Anda di halaman 1dari 12

Desain Riset:

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TRADING IN INFLUENCE

DALAM PUTUSAN PERKARA NOMOR

87/PID.SUS-TPK/2019/PN.JKT.PST

Oleh:

Eni Sukastiana

1508015018

Dibawah Bimbingan:

Rini Apiyani,S.H.,M.H, dan Orin Gusta Andini,S.H.,M.H.

A. Latar Belakang

Korupsi digolongkan sebagai kejahatan luar biasa, karena perbuatannya

semakin berpola dan sistematis, adanya pelaku intelektual, aparat penegak

hukum, bahkan melampui batas Negara. 1 Sebagai bentuk komitmen internasional

dalam upaya pemberantasan korupsi, Indonesia ikut meratifikasi Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Korupsi (United Nations Convention

Against Corruption, UNCAC 2003) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006.

Artinya apabila diratifikasi UNCAC berlaku sebagai hukum positif 2, namun tidak

dapat ditegakkan dalam penegakan hukum khusunya penyidikan, penuntutan dan

dakwaan di pengadilan hal ini karena, kejahatan yang ada di dalam UNCAC baru

sebatas perbuatan yang dilarang, belum perbuatan tindak pidana. Menurut

Prof.Simons unsur-unsur tindak pidana adanya (1) perbuatan manusia, (2)

1
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Deputi Pencegahan KPK, 2006, Komisi
Pemberantasan Luar Negeri, https://acch.kpk.go.id, diakses pada Minggu, 27 Juli Pukul 20.00
WITA.
2
Ibid.,
1
diancam pidana, (3) melawan hukum, (4) dilakukan dengan kesalahan (5) oleh

orang yang mampu bertanggungjawab.3

UNCAC belum sepenuhnya diadopsi sebagai perbuatan tindak pidana dalam

hukum nasional khusunya Pasal 18 huruf a dan b tentang Trading In Influence

(memperdagangkan pengaruh),4 yang bersifat non-mandatory offences5 dengan

menjadi dua bagian yakni; aktif trading in influence dan pasif trading in influence,

bentuk kesalahan menyalahgunakan pengaruh yang nyata atau dianggap ada

dengan maksud, dan subjek hukum tidak hanya penyelenggara negara

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas

Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, tetapi setiap orang.

Di Indonesia kasus yang terdapat dimensi perbuatan trading in influence

seperti, kasus Romy (Romahurmuziy) 6 ketua umum Parpol PPP tahun 2019.

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat nomor

87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst tanggal 20 Januari 2020. Romy dijatuhi Pasal 11

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yakni menerima uang untuk

pengisian jabatan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama, padahal kasusnya

tak berhubungan langsung dengan tupoksinya di DPR sebagai Anggota Komisi XI

Keungan dan Perbankan.

3
Mengenal Unsur Pidana dan Syarat Pemenuhannya, LBH Jakarta,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-
pidana-dan-syarat-pemenuhannya/ diakses terakhir Tanggal, 17 Agustus 2021 pukul 01.12
WITA.
4
Gap Analysis Indonesia Terhadap UNCAC; KPK, https://acch.kpk.go.id/berkas/litbang/gap-
analysis-indonesia-uncac diakses pada hari Senin, 28 Juni 2021 Pukul 22 WITA
5
Pasal 18 United Nations Convention Against Corruption, UNCAC 2003
6
https://tirto.id/kronologi-lengkap-ott-ketua-ppp-romahurmuziy-oleh-kpk-djDX diakses pada hari
Selasa, 19 Juni 2021 Pukul 03.10 WITA.
2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertanggungjawaban pidana trading in influence dalam Putusan

Perkara Nomor: 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst?

2. Bagaimana kualifikasi trading in influence dalam hukum pidana di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini diarahkan untuk menjawab dua hal, Pertama, ingin

mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pidana trading in influence dalam

Putusan Perkara Nomor: 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst.

Kedua, ingin mengetahui bagamaina kualifikasi trading in influence dalam

hukum pidana di Indonesia.

