Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS YURIDIS TERHADAP IMPLEMENTASI

PERATURAN DAERAH NO. 7 TAHUN 2018 TENTANG

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU UNTUK

PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

(Studi di DPMPTSP Kabupaten Indramayu)

SEMINAR HASIL PENELITIAN SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Persyaratan Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Hukum
Fakultas Hukum

Disusun Oleh :

MEGA PUTRI UTAMI

NPM : 119010003

Pembimbing 1 : Prof. Dr. Endang Sutrisno, SH.,M.Hum

Pembimbing 2 : Ratu Mawar Kartina, S.H., M.H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Februari 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS YURIDIS TERHADAP IMPLEMENTASI

PERATURAN DAERAH NO. 7 TAHUN 2018 TENTANG

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU UNTUK

PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

(Studi di DPMPTSP Kabupaten Indramayu)

Disusun oleh :

MEGA PUTRI UTAMI


NPM : 119010003

Telah disetujui untuk dilaksanakan Seminar Hasil Penelitian

PEMBIMBING PERTAMA : PEMBIMBING KEDUA :

Prof. DR. Endang Sutrisno, SH.,M.Hum Ratu Mawar Kartina, SH.,MH


NIP : 196503021990031002 NIDN : 0418057402

i
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS YURIDIS TERHADAP IMPLEMENTASI

PERATURAN DAERAH NO. 7 TAHUN 2018 TENTANG

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU UNTUK

PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

(Studi di DPMPTSP Kabupaten Indramayu)

SEMINAR HASIL PENELITIAN

Disusun Oleh :

MEGA PUTRI UTAMI

NPM : 119010003

Mengesahkan :

Dekan : Wakil Dekan 1 :


Selaku Ketua Panitia Ujian Selaku Sekretaris Panitia Ujian

Prof. DR. Endang Sutrisno, SH.,M.Hum Ratu Mawar Kartina, SH.,MH


NIP : 196503021990031002 NIDN : 0418057402

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS YURIDIS TERHADAP IMPLEMENTASI

PERATURAN DAERAH NO. 7 TAHUN 2018 TENTANG

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU UNTUK

PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

(Studi di DPMPTSP Kabupaten Indramayu)

SEMINAR HASIL PENELITIAN

Disusun Oleh :

MEGA PUTRI UTAMI

NPM : 119010003

Mengetahui :

Pembimbing 1 : Pembimbing 2 :

Prof. DR. Endang Sutrisno, SH.,M.Hum Ratu Mawar Kartina, S.H., M.H
NIP : 196503021990031002 NIDN. 0418057402

Ketua Program Studi


Hukum Fakultas Hukum
Universitas Swadaya Gunung Jati

Dr. Sanusi, S.H., M.H


NIDN.0410077101

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................iii

HALAMAN PERNYATAAN................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................v

KATA PENGANTAR.....................................................x

DAFTAR ISI........................................................xi

DAFTAR TABEL.....................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.....................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................1

A. Latar Belakang Penelitian....................................1

B. Rumusan Masalah.............................................5

C. Maksud dan Tujuan Penelitian..................................5

D. Kegunaan Penelitian..........................................6

E. Kerangka Pemikiran...........................................7

F. Metode Penelitian...........................................12

G. Sistematika Penulisan.......................................15

BAB II PENGERTIAN RETRIBUSI DALAM MENINGKATKAN


PENDAPATAN ASLI DAERAH........................................

iv
A. Pengertian Retribusi Perizinan Tertentu.........................

B. Pengertian Perizinan.........................................................................................

C. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ............................

BAB III DESKRIPSI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU


SATU PINTU DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)..........

A. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2018 Tentang Retribusi


Perizinan Tertentu............................................

B. Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu


Satu Pintu dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD).........................................................

C. Peran Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu


Pintu dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).........

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................

A. Implementasi Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2018 Tentang


Retribusi Perizinan Tertentu terhadap Masyarakat
Indramayu untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).....

B. Upaya penerapan sanksi terhadap Peraturan Daerah No. 7


Tahun 2018 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu...............

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan......................................................

