Dosen Pengampu :
Pathorang Halim, SH., MH.
Nanda Sahputra Umara, SH., MH.
Mata Kuliah:
Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Korporasi (B)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cireundeu, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten 15419
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................2
ABSTRAK....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Perumusan Masalah.................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Konsep Pertanggungjawaban Pidana dalam Hukum Pidana Nasional.................6
B. Konsep Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Pembaharuan UU No. 1 Tahun
2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana..........................................7
C. Politik Hukum Pidana terkait dengan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
dalam UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana...9
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
2
ABSTRAK
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Yudi Krismen,” Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam kejahatan Ekonomi”. Jurnal Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Vol. 4. No. 1. September-Januari 2014, hlm. 62.
2
Sularman, A, & Ma'ruf, U 2017, 'Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Kepada Korban Tindak
Pidana', Jurnal Hukum Khaira Ummah, jurnal.unissula.ac.id,
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jhku/article/view/1871
3
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana, (Bandung:
Kencana, 2012), hlm. 12
4
Toruan, HDL 2014, 'Pertanggungjawaban pidana korupsi korporasi', Jurnal Rechts Vinding: Media
Pembinaan …, rechtsvinding.bphn.go.id,
http://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/33
4
KUHP warisan dari Belanda juga masih menganut asas sociates delinquere
non potest dimana badan hukum atau korporasi dianggap tidak dapat melakukan
tindak pidana.5 Maka atas dasar persoalan tersebut, kemudian menjadikan
adanya perkembangan keilmuan bahwa korporasi merupakan subjek tindak
pidana yang diakomodir di dalam Undang-Undang Hukum Pidana (UU No.1
Tahun 2023 tentang KUHP).6 Dengan dimasukannya Pertanggungjawaban
Pidana Korporasi pada Undang-undang Hukum Pidana baru pasti mempunyai
maksud yang ingin dicapai oleh pembentuk Undang-undang. Dari uraian di atas,
penulis akan menjelaskan lebih spesifik dalam pembahasannya meliputi konsep
pertanggungjawaban korporasi dalam pembaharuan hukum pidana nasional
khususnya dalam UU No.1 Tahun 2023 tentang KUHP.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini terkait dengan judul
di atas adalah:
1. Bagaimana konsep pertanggungjawaban pidana diterapkan dalam Hukum
Pidana Nasional sebelum adanya pembaharuan UU No. 1 Tahun 2023
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana?
2. Apa saja konsep pertanggungjawaban korporasi yang diatur dalam
pembaharuan UU No. 1 Tahun 2023, khususnya melalui Pasal 46, 47, dan
48?
3. Bagaimana politik hukum pidana mempengaruhi pertanggungjawaban
pidana korporasi, terutama dalam konteks pembaharuan UU No. 1 Tahun
2023?
5
Kristian, K 2013, 'Urgensi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi', Jurnal Hukum &Pembangunan,
jhp.ui.ac.id, http://www.jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/download/1501/1415
6
Kusumo, BA 2008, 'Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana di Indonesia', Wacana
Hukum, ejurnal.unisri.ac.id, http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Wacana/article/view/333
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
j. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 (Undang-Undang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan);
k. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Undang-Undang Metrologi Legal);
l. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 (Undang-Undang Wajib Lapor
Perusahaan).
m. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 (Perbankan; diganti Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998).
Ketetapan untuk meminta pertanggungjawaban korporasi dalam bentuk
pertanggungjawaban pengurusnya juga dapat dilihat pada ketentuan Pasal 46 ayat
(2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992:
“ Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, perserikatan, yayasan
atau koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan
baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan itu atau
yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap
keduanya.”
Dari rumusan pasal tersebut, jelas bahwa para pengurus yang berwenang
untuk memberikan perintah kepada bawahannya dalam korporasi tersebut, yang
nantinya dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.
7
yang lebih tegas terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi.
Pasal 48 UU No. 1 Tahun 2023 membahas kriteria yang pertanggung jawaban
korporasi atas tindak pidana yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan
korporasi. Berikut isi dari Pasal 48 UU No. 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana :
Tindak Pidana oleh Korporasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan
Pasal 47 dapat dipertanggungjawabkan, jika:
1. termasuk dalam lingkup usaha atau kegiatan sebagaimana ditentukan dalam
anggaran dasar atau ketentuan lain yang berlaku bagi Korporasi;
2. menguntungkan Korporasi secara melawan hukum;
3. diterima sebagai kebijakan Korporasi;
4. Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk
melakukan pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan
memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna
menghindari terjadinya tindak pidana; dan/ atau
5. Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana.
