalam lingkup usaha atau kegiatan, menguntungkan korporasi
secara melawan hukum, diterima sebagai kebijakan korporasi, tidak melakukan
langkah-langkah pencegahan, atau membiarkan terjadinya tindak pidana.
Politik hukum pidana mencakup formulasi, aplikasi, dan eksekusi hukum
pidana. Dalam konteks pertanggungjawaban pidana korporasi, pembaharuan UU
No. 1 Tahun 2023 mencerminkan kebijakan legislatif untuk meningkatkan
akuntabilitas korporasi dan mendorong kepatuhan terhadap norma hukum. Tahap
aplikasi dan eksekusi melibatkan peran aparat penegak hukum dan sistem
peradilan pidana yang terintegrasi untuk memastikan efektivitas pelaksanaan
hukum pidana terhadap korporasi.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, berikut adalah beberapa saran yang dapat


dipertimbangkan terkait pertanggungjawaban korporasi dalam pembaharuan
hukum pidana nasional:

12
1. Perlu penguatan sistem hukum korporasi melalui kebijakan legislatif yang
lebih rinci dan jelas untuk mendukung pertanggungjawaban pidana korporasi.
Hal ini dapat mencakup peninjauan dan penyempurnaan peraturan hukum
yang relevan.
2. Dilakukan penyuluhan dan pendidikan hukum kepada para pelaku bisnis,
khususnya pengurus korporasi, tentang implikasi hukum dan konsekuensi dari
tindakan pidana. Pengetahuan yang lebih baik akan hukum dapat mendorong
perilaku yang lebih etis dan kepatuhan terhadap peraturan.
3. Perlu pengembangan mekanisme pencegahan tindak pidana korporasi yang
lebih efektif. Hal ini dapat melibatkan penyusunan pedoman internal,
peningkatan pemantauan, dan audit internal secara berkala untuk memastikan
kepatuhan terhadap ketentuan hukum.
4. Menetapkan penghargaan bagi korporasi yang menunjukkan komitmen yang
kuat terhadap kepatuhan dan etika bisnis, sementara sanksi yang diterapkan
haruslah proporsional dengan keparahan pelanggaran hukum yang dilakukan
oleh korporasi.
5. Mendorong peningkatan kesadaran publik mengenai pertanggungjawaban
pidana korporasi. Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat, akan ada
tekanan moral untuk korporasi untuk bertindak secara etis dan mematuhi
hukum.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. 2001, hlm.12.
Eddy O.S. Hiariej, Asas Legalitas dan Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana,
Erlangga, Jakarta, 2009.
Irawati, AC 2019, 'Politik Hukum Dalam Pembaharuan Hukum Pidana (Ruu Kuhp
Asas Legalitas)', ADIL Indonesia Journal, jurnal.unw.ac.id,
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/AIJ/article/view/369
Ismayawati, A 2021, 'Pendekatan Dan Politik Hukum Dalam Pembangunan
Hukum Pidana Di Indonesia', Yudisia: jurnal pemikiran hukum dan hukum
…, scholar.archive.org,
https://scholar.archive.org/work/ptflg7r725h67lbfjwmk32v3ym/access/
wayback/https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/
download/11011/pdf
Krisnan, J 2008, 'Sistem Pertanggungjawaban Pidana Dalam Perspektif
Pembaharuan Hukum Pidana Nasional', eprints.undip.ac.id,
http://eprints.undip.ac.id/17989/
Kristian, K 2013, 'Urgensi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi', Jurnal Hukum
&Pembangunan, jhp.ui.ac.id,
http://www.jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/download/1501/1415
Kusumo, BA 2008, 'Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana di
Indonesia', Wacana Hukum, ejurnal.unisri.ac.id,
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Wacana/article/view/333
Mahfud MD., Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Gama Media,
Yogyakarta, 1999.
Mubarok, MZ 2020, 'Politik Hukum Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam
Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia Periode 2009-2019',
digilib.uin-suka.ac.id, https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50312/
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum
Pidana, (Bandung: Kencana, 2012).

14
Nasution, ES 2015, 'Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana
Pencucian Uang', Jurnal Mercatoria, mail.ojs.uma.ac.id,
https://mail.ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/652
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung. 1983.
Sularman, A, & Ma'ruf, U 2017, 'Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Kepada
Korban Tindak Pidana', Jurnal Hukum Khaira Ummah,
jurnal.unissula.ac.id,
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jhku/article/view/1871
Toruan, HDL 2014, 'Pertanggungjawaban pidana korupsi korporasi', Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan …, rechtsvinding.bphn.go.id,
http://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/33
Yudi Krismen,” Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam kejahatan
Ekonomi”. Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Vol. 4.
No. 1. September-Januari 2014

15

Anda mungkin juga menyukai