Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERBUATAN PERDAGANGAN


PENGARUH DALAM PUTUSAN PERKARA NOMOR
87/PID.SUS-TPK/2019/PN.JKT.PST

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum

Diajukan Oleh:
Eni Sukastiana
NIM. 1508015018

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERBUATAN PERDAGANGAN
PENGARUH DALAM PUTUSAN PERKARA NOMOR
87/PID.SUS-TPK/2019/PN.JKT.PST

Diajukan oleh:

Nama : Eni Sukastiana

NIM : 1508015018

Program Studi : Ilmu Hukum

Konsentrasi : Hukum Pidana

Laporan Hasil Penelitian ini telah disetujui oleh pada Dosen Pembimbing di
Samarinda pada tanggal

PEMBIMBING UTAMA, PEMBIMBING PENDAMPING,

Ttd Ttd

Rini Apriyani, S.H.,M.H. Orin Gusta Andini, S.H.,M.H.


NIP. 19800406 200501 2 003 NIP. 19921104 201803 2 001

MENGETAHUI,
KOORDINATOR PROGRAM STUDI S-1 ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN,

Ttd

Dr. Nur Arifudin, S.H.,M.H.


NIP. 19800426 200604 1 002

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
Abstrak........................................................................................................
Abstract.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................4
D. Kajian Literatur / Landasan Teori......................................................4
E. Keaslian Penelitian...........................................................................7
F. Metode Penelitian............................................................................8
A. Pendekatan Penelitian.........................................................................8
B. Sumber Bahan...........................................................................8
C. Analisis Bahan...........................................................................9
D. Alokasi Waktu...........................................................................9

BAB II KUALIFIKASI PERDAGANGAN PENGARUH DALAM TINDAK


PIDANA KORUPSI DI INDONESIA...............................................10
A. Korelasi Korupsi dan Perdagangan Pengaruh................................................10
B. Kualifikasi Perdagangan Pengaruh Dalam Tindak Pidana Korupsi Di
Indoensia........................................................................................11
C. Perdagangan Pengaruh Dalam Pengaturan Internasional Lainnya.......19
D. Urgensi Pengatuan Perdagangan Pengaruh di Indonesia....................29

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERBUATAN PERDAGANGAN


PENGARUH DALAM PUTUSAN PERKARA NOMOR 87/PID.SUS-
TPK/2019/PN.JKT.PST...................................................................32
E.
Posisi Kasus.....................................................................................32
1. Kronologis Kasus........................................................................32
2. Tuntutan....................................................................................41
3. Putusan Hakim...........................................................................79
4. Fakta Hukum..............................................................................
F. Analisis............................................................................................80
BAB VI PENUTUP........................................................................................99
A. Kesimpulan.......................................................................................99
B. Saran................................................................................................100

iii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................101

iv
ABSTRAK
Eni Sukastiana, NIM 1508015018, Simpang Pait, 21 Mei 1996, Minat
Studi Hukum Pidana, Pertanggungjawaban Pidana Perdagangan Pengaruh dalam
Putusan Perkara Nomor: 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst dibawah bimbingan
Rini Apryiani dan Orin Gusta Andini.
Sebagai bentuk komitmen internasional dalam pemberantasan korupsi,
Indonesia ikut meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang
Korupsi UNCAC 2003, melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006. Namun,
belum sepenuhnya diterapkan sebagai tindak pidana korupsi dalam hukum
nasional khususnya Pasal 18 huruf a dan b tentang Trading In Influence
(perdagangkan pengaruh).
Di Indonesia kasus yang terdapat perbuatan perdagangan pengaruh,
seperti kasus Muchammad Romahurmuziy (Romahurmuziy) adalah ketua umum
Parpol PPP tahun 2019 anggota Komisi XI DPRD RI. Dalam Putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst tertanggal 20
Januari 2020. Muchammad Romahurmuziy dijatuhi Pasal 11 Undang-undang
Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yakni menerima uang dari Kepala Kantor
Wilayah Kementrian Agama Jawa Timur Haris Hasanudin dan uang dari Kepala
Kantor Wilayah Agama Gresik Muh. Muafaq Wirahardi sebagai balas jasa telah
membantu dalam seleksi jabatan Kepala Kantor Kementrian Agama Jawa Timur
dan Gresik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dua hal: Pertama, kualifikasi
perdagangan pengaruh dalam hukum pidana di Indonesia, dan yang Kedua,
Pertanggungjawaban pidana adanya perbuatan perdagangan pengaruh dalam
Putusan Perkara Nomor: 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst

Kata kunci: Korupsi, Perdagangan Pengaruh, Pertanggungjawaban


Pidana

v
ABSTRACT
Eni Sukastiana, NIM 1508015018, Simpang Pait, 21 May 1996,
Interest in Criminal Law Studies, Criminal Accountability for Influence Trading in
Case Decision Number: 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst under the guidance of
Rini Apryiani, S.H., M.H. and Orin Gusta Andini, S.H., M.H.
As a form of international commitment in eradicating corruption,
Indonesia has ratified the 2003 United Nations Convention Against Corruption
UNCAC, through Law Number 7 of 2006. However, it has not been fully
implemented as a criminal act of corruption in national law, especially Article 18
letters a and b concerning Trading In Influence (trading influence).
In Indonesia, there are cases with the dimension of trading in influence,
such as the case of Muchammad Romahurmuziy (Romahurmuziy) who is the
general chairman of the PPP in 2019 a member of Commission XI of the
Indonesian DPRD. In the Central Jakarta District Court Decision Number
87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst dated January 20, 2020. Muchammad
Romahurmuziy was sentenced to Article 11 of the PTPK Law, namely receiving
money from the Head of the Regional Office of the Ministry of Religion of East
Java Haris Hasanudin and money from Head of Gresik Regional Office of Religion
Muh. Muafaq Wirahardi as a reward has assisted in the selection of the Head of
the Office of the Ministry of Religion of East Java and Gresik.
This study aims to find out two things: First, the qualification of
Influence Trading in Indonesian criminal law, and Second, the criminal
responsibility for the existence of Influence Trading in the Decision Number:
87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst.

Keywords: Corruption, Trading in Influence, Criminal Liability

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Korupsi digolongkan sebagai kejahatan luar biasa 1 sebagaimana diatur

dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan juga hasil dari

Indeks Persepsi Korupsi Tahun 2020 hasil survey Transparency International

mengungkapkan Indonesia pada tahun 2020 berada di skor 37 dengan rangking

102, turun sebanyak tiga poin dari tahun 2019 skor berdasarkan indikator 0

artinya sangat korup hingga 100 yang berarti sangat bersih 2. Sebagai bentuk

komitmen internasional dalam pemberantasan korupsi, Indonesia ikut

meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Korupsi UNCAC

2003, melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006. 3 Namun, belum

sepenuhnya diterapkan sebagai tindak pidana korupsi dalam hukum nasional

khusunya Pasal 18 huruf a dan b tentang Trading In Influence (perdagangkan

pengaruh)4. yang terbagi menjadi dua bagian yakni; aktif trading in influence dan

pasif trading in influence.

Ada 140 negara yang menghadiri untuk menandatangani UNCAC pada

bulan Desember 2005 di Merida, Meksiko. Pada saat itu ada 30 negara yang

sepakat untuk meratifikasi UNCAC termasuk Indonesia. negara yang telah

meratifikasi dan menerapkan perdagangan pengaruh dalam hukum positifnya


1
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Deputi Pencegahan KPK, 2006, Komisi Pemberantasan
Luar Negeri, https://acch.kpk.go.id, diakses pada Minggu, 27 Juli Pukul 20.00 WITA.
2
https://www.voaindonesia.com/skor-indeks-persepsi-korupsi-indonesia diakses pada Selasa, 28
September 2021 Pukul 15:33 WITA.
3
Ibid.,
4
Gap Analysis Indonesia Terhadap UNCAC ; KPK, https://acch.kpk.go.id/berkas/litbang/gap-
analysis indonesia-uncac diakses pada hari Senin, 28 Juni 2021 Pukul 22 WITA

1
dan telah diterapkan dalam penindakannya yaitu Negara Prancis, dan Negara

Spanyol dengan bentuk dan pola yang disesuaikan dimasing-masing negara, hal

ini membukti komitmen internasional untuk mencegah dan memberantas

korupsi.

Setelah diterapkannya perdagangan pengaruh di Prancis faktanya

terdapat kasus yang dijerat dengan pasal perdagangan pengaruh yaitu kasus

mantan presiden Prancis Nicolas Sarkozy5 menjanjikan jabatan ke Hakim agar

dapat memberikan data terkait persidangannya dalam tindak pidana korupsi

penggunaan dana kampanyenya, begitupula dengan Spanyol yang saat ini sudah

didakwa tindak pidana korupsi perdagangan pengaruh yaitu mantan kepala

daerah Balearic, Jaume Matas 6 menggunakan pengaruhnya untuk mendapatkan

keuntungan yang tak semestinya yaitu penghargaan dan sponsor dari

pembangunan rumah sakit di daerah Son Espases.

Dengan cara mempengaruh kepada bawahannya, mantan Menteri

Kesehatan Ana Castillo dan direktur umum Institut Kesehatan Balearic Joaquín

Sergio Beltrán, dan bagaimana aktivitas Mahkamah Agung. Ketiganya diarahkan

"Untuk mendapatkan dari Dewan proposal yang konsisten dengan keputusan

akhir untuk mendapatkan hasil kontrak yang diinginkan bertujuan untuk

memperoleh manfaat ekonomi, dalam hal ini menguntungkan pihak ketiga

(OHL), yang selain memperoleh manfaat yang diperoleh dari pembangunan

rumah sakit, akan memperoleh manfaat dari pemeliharaannya dan pelayanan

lain yang berkaitan dengan pengelolaannya.

5
Putusan Pengadilan Paris (Cour d’Appel de Paris, Tribunal Judiciare de paris) N° parquet :
14056000872 tanggal 1 Maret 2021
6
https://noticias-juridicas-com.translate.goog/actualidad/noticias/16705-el-supremo-confirma-la-
condena-por-trafico-de-influencias-a-jaume-matas-por-el-caso-son-espases/ diakses pada Sabtu,
25 Desember 2021 Pukul 13.10 WITA.

2
Di Indoensia juga ada beberapa kasus yang berdimensi perdagangan

pengaruh, seperti kasus Muchammad Romahurmuziy (Romahurmuziy) 7 yang

terdapat dimensi perbuatan trading in influence, Muchammad Romahurmuziy

adalah ketua umum Parpol PPP tahun 2019. Dalam Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst tertanggal 20 Januari

2020. Muchammad Romahurmuziy dijatuhi Pasal 11 UU PTPK yakni menerima

uang dari Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Jawa Timur Haris

Hasanuddin sebesar Rp. 250.000.000 serta Rp 50.000.000 dari Kantor Wilayah

Kementrian Agama Kabupaten Gresik Muhammad Muafaq Wirahadi. Sebagai

balas jasa telah membantu dalam seleksi jabatan Kepala Kantor Kementrian

Agama tahun 2018.

Padahal secara normatif trading in influence berbeda dengan

penyuapan. Korupsi penyuapan yang melalui perbuatan perdagangan pengaruh

rawan melanggar asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP dengan alasan delik

Trading in influence belum diadopsi pada hukum positif di Indonesia. Hubungan

trading in influence dengan kasus Muchammad Romahurmuziy yakni, Haris

selaku pemilik kepentingan, Muchammad Romahurmuziy selaku orang yang

berpengaruh, melalui jabatannya ketua umum PPP supaya bisa mempengaruhi

hasil seleksi jabatan pimpinan tinggi di Kemenag. Kasus Muchammad

Romahurmuziy tak berhubungan langsung dengan tupoksinya di DPR sebagai

Anggota Komisi XI Keungan dan Perbankan.

B. Rumusan Masalah

7
https://tirto.id/kronologi-lengkap-ott-ketua-ppp-romahurmuziy-oleh-kpk-djDX diakses pada
hari Selasa, 19 Juni 2021 Pukul 03.10 WITA.

3
1. Bagaimana Kualifikasi Perdagangan Pengaruh dalam Hukum Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia?

2. Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Perbuatan Perdagangan

Pengaruh dalam Putusan Perkara Nomor:

87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menjawab dua hal, Pertama, untuk dapat

mengetahui, Bagaimana Kualifikasi Perdagangan Pengaruh dalam Hukum

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. kedua, Bagaimana

Pertanggungjawaban Pidana Adanya Dimensi Perbuatan Perdagangan

Pengaruh dalam Putusan Perkara Nomor:

87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst.

D. Landasan Teori

1. Teori Kepastian Hukum

Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hal ini berdasarkan Pasal

1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

sehingga seluruh aspek dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan

kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas

hukum.8

Menurut Sudikno Mertokusumo kepastian hukum merupakan

sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan baik.

Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam

8
Kejaksaan Negeri Bone, Alasan Konsep Keadilan, Kepastiana, dan Kemanfaatan Dalam
Penengakan Hukum Tindak Pidana Pertambangan; https://www.kejari-bone.go.id/artikel/detail/
analisa-konsep-keadilan-kepastian-dan-kemanfaatan-dalam-penegakan-hukum-tindak-pidana-
pertambangan.html diakses terakhir hari Jumat, 27 Agustus 2021 Pukul 02.34 WITA.

4
perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga

aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin bahwa hukum

berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati dan juga tujuan

hukum tidak lain dari menjamin terwujudnya kepastian hukum. 9

Dalam hal ini ketika suatu peraturan perundang-undangan dibuat

dan diundangkan secara pasti, yang mengatur secara jelas dan logis,

maka tidak akan menimbulkan keraguan karena adanya multitafsir.

2. Teori Pertanggungjawaban Pidana

Roeslan Saleh menyatakan pertanggungjawaban pidana adalah

sesuatu yang dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap seseorang

yang melakukan perbuatan pidana atau tindak pidana. 10 Artinya, Pelaku

tindak pidana dapat dipidana apabila memenuhi syarat bahwa tindak

pidana yang dilakukannya memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan

dalam Undang-Undang.

Menurut Van Hamel, pertanggungjawaban pidana adalah suatu

keadaan normal dan kematangan psikis yang memiliki kemampuan

untuk:11

(a) Memahami arti dan akibat perbuatannya sendiri,

(b) Menyadari bahwa perbuatannya itu tidak dibenarkan atau dilarang

oleh masyarakat,

(c) Menentukan kemampuan terhadap perbuatan.

9
Sudikno Mertokusumo, 2021, Teori Hukum, Jakarta: Gudang Penerbit, Hlm. 45.
10
Roeslan saleh,1986, Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggung Jawaban Pidana, Cetakan Pertama,
Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm-33
11
https://info-hukum.com/2019/04/20/teori-pertanggungjawaban-pidana/, diakses terakhir Hari
Jumat, 27 Agustus 2021 pukul 03.25 WITA.

5
Menurut Chairul Huda, bahwa dasar adanya tindak pidana adalah asas

legalitas, sedangkan dapat dipidananya pembuat adalah atas dasar

kesalahan, hal ini berarti bahwa seseorang akan mempunyai

pertanggungjawaban pidana bila ia telah melakukan perbuatan yang salah

dan bertentangan dengan hukum.12

Pertanggungjawaban pidana adalah suatu bentuk untuk menentukan

seorang tersangka atau terdakwa dipertanggungjawabkan atas suatu tindak

13
pidana yang telah terjadi. dengan kata lain pertanggungjawaban pidana

adalah suatu bentuk yang menentukan apakah seseorang tersebut

dibebaskan atau dipidana. Dalam pertanggungjawaban pidana terdapat

asas, yaitu tidak dipidana apabila tidak terdapat kesalahan (Geen straf

zonder schuld; Actus non facit reum nisi mens sir rea).14

Sehingga dapat diartikan bahwa seseorang dapat dijatuhi pidana,

maka seseorang tersebut tidak hanya telah melakukan perbuatan pidana,

melainkan juga terdapat unsur kesalahan dalam perbuatannya dan juga

seorang pelaku perbuatan pidana tersebut telah memenuhi unsur

kemampuan dalam bertanggungjawab. Disebut sebagai perbuatan pidana,

apabila perbuatannya telah terbukti sebagai perbuatan pidana sesuai yang

telah diatur dalam peraturan perundang-undangan pidana.