Berikut konsep pertanggungjawaban korporasi berdasarkan ketentuan-
ketentuan dalam pasal 48 UU No.1 Tahun 2023
1. Termasuk dalam Lingkup Usaha atau Kegiatan
Konsep ini menegaskan bahwa tindak pidana korporasi harus terkait
dengan lingkup usaha atau kegiatan yang telah diatur dalam anggaran dasar
atau ketentuan lain yang berlaku bagi korporasi. Hal ini memastikan bahwa
pertanggungjawaban korporasi hanya berlaku untuk tindakan yang terjadi
dalam konteks kegiatan resmi dan sah yang dilakukan oleh korporasi.
2. Menguntungkan Korporasi Secara Melawan Hukum
Pertanggungjawaban korporasi timbul jika tindakan tersebut memberikan
keuntungan pada korporasi, tetapi melanggar hukum. Ini menekankan pada
prinsip bahwa keuntungan yang diperoleh tidak boleh dicapai dengan
melanggar norma-norma hukum yang berlaku.
3. Diterima sebagai Kebijakan Korporasi
Jika tindakan pidana diterima sebagai kebijakan korporasi, maka
korporasi dapat dipertanggungjawabkan. Ini menunjukkan pentingnya
8
pengakuan dan tanggung jawab terhadap kebijakan internal yang mungkin
mendukung atau memungkinkan terjadinya tindak pidana.
4. Korporasi Tidak Melakukan Pencegahan
Pertanggungjawaban korporasi timbul jika korporasi tidak mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana.
Ini mendorong korporasi untuk aktif dalam implementasi kebijakan
pencegahan, pemantauan, dan penegakan hukum internal.
5. Korporasi Membiarkan Terjadinya Tindak Pidana
Jika korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana,
pertanggungjawaban dapat diterapkan. Ini menegaskan bahwa korporasi
memiliki kewajiban untuk tidak hanya mencegah, tetapi juga untuk
mengintervensi dan mengatasi tindakan pidana yang terjadi di dalamnya.
6. Implikasi dan Dampak
Pasal 48 memperkuat konsep bahwa korporasi bukan hanya sekelompok
individu yang bertanggung jawab, tetapi juga merupakan entitas hukum yang
harus bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pihak yang
terkait. Mendorong korporasi untuk melibatkan diri secara aktif dalam
pencegahan dan penanganan tindak pidana untuk memastikan kepatuhan dan
integritas di semua tingkatan.
9
Mahfud MD., Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Gama Media, Yogyakarta, 1999, hlm.
29
10
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung. 1983. hlm. 78.
9
1. Tahap Formulasi
Tahap Formulasi, yaitu tahap penegakan hukum in abstracto oleh badan
pembuat undang-undang. Tahap ini dapat pula disebut tahap atau kebijakan
legislatif. Pokok-pokok kebijakan formulasi hukum pidana berkaitan dengan
pertanggungjawaban korporasi.11 Perumusan Pertanggungjawaban Pidana
mengandung makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau
melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang, maka
orang tersebut patut mempertanggungjawabkan perbuatan sesuai dengan
kesalahannya.12 Untuk dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan sesuai dengan
pasal bahwa tindak pidana yang dilakukannya itu harus memenuhi unsur-
unsur yang telah ditentukan dalam Undang-Undang UU No. 1 Tahun 2023
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sehingga pelaku secara sah
dapat dikenai pidana karena perbuatannya yaitu termasuk dalam lingkup
usaha atau kegiatan sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau
ketentuan lain yang berlaku bagi Korporasi, menguntungkan Korporasi secara
melawan hukum, diterima sebagai kebijakan Korporasi, Korporasi tidak
melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan,
mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap
ketentuan hukum yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak pidana,
dan/ atau Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana.
2. Tahap Aplikasi
Tahap aplikasi, yaitu penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak
hukum mulai dari kepolisian sampai pengadilan.13 Bagian ini sebenarnya tidak
dapat dipisahkan dari sistem peradilan pidana atau “criminal justice system”
yang terintegrasi.14
3. Tahap Eksekusi
11
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. 2001, hlm.12.