B. Saran.........................................................

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era pembangunan nasional saat ini serangkaian upaya

pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan Undang-undang Dasar

Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 Alinea IV bahwa Negara

melindungi segenap bangsa dan Negara Indonesia, untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah atau hambatan

perlu adanya sarana perangkat perizinan dan rencana tata ruang yang

mantap, aktivitas manusia sebagai subjek pembangunan perlu diatur oleh

ketentuan hukum.1 Rencana tata ruang yang mantap atau sudah operasional

merupakan sarana pengendali perkembangan fisik di dalam pelaksanaan

pembangunan, yang berarti bahwa rencana tersebut sudah diberikan

landasan hukum pelaksanaannya.

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kabupaten Indramayu

berusaha mengintensifkan penghasilan daerah, salah satunya adalah

retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Berdasarkan Undang-undang


1
Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan
Hidup, Cetakan Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 16

1
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

Badan.

Penataan ruang yang proporsional dan akuntabel di kabupaten

Indramayu. Berdasarkan Undang-undang di atas, maka di Kabupaten

Indramayu ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2012 tentang

Bangunan Gedung. Sebagai peraturan pelaksanaannya kemudian

ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7 Tahun

2018 tentang Retribusi Perizinan tertentu di Kabupaten Indramayu.

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tersebut merupakan

salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah(PAD). Penerbitan Perda Nomor

7 Tahun 2018 tentang Retribusi Perizinan Tertentu dijadikan dasar hukum

bersama dengan Perda Nomor 15 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung

oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Kabupaten Indramayu dalam implementasi pelayanan

penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).2

Retribusi salah satu sumber dari pendapatan asli daerah pembayaran

dari penduduk kepada Negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan

oleh Negara bagi penduduknya secara perorangan. 3 Salah satu cara yang

dilakukan pemerintah untuk meningkatkan keuangan daerah yaitu dengan


2
Ario Joko Sukmanto, Evaluasi Implementasi Kebijakan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) Di Kabupaten Indramayu, Redaksi Jurnal Ilmu Administrasi REFORMASI Universitas
Swadaya Gunung Jati, Nomor 2 Jilid 5, Febuari 2021
3
Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm.
14

2
cara meningkatkan sumber pendapatan daerah, pada dasarnya sumber

pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,

Pinjaman Daerah dan Lain-lain penerimaan yang sah. PAD sendiri terdiri

dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.

Pada umumnya retribusi daerah 2 terbagi atas retribusi jasa umum,

retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Retribusi perizinan

tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam

rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan

untuk pembinaan, pengaturan dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan

ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasana, sarana, atau

fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga

kelestarian lingkungan. Salah satu jenis retribusi perizinan tertentu adalah

izin mendirikan bangunan, izin mendirikan bangunan sendiri adalah izin

untuk mendirikan bangunan yang diberikan oleh pemerintah dalam

kegiatan meliputi tata ruang, desain, pelaksanaan yang sesuai dengan

rencana pembangunan yang direncanakan.

Sejalan dengan hal tersebut, maka perkembangan pembangunan di

Kabupaten Indramayu khususnya dalam rangka tertib dan terarahnya

pelaksanaan pembangunan di bidang penataan bangunan, sudah semestinya

harus menyesuaikan, karena berpengaruh kepada tatanan dan wajah kota

di masa mendatang. Untuk itu perlu adanya peningkatan kegiatan

Pemerintah Daerah untuk ikut mengatur dan menatanya, khususnya

terhadap bangunan-bangunan yang ada dan yang didirikan.

3
Salah satu pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Indramayu

adalah penataan terhadap bangunan dengan mewajibkan tiap bangunn

memiliki Izin Mendirikan Bangunan Gedung. Tujuannya adalah agar

bangunan yang didirikan oleh masyarakat dapat tertata dengan baik,

memenuhi persyaratan, layak digunakan dan tidak merusak lingkungan

serta sesuai dengan tata ruang. Hal tersebut diwujudkan dengan

diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2012 tentang Bangunan

Gedung di Kabupaten Indramayu agar terciptanya kondisi daerah yang

tertib dan teratur.

Perizinan yang berkaitan dengan bangunan dan pemanfaatan ruang

salah satunya adalah Izin Mendirikan Bangunan Gedung. Penertiban izin

tersebut untuk bangunan tertentu didukung rekomendasi yang ditertibkan

oleh instansi terkait, terutama rekomendasi dari instansi yang bertanggung

jawab di bidang tata ruang. Hukum Penataan ruang termasuk pengendalian

penggunaan tanah dan sumber-sumber daya lingkungan.4

Dalam rangka penataan Bangunan di Kabupaten Indramayu dan

guna menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat terhadap pentingnya izin

untuk mendirikan bangunan serta memberikan kepastian hukum terhadap

bangunan yang dimiliki, pemerintah mengarahkan aktivitas membangun

dengan menyesuaikan dengan rencana pemerintah, tentu juga tidak

diperkenankan untuk mendirikan bangunan tempat tinggal.