12
Chairul Huda, 2006, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Pertanggung
jawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Cetakan ke-2, Jakarta: Kencana, hlm. 68.
13
Hanafi dan Mahrus, 2015, Sistem Pertanggung Jawaban Pidana, Cetakan pertama, Rajawali
Pers, Jakarta, hlm. 16
14
Saifudien, 2009, Pertanggungjawaban Pidana
http://saifuddinjsh/2009/08/pertanggungjawaban-pidana.html, diakses pada 28 Maret 2022
pukul 23:40 WITA

6
E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelurusan yang dilakukan penulis, penelitian yang telah

ada sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis adalah:

1. Tio Horas S Sianturi, 2016, Kriminalisasi Trading In Influence Dalam

UNCAC Terhadap Upaya Pemberantasan Tidank Pidana Korupsi di

Indonesia, Sekripsi Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada.

“Dalam sekripsi ini membahsa bentuk kriminalisasi mengenai tindak

pidana trading in influence terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi di Indonesia.”

2. Fitrih Rohcahyanto, 2018, Memperdagangkan Pengaruh ( Trading In

Influence) Sebagai Tindak Pidana Korupsi, Sekripsi Fakultas Hukum,

Universitas Airlangga.

Dalam sekripsi ini, membahas tentang filosofi korupsi yang terkait

dengan perbuatan memperdagangkan pegaruh sebagai tindak

pidana korupsi.”

Penulisi penelitian terlebih dahulu terdapat kesamaan dari segi objek

penelitian yaitu trading in influence, namun dari subtansi pembahasan, sudut

pandang dan pokok pembahasan berbeda dengan yang dilakukan penulis.

Dalam penulisan ini, penulisi membahas dua hal, pertama, kualifikasi

perdagangan pengaruh dalam hukum tindak pidana korupsi di Indonesia.

kedua, menganai analisis pertanggungjawaban pidana perdagangan pengaruh

dalam Putusan Perkara Nomor: 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst,

7
F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

doctrinal, pendekatan doctrinal dimaksud adalah pendekatan yang

berbasiskan ketentuan perundang-undangan ( black letter law). Menurut

Terry Hutchinson sebagaimana dikutip Peter Mahmud Marzuki

mendefinisikan bahwa penelitian hukum dengan pendekatan doktrinal

adalah penelitian yang memberikan penjelasan sistematis aturan yang

mengatur suatu katagori hukum tertentu, menganalisis hubungan antara

peraturan menjelaskan daerah kesulitan dan mungkin memprediksi

pembangunan masa.15

2. Sumber Bahan

Penggunaan bahan hukum berupa bahan sekunder sangat diperlukan

dalam desain penelitian ini, seperti bahan kepustakaan sebagai bahan

hukum berupa ketentuan perundang-undangan, United Nations Convention

Againts Corruption (Konvensi internasional anti korupsi), Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 28 Tahun

1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang

Pengesahan UNCAC, 2003, serta aturan lainnya di bawah Undang-Undang

yang relevan dan berkaitan dengan penelitian ini.

15
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, hlm
35.

8
3. Analisis Bahan

Bahan yang digunakan selama penelitian akan dianalisis secara

mendalam untuk mendeskripsikan jawaban atas pertanyaan penelitian:

Rumusan masalah (R1)

Mengenai kondisi pengaturan hukum pidana khusus yang mengatur tindak

pidana korupsi, untuk menjawab mengenai pengenaan kualifikasi tindak

pidana perdagangan pengaruh dalam hukum pidana di Indonesia. Analisis

pada bagian ini akan tergantung dari jawaban RM (1) dalam hal melihat

bagiamana pertanggung jawaban pidana Perdagangan pengaruh.

Pendekatan aspek doctrinal dan kamus black law dictionary diperlukan

untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum terhadap tindak pidana

trading in influence di Indonesia, melalui analisis teks (interprestasi), dan

konstruksi hukum (argumen hukum).

Rumusan Masalah (R2):

Bahan yang digunakan selama penelitian diarahkan untuk menganalisis

pertanggung jawaban tindak pidana Adanya Perbuatan Perdagangan

Pengaruh dalam Putusan Perkara Nomor: 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst.

Variabel-variabel ini membutuhkan pendekatan aspek doctrinal untuk

menjelaskan pertanggung jawaban hukum terhadap tindak pidana korupsi

perdagangan pengaruh di Indonesia.

4. Alokasi Waktu

Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan mulai dari penyusunan

Desain riset, seminar Desain riset, studi pustaka, pengambilan data,

penyusunan laporan, dan publikasi.

9
BAB II

KUALIFIKASI PERDAGANGAN PENGARUH DALAM HUKUM TINDAK

PIDANA KORUPSI

Melihat dari hasil Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tentang

melawan korupsi yang disahkan di Merida, Mexico pada tahun 2003. 16 Undang-

undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi belum mengatur Trading in influence

(perdagangan pengaruh) yang diatur di dalam Pasal 18 huruf a dan huruf b

UNCAC. Namun, perdagangan pengaruh yang diatur dalam UNCAC Tahun 2003

dan telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-undanng No. 7 Tahun 2006

tentang Pengesahan Unitied Nations Convention Against Corruption 2003 .

Secara konsep perdagangan pengaruh memang sulit dimengerti dan juga

sulit digambarkan bentuknya.17 Mengutip dari Michael Johnston, menyatakan

bahwa “The scope of influence Market corruption is difficult to specify.” 18 Ituah

alasan yang menurut AAELP (Association of Accredited Public Policy Advocates to

the European Union”, menyebabkan beberapa negara tidak mau untuk

mempidana perdagangan pengaruh.

Tahap selanjutnya Indonesia menjadi salah satu negara yang pertama

kali menawarkan diri untuk ditinjau oleh negara peserta lainnya. Dua negara

peninjau yakni Uzbekistan dan United Kingdom melakukan review dan country

16
KPK, Biro Hubungan Masyarakat, Jawaban Wawancara Penelitian a.n Eni Sukastiana tentang
Perdagangan pengaruh di Indonesia, Jakarta: Surel, 11 Januari 2022 Pukul 16:29 WITA.
17
AALEP (Association of Accredited Public Policy Advocates to the Europan Union) , Trading in
Influence, diakses pada tangga; 18 April 2022 pukul 01:17 WITA.
18
Michael Johnston, Syndrome of Corruption” Wealth, Power, and Democracy” , London :
Cambridge University Press, 2005, hal 86.

10
visit terhadap Indonesia pada tanggal 14-16 Maret 2011. 19 Hasil dari peninjauan

tersebut menemukan anyak kelemahan, dan salah satu catatan pentingnya

adalah belum diakomodasinya norma-norma UNCAC dalam hukum positif di

Indonesia. Salah satunya pada Pasal 18 huruf a dan b UNCAC tentang trading in

influence (perdagangan pengaruh), yang hingga saat ini belum juga menerapkan

pengaturan perdagangan pengaruh dalam hukum positifnya.

A. Penerapan Perdagangan Pengaruh Dalam Pengaturan Internasional

Lainnya

a. Penegakan Perdagangan Pengaruh di Prancis

Prancis pada tahun 2020 menurut data dari Transparancy

International tentang Indeks Persepsi Korupsi Tahunan, atau CPI (English,

Corruption Perception atau CPI), Prancis mempertahankan peringkatnya

seperti tahun 2019 yakni 6920 dari 180 negara dan wilayah yang disurvei

oleh LSM Transparancy International hal ini mebuktikan bahwa Prancis

masuk ke dalam katagori Negara tingkat persepsi korupsi yang rendah.

Prestasi tersebut tidak lepas dari peranan pemerintahan dan juga AFA

(Agence Francaises Anti-Corruption) yaitu lembaga pencegahan korupsi di

Prancis yang disahkan Hukum No 2016-1691 tanggal 9 Desember 2016

Pada Transparansi, Memerangi Korupsi dan Modernisasi Kehidupan

Ekonomi.21

19
BPKP, http://bpkp.go.id/investigasi/berita/read/5963/0/Oleh-oleh-dari-konferensi-UNCAC-ke-2-
di-Bali.bpkp, diakses pada 20 April 2022 pukul 12:16 WITA.
20
CPI 2020:Analisis Global; CPI https://www-transparency-org.translate.goog/fr/news/cpi-2020-
global Diakses pada Kamis, 9 Desember 2021 Pukul 06.04 WITA
21
Agence Francaise AntiCorruption; AFA https://www-agence--francaise--anticorruption-gouv-
fr.translate.goog/fr/lagence Daikses pada Kamis, 9 Desember 2021 Pukul 06.41 WITA

11
Di Prancis perdagangan pengaruh diatur dalam Nouveau Code Pénal

(KUHP) tahun 1994 edisi 2 Desember 2021. Pasal 435-4 KUHP Prancis

mengatur perdagangan pengaruh, baik pasif maupun aktif (traffic

d’influence).

Perdagangan pengaruh adalah untuk memberikan orang dengan

pengaruh (nyata atau dugaan), atau orang itu untuk meminta atau

menerima, dengan cara yang tidak pantas, hadiah, janji, atau keuntunan

dalam bentuk apa pun bagi orang ini untuk menyelahgunakan

pengaruhnya atas pihak ketiga untuk membuat keputusan yang

menguntungkan.22 Sehingga dalam hal ini perdagangan pengaruh

melibatkan tiga aktor:23

1) Beneficiary (pemberi manfaat atau donasi),

2) Perantara (orang yang menerima keuntungan dan menggunakan

pengaruhnya)

3) Dan target orang yang memegang kekuasaan pengambilan

keputusan (otoritas atau administrasi publik, hakim, ahli, dll.)

Penerima melakukan pelanggaran perdagangan aktif dalam

perdagangan pengaruh, sementara perantara yang dapat menjadi pejabat

publik atau individu melakukan pelanggaran perdagangan pengaruh pasif.

22
Julia Philipp, The Criminalisation Of Trading in Inlfuence in International Anti-Corruption Laws,
Western: University of The Western CAPE, 2009, hal. 22
23
Ibid.,

12
Bagan 2.1. Alur perdagangan pengaruh melibatkan tiga aktor

Menawarkan atau
menerima untuk Penyelahgunaan
membuat penawaran, suara pengaruh
sebuah janji, hadiah, nyata atau
sebua keuntugan Intermedia seharusnya
t

Membuat keputusan
yang menguntungkan

Penerima Pertahana
Otoritas
Publik

1. Perdagangan Pengaruh Aktif

Perdagangan pengaruh aktif diatur dalam Pasal 433-1 (2)

perdagangan pengaruh aktif pejabat publik dan Pasal 433-2 (2)

perdagangan pengaruh aktif oleh orang pribadi. Berbunyi;

“Dihukum sepuluh tahun penjara dan denda € 1.000.000, yang


jumlahnya dapat digandakan dari hasil pelanggaran, fakta, oleh siapa
pun, menawarkan tanpa hak, setiap saat, secara langsung atau secara
tidak langsung, penawaran, janji, hadiah, hadiah, atau keuntungan
dalam bentuk apa pun kepada seseorang penyimpan otoritas publik,
dipercayakan dengan misi pelayanan publik atau diinvestasikan dengan
mandat elektif umum, untuk diri sendiri atau orang lain:
1 ° Entah karena itu menyelesaikan atau tidak melakukan, atau
karena telah mencapai atau tidak melakukannya untuk
menyelesaikan, tindakan fungsinya, misinya atau mandatnya,
atau difasilitasi oleh fungsinya, misinya atau mandatnya;
2° Baik itu menyalahgunakan, atau karena telah
menyalahgunakan, pengaruhnya yang nyata atau yang diduga
untuk memperoleh dari otoritas publik atau perbedaan
administrasi, pekerjaan, kontrak atau keputusan lain yang
menguntungkan. Hukuman yang sama berlaku untuk
menyerahkan kepada orang yang memegang otoritas publik,
yang bertanggung jawab untuk misi pelayanan publik atau yang
diinvestasikan dengan mandat elektif publik yang meminta
tanpa hak, setiap saat, langsung atau tidak langsung,

13
penawaran, janji, hadiah, hadiah atau keuntungan apapun,
untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, untuk mencapai
atau telah mencapai, untuk berpantang atau telah berpantang
dari mencapai tindakan yang disebutkan dalam 1 ° atau untuk
menyalahgunakan atau menyalahgunakan pengaruhnya di
bawah kondisi yang disebutkan dalam 2 °.
Denda meningkat menjadi € 2.000.000 atau, jika melebihi jumlah ini,
menggandakan hasil pelanggaran, bila kejahatan yang diatur dalam
pasal ini dilakukan dalam geng yang terorganisir.”

2. Perdagangan Pengaruh Pasif

Perdagangan pengaruh pasif oleh pejabat pubik diatur dalam Pasal 432-

11 (1) (2)° Code Penal, bunyi: (diterjemahakan dalam bahasa Indonesia)

“Dihukum sepuluh tahun penjara dan denda 1.000.000 €, jumlah yang


dapat digandakan hasil pelanggaran, fakta, oleh orang yang memegang
otoritas publik, dibebankan misi pelayanan publik, atau diinvestasikan
dengan pilihan publik mengamanatkan, untuk meminta atau menyetujui,
tanpa hak, setiap saat, secara langsung atau tidak langsung, penawaran,
janji sumbangan, hadiah atau keuntungan apa pun untuk dirinya sendiri
atau untuk orang lain,lihat:
1 ° Baik untuk menyelesaikan atau telah mencapai, untuk tidak
melakukan atau untuk ttidak melakukan tindakan fungsinya, misinya
atau mandatnya atau difasilitasi oleh fungsinya, misinya atau
mandatnya;
2 ° Baik untuk menyalahgunakan atau telah menyalahgunakan
pengaruhnya yang nyata atau yang diduga dengan maksud untuk
memperoleh dari otoritas atau administrasi publik perbedaan,
pekerjaan, kontrak atau keputusan lain yang menguntungkan.
Denda meningkat menjadi 2.000.000 € atau, jika melebihi jumlah ini,
menggandakan hasil pelanggaran, ketika pelanggaran yang diatur dalam
pasal ini mempengaruhi pendapatan yang dikumpulkan, pengeluaran
yang dikeluarkan atau aset yang berada dibawah anggaran”

14
Perdagangan pengaruh pasif oleh orang pribadi diatur dalam Pasal 433-2

(1), berbunyi;

“Perampasan kebebasan yang dilakukan oleh penulis atau kaki


tangan dari salah satu pelanggaran yang diatur dalam ini bagian
dikurangi setengahnya jika, setelah memberi tahu otoritas
administratif atau yudisial, itu telah memungkinkan pelanggaran atau
untuk mengidentifikasi, jika ada, pelaku atau kaki tangan lainnya.”

Di Prancis status orang yang menggunakan pengaruhnya untuk

perdagangan keuntungan yang tidak semestinya mempunyai konsekuensi

yang lebih kecil dan status si “penjual” pengaruh mendapatkan hukuman

berat. Pada tahun 2007, pihak berwenang yang memberikan pengaruh

secara illegal (otoritas publik atau badan lainnya yang ditempatkan

dibawah pengawasan otoritas publik) dalam hukum Perancis dipahami

sebagai otoritas legislatif dan administratif. 24

Pasal 435-2 dan Pasal 453-4 membuat legislator Perancis

memperluas ruang lingkup tindak pidana memperdagangkan pengaruh

terhadap tawaran atau penerimaan untuk mempengaruhi pejabat publik

atau orang yang menjabat di organisasi interasional. 25 Hal ini membuktikan

bahwa Prancis berkomitmen internasional dengan diterapkannya tindak

pidana korupsi perdagangan pengaruh di dalam Code Pénal.

Kelebihan Prancis dalam menerapkan perdagangan pengaruh

adalah Pelaku bisa dijerat perdagangan pengaruh baik secara aktif maupun

secara pasif, dan menjerat pejabat-pejabat publik dan pihak swasta bahkan

orang pribadi. Seperti halnya penanganan kasus perdagangan pengaruh

24
Julia Philipp, The Criminalisation Of Trading in Inlfuence in International Anti-Corruption Laws,
Western: University of The Western CAPE, 2009
25
Lihat Pasal 435-2 dan 435-3 Code Pénal, Edition: 2021-12-02, hal 207.

