TINJAUAN PUSTAKA
A.Penegakkan Hukum
1.Pegertian Penegakkan Hukum
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk ditegaknya atau
berfungsinya norma – norma hukum secara nyata sebagai Pedoman prilaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau Dari subjeknya, penegakan
hukum dalam arti sempit adalah upaya aparatur Dalam penegakkan hukum tertentu
untuk menjamin dan memastikan bahwa Suatu aturan hukum berjalan sebagaimana
seharusnya. Dalam memastikan Tegaknya hukum tersebut, apabila diperlukan maka
aparatur penegak hukum Itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.
Pengertian penegak Hukum juga dapat ditinjau dari segi objeknya, yaitu dari segi
hukumnya. Dalam arti sempit, penegakkan hukum itu hanya menyangkut penegakan
Peraturan yang formal dan tertulis saja(Jimly Asshiddiqie, 2006, hlm. 1).
Penegakan hukum sendiri harus diartikan dalam kerangka tiga konsep, Yaitu:
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah
yang mantap dan mewujudkan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup. Konsep yang mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan
penjelasan lebih lanjut, sehingga akan tampak lebih konkrit. Penegak hukum
sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang
menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum,
akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Dengan mengutip pendapat Roscoe
Pound, maka LaFavre menyatakan, bahwa pada hakikatnya diskresi berada di
antara hukum dan moral(Ade and Saputri 2022,hal.24).
1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada
undang-undang saja.
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan
esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektifitas
penegakan hukum(Soejono Soekanto, hal 5).
3. Unsur – unsur penegakan hukum
a. Kepastian hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Illegal adalah tidak sah
menurut hukum, dalam hal ini melanggar hukum, barang gelap, liar atau pun tidak
ada izin dari pihak yang bersangkutan. (Pitri, Pengawasan Peredaran Kosmetik
Illegal Oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (Bpom) Di Kota Pekanbaru,
2019, p. 5). Pada dasarnya tidak ada ketentuan yang mengatur secara khusus
definisi tentang “kosmetik illegal”, melainkan hanya didefinisikan “kosmetik”
sebagaimana ketentuan diatas. Akan tetapi konstruksi pengertian “kosmetik illegal”
dapat dimaknai atau diartikan berdasarkan ketentuan Peraturan kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.11.10052
Tahun 2011 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetik, yang
menegaskan bahwa suatu “produk kosmetik yang di edarkan wajib memenuhi
standard dan persyaratan keamanan, manfaat, mutu, penandaan, klaim dan
notifikasi”.
Tiap kosmetik yang beredar di pasaran harus memiliki izin edar, karena
produsen dapat mempertanggungjawabkan kandungan apa saja yang digunakan
dalam produknya. Selain itu, produsen harus menyimpan data mutu dan keamanan
produk yang siap diperiksa sewaktu-waktu oleh petugas pengawas BPOM. Saat ini
untuk izin edar kosmetik di Indonesia tidak lagi menggunakan sistem registrasi. Izin
edar yang berlaku telah menggunakan sistem notifikasi. Dengan demikian, tiap
produsen kosmetik yang akan memasarkan produknya harus menotifikasikan produk
tersebut terlebih dahulu kepada pemerintah di tiap negara tempat produk tersebut
akan dipasarkan(Sarah and Nasution 2020,hlm.20).
a. Kemasan
b. Izin Edar
c. Kadaluarsa
a. Nama produk ;
jelas penggunaannya;
C. Kepolisian
Istilah polisi mempunyai dua arti, yakni polisi dalam arti formal yang
mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian,
dan kedua dalam arti materiil, yakni memberikan jawaban-jawaban terhadap
persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau
gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan kepolisian
umum melalui ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan(http://e-journal.uajy.ac.id/jurnal.pdf, hlm. 8).
Tugas dan wewenang Polri di atur dalam Bab III mulai Pasal 13 sampai 14
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah:
b. Menegakkan hukum.
11.Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;