Perlu diperhatikan tata ruang kota berupa rekomendasi izin lokasi,

pemberian surat Izin Mendirikan Bangunan sangat tergantung dari

keputusan izin lokasi tata ruang kota. Untuk mencapai tujuan dari Izin
4
Muhamad Erwin, op.cit. hlm. 14

4
Mendirikan Bangunan yang antara lain :

1. Melindungi kepentingan umum

2. Memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk

memungut retribusi sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli

Daerah

3. Keselamatan bangunan dan pemakai bangunan

Kegiatan perizinan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada intinya

untuk menciptakan kondisi bahwa kegiatan pembangunan sesuai

peruntukkan, di samping itu agar lebih berdaya guna dan berhasil guna

dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pembangunan. Dalam

rangka melaksanakan rencana tata ruang tersebut, maka perlu adanya

sertifikat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang akan memberikan

kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat. Retribusi dan Izin

Mendirikan Bangunan selalu dikaitkan dengan Pendapatan Asli Daerah,

karena retribusi sendiri merupakan pungutan Daerah sebagai pembayaran

atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

Badan.

Sesungguhnya DPMPTSP Kabupaten Indramayu menyediakan

pelayanan dan pengaduan secara online dalam upaya memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat. Pelayanan dan pengaduan

bertujuan untuk mengevaluasi dan memaksimalkan kegiatan pelayanan

yang telah dijalankan oleh pemerintah untuk perbaikan kinerja ke depan.5

5
Sunarto dan Budi Mulyawan, Kualitas Pelayanan Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Dpmptsp) Kabupaten Indramayu(Studi Tentang Pengurusan Surat
Izin Usaha), Universitas Wiralodra Indramayu, Vol. 9 No. 2, Februari 2019

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan peneliti

bahas diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2018

Tentang Retribusi Perizinan Teretentu terhadap Masyarakat Indramayu

untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)?

2. Bagaimanakah penerapan sanksi terhadap Peraturan Daerah No. 7

Tahun 2018 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui Implementasi Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2018

Tentang Retribusi Perizinan Teretentu terhadap Masyarakat Indramayu

untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2. Untuk mengkaji penerapan sanksi dalam upaya mengatasi hambatan

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Indramayu

terhadap Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2018 Tentang Retribusi

Perizinan Tertentu.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan memberikan kegunaan atau

kontribusi akademis bagi dunia pengetahuan dan kehidupan masyarakat.

6
Kedua kegunaan tersebut disajikan dalam uraian berikut :

1. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini untuk memberikan dan pengembangan studi di bidang

hukum dan pembangunan, terutama dalam perizinan khususnya izin

mendirikan bangunan serta untuk mengetahui bagaimana aspek hukum

mengenai kontribusi retribusi perizinan tertentu dalam izin mendirikan

bangunan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten

Indramayu.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini juga untuk dapat mengetahui prosedur penerimaan

retribusi perizinan tertentu dan kendala yang ditemukan dalam izin

mendirikan bangunan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Indramayu untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah.

E. Kerangka Pemikiran

Pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum

sebagaimana dimuat dalam Undang-undang dasar 1945 pada hakikatnya

adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan

seluruh masyarakat Indonesia yang menekankan pada keseimbangan

pembangunan, kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu

masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial.

Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak,

7
perwujudan produktivitas dan jati diri manusia. Oleh karena itu,

penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi

kelngsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat,

sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal,

berjati diri serta seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Bangunan gedung salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh

karena itu, dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada

peraturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam

penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus

memenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung, serta

harus diselengarakan secara tertib. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung, mengatur fungsi bangunan gedung, persyaratan

bangunan gedung penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan

kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap

penyelenggaan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan

pembinaan oleh pemerintah dan sanksinya.