15
oleh mantan presiden Prancis yaitu Nocilas Sarlozy, selain terlibat dalam

kasus korupsi perdagangan pengaruh Nicolas Sarkozy juga menghadapi

kasus korupsi menghabiskan uang pemberian ahli waris L’Oreal untuk

kampanye presiden tahun 2012.

Dalam praktiknya Nicolas Sarkozy dan pengacaranya Thierry Herzog

menjual pengaruhnya yang nyata yaitu mempengaruhi Gilbert Azibert

seorang Hakim tinggi, menjanjikan dukungan jabatan Pos di Monaco, agar

Nicolas mendapatkan informasi yang dirahasiakan dalam proses hukum

penyelidikan kriminal ke partai politiknya. Prosedur yang dimaksud

menyangkut penyalahgunaan kelemahan dengan mengorbankan miliarder

Liliane Bettencourt yang akhirnya dipecat oleh Nicolas Sarkozy. 26

Dalam kasus ini, Nocilas Sarkozy dijatuhi Hukuman Pidana 3 tahun

Tindak Pidana Korupsi Perdagangan Pengaruh Pasal 433-1, 433-22 dan

433-23 KUHP Prancis Putusan Pengadilan Paris ( Cour d’Appel de Paris,

Tribunal Judiciare de paris) N° parquet : 14056000872 tertanggal 1 Maret

2021. Berkanaan dengan perdagangan pengaruh, menetapkan bahwa

manfaat potensial yang termasuk adalah setiap keputusan dari otoritas

public yang tidak diperoleh dengan cara yang sah dan diperoleh secara

illegal melalui sebuah pengaruh.

b. Penegakan Perdagangan Pengaruh Di Spanyol

Peringkat Spanyol pada tahun 2020 menurut data dari Transparancy

International tentang Indeks Persepsi Korupsi Tahunan, atau CPI (English,

Corruption Perception atau CPI), Sapnyol yang juga mempertahankan

26
Lihat, Putusan Pengadilan Paris (Cour d’Appel de Paris, Tribunal Judiciare de paris) N° parquet :
14056000872 tanggal 1 Maret 2021

16
peringkatnya seperti tahun 2019 yakni 6227 dari 180 negara dan wilayah

yang disurvei oleh LSM Transparancy International hal ini mebuktikan

bahwa Spanyol masuk ke dalam katagori Negara tingkat persepsi korupsi

yang rendah, satu tingkat lebih baik dari Prancis.perdagangan pengaruh di

spanyol hanya mengatur perdagangan pengaruh pasif yang dibagi menjadi

dua katagori utama yaitu Pasal 428 dan Pasal 429 KUHPidana Spanyol.

Kemudian ditambahkan Pasal 430 berkaitan dengan situasi dimana manfaat

yang diminta atau diterima oleh pejabat public atau perorangan dalam

rangka untuk memperluas atau mempertahankan pengaruhnya.

Perdagangan pengaruh di Spanyol diatur dalam Pasal 428 dan 439

Codigo Penal. Semua masuk dalam Titulo XIX (Delitos Contra La

Administractión Pública), Captítulo VI (Del Tráfico de Influencias).

(terjemahan, Judul XIX (Kejahatan Terhadap Administrasi Publik), Bab VI

(Perdagangan Pengaruh).

Perdagangan pengaruh di Spanyol hanya mengatur perdagangan

pengaruh pasif saja dan dibagi menjadi tiga yaitu ketika otoritas atau

pejabat publik mempengaruhi otoritas atau pejabat publik lainnya, ketika

seseorang mempengaruhi pejabat atau ototitas publik dan ketika subjek

menawarkan untuk memberikan pengaruh. Hal ini dapat dilihat bunyi Pasal

428, 429 dan Pasal 430 Codigo Penal, terjemahan:

Pasal 428
“Pejabat atau otoritas publik yang mempengaruhi pejabat atau otoritas
publik lain yang mengambil keuntungan dari pelaksanaan kekuasaan
posisinya atau situasi lain yang berasal dari hubungan pribadi atau

27
CPI 2020:Analisis Global; CPI https://www-transparency-org.translate.goog/fr/news/cpi-2020-
global Diakses pada Kamis, 9 Desember 2021 Pukul 06.04 WITA

17
hierarkisnya dengan ini atau dengan pejabat atau otoritas lain untuk
mencapai resolusi yang dapat menghasilkan dia Secara langsung atau
tidak langsung, suatu keuntungan ekonomi untuk dirinya sendiri atau
untuk pihak ketiga, akan dikenakan hukuman penjara enam bulan
sampai dua tahun, denda dua kali lipat dari keuntungan yang diperoleh
atau diperoleh dan diskualifikasi khusus untuk pekerjaan atau jabatan
publik dan untuk pelaksanaan hak. hak pilih pasif untuk jangka waktu
lima sampai sembilan tahun. Jika Anda mendapatkan manfaat yang
diinginkan, hukuman ini akan dikenakan di bagian atas.”
Pasal 429
“Orang yang mempengaruhi pejabat atau otoritas publik yang
mengambil keuntungan dari situasi apa pun yang berasal dari
hubungan pribadinya dengan dia atau dengan pejabat atau otoritas
publik lain untuk mencapai resolusi yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menghasilkan keuntungan ekonomi untuk dirinya
sendiri atau pihak ketiga, akan diancam dengan hukuman penjara dari
enam bulan sampai dua tahun, denda dua kali lipat keuntungan yang
dikejar atau diperoleh, dan larangan kontrak dengan sektor publik,
serta hilangnya kemungkinan memperoleh subsidi atau bantuan publik
dan hak untuk menikmati manfaat atau insentif pajak dan Jaminan
Sosial untuk jangka waktu enam sampai sepuluh tahun. Jika Anda
mendapatkan manfaat yang diinginkan, hukuman ini akan dikenakan di
bagian atas.”
Pasal 430
“Barang siapa, menawarkan untuk melakukan perbuatan yang
disebutkan dalam dua pasal sebelumnya, meminta hadiah dari pihak
ketiga, hadiah atau imbalan lainnya, atau menerima tawaran atau
janji, diancam dengan hukuman penjara dari enam bulan sampai satu
tahun. Jika kejahatan dilakukan oleh otoritas atau pejabat publik,
hukuman diskualifikasi khusus untuk jabatan publik atau pekerjaan dan
untuk pelaksanaan hak pilih pasif untuk jangka waktu satu sampai
empat tahun juga akan dikenakan.”

18
Berdasarkan keterangan Pasal dan Gerson Vidal Advocat Valencia

untuk melakukan kejahatan ini, terdapat tiga pasyaratan yang harus

terpenuhi;28

1. Pengaruh yang diberikan pada otoritas atau pejabat publik yang

harus mengeluarkan resolusi, saran, anjuran atau indikasi saja tidak

cukup, tetapi pengaruhnya harus datang dari tekanan yang berasal

dari hubungan khusus antara subjek aktif dan subjek pasif.

2. Prevalensi, dipahami sebagai situasi yang disebabkan oleh pangaruh

yang diberikan, jika pelakunya adalah pejabat publik, pembelaan

dapat berasal dari pelaksanaan kekuasaan jabatan atau dari

hubungan hierarkis, maupun dari hubungan pribadi, baik

persahabatan, kasih sayang, kekerabatan, atau persahabatan.

Kasus terakhir juga beralaku untuk menjajakan pengaruh oleh

individu,

3. Tindakan tersebut harus ditujukan untuk memperoleh penyelesaian

yang menguntungkan secara ekonomi bagi subjektif aktif atau pihak

ketiga. Namun, kejahatan itu dilakukan tanpa perlu adanya

penyelesaian.

Tabel 2.1 Akibat Hukum dari Perdagangan Pengaruh di Spanyol


Pasal 428 Pasal 429 Pasal 430
Penjara dari 6 bulan Penjara 6 bulan hingga 2 Dalam hal permintaan
sampai 2 tahun tahun Pasal 430, orang yang
Enda sama dengan 2 kali Denda sama dengan 2 kali bersalah akan
keuntungan yang dikejar keuntungan yang dikejar dihukum Penjara 6
atau diperoleh atau diperoleh bulan sampai 1 tahun,
Cacat khusus untuk Larangan kontrak dengan tapi jika kejahatan
pekerjaan atau jabatan sektor publik selama 6 dilakukan oleh otoritas

28
https://www-conceptosjuridicos-com.translate.goog/trafico-de-influencias/ diakses pada Rabu, 22
Desember 2021 Pukul 11.31 WITA.

19
publi dari 5 hingga 9 sampai 10 tahun dan pejabat publik,
tahun hukuman diskualifikasi
Diskualifikasi khusus Hilangnya kemingkunan khusus untuk jabatan
untuk pelaksanaan hak memperoleh subsidi atau public
pilih pasif dari 5 sampai
bantuan publik selama 6
9 tahun sampai 10 tahun
Hilangnya hak menikmati
tunjangan atau insentif
pajak dan jamsostek
selama 6 sampai 10 tahun
Sumber : Bahan Hukum Primer, Judul XIX Bab VI Codigo Penal

Menariknya di Spanyol Badan Hukum dapat pertanggungjawaban pidana

karena perdagangan pengaruh, hal ini dapat dilihat pada isi 430 cp bahwa

“Apabila, sesuai dengan ketentuan Pasal 31 bis, suatu badan hukum


bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan yang termasuk dalam Bab ini,
hukuman denda enam bulan sampai dua tahun akan dijatuhkan”

Sesai dengan Pasal 33.7 Codigo Penal. Sanksi yang dapat dikenakan adalah:

2. Pembubaran badan hukum

3. Penghentian kegiatan perusahaan untuk jangka waktu kurang dari 5

tahun

4. Penutupan tempat badan hukum unuk jangka waktu kurang dari 5 tahun

5. Larangan kegiatan di masa depan yang pelaksanaannya akan disukai oleh

kajahatan

6. Diskualifikasi dari memperoleh subsidi dan bantuan publik, untuk kontrak

dengan sektor publik dan untuk menikmati manfaat dan insentif pajak

atau jaminan sosial, untuk jangka waktu kurang dari 15 tahun

7. Intervensi peradilan untuk melindungi hak-hak pekerja atau kreditur,

untuk jangka waktu kurang dari 5 tahun

Pertanggungjawaban pidana korupsi perdagangan pengaruh di

Spanyol tidak hanya dikenakan kepada pejabat publik dan orang-perorangan,

20
tetapi juga badan hukum. Hal ini mebuktikan konsistensi Spanyol setelah

menandatangani UNCAC, 2003 dan meratifikasi dalam KUHP Spanyol yaitu

Codigo Penal untuk mencegah dan memberantas korupsi yang mana sistem

dan polanya yang semakin rumit.

Tabel 2.2 Kesimpulan perbandingan Perancis dan Spanyol

Prancis Spanyol
1. Menjerat perdagangan 1. Hanya menjerat perdagangan
pengaruh baik secara aktif pengaruh secara pasif
maupun secara pasif 2. Perdagangan pengaruh pasif
2. Menjerat pejabat public dan dapat menjerat pejabat public
pihak swasta dan pihak swasta

B. Korelasi Korupsi dan Perdagangan Pengaruh

Sebelumnya penulisa akan menjabarkan beberapa pengertian

perdagangan pengaruh menurut beberapa ahli dan lembaga yang telah

mencoba merumuskan definisi Perdagangan Pengaruh serta telah diartikan

secara bebas ke dalam bahasa Indonesia, antara lain:

1. UNCAC (United Nations Convensions Against Corruption):29

The promise, offering or giving to a public official or any other person,

directly or indirectly, of an undue advantage in order that the public official

or the person abuse his or her real or supposed influence with a view to

obtaining from an administration or public authority of the State Party an

undue advantage for the original instigator of the act or for any other

person; and,

The solicitation or acceptance by a public official or any other person,

directly or indirectly, of an undue advantage for himself or herself or for


29
Lihat Pasal 18 huruf a dan b Persatuan Bangsa-Bangsa, United Nations Convention Against
Corruption 2003 (UNCAC),

21
another person in order that the public official or the person abuse his or

her real or supposed influence with a view to obtaining from an

administration or public authority of the State Party an undue influence .

Janji, penawaran atau pemberian kepada pejabat publik atau orang lain

“siapa pun, secara langsung atau tidak langsung, agar pejabat publik atau

orang tersebut menyalahgunakan pengaruhnya yang nyata atau yang

dianggap ada dengan maksud memperoleh dari pejabat publik suatu

manfaat yang tidak semestinya untuk kepentingan penghasut yang

sebenarnya dari tindakan tersebut atau untuk orang lain siapa pun. Dan,

Permintaan atau penerimaan oleh pejabat publik atau orang lain siapa pun,

secara langsung atau tidak langsung, untuk dirinya sendiri atau untuk

orang lain agar pejabat publik atau orang lain tersebut menyalahgunakan

pengaruhnya yang nyata atau dianggap ada dengan maksud memperoleh

dari pejabat publik, suatu manfaat yang tidak semestinya.”

2. AALEP (Association of Accredited Public Policy Advocates to the European

Union)30

The situation where a person misuses his/her influence over the decision-

making process for a third party (person, institution or government) in

return for his loyalty, money or any other material or immaterial undue

advantage.

“Situasi dimana seseorang menyalahgunakan pengaruhnya atas proses

pengambilan keputusan untuk pihak ketiga (orang, lembaga atau

30
AALEP, OP.Cit.

22
pemerintah) dengan imbalan kesetiaan, uang, atau keuntungan material

atau immaterial lainnya yang tidak semestinya.”

3. United State Institutes of Peace31

Someone who promises, offers, or gives to a public official, a foreign

public official, an official of public international organization, or any other

person direcrly or indirectly, an undue advantages in order that the public

official, foreign public official of a public international organization, or the

person abuse his or her real or supposed influence and with a view to

obtaining from an administration or public authority an undue advantage

for the original instigator of the act or for any other person,Or; Someone

who is piblic official, a foregin public official, an official of a public

international organization, or any other person, solicits or accepts an

undue advantage, directly or indirectly, for himself or herself or another

person or entity, in order that public official foreign public official, official

of a public international organization, or the person abuse his or her real

or supposed influence with a view to obtaining from an administration or

public authority an undue advantage.

“Seseorang yang menjanjikan, menawarkan, atau memberikan kepada

pejabat publik, pejabat publik asing, pejabat organisasi publik

internasional, atau orang lain secara langsung atau tidak langsung,

keuntungan yang tidak semestinya agar pejabat publik, pejabat publik

asing dari suatu publik internasional organisasi, atau orang yang

menyalahgunakan pengaruhnya yang nyata atau yang diduga dan dengan

31
United States Institute of Peace (USIP), http://www.usip.org/apachesoir_search/trading%20in
%20influence di akses pada tanggal 18 Aril 2022 pukul 07.00 WITA

23
maksud untuk memperoleh dari suatu administrasi atau otoritas publik

suatu keuntungan yang tidak semestinya bagi penghasut asli dari

tindakan tersebut atau untuk orang lain mana pun,Atau; Seseorang yang

pejabat publik, pejabat publik asing, pejabat organisasi internasional

publik, atau orang lain, meminta atau menerima keuntungan yang tidak

semestinya, secara langsung atau tidak langsung, untuk dirinya sendiri

atau orang atau badan lain, agar pejabat publik tersebut pejabat publik

asing, pejabat organisasi internasional publik, atau orang yang

menyalahgunakan pengaruhnya yang nyata atau yang diduga untuk

memperoleh keuntungan yang tidak semestinya dari suatu administrasi

atau otoritas publik.”

4. Michael Johnston32

Influence market corruption revoles around the use of wealth to seek

influence within strong political and administrative institutions-often, with

politicians putting their own acces out for rent.

“Pengaruh korupsi pasar berkisar pada penggunaan kekayaan untuk

mencari pengaruh di dalam institusi politik dan administrasi yang kuat

seringkali, dengan politisi yang menyewakan akses mereka sendiri.”