D. Kajian Literatur/Landasan Teori

1. Teori Kepastian Hukum

Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hal ini berdasarkan Pasal 1 ayat

(3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga seluruh

aspek dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk

pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum. 7

Menurut Sudikno Mertokusumo kepastian hukum merupakan sebuah

jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan baik. Kepastian hukum

menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan

yang dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga aturan itu memiliki aspek

yuridis yang dapat menjamin bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan

7
Kejaksaan Negeri Bone, Alasan Konsep Keadilan, Kepastiana, dan Kemanfaatan Dalam
Penengakan Hukum Tindak Pidana Pertambangan;
https://www.kejari-bone.go.id/artikel/detail/1/analisa-konsep-keadilan-kepastian-dan-
kemanfaatan-dalam-penegakan-hukum-tindak-pidana-pertambangan.html diakses terakhir hari
Jumat, 27 Agustus 2021 Pukul 02.34 WITA.
3
yang harus ditaati dan juga tujuan hukum tidak lain dari menjamin terwujudnya

kepastian hukum.8

Unsur-unsur kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto :

1) Tersedia aturan-aturan yang jelas (jernih), konsisten dan mudah

diperoleh, diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara.

2) Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan

hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya.

3) Warga secara prinsipil menyesuaikan prilaku mereka terhadap aturan-

aturan tersebut.

4) Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpikir menerapkan

aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka

menyelesaikan sengketa hukum.

5) Keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan .9

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan perundang-

undangan dibuat dan diundangkan secara pasti, mengatur secara jelas dan logis,

maka tidak akan menimbulkan keraguan karena adanya multitafsir. 10

2. Teori Pertanggungjawaban Pidana

Roeslan Saleh menyatakan pertanggungjawaban pidana adalah sesuatu

yang dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap seseorang yang melakukan

perbuatan pidana atau tindak pidana. 11 Artinya, Pelaku tindak pidana dapat

dipidana apabila memenuhi syarat bahwa tindak pidana yang dilakukannya

8
Sudikno Mertokusumo, 2021, Teori Hukum, Jakarta: Gudang Penerbit, Hlm. 45.
9
Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pt. Sinar Grafika, Hlm. 136.
10
Op.cit.
11
Roeslan saleh,1986, Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggung Jawaban Pidana, Cetakan Pertama,
Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm-33
4
memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam Undang-Undang.

Menurut Van Hamel, pertanggungjawaban pidana adalah suatu keadaan

normal dan kematangan psikis yang memiliki kemampuan untuk: 12

(a) Memahami arti dan akibat perbuatannya sendiri,

(b) Menyadari bahwa perbuatannya itu tidak dibenarkan atau dilarang oleh

masyarakat,

(c) Menentukan kemampuan terhadap perbuatan.

Menurut Chairul Huda, bahwa dasar adanya tindak pidana adalah asas

legalitas, sedangkan dapat dipidananya pembuat adalah atas dasar kesalahan, hal

ini berarti bahwa seseorang akan mempunyai pertanggungjawaban pidana biala

ia telah melakukan perbuatan yang salah dan bertentangan dengan hukum. 13

Pertanggungjawaban pidana adalah suatu bentuk untuk menentukan

seorang tersangka atau terdakwa dipertanggungjawabkan atas suatu tindak

pidana yang telah terjadi. 14 dengan kata lain pertanggungjawaban pidana adalah

suatu bentuk yang menentukan apakah seseorang tersebut dibebaskan atau

dipidana.

3. Teori Kesengajaan yang Bersifat Tujuan(Opzet Als Oogmerk)

Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam kesengajaan yang bersifat tujuan,

dapat dikatakan bahwa pelaku benar-benar menghendaki mencapai akibat yang

menjadi pokok alasan diadakan ancaman pidana. 15 Kesengajaan bentuk ini dibagi

menjadi dua teori yaitu (1) teori kehendak, menganggap kesengajaan ada
12
Teori Pertanggungjawaban Pidana;
https://info-hukum.com/2019/04/20/teori-pertanggungjawaban-pidana/, diakses terakhir Hari
Jumat, 27 Agustus 2021 pukul 03.25 WITA.
13
Chairul Huda, 2006, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Pertanggung
jawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Cetakan ke-2, Jakarta: Kencana, hlm. 68.
14
Hanafi dan Mahrus, 2015, Sistem Pertanggung Jawaban Pidana, Cetakan pertama, Rajawali
Pers, Jakarta, hlm. 16
15
Wirjono Prodjodikoro, 2010, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Hlm. 67.
5
apabila perbuatan dan akibat suatu tindak pidana dikehendaki oleh si pelaku; dan

(2) teori bayangan, menganggap kesengajaan ada apabila perbuatan dan akibat

suatu tindak pidana dikehendaki oleh si pelaku.16

4. Teori Kejahatan

Vernon C. Braham dan Samuel B. Kutash, menyatakan bahwa pengertian

Kejahatan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu; 17

1) The legals view (Pandangan yuridis), Kejahatan adalah suatu tindakan

atau perbuatan yang dilarang dan dapat dijatuhi hukuman atas atau

tindakan itu oleh Undang-undang. Pandangan ini lahir dari suatu teori

yang menyatakan bahwa setiap anggota masyarakat adalah makhluk yang

mempunyai kehendak bebas.