1. Segi teknis perkotaan

Pemberian izin mendirikan bangunan sangat penting artinya bagi

pemerintah daerah guna mengatur, menetapkan, dan merencanakan

pembangunan. Dengan adanya IMB diharapkan tidak memberikan

dampak negative bagi lingkungan. Sehingga lingkungan kota tertata

dengan baik dan teratur, indah, aman, tertib dan nyaman.

2. Segi Kepastian Hukum

8
Izin mendirikan bangunan penting artinya sebagai pengawasan dan

pengendalian bagi pemerintah dalam hal pembangunan perumahan.

Mendirikan bangunan dapat menjadi acuan atau titik tolak dalam

pengaturan rumah selanjutnya. Bagi masyarakat pentingnya izin

mendirikan bangunan ini adalah untuk mendapat kepastian hukum

terhadap hak bangunan yang dilakukan, sehingga tidak adanya

gangguan atau hal-hal yang merugikan pihak lain dan akan

memungkinkan untuk mendapatkan keamanan dan ketenteraman dalam

pelaksanaan usaha atau pekerjaan.

Selain itu, izin mendirikan bangunan tersebut bagi si pemiliknya

dapat berfungsi antara lain sebagai berikut:

a. Bukti milik bangunan yang sah

b. Kekuatan hukum terhadap tuntutan ganti rugi dalam hal berikut:

1) Terjadinya hak milik untuk keperluan pembangunan yang

bersifat hukum.

2) Bentuk-bentuk kerugian yang diderita pemilik bangunan

lainnya yang berasal dari kebijaksanaan dan kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah.

3. Segi pendapatan daerah

Dalam hal ini pendapatan daerah maka izin mendirikan bangunan

merupakan salah satu sektor pemasukan yang tidak dapat diabaikan

begitu saja. Melalui pemberian izin ini dapat dipungut retribusi izin

mendirikan bangunan. Retribusi atas izin mendirikan bangunan itu

ditetapkan berdasarkan persentase dari taksiran biaya bangunan yang

9
dibedakan menurut fungsi bangunan tersebut. Retribusi izin mendirikan

bangunan dibebankan kepada setiap orang atau badan hukum yang

namanya tercantum dalam surat izin yang dikeluarkan itu.

Tujuan pengaturan bangunan gedung menurut pasal 3 Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung adalah :

1. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan

tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan

lingkungannya:

2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang

menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi

keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan,

3. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan

gedung.

Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh

asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan dan keserasian bangunan

gedung dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang

berperikemanusiaan dan berkeadilan. Masyarakat diupayakan untuk

terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya dalam rangka pembangunan

dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka sendiri,

tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung

dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya.

Mengenai segi penerapan perundang-undangan, kalau penegak hukum

menyadari bahwa dirinya dianggap hukum oleh masyarakat maka tidak

mustahil bahwa perundang-undangan ditafsirkan terlalu luas atau terlalu

10
sempit. Selain itu, mungkin timbul kebiasaan untuk kurang menelaah

perundang-undangan yang kadangkala tertinggal dengan perkembangan di

dalam masyarakat.6

Alasan dikeluarkannya atau disahkannya IMB adalah agar segala

desain, pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai dengan rencana tata

ruang yang berlaku, sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan-

ketentuan serta syarat-syarat keselamatan yang ditetapkan bagi yang

menempati bangunan tersebut. Ini sangat penting untuk alasan keamanan dan

keselamatan, dikarenakan pembangunan saat ini menunjukkan adanya

kemajuan yang pesat dibidang teknologi maupun di bidang pembangunan

baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, sehingga perlu

adanya peningkatan kegiatan pemerintah untuk mengatur dan menata

bangunan.

IMB diperlukan bagi segenap atau setiap warga masyarakat yang

melaksanakan pendirian bangunan maka dalam hal ini pemerintah harus jelas

memberikan dasar hukum dari IMB dan Pemerintah Kabupaten harus

memberikan sanksi atau akibat hukum dari bangunan yang tidak memiliki

Izin Mendirikan Bangunan Gedung.

Menurut Pasal 39 ayat (1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002,

bangunan gedung dapat dibongkar apabila :

a. Tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki;

b. Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan bangunan gedung

dan/atau lingkungannya;

6
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Cetakan Kelima,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 42

11
c. Tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan Gedung.