5. Oxford Dictionary33

Influence pedding is the use of position or political influence on

someone’s behalf in exchange for money or favour.

32
Michael Johnston, Syndrome of Corruption” Wealth, Power, and Democracy” , London :
Cambridge University Press, 2005, hal 60
33
Oxford Dictionaries, http://www.oxforddictionaries.com diakses pada tanggal 18 April 2022
pukul 07:06 WITA.

24
“Menjajakan Pengaruh adalah penggunaan politik atas nama seseorang

dengan imbalan uang atau favorit.”

6. Menurut Artidjo Alkostar Hakim Agung sekaligus Tim Peneliti Indonesia

Corruption Watch.

Perangan pengaruh dalah suatu tekanan yang mempengari sikap orang

untuk menentukan pendapatnya sehingga dengan demikian lebih berift

tekanan, dimana tekanan dapat berupa:

(1) tekanan politik, dan

(2) tekanan ekonomi.

Dalam arti kata menjanji, apa pun bentuknya yang berupa

menguntungkan bagi orang yang mau dan dapat dipengaruhi.

Sedangksan korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah

Pasal Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa tindak pidana

korupsi menyelahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana untuk

memperkata diri sendiri, orang lain atau korporasai yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara.

Karakteristik yang ada pada korupsi menurut Shed Husein Alatas yaitu: 34

1) Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. Hali ini tidak sama

dengan kasus tindak pidana lain seperti kasus pencurian atau penipuan

2) Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali korupsi itu

telah merajalela dan begitu dalam sehingga individu yang berkuasa dan

yang berada di dalam lingkungannya tidak tergoda untuk


34
https://klc.kemkeu.go.id/7-kelompok-jenis-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-undang-undang-
no-31-tahun-1999-jo-undang-undang-no-20-tahun-2001 diakses pada Senin, 28 Februari 2022
pukul 22:24 WITA

25
menyembunyikan perbuatannya. Namun walaupun demikian motif

korupsi tetap dijaga kerahasiaannya.

3) Korupsi melibatkan element kewajiban dan keuntungan timbal balik.

Kewajiban dan keuntungan itu tidak selalu berupa uang.

4) Mereka yang memperaktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha

untuk menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik

pembenaran hukum.

5) Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan

oleh badan publik atau umum (masyarakat).

korupsi secara etimologis menurut Prof. Andi Hamzah berasal dari

bahasa latin crruption atau corruptus pada hakikatnya berarti perbuatan

curang,35 dan menurut Black”s Law Dictionary adalah perbuatan yang dilakukan

dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan

hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya

untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain. 36

Bagan 2.2 Korelasi Antara Korupsi dan Perdagangan Pengaruh

Sumber : Bahan hukum primer diolah 2022

35
Andi Hamzah,1995, Delik-Delik Tersebar di Luar KUHP dengan Komentar, Jakarta : Pradnya
Paramita, hal 135.
36
Balck”s Lawa Dictionary dalam Rohim,1994, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Bandung:
Citra Aditya Bakti, hal 32.

26
Sehingga korelasi yang terdapat antara perdagangan pengaruh dan

tindak pidana korupsi erat kaitannya dengan kekuasaan yang ada dalam tindak

pidana korupsi, yaitu:

1. Perdagangan pengaruh ini mencakup dari pemegang kebijakan dan

karena kekuasaannya bisa melakukan tindak pidana korupsi,

2. Tidak hanya oleh pemegang kekuasaan tetapi pihak swasta atau

perorangan diluar perorangan juga bisa melakukan perdagangan

pengaruh karena kedekatannya atau pengaruh yang lainnya.

3. Hubungan antara sifat perdagangan pengaruh dan tindak pidana korupsi

saling independensi. Artinya hubungan ini menimbulkan ketergantungan

anatara sifat dari korupsi yang menjelma pada sifat perdagangan

pengaruh.

4. Perdagangan pengaruh adalah suatu pemicu yang dapat menyebakan

adanya tindak pidana korupsi sehingga titik utama dari perdagangan

pengaruh adalah nilai pengaruhnya.

Karena korelasi perdagangan pengaruh dan tindak pidana korupsi ini

sangatlah jelas dan erat merupakan satu kesatuan mengenai kebijakan dan

kekuasaan, sehingga penangan atau penindakan dalam konteks kebijakan

hukum pidana haruslah bersifat komprehensif. Maksud dari komprehensif 37 ini

adalah ketika tindak pidana korupsi merupakan suatu tindak pidana besar maka

hal-hal kecil yang bersifat memicu adanya tindak pidana korupsi perlu

ditangani, sehingga tidak bersifa parsial.

37
Lihat, https://kbbi.web.id/komprehensif diakses Senin, 28 Februari 2022 pukul 23:01 WITA

27
C. Kualifikasi Perdagangan Pengaruh Dalam Hukum Tindak Pidana

Korupsi

Perdagangan pengaruh yang ada dalam Pasal 18 huruf a dan b UNCAC

memang belum diatur di dalam hukum positif Indonesia, 38 sehingga

pengkualifikasian delik perdagangan pengaruh merujuk pada rumusan delik

perdagangan pengaruh sebagaimana diatur dalam Pasal 18 huruf a dan b

UNCAC (United Nations Conventions Againts Corruptions, 2003) atau Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi Tahun 2003:39

Each State Party shall consider adopting such legislative and other measure as
criminal offences, when commited intentionally:
a. The promise, offering or giving to a public official or any other
person, direcly or indirectly, of an undue advantage in order that the
public official or the person abusehis or ger real or supposed
influence with a view to obtaining from and administration or public
authority of the State Party an undue advantage for the original
instigator of yje act or for any other person;
a. The solicitation or acceptance by a public official or any other person,
directly or indirectly, of an undue advantage for gimself or herself or
for another person in order that the public official or the person abuse
him or her real or supposed influence with a view to obtaining from an
administration or public authority of the State Party an undue
advantage.

Negara Pihak dapat mempertimbangkan untuk mengambil tindakan-tindakan


legislatif dan lainnya yang perlu untuk menetapkan sebagai kejahatan, jika
dilakukan dengan sengaja:40

38
Hasil wawancara dan jawaban penelitian Biro Hubungan Masyarakat, KPK (via surel), Pada
tanggal 11 Januari 2021 pukul 16:29 WITA.
39
Lihat, Pasal 18 Huruf a dan b UNCAC (United Nations Convention Againts Corruption, 2003)
40
Hasil wawancara KPK, Jawaban Penelitian KPK terkait Kualifikasi perdagangan pengaruh
( Treading in Influence) dalam hukum tindak pidana korupsi di Indonesia, 11 Januari 2022
Pukul 16.24 WITA.

28
a. Janji, penawaran atau pemberian kepada pejabat publik atau orang
lain siapa pun, secara langsung atau tidak langsung, agar pejabat
publik atau orang tersebut menyalahgunakan pengaruhnya yang nyata
atau yang dianggap ada dengan maksud memperoleh dari pejabat
publik suatu manfaat yang tidak semestinya untuk kepentingan
penghasut yang sebenarnya dari tindakan tersebut atau untuk orang
lain siapa pun.
b. Permintaan atau penerimaan oleh pejabat publik atau orang lain siapa
pun, secara langsung atau tidak langsung, untuk dirinya sendiri atau
untuk orang lain agar pejabat publik atau orang lain tersebut
menyalahgunakan pengaruhnya yang nyata atau dianggap ada dengan
maksud memperoleh dari pejabat publik, suatu manfaat yang tidak
semestinya.

Sehingga jika dicermati isi ketentuan Pasal 18 huruf a dan huruf b

UNCAC yang bersifat independen yang artinya berdiri sendiri, perbuatan tindak

pidana korupsi yang memiliki unsur-unsur sendiri. Oleh karena itu apabila

unsur-unsur Pasal 18 huruf a dan huruf b UNCAC diuraikan sebagai berikut : 41

41
Hasil penelitian kepada KPK, Jawaban Penelitian KPK (Biro Hubungan Masyarakat) terkait
Kualifikasi perdagangan pengaruh ( Treading in Influence) dalam hukum tindak pidana korupsi
di Indonesia, (Surel) 11 Januari 2022 Pukul 16.29 WITA.

29
Tabel 2.3. Penjelasan unsur pasal perdagangan pengaruh
UNSUR PENJELASAN UNSUR
Unsur “Negara Pihak dapat a) “Setiap Negara pihak dapat mempertimbangkan…” frasa ini menunjukkan bahwa tindakan yang
mempertimbangkan untuk
dikriminalisasi sebagai perbuatan perdagangan pengaruh bersifat non-mandatory offences, menurut
mengambil tindakan-tindakan
legislatif dan lainnya yang Prof. Eddy42 non-mandatory offences merupakan pernuatan-perbuatan yang dikriminalkan tetapi
perlu untuk menetapkan
Negara peratifikasi (state party) boleh tidak memasukan perbuatan tersebut sebagai tindak pidana
sebagai kejahatan, jika
dilakukan dengan sengaja:” korupsi. Namun, hal tersebut tidak terlepas dari susana kebatinan negara peserta yang ikut dalam
konvensi tersebut.
b) Ketika suatu rumusan kejahatan dalam UNCAC dikatagorikan sebagai non-mandatory offences bukan
suatu kewajiban, menandakan bahwa tidak ada kesepatakan diantara negara-negara peserta untuk
menyatakan perbuatan tersebut sebagai korupsi.
1. Pada Pasal 18 huruf a Terdapat frasa “Janji, penawaran atau pemberian kepada pejabat publik atau orang lain siapa pun…”
Menunjukkan pasal ini merupakan bentuk perdagangan pengaruh aktif (active trading in influence).
Orang yang secara aktif memperdagangkan pengaruh.
Pada Pasal 18 huruf b Terdapat frasa ”Permintaan atau penerimaan oleh pejabat publik atau orang lain siapa pun…” Pada
frasa tersebut yang menjadikan pasal ini sebagai bentuk perdagangan pengaruh pasif, yang
mendiskripsikan tindakan penerima tawaran untuk memperdagangkan pengaruh.

42
Web-Seminar Komunitas Peradilan Semu Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Komitmen Indonesia Terhadap Penerapam United Nations Convention
Against Corruption (uncac) Tahun 2003
1
1. Unsur pejebat publik atau a) Unsur pertama ini mencangkup dua pihak, yakni baik pejebata publik atau setiap orang
setiap orang
b) Setiap orang maksudnya mencangkup korporasi berdasarkan Pasal1 ayat (3) UU PTPK. Korporasi
tersebut meliputi baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
c) Definisi pejabat publik dapat mengacu kepada Pasal 1 angka 8 Undang-undang Keterbukaan
Informasi Publik, yakni orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki posisi atau jabatan
tertentu pada badan politik.
5. Unsur memberikan atau a) Memberikan atau menerima penawaran janji tersebut dapat dilakukan baik oleh pelaku tindak
menerima penawaran janji
pidana korupsi sendiri maupun pihak ketiga demi kepentingan pelaku tindak pidana. 43
atau penawaran apa pun
kepada pejabar publik atau b) Unsur kedua ini ditujukan kepada pejabat publik atau orang secara langsung maupun tidak
orang lain
langsung. Unsur ini untuk memperluas penyertaan dalam tindak pidana korupsi.
c) Unsur ini menunjukan bahwa perdangan pengaruh aktif atau pasif dapat dijerat secara hukum
(perdagangan pengaruh yang diadopsi oleh Prancis).
d) Dalam Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 22 Juni 1956 Nomor 145K/Kr/1995 tidak
mensyaratkan bahwa pemberian itu harus diterima.
Unsur menyalahgunakan a) Definisi pengaruh adalah segala sesuatu yang bertujuan untuk menggerakan orang lain agar
pengaruhnya yang nyata atau
berbuat atau tidak berbuat sesuatu untuk memperoleh keuntungan yang tidak semestinya. 44
dianggap ada
b) Pengaruh sebagai sebuah unsur dapat berupa pengaruh yang nyata maupun yang dianggap ada.
c) Pembuktian pengaruh dapat dilihat dari hubungan darah, keluarga, keorganisasian, kepartain dan
lain-lain.
d) Membuktikan unsur pengaruh memang cenderung lebih sulit jika dibandingkan penyelahgunaan
jabatan dan kekuasaan yang dapat dilihat dari pengaturan perundang-undangan, susunan, tugas,

43
R. Wiyono, Pembahasan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika Edisi Kedua, 2009, hlm. 59.
44
Web-Seminar Komunitas Peradilan Semu Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Komitmen Indonesia Terhadap Penerapam United Nations Convention Against
Corruption (uncac) Tahun 2003
2
deskripsi kerja (job desk), dan lain-lain.
e) Adanya frasa “pengaruh yang dianggap ada” tidak harus membuktikan pengaruh nyata pelaku,
tetapi cukup berdasarkan pada suatu anggapan masuk dalam katagori penyalahgunaan pengaruh.
6. Unsur “…manfaat atau a) Keuntungan yang tidak semestinya/undue advantage merupkan salah satu unsur utama dalam pasal
keuntungan yang tidak
perdagangan pengaruh. Karena tujuan dari perdagangan pengaruh itu sendiri pada umumnya
semestinya”
karena keuntungan materi.
b) Bentuk dari manfaat atau keuntungan yang tidak semestinya tersebut sesuatu yang nyata atau
berharga seperti uang, benda berharga yang memiliki nilai, posisi politik, promosi jabatan, dan
sebagainya. Disamping itu, dapat juga tak terwujud fisik, seperti informasi atau kenikmataan
seksual.
Unsur dengan maksud Hal ini dilakukan baik secara sengaja maupun karena kelapaan.
Unsur memperoleh sesuatu a) Unsur memperoleh sesuatu dari otoritas dapat berupa kebijakan atau keputusan tertentu yang
dari otoritas adaministrasi atau
menguntungkan atau sesuai dengan keinganan klien.
pejabat publik
b) Salah satu tujuan dari perdagangan pengaruh adalah memperoleh keuntngan materil, sehingga
dengan uang/benda yang diterima dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti.
5. Pada Pasal 18 huruf a dan b Apabila dikaitkan dengan konsep perdagangan pengaruh merupakan bentuk kesalahannya adalah
tersebut terdapat frasa “…
kesengajaan yang berarti menghendaki adanya pengetahuan dan kehendak dari suatu tindakan. Pada
secara langsung maupun tidak
langsung…” dan “…agar dasarnya kesengahaan dengan maksud tidak mudah untuk dibuktikan akan tetapi diimbangi dengan
pejabat publik atau orang
wujud penyelahgunaan pengaruh yang sangat mudah dibuktikan. Hal ini tersirat dalam kata-kata
tersebut menyalahgunakan
pengaruhnya yang nyata atau “..yang nyata atau dianggap ada…” Artinya, untuk membuktikan adanya penyalahgunaan pengaruh,
yang dianggap ada …”
tidak mesti ada penyalahgunaan pengaruh secara nyata, tetapi cukup berdasarkan pada suatu
anggapan perbuatan tersebut masuk dalam katagori penyalahgunaan pengaruh.
7.6. Addresat45 Dari pasal ini yang dapat dipidana tidak hanya pejabat publik saja, namun juga mengikat pada setiap

3
orang baik yang mempunyai hubungan dengan pejabat publik maupun tidak. Hal ini berdasarkan frasa
“…oleh pejabat publik atau orang lain siapa pun…” rumusan ini menunjukkan adanya perluasan Addresat
pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku yang memperdagangkan pengaruh. Pasal 18 UNCAC
bertujuan untuk mencakup semua kemungkinan kategori pejabat publik. Maka, yang dapat dipidana
bukan hanya para pejabat publik yang memiliki kewenangan, namun, orang lain siapapun yang berbuat
tindak pidana korupsi perdagangan pengaruh.