2) The socio criminologic view (Pandangan dari sudut sosiologis-kriminologis)

Kejahatan adalah suatu perbuatan yang menunjukan gejala-gejala tentang

sesuatu yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat lingkungannya.

5. Asas Kesalahan

Menurut Sudarto unsur-unsur kesahalan, yakni : (1) Adanya kemampuan

bertanggung jawab pada si pembuat, (2) Hubungan batin antara si pembuat dan

perbuatannya yang berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa), (3) Tidak

adanya alasan penghapus kesalahan atau tidak adanya alasan pemaaf 18

“Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan

karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan

bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas
16
Ibid, Hlm. 67.
17
Ray Pratama, Pengertian Kejahatan, https://raypratama.blogspot.com/2012/02/pengertian-
kejahatan.html, diakses terakhir hari Jumat, 27 Agustus 2021 pukul 19.14 WITA.
18
Sudarto, 1983, Hukum dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung, h. 85.
6
perbuatan yang Asas Kesalahan merupakan asas yang mutlak ada dalam hukum

pidana, yaitu sebagai dasar untuk menjatuhkan pidana didakwakan atas dirinya” 19

Sedangkan dalam KUHP tidak disebutkan secara jelas tetapi kejahatan itu diatur

dalam Pasal 104 sampai 488 KUHP. 20

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelurusan yang dilakukan penulis, penelitian yang telah ada

sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:

1. Tio Horas S Sianturi, 2016, Kriminalisasi Trading In Influence Dalam

UNCAC Terhadap Upaya Pemberantasan Tidank Pidana Korupsi di

Indonesia, Sekripsi Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada.

“Dalam sekripsi ini membahsa bentuk kriminalisasi mengenai tindak

pidana trading in influence terhadap upaya pemberantasan tindak pidana

korupsi di Indonesia.”

2. Fitrih Rohcahyanto, 2018, Memperdagangkan Pengaruh ( Trading In

Influence) Sebagai Tindak Pidana Korupsi, Sekripsi Fakultas Hukum,

Universitas Airlangga.

Dalam sekripsi ini, membahas tentang filosofi korupsi yang terkait dengan

perbuatan memperdagangkan pegaruh sebagai tindak pidana korupsi.”

Penulisi penelitian terlebih dahulu terdapat kesamaan dari segi objek

penelitian yaitu tindak pidana trading in influence, namun dari subtansi

pembahasan, sudut pandang dan pokok pembahasan berbeda dengan yang

dilakukan penulis. Dalam penulisan ini, penulisi membahas dua hal, pertama,

19
Pasal 6 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
20
Moeljatno, 2009, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 25.
7
pertanggungjawaban pidana trading in influence dalam Putusan Perkara Nomor:

87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst, kedua, menganai kualifikasi trading in influence

dalam hukum pidana di Indonesia.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

doctrinal, pendekatan doctrinal dimaksud adalah pendekatan yang berbasiskan

ketentuan perundang-undangan (black letter law). Menurut Terry Hutchinson

sebagaimana dikutip Peter Mahmud Marzuki mendefinisikan bahwa penelitian

hukum dengan pendekatan doktrinal adalah penelitian yang memberikan

penjelasan sistematis aturan yang mengatur suatu katagori hukum tertentu,

menganalisis hubungan antara peraturan menjelaskan daerah kesulitan dan

mungkin memprediksi pembangunan masa.21

2. Sumber Bahan

Penggunaan bahan hukum berupa bahan sekunder sangat diperlukan dalam

desain penelitian ini, seperti bahan kepustakaan sebagai bahan hukum berupa

ketentuan perundang-undangan, United Nations Convention Againts Corruption

(Konvensi internasional anti korupsi), Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang

Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2007 tentang Pengesahan UNCAC, 2003, serta aturan lainnya di bawah

21
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, hlm 35.
8
Undang-Undang yang relevan dan berkaitan dengan penelitian ini.

3. Analisis Bahan

Bahan yang digunakan selama penelitian akan dianalisis secara mendalam

untuk mendeskripsikan jawaban atas pertanyaan penelitian:

Rumusan masalah (R1)

Bahan yang digunakan selama penelitian diarahkan untuk menganalisis

pertanggung jawaban tindak pidana korupsi trading in influence dalam

Putusan Perkara Nomor: 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst. Variabel-variabel

ini membutuhkan pendekatan aspek doctrinal untuk menjelaskan

pertanggung jawaban hukum terhadap tindak pidana korupsi trading in

influence di Indonesia.