12
Eddy O.S. Hiariej, Asas Legalitas dan Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana, Erlangga,
Jakarta, 2009, hlm, 20
13
Ismayawati, A 2021, 'Pendekatan Dan Politik Hukum Dalam Pembangunan Hukum Pidana Di
Indonesia', Yudisia: jurnal pemikiran hukum dan hukum …, scholar.archive.org,
https://scholar.archive.org/work/ptflg7r725h67lbfjwmk32v3ym/access/wayback/https://
journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/download/11011/pdf
14
Nasution, ES 2015, 'Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencucian
Uang', Jurnal Mercatoria, mail.ojs.uma.ac.id,
https://mail.ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/652
10
Tahap eksekusi, yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkret
oleh aparat-aparat pelaksana pidana. Kebijakan hukum pidana atau
pembaharuan hukum pidana harus dilakukan secara komprehensif.15
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa usaha pembaharuan hukum
pidana dilakukan secara tambal sulam, sehingga belum memenuhi syarat
untuk disebut sebagai pembaharuan hukum pidana dalam arti
sesungguhnya.16
15
Mubarok, MZ 2020, 'Politik Hukum Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia Periode 2009-2019', digilib.uin-suka.ac.id, https://digilib.uin-
suka.ac.id/id/eprint/50312/
16
Krisnan, J 2008, 'Sistem Pertanggungjawaban Pidana Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum
Pidana Nasional', eprints.undip.ac.id, http://eprints.undip.ac.id/17989/
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
1. Perlu penguatan sistem hukum korporasi melalui kebijakan legislatif yang
lebih rinci dan jelas untuk mendukung pertanggungjawaban pidana korporasi.
Hal ini dapat mencakup peninjauan dan penyempurnaan peraturan hukum
yang relevan.
2. Dilakukan penyuluhan dan pendidikan hukum kepada para pelaku bisnis,
khususnya pengurus korporasi, tentang implikasi hukum dan konsekuensi dari
tindakan pidana. Pengetahuan yang lebih baik akan hukum dapat mendorong
perilaku yang lebih etis dan kepatuhan terhadap peraturan.
3. Perlu pengembangan mekanisme pencegahan tindak pidana korporasi yang
lebih efektif. Hal ini dapat melibatkan penyusunan pedoman internal,
peningkatan pemantauan, dan audit internal secara berkala untuk memastikan
kepatuhan terhadap ketentuan hukum.
4. Menetapkan penghargaan bagi korporasi yang menunjukkan komitmen yang
kuat terhadap kepatuhan dan etika bisnis, sementara sanksi yang diterapkan
haruslah proporsional dengan keparahan pelanggaran hukum yang dilakukan
oleh korporasi.
5. Mendorong peningkatan kesadaran publik mengenai pertanggungjawaban
pidana korporasi. Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat, akan ada
tekanan moral untuk korporasi untuk bertindak secara etis dan mematuhi
hukum.
13
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. 2001, hlm.12.
Eddy O.S. Hiariej, Asas Legalitas dan Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana,
Erlangga, Jakarta, 2009.
Irawati, AC 2019, 'Politik Hukum Dalam Pembaharuan Hukum Pidana (Ruu Kuhp
Asas Legalitas)', ADIL Indonesia Journal, jurnal.unw.ac.id,
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/AIJ/article/view/369
Ismayawati, A 2021, 'Pendekatan Dan Politik Hukum Dalam Pembangunan
Hukum Pidana Di Indonesia', Yudisia: jurnal pemikiran hukum dan hukum
…, scholar.archive.org,
https://scholar.archive.org/work/ptflg7r725h67lbfjwmk32v3ym/access/
wayback/https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/
download/11011/pdf
Krisnan, J 2008, 'Sistem Pertanggungjawaban Pidana Dalam Perspektif
Pembaharuan Hukum Pidana Nasional', eprints.undip.ac.id,
http://eprints.undip.ac.id/17989/
Kristian, K 2013, 'Urgensi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi', Jurnal Hukum
&Pembangunan, jhp.ui.ac.id,
http://www.jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/download/1501/1415
Kusumo, BA 2008, 'Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana di
Indonesia', Wacana Hukum, ejurnal.unisri.ac.id,
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Wacana/article/view/333
Mahfud MD., Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Gama Media,
Yogyakarta, 1999.
Mubarok, MZ 2020, 'Politik Hukum Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam
Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia Periode 2009-2019',
digilib.uin-suka.ac.id, https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50312/
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum
Pidana, (Bandung: Kencana, 2012).
14
Nasution, ES 2015, 'Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana
Pencucian Uang', Jurnal Mercatoria, mail.ojs.uma.ac.id,
https://mail.ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/652
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung. 1983.
Sularman, A, & Ma'ruf, U 2017, 'Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Kepada
Korban Tindak Pidana', Jurnal Hukum Khaira Ummah,
jurnal.unissula.ac.id,
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jhku/article/view/1871
Toruan, HDL 2014, 'Pertanggungjawaban pidana korupsi korporasi', Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan …, rechtsvinding.bphn.go.id,
http://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/33
Yudi Krismen,” Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam kejahatan
Ekonomi”. Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Vol. 4.
No. 1. September-Januari 2014
15