45
Hasil penelitian kepada KPK, Jawaban Penelitian KPK (Biro Hubungan Masyarakat) terkait Kualifikasi perdagangan pengaruh ( Treading in Influence) dalam
hukum tindak pidana korupsi di Indonesia, (Surel) 11 Januari 2022 Pukul 16.29 WITA.
4
Sumber: Hasil Jawaban Penelitian oleh Biro Hubungan Masyarakat, KPK

(Surel) 11 Januari 2021 Pukul 16.29 WITAPerbuatan perdagangan pengaruh

dalam Pasal 18 huruf a dan b dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana

korupsi. Terkait perumusan delik, menurut Meljatno yang dikatakan delik formil

apabila yang disebut atau yang menjadi pokok dalam formulering adalah

perbuatannya maka, itulah yang dianggap pokok untuk dilarang akibatnya dari

perbuatan itu tidak dianggap penting untuk masuk perumusan. 46 Sedangkan delik

materiil yang disebut atau yang menjadi pokok dalam formulering adalah

akibatnya, oleh karena akibatnya itulah yang dianggap pokok untuk dilarang.47

Berdasarkan rumusan delik perdagangan pengaruh dalam UNCAC,

terdapat trilateral relationship, sebagai berikut:48

Bagan 2.3. Perdagangan pengaruh dalam bentuk trilateral relationship

Sumber : Jawaban Penelitian Biro Hubungan Masyarakat, KPK (Surel)

Dalam relationship tersebut, dapat digaris bawahi bahwa yang dapat dipidana

menurut tipologi delik perdagangan pengaruh hanya: 49

46
Moeljatno, Asas-asa Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta 2008, hal 75
47
Ibid, hal 76
48
Hasil wawancara KPK, Jawaban Penelitian KPK terkait Kualifikasi perdagangan pengaruh
( Treading in Influence) dalam hukum tindak pidana korupsi di Indonesia, 11 Januari 2022
Pukul 16.24 WITA.
49
Taufik Rachman, Trading in Influence, presentasi dalam Expert Meeting RUU Tipikor, Bali, 9-10
April 2019, hlm. 4-6

1
1. The instigator (pemberi undue advantage kepada the influence

paddler) dan the influence paddler (penerima undue advantage

dari the instigator) sajalah yang dapat dipidana, sementara

2. The decision maker tidak bisa dikenakan delik perdagangan

pengaruh.

Hal tersebut berdasarkan pernyataan Taufik Rachman 50 yang

menyatakan dalam perdagangan pengaruh, the decision maker harus

dipandang sebagai alat. Jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh the decision

maker, maka the decision maker dapat dikenakan delik lain. keadaan ini terjadi

karena yang menjadi fokus dari delik perdagangan pengaruh adalah

penyelahgunaan pengaruh yang dimliki atau dianggap dimiliki oleh the

influence peddler. Sebagai berikut mejelaskan karakteristik perdagangan

pengaruh:51

1. Penerimaan undue advantage (the influence paddler) bukanlah pejabat

publik pengambil keputusabn (decision maker).

2. Penerima undue advantage (the influence paddler) bukanlah orang yang

diharapkan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu

yang melanggar kewajiban/tugas jabatannya.

3. Orang yang mengambil keputusan mungkin tidak menyadari adanya

perdagangan pengaruh.

4. Target pengaturan perdagangan pengaruh bukanah the decision maker,

melainkan orang-orang disekitar pemegang keputusan (decision maker)

50
IbId.,
51
Explanatory Report to the Criminal Law Convention on Corruption, Council of Europe,
sebagaimana dikutip dalam Komisi Pemberantasan Korupsi, Loc. Cit.

2
yang mencoba mengambil keuntungan dengan menyalahgunakan

pengaruhnya kepada the decision maker.

Menurut ICW (International Corruption Watch) setidaknya terdapat pola atau

tipologi dalam perdagangan pengaruh: 52

1. Pola Vertikal

Perdagangan penaruh dengan pola vertikal atau keatas dapat digambarkan

sebagai berikut:

Bagan 2.4. Bentuk Perdagangan Pengaruh Pola Vertikal

Sumber: Bahan hukum premier yang dioleh tahun 2022

Model perdagangan pengaruh dengan pola vertikal banyak

terjadi karena transaksi politik atau lembaga tertentu dengan orang

yang berpengaruh. Dalam model perdagangan pengaruh merupakan

pihak yang memiliki kekuasaan/kewenangan.

Pengaruh yang dimilikinya digunakan untuk memberikan

insentif kepada perorangan atau kelompok tertentu

2. Pola Vertikal dengan Broker

Bagan 2.5. Bentuk Perdagangan Pengaruh Pola Vertikal dengan Broker

52
ICW (International Corruption Watch), http://antikorupsi.org/id/article/indonesia-harus-atur-
norma-norma-uncac-jerat-koruptor-canggih, diakses pada 20 April 2022 pukul 18:29 WITA.

3
Sumber: Bahan hukum premier yang dioleh tahun 2022

Model perdagangan pengaruh vertikal dengan broker lazim terjadi

pada lingkungan kekuasaan dan jabatan publik. Mereka yang dekat dengan

kekuasaan salah satunya adalah keluarga.

Dalam model ini, broker menjadi individu atau kelompok yang

memanfaatkan pengaruh si pejabat publik. Model ini lazim terjadi dalam

proek-proyek pengadaan danpenampatan seseorang menjadi penyelenggara

negara.

3. Pola Horizontal

Bagan 2.6. Bentuk Perdagangan Pengaruh Pola Horizontal

Sumber: Bahan hukum premier yang dioleh tahun 2022

Dalam model perdagangan pengaruh horizontal, klien atau pihak

berkepentingan bersama calo merupakan dua pihak aktif, sementara otoritas

pejabat publik merupakan pihak yang dipengaruhi.

Klien menyerahkan uang kepada pihak berpengaruh yang bukan

penyelenggara negara. Jika klien langsung menyerahkan uang kepada

otoritas pejabat publik, maka dapat langsung direjat dengan pasal suap.

Model kedua horizontal banyak terjadi di lingkup partai politik

yang memiliki jaringan kepada kekuasaan eksekutif. Orang-orang yang

berada di struktur pemerintah dalam mengambil kebijakan sering dipengauhi

oleh faktor eksternal terutama yang berasal dari partai politiknya sendiri.

4
Menurut Artidjo Alkostar, orang yang mempengaruhi itu bisa

mempunyai kekuasaan politik dan kekuasaaan ekonomi dan bisa juga yang

dipengaruhi memperoleh keuntungan ataupun keduanya baik yang

mempengaruhi maupun yang dipengaruhi karena transaksi itu proses jual

beli. Misalkan DPR untuk membuat undang-undang yang ideologinya

kapitalis ini juga merupakan tindakan transaksional. 53 Yang dapat

digolongkan sebagai orang yang memiliki pengaruh adalah: 54

a. Pejabat publik sebagaimana mengacu kepada Pasal 1 angka

8 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik,

b. Ketua Umum Partai Politik dan Strukturnya ke bawah;

c. Orang yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan

pejabat publik;

d. Pengusaha.

Berdasarkan penjelasan diatas, perdagangan pengaruh memang

memiliki karakteristik yang mirip dengan suap. Namun, terdapat perbedaan

yang nyata natara delik suap dan perdagangan pengaruh, sebagai berikut: 55

53
Hasil wawancara dengan Biro Hubungan Masyarakat, KPK (surel) pada tanggal 11 Januari 2021
pukul 16:29 WITA.
54
Ibid.,
55
Ibis.,

5
Tabel 2.4. Perbedaan Suap dan Perdagangan Pengaruh
Suap (UU Tipikor) Perdagangan Pengaruh (UNCAC)
Pengaturan Pasal 5 Ayat (1) dan (2), Pasal 11, Pasal 12 Pasal 18 (a) dan (b) UNCAC dan belum diatur dalam hukum positif di
(a) dan (b), UU No. 31 Tahun 1999 jo UU Indonesia.
No. 21 Tahun 2001 tentang PTPK. Tidak dipidana
Dipidana
Pihak yang Bilateral Relationhip Trilateral relationship
terlibat - Penerima suapharus penyelenggara - Dua pelaku dari sisi pengambil kebijakan termasuk orangyang menjual
negara karena terdapat unsur pengaruhnya (tidak mesti harus pejabat publik atau penyelenggara
menyalahgunakan kekuasaan atau negara)
kewenangan dalam jabatannya. - Pemberi sesuatu yang menginginkan keuntungan dari pejabat publik
- Khusus untuk pemberi suap dapat atau penyelenggara negara.
berasal dari penyelenggara negara
maupun pihak swasta.

Subjek Setiap orang Setiap orang


pemberi
Subjek Pegawai negeri atau penyelenggara negara Pejabat publik atau setiap orang
penerima
Bentuk Salah satu unsur utama dalam suap adalah Tindakan pelaku tidak memiliki pertentangan secara langsung dengan
perbuatan perbuatan pelaku yang bertentangan dengan kewajiban atau kewenangannya.
kewajiban atau kewenangannya atau
menurut pikiran pemberi tindakannya ada
hubungannya dengan jabatan si penerima.

1
Karakteristik Pemberian hadiah atau janji diberikan kepada Janji, penawaran, atau pemberian diberikan kepada pejabat publik atau
penting pegawai negeri/penyelenggara negara agar seseorang untuk menyalahgunakan pengaruhnya, dengan maksud untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan mendapat keuntungan yang tidak semestinya dari decision maker
sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya
Sumber: Hasil Jawaban Penelitian oleh Biro Hubungan Masyarakat, KPK (Surel) 11 Januari 2021 Pukul 16.29 WITA

2
Perdagangan pengaruh hingga saat ini hukum positif di Indonesia belum

diakomodasi, yang kondisi ini membuat vonis hakim terhadap para pejabat

negara yang diduga melakukan tindak pidana korupsi melalui modus

perdagangan pengaruh menjadi tidak sesuai alias lemah.

Pengkualifikasian perdagangan pengaruh dalam Pasal 18 huruf a dan b

UNCAC segera diatur dan sejalan dengan asas legalitias yang terkandung pada

Pasal 1 ayat (1) KUHP “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali

berdasarkan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada.”56

D. Urgensi Pengatuan Perdagangan Pengaruh di Indonesia

Berdasarkan berbagai uraian di atas, Penulis berpendapat bahwa

perdagangan pengaruh yanag diatur dalam UNCAC dan telah diratifikasi

dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006, dapat serta merta

diimplementasikan sebagai instrumen pemberantasan korupsi. Adanya

UNCAC, membuktikan bahwa korupsi adalah kejahatan internasional. berikut

alasan penulis mengapa perdagangan pengaruh sebagai modus operandi

tindak pidana korupsi menjadi sesuatu yang urgent, yaitu:

1. perdagangan pengaruh adalah korupsi yang dibarengi dengan suap

sehingga selama ini digunakan pasal suap atau ketentuan pasal 55

ayat 1 ke-1 KUHP (turut serta melakukan/ mendepleger) yang

dikaitkan dengan pasal suap apabila terdapat penyertaan. Apabila

tidak terdapat suap, perdagangan pengaruh tidak dianggap sebagai

tindak pidana korupsi sehingga pelakunya menjadi tidak dapat

dipidana karena terjadi kekosongan hukum. Pada hakikatnya

56
Lihat, Pasal 1 ayat(1) KUHP

1
perdagangan pengaruh merupakan delictum sui generis (tindak pidana

yang berdiri sendiri), sehingga perdagangan pengaruh tetap dapat

terjadi dengan atau tanpa suap.

2. Adanya pemahaman tentang objek hukum yang tidak terkait pengaruh

yang diperdagangkan untuk pejabat publik yang memegang fungsi

administrastif maupun kekuasaan publik.57

Kepentingan hukum yang dilindungi oleh pangaturan perdagangan

pengaruh adalah pejabat publik yang menjalankan fungsi administratif

maupun menjalankan kekuasaan publiknya agar tidak diintervensi oleh

pengaruh yang tidak baik.58 Lebih lanjut, Taufik Rahman menyatakan

bahwa tujuan terpenting dari pengaturan perdagangan pengaruh

adalah melindungi pemegang kebijakan sehingga pemegang kebijakan

dapat menjalankan tugasnya dengan baik, tenang, profesional,

berintegritas, dan benar sesuai dengan standar operasionalnya. 59

3. Ratifikasi yang dilakukan terhadap UNCAC berlaku sebagai self

executing treaty artinya dapat serta merta diberlakukan sebagai

hukum positif.

Jika Indonesia mengatur perdagangan pengaruh dalam hukum

nasional, maka dapat dikatakan indonesia telah melakukan kerjasama

pemberantasan korupsi secara global, serta membuktikan komitmen

dan pengharmonisasian peraturan peraturan tentang tindak pidana

korupsi dengan negara-negara lain yang sudah menerapkan


57
Komisi Pemberantasan Korupsi, Menggagas Perubahan UU Tipikor: Kajian Akademik dan Draf
Usulan Perubahan, (Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2019), hlm. 98-99.
58
Ibid.,
59
Taufik Rachman, Trading in Influence, presentasi dalam Expert Meeting RUU Tipikor, Bali, 9-10
April 2019, hlm. 4-6.

2
perdagangan pengaruh untuk mencegah berbagai tindak pidana

korupsi atau perbuatan koruptif yang mungkin terjadi lintas negara.

4. Katagori non-mandatory offences untuk perdagangan pengaruh

bukanlah merupakan alasan untuk tidak mengatur dalam hukum

positif Indonesia.

Melihat contoh kasus yang telah terjadi kondisi ini membuat vonis

hakim menjadi tidak sesuai alias lemah. Bahkan dengan dalih menyerap

aspirasi padahal sudah jelas telah melakukan perbuatan korupsi.

Perkembangan modus dan aktor yang terjadi belakangan ini menunjukkan

bahwa aktor intelektual dari kejahatan korupsi seringkali muncul dari kekuatan

politik yang bukan seorang penyelenggara negara dengan cara

memperdagangkan pengaruh yang dimilikinya. Oleh karena itu, delik ini sudah

saatnya diatur dalam hukum positif Indonesia.

Pengaturan yang paling tepat untuk mengadopsi ketentuan

perdagangan pengaruh tersebut adalah melalui revisi Undang-Undang Tindak

Pidana Korupsi. Untuk menerapkan pasal perdagangan pengaruh dalam hukum

positif di Indoensia.

Maka penulis memberikan usulan penerapan Pasal perdagangan

pengaruh dalam UU PTPK, yaitu Pasal 13 huruf A angka (1) dan (2) Bab II

sebagai berikut:

Diancam karena memperdagangan pengaruh dengan pidana penjara

paling singkat 3 (tiga) tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun dan

denda paling sedikit Rp 100.000.000. (seratus juta rupiah), paling

banyak Rp 750.000.000. (tujuh ratus lima puluh juta rupiah):

3
(1) Setiap orang; Menjanjikan, menawarkan, atau memberikan suatu

keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada

pejabat publik atau seseorang; Agar pejabat publik atau seseorang

tersebut menyalahgunakan pengaruh yang dimilikinya atau dianggap

dimilikinya; Dengan maksud untuk memperoleh suatu keuntungan yang

tidak semestinya dari administrasi pemerintahan atau kekuasaan umum;

Untuk kepentingan dirinya sendiri atau orang lain.

(2) Pejabat publik atau seseorang; Meminta atau menerima, baik secara

langsung maupun tidak langsung, suatu keuntungan yang tidak

semestinya; Untuk dirinya sendiri atau orang lain; Agar pejabat publik

atau seseorang tersebut menyalahgunakan pengaruh yang dimilikinya

atau dianggap dimilikinya; Dengan maksud untuk memperoleh suatu

keuntungan yang tidak semestinya dari administrasi pemerintahan atau

kekuasaan umum.