Rumusan Masalah (R2):

Mengenai kondisi pengaturan hukum pidana khusus yang mengatur tindak

pidana korupsi, untuk menjawab mengenai pengenaan kualifikasi tindak

pidana trading in influence dalam hukum pidana di Indonesia. Analisis pada

bagian ini akan tergantung dari jawaban RM (1) dalam hal melihat

bagiamana pertanggung jawaban pidana trading in influence. Pendekatan

aspek doctrinal dan kamus black law dictionary diperlukan untuk

mengetahui pertanggungjawaban hukum terhadap tindak pidana trading in

influence di Indonesia, melalui analisis teks (interprestasi), dan konstruksi

hukum (argumen hukum).

4. Alokasi Waktu

Penelitian akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan mulai dari penyusunan

Desain riset, seminar Desain riset, studi pustaka, pengambilan data, penyusunan

9
laporan, dan publikasi.

G. Daftar Referensi

A. Buku:

(Sementara/Jumlah buku disesuaikan tapa terbatas dengan jumlah kata):

1. Amrani, Hanafi dan Mahrus, Ali. 2015, Cetakan pertama. Sistem

Pertanggung Jawaban Pidana. Jakarta : Rajawali Pers.

2. Huda, Chairul. 2006, Cetakan ke-2. Dari Tindak Pidana Tanpa

Kesalahan Menuju Kepada Pertanggung jawaban Pidana Tanpa

Kesalahan. Jakarta : Kencana.

3. Marzuki, Peter Mahmud. 2011. Penelitian Hukum . Jakarta : Kencana

Prenada Media Group.

4. Mertokusumo, Sudikno. 2021. Teori Hukum. Jakarta : Gudang

Penerbit.

5. Moeljatno. 2009. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka Cipta.

6. Prodjodikoro, Wirjono. 2010. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia.

Bandung : PT Refika Aditama .

7. saleh, Roeslan. 1986,Cetakan Pertama. Pikiran-Pikiran Tentang

Pertanggung Jawaban Pidana. Jakarta : Ghalia Indonesia.

8. Soeroso, Raden Pandji. 2011. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Pt.

B. Undang-Undang:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


10
Pidanan Korupsi.

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

C. Artikel
1. Direktorat Penelitian dan Pengembangan Deputi Pencegahan KPK.

2006. Komisi Pemberantasan Luar Negeri. [Online]. Tersedia:

https://acch.kpk.go.id. [Dikutip: Minggu Juli 2021.]

2. KBBI. [Online]. Tersedia: https://kbbi.web.id/. [Dikutip: 27 Agustus

2021.]

3. Kejaksaan Negeri Bone. 2020. Alasan Konsep Keadilan, Kepastiana,

dan Kemanfaatan Dallam Penengakan Hukum Tindak Pidana

Pertambangan; [Online]. Tersedia:

https://www.kejari-bone.go.id/artikel/detail/1/analisa-konsep-keadilan-

kepastian-dan-kemanfaatan-dalam-penegakan-hukum-tindak-pid.

[Dikutip: 27 Agustus 2021.]

4. KPK. 2006. Gap Analysis Indonesia Terhadap UNCAC. [Online].

Tersedia: https://acch.kpk.go.id/berkas/litbang/gap-analysis-indonesia-

uncac. [Dikutip: 28 Juni 2021.]

5. Maulana, Arief. 202. Mengenal Unsur Tindak Pidana dan Syarat

Pemenuhannya.

[Online].Tersedia:https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/

lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-pidana-dan-syarat-

pemenuhannya/, [Dikutip: Selasa Agustus 17.]

6. Siadar, Ray Pratama. 2012. Pengertian Kejahatan. [Online]. Tersedia:

11
https://raypratama.blogspot.com/. [Dikutip: 27 Agustus 2021.]

7. 2019. Teori Pertanggungjawaban Pidana. [Online]. Tersedia:

https://info-hukum.com/2019/04/20/teori-pertanggungjawaban-

8. Tirto.id. 2019. United Nations Convention Against Corruption, UNCAC

2003. [Online]. Tersedia: https://tirto.id/kronologi-lengkap-ott-ketua-

ppp-romahurmuziy-oleh-kpk-djDX. [Dikutip: 2021 Agustus 2021.]

12

Anda mungkin juga menyukai