Berdasarkan konstruksi pasal yang demikian, adapun unsur-unsur

memperdagangkan pengaruh adalah sebagai berikut:

1. Unsur Pasal 13 A Butir 1

a. Unsur Steiap Orang

Adresat setiap orang, menurut Ketentuan umum Pasal 1 ayat (3) UU

PTPK mencakup perorangan atau korporasi. Korporasi tersebut meliputi

baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.

b. Unsur Menjanjikan, menawarkan, atau memberikan suatu

keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung,

kepada pejabat publik atau seseorang

4
Memberikan penawaran janji tersebut dapat dilakukan oleh pelaku tindak

pidana korupsi sendiri maupun pihak ketiga demi kepentingan pelaku

tindak pidana korupsi korupsi.60

c. Unsur Agar pejabat publik atau seseorang tersebut

menyalahgunakan pengaruh yang dimilikinya atau dianggap

dimilikinya

Unsur ini ditunjukan kepada pejabat publik atau orang lain siapapun

secara langsung atau tidak langsung. Unsur ini untuk memperluas

penyertaan dalam tindak pidana korupsi perdagangan pengaruh aktif.

d. Unsur Dengan maksud

Hal ini berarti dilakukan secara sengaja maupun kealpaan.

e. Unsur untuk memperoleh suatu keuntungan yang tidak

semestinya dari administrasi pemerintahan atau kekuasaan

umum; Untuk kepentingan dirinya sendiri atau orang lain

(1) Unsur memperoleh sesuatu dari otoritas dapat berupa kebijakan atau
keputuasaan tertentu yang menguntungkan atau sesuai dengan keinginan
klien.
(2) Salah satu tujuan dari perdagangan pengaruh adalah memperoleh
keuntungan materil, sehingga dengan uang/benda yang diterima dapat
dijadikan sebagai salah satu alat bukti.
(3) Pembuktian dapat lebih mudah dengan melihat kick back atau
penerimaan apa pun yang diperoleh pelaku.
2. Unsur Pasal 13 A Butir 1

a. Unsur Pejabat publik atau seseorang

60
R. Wiyono, 2009, Pembahasan Udang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar
Grafika: Edisi Keuda, hal 59.

5
(1) Adresat setiap orang, menurut Ketentuan umum Pasal 1 ayat (3) UU
PTPK mencakup perorangan atau korporasi. Korporasi tersebut meliputi
baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
(2) Adresat pejabat publik dapat mengacu pada Pasal 1 angka 8 Undang-
Undang Keterbukaan Informasi Publik, yakni:
“orang yang ditunjuk dan diberi tugas unuk menduduki posisi atau
jabatan tertentu pada badan publik.”
Unsur ini dapat mencakup dua pihak, yakni : baik pejabat publik atau
setiap orang.
b. Unsur Meminta atau menerima, baik secara langsung maupun
tidak langsung, suatu keuntungan yang tidak semestinya
Unsur ini ditunjukan kepada pejabat publik atau orang lain siapapun
secara langsung atau tidak langsung. Unsur ini untuk memperluas
penyertaan dalam tindak pidana korupsi perdagangan pengaruh pasif.
c. Unsur Untuk dirinya sendiri atau orang lain agar pejabat publik
atau seseorang tersebut menyalahgunakan pengaruh yang
dimilikinya atau dianggap dimilikinya
(1) adanya frasa “…menyalahgunakan pengaruh yang dimilikinya atau
dianggap dimilikinya” sehingga pembuktiannya dapat dilhat dari
hubungan darah, keluarga, keorganisasian, kepartaian dan lain-lain.
(2) Pengaruh sebagai sebuah unsur dapat berupa pengaruh yang nyata
maupun yang dianggap ada.
Definis pengaruh sendiri adalah segala sesautau yang bertujuan untuk
menggerakkan orang lain agar berbuat atau tidak berbuat sesuatu untuk
memperoleh keuntungan yang tidak semestinya.
d. Unsur Dengan maksud untuk memperoleh suatu keuntungan
yang tidak semestinya dari administrasi pemerintahan atau
kekuasaan umum.
Keuntungan yang tidak semestinya/undue advantage merupakan salah
satu unsur utama dalam pasal perdagangan pengaruh. Karena tujuan dari
perdagangan pengaruh itu sendiri pada umumnya karena keuntungan

6
BAB III
ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERBUATAN

PERDAGANGAN PENGARUH DALAM PUTUSAN PERKARA NOMOR

87/PID.SUS-TPK/2019/PN.JKT.PST

A. Identitas Perkara

1. Nomor Perkara : 87/Pid.Sus.TPK/2019/PN.Jkt.Pst tertanggal 20 Januari

2020

2. Identitas terdakwa

Nama : MUCHMAMMAD ROMAHURMUZIY


Tempat lahir : Sleman
Umur/Tanggal Lahir : 44 tahun/20 September 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan/kewarganegaraan : Indonesia
: Jala Batu Ampar III No. 4, Condet,
Tempat tinggal
Jakarta Timur
Agama : Islam
: Anggota DRP RI Periode 2014-
Pekerjaan 2019 (Mantan Ketua Umum Partai
Persatuan Pembangunan)
Pendidikan : S-2
B. Kasus Posisi

Perkara Putusan No : 87/Pid.Sus.TPK/2019/PN.Jkt.Pst tertanggal 20

Januari 2020 merupakan tindak pidana korupsi atas nama Muchammad

Romahurmuziy alias Romy, mantan anggota DRP RI Komisi XI (Perbankan

dan Keuangan). Berdasarkan putusan, Korupsi yang dilakukan oleh Romy

berbentuk Suap sebagimana pasal yang dijatuhkan terhadapnya, yakni

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

7
Menurut surat dakwaan terpidana yang termasuk dalam anggota

DPR Komisi XI dan juga sekaligus sebagai Ketua Umum Partai Persatuan

Pembangunan (PPP), telah menerima uang sejumlah Rp 250.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) secara bertahap dari Haris Hasanudin dan Rp

50.000.000,00 (lima puluh jutarupiah) dari M. Muafaq Wirahardi. Uang

tersebut diberikan sebagai imbalan agar Romy selaku Ketua Umum PPP

dapat meminta Menteri Agama RI dan Sekretaris Jendral Agama RI yang

merupakan kader di partai PPP untuk meloloskan dan melantik Haris

Hasanudin yang pernah dikenakan sanksi disiplin berupa tidak boleh naik

jabatan selama 1 (satu) tahun, sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementrian

Agama Provinsi Jawa Timur dan M. Muafaq Wirahardi sebagai Kepala

Kantor Wilayah Agama Kabupaten Gresik.

Adapun dalam melaksanakan perbuatannya, Romy tidak

melaksanakan perbuatannya secara langsung untuk mengisi jabatan di

Kementrian Agama melainkan mempengaruhi dan mengintervensi Menteri

Agama RI dan Sekretaris Jendral RI. Kasus ini terungkap dalam tangkap

tangan Romy dan Muafaq oleh KPK di Hotel Bumi Surabaya.

C. Fakta Hukum

Berdasarkan putusan yanng telah mempertimbangkan seluruh alat

bukti yang ada di persidangan, maka terungkap fakta bahwa perkara ini

bermula pada :

1) Pada Desember 2018 berdasarkan surat Nomor :

01/PANSEL/12/2018 tertanggal 13 Desember 2018, Kementerian

Agama RI mengumumkan seleksi jabatan pimpinan tinggi di

8
lingkungan Kementerian Agama RI yang salah satunya untuk

jabatan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

2) Tahun 2016 Haris Hasanudin pernah dijatuhi sanksi disiplin pegawai

negeri sipil berupa penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)

tahun.

3) Tanggal 17 Desember 2018 Haris Hasanudin di rumah Romy

membicarakan mengenai rencana Haris Hasanudin menduduki

jabatan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur,

pada pertemuan tersebut Romy bersedia menyampaikan keinginan

Haris Hasanudin tersebut kepada Lukman Hakim Saifuddin. Haris

Hasanudin menyadari terdakwa dapat melakukan intervensi kepada

selaku menteri Agama RI.

4) Tanggal 26 Desember 2018, Haris Hasanudin sudah melakukan

pendaftaran ke Kementerian Agama di Jakarta.

5) Desember 2018 Nota Dinas dari Panitia Pelaksana seleksi Nomor : P-

36513/B.II.2/Kp.00.1/12/2018 tertanggal 27 Desember 2018, Haris

Hasanudin dinyatakan tidak lolos seleksi tahap administrasi.

6) Pada tanggal 06 Januari 2019 Haris Hasanudin bertemu terdakwa di

rumahnya dan memberikan sejumlah uang sebesar Rp.5.000.000,-

(lima juta rupiah) sebagai kompensasi karena lolos tahap

administrasi.

7) Pada tanggal 10 Januari 2019 Haris Hasanudin dinyatakan lolos

tahap administrasi seleksi terbuka Kepala Kanwil Kementerian

Agama Provinsi Jawa Timur.

9
8) Januari 2019 berdasarkan surat Nomor : B-342/KASN/1/2019,

tertanggal 29 Januari 2019, Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)

adanya ketidaksesuaian antara persyaratan umum seleksi terbuka

dengan hasil seleksi administrasi.

9) Pada tanggal 06 Februari 2019 Haris Hasanudin menemui Romy di

rumahnya, dan kembali menyerahkan sejumlah uang kepada

Muchammad Romahurmuziy yakni sejumlah Rp250.000.000,00 ( dua

ratus lima puluh juta rupiah).

10) Pada tanggal 17 Februari 2019 Muchammad Romahurmuziy

menyampaikan kepada Haris Hasanudin, bahwa Menteri Agama

sudah memutuskan untuk mengangkat Haris Hasanudin sebagai

Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur;

11) KASN berdasarkan surat Nomor : B-601/KASN/2/2019, tanggal 27 Februari

2019 menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI

(Ketua Panitia Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi di Kementerian Agama

Tahun 2018/2019) bahwa KASN setuju dengan hasil seleksi, namun untuk

peserta seleksi atas nama Haris Hasanudin, membatalkan kelulusan dan

tidak melantik ASN tersebut di tahap akhir seleksi.

12) Lukman Hakim Saifuddin mengirimkan kepada Mohamad Nur Khlolis

Setiawan melalui Whatsapp untuk menduduki jabatan tersebut dan

Haris Hasanudin dipilih oleh Lukman Hakim Saifuddin untuk

menduduki Jabatan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi

Jawa Timur.

13) Pada tanggal 4 Maret 2019 Lukman Hakim Saifuddin selaku Menteri

Agama RI mengangkat Haris Hasanudin sebagai Kepala Kanwil

10
Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur berdasarkan Keputusan

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : B.II/04118 yang

dilanjutkan dengan pelantikannya pada tanggal 5 Maret 2019.

14) Pada tanggal 4 Oktober 2019, Sayiful Bahri selaku Kepala Kantor

Wilayah Kanwil) Kementrian Agama Jawa Timur melalui suratnya

Nomor: R-4373/Kw.13.1.2/Kp.07..6/10/2018 mengusulkan kepada

Sekretaris Jenderal Kementrian Agama Jawa Timur sebagai calon

Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Gresik, tidak ada

nama Muh. Muafaq Wirahardi dalam usulan sebagai Calon Kanwil

Kemnag Kab. Gresik.

15) Mengetahui dirinya tidak diusulkan, Muh. Muafaq Wihardi menemui Haris

Hasanudin meminta bantuan agar diusulkan sebagai Kepala Kanwil

Kemenag Gresik. Hal serupa juga disampaikan ke Abdul Rochim yang

merupakan sepupu terdakwa.

16) Pada pertengahan Oktober 2018 Muh. Muafaq Wirahardi bertemu

Romy di sebuah Hotel di Surabaya, membahas permintaan bantuan

Muh. Muafaq Wirahardi untuk menjadikan dirinya sebagai Kepala

Kanwil Kemenag Gresik, yang kemudian disanggupi oleh terdakwa.

17) Selanjutnya pada tanggal 26 Oktober 2018 Haris Hasanudin

mengirimkan surat usulan kepada Sekretaris Jenderal Kemnag

Nomor R-4650/Kw.13.1.2/Kp.07.6/10/2018 merevisi usulan

sebelumnya, dengan memasukan nama Muh. Muafaq Wirahardi.

18) Pada 13 Desember 2019 di rumah Romy, ia melakukan pertemuan

dengan Abdul Wahab dan membahas mengenai permintaan Muh.

Muafaq Wirahardi untuk menduduki jabatan Kepala Kanwil

11
Kemenag Gresik. Dihari yang sama Terdakwa meminta kepada

Mohammad Nur Kholis Setiawan untuk menunjuk Muh. Muafaq

Wirahardi sebagai kepala Kanwil Kemenag Gresik.

19) Pada 14 Desember 2018 terdakwa mengirimkan pesan melalui

whatsapp kepada Abdul Wahab bahwa SK pengangkatan Muh.

Muafaq Wirahardi sebagai Kepala Kanwil Kemenag Gresik akan

segera Keluar dalam waktu satu minggu.

20) Pada 31 Desember 2018 Muh. Muafaq diangkat sebagai Kepala

Kanwil Kemenag Gresik berdasarkan SK Nomor: B.II/3/36927 yang

ditanda tangani oleh Mohamad Nur Kholis Setiawan.

21) Tanggal 16 Januari 2019 Haris Hasanudin mengarahkan

Muh.Muafaq Wirahardi agar menemui terdakwa, karena terpilihnya

sebagai Kepala Kanwil Kemenag Gresik adalah atas bantuan dari

terdakwa.

22) Pada tanggal 17 Januari 2019 bertempat di Kedai Puncak Kopi Putri

Cempo Jalan Awikoen Tirta, Kebomas, Gresik, Muh. Muafaq

Wirahardi menemui Abdul Wahab dalam pertemuan membahas

persetujuan terdakwa meminta bantuan suara dan pembiayaan

kampanye kepada Muh. Muafaq Wirahardi dalam pemilihan anggota

DPRD Kab. Gresik.

23) Muafaq Wirahardi menyanggupi dengan cara mengarahkan teman-

temannya di Kementerian Agama Kab. Gresik, mendukung Abdul

Wahab. Januari-Februari 2019 Muh. Muafaq Wirahardi juga memberikan

12
uang secara bertahap dengan julmah Rp. 41.400.000,00 (empat puluh

satu juta epat ratus ribu rupiah) kepada Abdul Wahab.

24) Pada tanggal 15 Maret 2019 Muh. Muafaq Wirahardi bertemu

terdakwa di Hotel Bumi Surabaya dan memberikan uang sejunlah

Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) kepada terdakwa melalui

ajudannya yaitu Amin Nuryadi yang sesaat kemudian ditangkap

oleh KPK.

D. Tuntutan

Dalam Tuntutan Jakas Penuntut Umum, Nomor : 01/TUT-25-

01.06/24/01/2020, tanggal 6 Januari 2020, yang dibacakan di depan

persidangan yang menyatakan Terdakwa bersalah melanggar pasal yang

didakwakan. Tuntutan pidana yang dijatuhkan kepada Muchammad

Romahurmuziy adalah:61

1) Menyatakan Terdakwa Muchammad Romahurmuziy terbukti secara

sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak

pidana korupsi sebagaimana daitur dan diancam pidana dalam Pasal

11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Kourpsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP juncto Pasal 64

ayat (1) KUHP dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang


61
Lihat, Perkara Nomor : 87/Pid.Sus-TPK/2019/PPN.Jkt.PSt, hal 3

13
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 64 ayat (1)

KUHP, sebagaimana dalam Dkawaan Keastu alternatif Kedua dan

Dakwaan Kedua alternatif Kedua;

2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Muchammad

Romahurmuziy berupa pidana penjara selama 4 (empat) tahun

dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dan pidana

denda sebesar Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta

rupiah) subsidair 5 (lima) bulan kurungan;

3) Mejatuhkan pidana tambahan terhadap Terdakwa Muchammad

Romahurmuziy membayar uang pengganti sejumlah Rp 46.400.000

(empat puluh enam juta empat ratus ribu rupiah) selambat-

lambatnya satu bulan setelah putusan pengadilan memperolah

hukum tetap. Jika dalam jangka waktu tersebut Terdakwa tidak

membayar uang pengganti maka harta bendanya disita oleh Jaksa

dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Dalam hal

terpidana tidak mempunyai uang pengganti maka dipidana penjara

selama 1 (satu) tahun;

4) Menjatuhkan hukuman tambahan kepda terdakwa Muchammad

Romahurmuziy pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik

selama 5 (lima) tahun setelah Terdawa Muchammad Romahurmuziy

selasai menjalani pidana pokoknya;

5) Menetapkan lamanya penahanan dikurangkan seluruhnya dari

pidana penjara yang dijatuhkan;

14
6) Menetapkan biaya perkara sebesar Rp 7.500,00 (tujuh ribu lima

ratus rupiah) dibebankan kepada Terdakwa.

E. Putusan Hakim

Dalam Amar Putusan, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

dengan Putusan Nomor 87/Pid.Sus.TPK/2019/PN.Jkt.Pst, memutuskan:

1) Menyatakan terdakwa Muchammad Romahurmuziy tersebut ditas

telah terbukti secara sah dan meyakikan bersalah sebagaimana

dalam Dakwaan Kesatu alternatife Kedua dan Dakwaan Kedua

alternatife Kedua Penuntut Umum;

2) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Muchammad Roma

hurmuziy dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan denda

sebesar Rp. 100.000.0000., (seratus juta rupiah) dengan ketentuan

apabila Terdakwa tidak membayar denda tersebut diganti dengan

keurungan selama 3 (tiga) bulan;

3) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4) Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;

5) Menetapkan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp. 5.000 (lima ribu rupiah);

F. Analisis

Setelah penulis melakukan peninjauan atas putusan Muchammad

Romahurmuziye alias Romy, penulis menemukan tipologi jenis perdagangan

pengaruh pasif pola horizontaldalam kasus Romy. Apabila kita merujuk pada

kasus, maka keududukan Romy adalah pihak berpengaruh (merangkap

15
calo), Haris Hasanudin dan M. Muafaq Wirahardi adalah pihak pemberi, dan

Menteri Agama & Sekjend Menteri Agama RI sebagai otoritas pejabat atau

penyelenggara negara.

Penulis menilai sesungguhnya tidak tepat pertimbangan Hakim yang

menjatuhi Romy Pasal 11 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah dan

ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.62 Dalam anasir pasal tersebut terdapat unsur :

1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara;


2. Yang menerima hadiah atau janji;
3. Padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya.”63
1. Unsur pegawai negeri atau penyelenggara negara

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 92/P

Tahun 2014 tentang Peresmian H. Muchamad Romyharmuziy, S.T.,M.T.

(Terdakwa) sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

masa jabatan 2014-2019, mewakili Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 64

Berdasarkan Keputusan Pimpinan Dewan Republik Indonesia Nomor:

21/PIMP/V.2015-2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Perubahan Susunan

62
Lihat, Tuntutan dalam Putusan Pengadilan Nomor. 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst, hal 34
63
Lihat, Pasal 11 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
64
Lihat, Putusan Pengadilan Perkata Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Jkt.Pn.Pst, Hal 504.

16
Fraksi PPP DPR RI, bahwa dalam kedudukan dan jabatannya dalam

Penyelenggara Negara, terdakwa menerima penghasilan gaji, tunjungan dan

honorariumdari negara melalui APBN65

Berdasarkan fakta di persidangan dalam keterangan saksi Haris

Hasanudin, Abdul Wahab, Abdul Rochim, Amin Nuryadi, Gugus Joko Waskito,

Khofifah Indar Parawansa, dan saksi Nomran Zein Nahdi terdakwa adalah

Anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Maka Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa memenuhi

kualifikasi sebagai “Penyelenggara Negara”

Berdasarakan Pasal 1 angka 2 UU PTPK66

“Pegawai Negeri adalah meliputi:

a. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam ktab Undang-

undang tentang Kepgawaian;

b. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara

atau daerah;

c. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang

menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau

d. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang

mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau

masyarakat.”

Berdasarkan Pasal 2 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

65
Ibid.,
66
Lihat, Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang0undang Nomor 20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

17
“Penyelenggara Negara meliputi:67

1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;

2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;

3. Menteri;

4. Gubernur;

5. Hakim

6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; dan

7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya

dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketntuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Berdasarkan Pasal 1 UU No 43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil

“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang

telah memenuhi syarat yang ditentutan, diangkat oleh pejabat yang

berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi

tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

undang yang berlaku

(1) Pasal 68 UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR

“DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan

sebagai lembaga negara.”

(2) Pasal 1 ayat (3) UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN

“Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga

negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat

67
Lihat, Pasal 2 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

18
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.” 68

Berdasarkan dasar hukum diatas terdakwa adalah Penyelenggara

Negara

2. Unsur yang menerima hadiah atau janji

Berdasarkan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan Romy

menerima sejumlah uang sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta) dari

Haris Hasanudin (agar dapat diloloskan menjadi Kepada Kantor Wilayah

Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur) 69 dan M. Muafaq Wirahardi (mengisi

jabatan Kepala Kantor Wilayah Kemenetrian Agama Kabupaten Gresik) 70

secara bertahap.

Berdasarkan Pasal 11 UU PTPK Yang dimaksud dengan”hadiah” atau

“janji” adalah menerima sesuatu yang berupa benda-benda (berwujud atau

tidak berwujud) yang bernilai ekonomi atau berharga, berguna atau

bermanfaat, atau segala suatu yang menyenangkan bagi penerima.

Maka perbuatan suatu janji atau hadiah berupa benda dinyatakan

selesai jika nyata-nyata benda itu telah diterima oleh yang menerima baik

secara langsung atau melalui orang lain.

Jika dilihat dari pertimbangan hakim dapat disimpulkan bahwa

perbuatan Terdakwa telah menerima sejumlah uang dari Haris Hasanudin

dan M. Muafaq Wirahardi (melalui ajudan Terdakwa) terkait jabatan

Terdakwa selaku Anggota DPR RI sekaligus Ketua Umum PPP untuk

68
Lihat, Pasal 1 ayat (3) UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN
69
Lihat, Putusan Pengadilan Perkata Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Jkt.Pn.Pst, Hal 510.

70
Ibid., Hal 523-524.

19
mengintervensi/memoengaruhi Menteri Agama RI dan Kepala Biro

Kepegawaian Agama RI) sehingga Haris Hasanudin dan M. Muafaq Wirahardi

lolos dan dapat dilantik sebagai Kepala Kanwil Kemenag.

3. Unsur padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau

janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang

berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang

yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan

jabatannya

Dalam kasus Romy yang menerima hadiah atau janji karena

mengintervensi baik langsung maupun tidak langsung kepada Menteri

Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin dan Sekjend Menteri Agama RI,

untuk menyalahgunakan kekuasaannya atau kewenangannya yang

berhubungan dengan jabatannya yaitu agar bisa memengaruhi proses

seleksi pengangkatan jabatan Haris Hasanuddin menjadi Kepala Kantor

Wilayah Kementrian Agama Jawa Timur.

Berdasarkan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan Romy

menerima sejumlah uang sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta) dari

Haris Hasanudin dan M. Muafaq Wirahardi secara bertahap, bahwa uang

yang diberikan untuk mengintervensi Menteri Agama yaitu Lukman Hakim

Saifuddin baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini karena Romy dinilai

mampu bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu di internal Kemenag

untuk mempengaruhi hasil seleksi.

20
Perihal jabatannya ini, Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi Jakarta dalam pertimbangannya pada putusan menyatakan sebagai

berikut;

“menimbanng, bahwa dalam hal sikap batin pegawai negeri atau


penyelenggara negara yang pertama adalah keharusan untuk
mengetahui atau menduga bahwa pemberian itu diberikan karena
kekuasaan untuk mengetahui atau patut menduga tentang sikap batin
orang yang memberi suap untuk mengetahui atau patut menduga
tentang sikap batin orang yang membei suap seperti itu ;”71 dan
“Menimbang, bahwa jika pegawai negeri atau penyelenggara negara

tersebut patut menduga bahwa hadiah atau janji dilakukan karena

kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya

atau menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji ada

hubungannya dengan jabatannya tidak ditentukan bahwa pegawai

negeri atau penyelenggara negara patut menduga bahwa oang yang

membeikan hadiah atau janji harus mengetahui dengan tepat apa yang

menjadi kekuasaan atau kewenangan dari jabatan yang dipangku oleh

pegawai negeri atau penyelenggara negara …”72

Disinilah penulis melihat adanya kejanggalan karena Majelis Hakim yang kurang

menggali kebenaran materil. Ketentuan perihal jabatan-jabatan negara diatur

berdasarkan aturan hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang No 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian yang membagi suatu jabatan, sebagai berikut; 73


71
Lihat, Putusan Pengadilan Perkata Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Jkt.Pn.Pst, Hal 511
72
Ibid., Hal 512
73
Lihat, Pasal 1 butir 3 s/d butir 7 Undang-Undang No 8 tahun 1974 jo Undang-Undang No 43
tahun 1999 tentang Pokok kepegawaian

21
Pasal 1

“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia

yang telah memenuhi syarat yang ditentutan, diangkat oleh pejabat

yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,

atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan

peraturan perundang-undang yang berlaku”

Pasal 1 butir 3 sampai dengan butir 7;74

(3) Pejebat yag berwenang adalah pejabat yang karena jabatan

atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga

tertinggi/tinggi negara sebagaimana dimaksudkan dalam

Undang-Undang Dasar 1945 dan Pejabat Negara yang

ditentukan oleh Undang-Undang.

(5) Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang

ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan,

termasuk di dalamnya jabtan dalam kesekretariatan lembaga

tertinggi atau tinggi negara, dan kepaniteraan pengadilan.

(6) Jebatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang

hanya dapat diduduki Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi

syarat yang ditentukan.

(7) Jabatan organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas

pokok pada suatu satuan organisasi pemerintah.

74
Lihat, Pasal 1 butir 3 s/d butir 7 Undang-Undang No 8 tahun 1974 jo Undang-Undang No 43
tahun 1999 tentang Pokok kepegawaian

22
2. Penyelenggara negara juga diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU PTPK,

sebagai berikut; “Pegawai Negeri adalah meliputi:

1. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam ktab Undang-

undang tentang Kepegawaian;

2. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara

atau daerah;

3. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi

yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah;

atau

4. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang

mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau

masyarakat.”

3. Pasal 2 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

“Penyelenggara Negara meliputi:

8. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;

9. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;

10. Menteri;

11. Gubernur;

12. Hakim

13. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; dan

23
14. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya

dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketntuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

4. Pasal 68 UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR

“DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan

sebagai lembaga negara.”

5. Pasal 1 ayat (3) UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN

“Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah

warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,

diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat

pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.”

Jika dilihat dari frasa “…bahwa Terdakwa menerima hadiah yang

diberikan karena kekuasaan atau kewenangan Terdakwa selaku Anggota DPR RI

periode 2014-2019 dan sebagai Ketua Umum PPP” dan frasa “…Terdakwa

mengetahui atau setidak-tidaknya patut menduga perbuatannya menerima

sejumlah uang dari Haris Hasanudin dan M. Muafaq Wirahardi terkait dengan

jabatan Terdakwa selaku Anggota DPR RI sekaligus sebagai Ketua Umum PPP

yang mempunyai kekuasaan melakukan intevensi terhadap proses pengangkatan

Pejabat…”

Serta dalam agenda a de a charge, saksi ahli Margarito kamis

memberikan kesaksiannya sebagai berikut :

“menurut Ahli, meskipun dia sebagai anggota DPR namun kalau yang

dia lakukan adalah untuk kepentingan partai maka disitu tidak ada suap

menyuap, tetapi jika itu menyangkut kewenangan dia sebagai anggota

24
DPR maka jika ada orang memberikan sesuatu maka itu sudah terjadi

suap. Dari geri konstitusi, kalau berbibacara mengenai status anggota

DPR maka mesti dilihat mengenai Pasal 20, dimana fungsi mereka

adalah legislasi dan pengawasan. Dari segi tata negara dan

adaministrasi negara, kalau bicara mengenai kewenangan mau tidak

mau harus bicara mengenai fungsi.”75

Berdasarkan dasar hukum diatas terdakwa adalah Penyelenggara

Negara, Ketua umum partai politik tidaklah masuk dalam klasifikasi suatu jabatan

dalam bentuk apapun. Posisi DPR RI yang masuk dalam klasifikasi Pejabat

negara, namun tidak masuk katagori pejabat yang berwenang mengurusi hal-hal

kementrian agama. Namun karena isu peradagangan pengaruh belum diatur

sehingga tidak dapat digunakan oleh penasehat hukum.

Menurut P.A.F. Lamintang76 menerangkan apabila hakim berpendapat

bahwa tertuduh tidak dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya, maka

hakim harus membebaskan tertuduh dari segala tuntutan hukum atau dengan

kata lain, hakim harus memutuskan suatu onstlag van alle rechtsvervolging

(Putusan lepas dari segala tuntutan hukum), termasuk bilamana terdapat

keragu-raguan mengenai salah sebuah elemen, maka hakim harus

membebaskan tertuduh dari segala tuntutan hukum.

Berdasarkan Pasal 191 ayat (2) KUHAP yang berbunyi:

“Jika Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan

kepada terdakwa terbukti tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan

75
Lihat, Putusan Pengadilan Perkata Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Jkt.Pn.Pst, hal 388-389
76
Lamintang, 2013, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal
197

25
suatu tindak pidana maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan

hukum.”

Dalam pertanggungjawaban pidana, tidak hanya dilihat dari

perbuatannya saja, melainkan dilihat juga dari unsur kesalahannya. 77 Apabila

melihat kesalahan bentuk kesengajaan perbuatan pidana maka berdasarkan

Pasal 11 UU PTPK kesengajaan ditunjukan pada 2 hal yaitu;

1. Hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau

kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau

2. Yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji

tersebut ada hubungan dengan jabatannya, berarti bahwa harus

melihat adanya hubungan/berkaitan antara pemberian dengan

jabatannya/kekuasaan/kewenangan dari orang yang menerima.

Maka seharusnya Terdakwa tidak dapat dipertanggungjawabkan atas

tindakannya, karena menerima hadiah berupa sejumlah uang bukan karena

penyelahgunaan jabatan, tetapi dalam perkara ini Terdakwa tidak

menyalahgunakaan kewenangannya atau jabatannya melainkan

mengintervensi/mempengaruhi Menteri Agama RI dan Sekjend Menteri Agama RI

yang berasal dari partai yang sama (PPP) terkait pengisian jabatan di Kemenag

yang tidak ada hubungannya dengan jabatan Terdakwa sebagai Anggota DPR RI

Komisi XI dengan Ruang Lingkup Keuangan, Perencanaan Pembangunan

Nasional dan Perbankan.

Hal ini berdasarkan dari pertimbangan–pertimbangan hakim bahwa

Terdakwa hanya menerima aspirasi politik dan tidak menerima sejumlah uang

77
Ibid.,

26
karena menyalahgunakaan wewenangnya atau menyelahgunakaan jabatannya,

atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berhubungan dengan

jabatannya, baik secara langsung atau melalui orang lain.

Pertanggungjawaban pidana apabila seseorang terbukti sebagai

perbuatan pidana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan pidana

yang berlaku.78 Selain dilihat dari kemampuan bertanggungjawab, perbuatan

pidana yang dilakukan harus memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan

dalam perundang-undangan pidana.79 Maka, seseorang dipertanggungjawabkan

pidana apabila perbuatannya telah melawan hukum.

Penulis amat menyayangkan pertimbangan majelis hakim yang

sesungguhnya dapat memberikan pertimbangan yang lebih komperhensif, agar

putusan tersebut dapat menjadi pedoman bagi putusan-putusan berikutnya,

perihal kejelasan kedudukan perdagangan pengaruh di Indonesia.

Pada bab sebelumnya menjelaskan korupsi secara etimologis menurut

Prof. Andi Hamzah berasal dari bahasa latin corruption atau corruptus pada

hakikatnya berarti perbuatan curang, 80 dan menurut Black”s Law Dictionary

adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu

keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah

menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu

keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain.81

78
Moeljatno, 1993, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan ke-6, hal 153
79
Saifuddin, 2009, Pertanggungjawaban Pidana, http://saifudindjsh./pertanggungjawaban-
pidana.html, diakses pada 29 Maret 2022 pukul 04:15 WITA.
80
Andi Hamzah,1995, Delik-Delik Tersebar di Luar KUHP dengan Komentar, Jakarta : Pradnya
Paramita, hal 135.
81
Balck”s Lawa Dictionary dalam Rohim,1994, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Bandung:
Citra Aditya Bakti, hal 32.

27
Keterkaitannya dengan kasus Romy bahwa ia menerima keuntungan

yang tidak semestinya dan hal tersebut merupakan suatu perbuatan curang.

Namun, meskipun begitu Romy tidak dapat dipidana, mengingat belum ada

ketentuan pemidanaan dalam hukum nasional yang mempidana perbuatan

perdagangan pengaruh.

Hal ini dapat menjadi celah bagi koruptor yang semakin sistematis dan

berpola dengan dalih hanya menyerap aspirasi serta tidak menyelahgunakan

wewenanganya atau jabatannya.

Adanya dimensi perdagangan pengaruh dalam kasus Muchammad

Romahurmuziy yang masuk dalam katagori korupsi tipologi jenis perdagangan

pengaruh pasif dengan pola horizontal. Maka, keududukan Romy adalah pihak

berpengaruh (merangkap calo), Haris Hasanudin dan M. Muafaq Wirahardi

adalah pihak pemberi, dan Menteri Agama & Sekjend Menteri Agama RI sebagai

otoritas pejabat atau penyelenggara negara, yaitu Pasal 18 huruf b UNCAC,

pemenuhan unsur perdagangan pengaruh sebagai berikut:

1. Unsur Permintaan atau penerimaan oleh pejabat publik atau

orang lain siapa pun

Berdasarkan fakta persidangan bahwa Muchammad Romahurmuziy alias

Romy adalah anggota DPR RI Komisi XI sekalgus Ketua umum PPP. 82

Berdasarkan Pasal 1 angkat 2 UU PTPK, Pasal 2 UU No. 28 tahun 1999

tentang Penyelenggaraan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme, Pasal 1 UU No. 43 tahun 1999 tentang Pegawai Negri

Sipil, Pasal 68 UU No. 17 tahun 2014 tentang MPR, Pasal 1 ayat (3) UU

82
Lihat, Putusan Pengadailan Perkara Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Pn.Jkt.Pst, hal 519.

28
No. 5 tahun 2014 tentang ASN. Berdasarkan dasar hukum tersebut

Romy adalah Penyelenggara Negara/Ketua Umum PPP. Status Romy

dalam tuntutan TERPENUHI

2. Secara langsung ataupun tidak langsung Untuk dirinya sendiri

atau untuk orang lain

Berdasarkan fakta persidangan bahwa:

Tanggal 6 Januari 2019, Haris Hasanudin menemui Muchammad

Romahurmuziy, di rumahnya dan memberikan uang sejumlah Rp

5.000.000,- (lima juta rupiah) sebagai kompensai lolos administrasi.

Tanggal 6 Februari 2019, Haris Hasanudin kerumah Muchammad

Romahurmuziy, kembali menyerahkan uang sejumlah Rp 250.000.000,-

(dua ratus lima puluh juta rupiah) 83

Pertengahan Januari-Februari 2019, Muh. Muafaq Wirahardi

memberikan uang sejunlah Rp. 41.400.000,00 (empat puluh satu juta

empat ratus ribur rupiah) secara bertahap kepada Abdul Wahab sepupu

terdakwa dan terdakwa meminta untuk “mengopeni” Abdul Wahab

karena sudah dilantik berkat jasa terdakwa berdasarkan keterangan

saksi Muh. Muafaq Wirahardi di persidangan.84

15 Maret 2019, M.Muafaq Wirahardi memberikan sejumlah uang Rp

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) kepada terdakwa di Loby Hotel

Bumi Suarabaya. Namun, uang tersebut diterima oleh ajudan terdakwa

yang bernama saksi Amin Nuryadi di loby hotel atas sepengetahuan

83
Lihat, Putusan Pengadailan Perkara Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Pn.Jkt.Pst, hal 507-508.
84
Lihat, Putusan Pengadailan Perkara Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Pn.Jkt.Pst, hal 72.

29
terdakwa, karena saat penyerahan uang, terdakwa masih berada

dilokasi tersebut.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (1) UU PTPK, dan seperti

yang disampaikan oleh Debupti Informasi dan Data KPK pada Seminar

Nasional, bahwa menerima keuntungan yang tidak semestinya untuk

memperkaya diri sendiri atau orang lain siapapun dan dapat merugikan

negara adalah tindak pidana korupsi.85

Berdasarkan Oxford Dictionary86 “Menjajakan Pengaruh adalah

penggunaan politik atas nama seseorang dengan imbalan uang atau

favorit.”

Pemberian uang untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain

TERPENUHI

3. Agar pejabat publik atau orang lain tersebut menyalahgunakan

pengaruhnya yang nyata atau dianggap ada dengan maksud

memperoleh dari pejebata publik, suatu menfaat yang tidak

semestinya

Berdasarkan fakta persidangan bahwa:

Keterangan saksi Haris Hasanudin di persidangan menyatakan bahwa :

menurut logikanya Haris Hasanudin sulit mendekati Lukman Hakim

Saifudin Menteri Agama dan memiliki pribadi yang bagus. Bahwa

terdakwa adalah Ketua Umum PPP, sehingga memiliki kedekatan

dengan Lukman Hakim Saifudin selaku Menteri Agama dan juga berasal

85
Debupti Informasi dan Data KPK pada Seminar Nasional “Upaya Perbaikan Sitem
Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah” Jakarta, 23 Agustus 2006.
86
Oxford Dictionaries, http://www.oxforddictionaries.com diakses pada tanggal 20 April 2022
pukul 00:42 WITA.

30
dari Partai PPP. Haris Hasanudin menyatakan tidak tau caranya, namun

menurutnya terdakwa dapat memberikan pengaruh dan atau intervensi

terhadap proses seleksi jabatan yang berlangsung di Kemenag RI. 87

Begitu juga dengan Muh. Muafaq Wiahardi yang menyatakan bahwa

Haris Hasanudin meyampaikan Muh. Muafaq Wirahardi dapat dilantik

karena kuasa penuh Ketum.88

Menurut Artidjo Alkostar Tim Peneliti Indonesia Corruption Watch.

Menyebutkan bahwa perangan pengaruh dalah suatu tekanan yang

mempengari sikap orang untuk menentukan pendapatnya sehingga

dengan demikian lebih berift tekanan, dimana tekanan dapat berupa:

1) tekanan politik, dan

2) tekanan ekonomi

Sedangkan menurut, AALEP,89 Situasi dimana seseorang

menyalahgunakan pengaruhnya atas proses pengambilan keputusan

untuk pihak ketiga (orang, lembaga atau pemerintah) dengan imbalan

kesetiaan, uang, atau keuntungan material atau immaterial lainnya yang

tidak semestinya.

Muchammad Romahurmuziy (Ketua Umum PPP) mempengaruhi Lukman

Hakim Saifudin (Anggota PPP sekaligus Menteri Agama RI) untuk

menggunakan wewenangnya agar bisa meloloskan Haris Hasanudin

menjadi Kepala Kanwil Prov. Jawa Timur dan M. Muafaq Wirahardi

Kamwil Kemenag Gresik.


87
Lihat, Putusan Pengadailan Perkara Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Pn.Jkt.Pst, hal 97.

88
Lihat, Putusan Pengadailan Perkara Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/Pn.Jkt.Pst, hal 70.
89
AALEP (Association of Accredited Public Policy Advocates to the Europan Union) , Trading in
Influence, diakses pada tangga; 20 April 2022 pukul 00:48 WITA.

31
Tipologi perbuatan perdagangan pengaruh pasif dengan pola horizontal

TERPENUHI.

Perbuatan Muchammad Romahurmuziy memenuhi seluruh unsur-unsur

perdagangan pengaruh karena untuk Addresatnya yang menerima hadiah, janji

atau penawaran bukan hanya dari pejabat Negara saja dan bukan pula sebatas

terkait dengan kewenangan atau jabatannnya.

Agara menjunjung tinggi asas legalitas sebagaimana diatur dalam Pasal

1 ayat (1) KUHP. sebagai wujud dari adanya kepastian hukum dalam suatu

negara adalah adanya ketegasan tentang berlakunya suatu aturan hukum.

Mengharuskan suatu aturan hukum berlaku mengingat secara tegas sehingga

tidak ada keragu-raguan dalam pemberlakuannya dan dapat menjadi catatan

untuk revisi UU PTPK berikutnya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka

penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kualifikasi Hukum perbuatan korupsi perdagangan pengaruh diatur

dalam Pasal 18 huruf a dan b UNCAC (United Nations Conventions

Againts Corruption) yang telah diratifikasi dalam Undang-Undang No.

7 tahun 2006 tentang Peratifikasian UNCAC. Namun, secara eksplisit

dalam hukum positif Indonesia belum diatur. Korelasi antara korupsi

dengan perdagangan pengaruh mencakup dari pemegang kebijakan

32
dan karena kekuasaannya bisa melakukan tindak pidana korupsi.

Bentuk perdagangan pengaruh tindakan pelaku tidak memiliki

hubungan pertentangan langsung dengan jabatan/kewenangannya

tidak seperti suap yang salah satu unsur utamanya adalah perbuatan

pelaku yang bertentangan langsung dengan jabatan/kewenangannya.

Pelaku perdagangan pengaruh menerima keuntungan yang tidak

semestinya. Sehingga cakupannya lebih luas.

2. Pertanggungjawaban pidana dalam perkara nomor

87/pid.sus-TPK/2019/PN.Jkt.Pst, dalam kasusnya Terdakwa Muchamad

Romahurmuziy pada dasarnya masuk dalam kualifikasi perdagangan

pengaruh pasif. Tindakan Romy tidaklah masuk kualifikasi Pasal 11

Undang-Undang No 31 tahun 1999 jo Undang-Undang No 20 tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, perihal delik

penyuapan. Justru pola yang ada dalam fakta persidangan sama

dengan konsep perdagangan pengaruh. Hal ini mengingat kedudukan

Romy yang baik sebagai anggota DPR Komisi XI, maupun sebagai

Ketua umum PPP, tidak memiliki kewenangan terkait jabatannya

dalam urusan pengisian jabatan di Kemenag. Namun, karena

perdagangan pengaruh belum secara eksplisit diatur dalam hukum

positif di Indonesia maka, Romy juga tidak dapat dituntut/dijatuhi

delik perdagangan pengaruh.

B. Saran

1. Perkembangan modus dan aktor intelektual yang seringkali muncul

dari kekuatan politik yang bukan seorang penyelenggara negara

33
dengan memperdagangankan pengaruh yang dimilikinya. Oleh karena

itu delik ini sudah saatnya diatur dalam hukum positif Indonesia. Serta

konsekuensi yuridis diratifikasinya UNCAC oleh Indonesia melalui

Undang-Udang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan UNCAC

adalah adanya keharusan untuk mengadopsi. Pengaturan yang paling

tepat untuk mengadopsi perdagangan pengaruh tersebut adalah

melalui revisi Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2. Berdasarkan dari tuntutan jaksa dalam bentuk alternatif menandakan

bahwa penegak hukum masih meiliki karagu-raguan dalam

menetapkan perbuatan pelaku. Maka penulis dalam hal ini ingin

memberikan saran kepada para penegak hukum, terutama hakim dan

jaksa, untuk lebih cermat mendudukan suatu permasalahan hukum

dan jeli dalam mengkonstruksikan dakwaan pada kasus terindikasi

merupakan perdagangan pengaruh sehingga tidak ada keragu-raguan

jika terdapat kasus seperti ini lagi dan tidak tumpang tindih mengingat

perdagangan pengaruh mempunyai perbedaan dengan tidak pidana

korupsi suap.

34
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku:

1. Amrani, Hanafi dan Mahrus, Ali. 2015, Cetakan pertama. Sistem

Pertanggung Jawaban Pidana. Jakarta : Rajawali Pers.

2. Huda, Chairul. 2006, Cetakan ke-2. Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan

Menuju Kepada Pertanggung jawaban Pidana Tanpa Kesalahan. Jakarta :

Kencana.

3. Marzuki, Peter Mahmud. 2011. Penelitian Hukum . Jakarta : Kencana

Prenada Media Group.

4. Mertokusumo, Sudikno. 2021. Teori Hukum. Jakarta : Gudang Penerbit.

5. Moeljatno. 2009. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka Cipta.

35
6. Prodjodikoro, Wirjono. 2010. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia.

Bandung : PT Refika Aditama .

7. saleh, Roeslan. 1986,Cetakan Pertama. Pikiran-Pikiran Tentang

Pertanggung Jawaban Pidana. Jakarta : Ghalia Indonesia.

8. Soeroso, Raden Pandji. 2011. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Pt. Sinar

Grafika.

B. Undang-Undang:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidanan

Korupsi.

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

4. Undang-Undang No 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Korupsi.

5. Pasal 18 Huruf a dan b UNCAC (United Nations Convention Againts

Corruption, 2003)

6. Code Pénal, Edition: 2021-12-02

7. Putusan Pengadilan Paris (Cour d’Appel de Paris, Tribunal Judiciare de

paris) N° parquet : 14056000872 tanggal 1 Maret 2021

8. Putusan Pengadilan Paris (Cour d’Appel de Paris, Tribunal Judiciare de

paris) N° parquet : 14056000872 tanggal 1 Maret 2021

C. Website

36
4. Agence Francaise AntiCorruption; AFA . 2022. Agence Francaise

Anti Corruption Profile. [Online] Desember 9, 2022. https://www-agence--

francaise--anticorruption-gouv-fr.translate.goog/fr/lagence.

5. CPI . 2022. CPI 2020:Analisis Global. [Online] Desember 9, 2022.

https://www-transparency-org.translate.goog/fr/news/cpi-2020-global.

6. Juridicas. 2022. el-supremo confirma la condena por trafico de

influencias a jaume matas por el caso son espases. [Online] Desember 25

, 2022. https://noticias-juridicas-com.translate.goog/actualidad/noticias/

16705-el-supremo-confirma-la-condena-por-trafico-de-influencias-a-

jaume-matas-por-el-caso-son-espases/.

7. KBBI. 2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online] Februari 28, 2021.

https://kbbi.web.id/komprehensif.

8. Kejaksaan Negeri Bone. 2021. Alasan Konsep Keadilan, Kepastiana,

dan Kemanfaatan Dalam Penengakan Hukum Tindak Pidana

Pertambangan. [Online] Agustus 27, 2021. https://www.kejari-

bone.go.id/artikel/detail/ analisa-konsep-keadilan-kepastian-dan-

kemanfaatan-dalam-penegakan-hukum-tindak-pida.

9. Kementrian Keuangan. 2021. Kelompok Jenis Tindak Pidana Korupsi

berdasarkan UU PTPK. [Online] Februari 28, 2021.

https://klc.kemkeu.go.id/7-kelompok-jenis-tindak-pidana-korupsi-

berdasarkan-undang-undang-no-31-tahun-1999-jo-undang-undang-no-

20-tahun-2001.

37
10. Komitmen Indonesia Terhadap Penerapam United Nations Convention

Against Corruption (uncac) Tahun 2003. Komunitas Peradilan Semu

Fakultas Hukum Universitas Airlangga. 2021. s.l. : Fakultas Hukum

Universitas Airlangga, 2021. Web-Seminar Komunitas Peradilan Semu

Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

11. KPK,. gap analysis indonesia uncac. Gap Analysis Indonesia Terhadap

UNCAC. [Online] [Cited: Juni 28, 2021 .]

https://acch.kpk.go.id/berkas/litbang/i.

12. KPK, Pencegahan, Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Deputi. 2006. KPK. Komisi Pemberantasan Luar Negeri. [Online] 2006.

[Cited: Juli 27, 2021.] https://acch.kpk.go.id.

13. Saifuddin. 2022. Pertanggungjawaban Pidana. [Online] Maret 29, 2022.

http://saifudindjsh./pertanggungjawaban-pidana.html.

14. Tirto. 2021. [Online] Juli 19, 2021. https://tirto.id/kronologi-lengkap-ott-

ketua-ppp-romahurmuziy-oleh-kpk-djDX.

15. VOA Indoensia. 2021. Skor Indeks Persepsi Korupsi Indoensia. VOA

Indoensia. [Online] 2021. [Cited: September 28, 2021.]

https://www.voaindonesia.com/skor-indeks-persepsi-korupsi-indonesia.

16. Willeke Silingerland. 2022. Trading in Influence :Corruption Revisited,

. [Online] Feberuari 14, 2022. http://www.researchgate.net.

38

Anda mungkin juga menyukai