Oleh karena itu untuk melaksanakan pembangunan gedung, baik

yang dilakukan oleh pribadi maupun pihak swasta yang mempunyai usaha

di bidang pembangunan wajib memiliki Izin Mendirikan Bangunan Gedung

(IMB).

Menelurusi banyaknya pelanggaran IMB, maka kasus tersebut

seolah-olah menjadi wajar. Namun alangkah berbahayanya kewajaran ini

jika berangsur-angsur terus meningkat. Pelanggaran - pelanggaran tersebut

merupakan bentuk penyimpangan yang sepertinya dianggap lumrah oleh

masyarakat selama tidak mengganggu diri dan keluarganya, padahal bentuk

penyimpangan terkecil dapat merugikan orang lain, bahkan negara.

F. Metode Penelitian

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pendekatan yuridis normatif, pendekatan yuridis normatif ialah

menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh pengetahuan

hukum secara melihat dan memahami permasalahan-permasalahan

yang timbul dikaitkan dengan ketenetuan yang ada di dalam bahan-

bahan hukum baik ilmuwan,

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dikatakan

demikian karena dalam penelitian kualitatif bersifat fleksibel, dan

desain sebenarnya dapat diketahui setelah diadakan penelitian.

12
Dalam analisa datanya pun dapat dilakukan bersamaan dengan

pengumpulan data.7

C. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan fokus pembahasan untuk

mendapatkan jawaban dan juga solusi terkait dengan permasalahan

yang diangkat oleh penulis. Di mana objek penelitian ini adalah

Analisis Yuridis Terhadap Implementasi Peraturan Daerah No. 7 Tahun

2018 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu Untuk Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Di DPMPTSP Kabupaten

Indramayu).

D. Analisis Bahan Hukum

Penelitian ini terdiri dari bahan kepustakaan yang mengikat yang

merupakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumber pertama.8

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002

Tentang Bangunan Gedung.

b. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 15 Tahun

2012 Tentang Bangunan Gedung Di Kabupaten Indramayu.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7 Tahun 2018

Tentang Retribusi Perizinan Tertentu.

2. Bahan hukum sekunder

7
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020, hlm. 28
8
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Depok : PT RajaGrafindo
Persada, 2004, hlm. 31

13
Bahan hukum sekunder seperti buku-buku referensi yang berkaitan

dengan judul skripsi, artikel atau jurnal hukum, laporan atau hasil

penelitian dan sebagainya yang diperoleh melalui media cetak

maupun media elektronik.9

E. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang berupa data

yang tertulis gambar. Studi dokumen bisa dilakukan dengan cara

membaca dan mempelajari buku-buku, majalah, arsip, dokumen

pribadi dan foto terkait dengan permasalahan penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan

melakukan tanya jawab secara lisan antara peneliti dengan

responden. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara

terstruktur dan tak berstruktur. Wawancara terstruktur adalah

dalam melakukan wawancara ini peneliti telah mempersiapkan

permasalahan dan beberapa pertanyaan yang akan diajukan

kepada Kepala Seksi Verifikasi Perizinan DPMPTSP.

G. Sistematika Penulisan

9
Muhaimin, op.cit. hlm 64

14
BAB II

PENGERTIAN RETRIBUSI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN

ASLI DAERAH

A. Pengertian Retribusi Perizinan Tertentu

Salah satu sumber pendapatan daerah adalah melalui retribusi daerah. Jenis

retribusi daerah yang tak kalah penting bagi sumber pendapatan daerah yakni

retribusi perizinan tertentu. Objek retribusi ini merupakan pelayanan

perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan

yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

menjaga kelestarian lingkungan.

1. Jenis dan Golongan Retribusi Perizinan Tertentu

Jenis retribusi perizinan tertentu yang diatur melalui UU PDRD,

meliputi:

1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Izin dapat juga dikemukakan sebagai penetapan atas dispensasi

dari adanya larangan oleh undang-undang. Apabila fungsi izin

dihubungkan dengan fungsi hukum, maka izin lebih tepat

dimasukkan dalam fungsi hukum riektif, yaitu adanya pengaruh

dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang diinginkan

sesuai dengan kehidupan negara. Ketetapan izin mengakibatkan

adanya kewajiban dan larangan tertentu yang harus dipaksakan bagi

15
warga negara agar pemberian izin bisa terlaksana sesui prosedur

hukumnya. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan perizinan

yang diberikan pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan

untuk mendirikan bangunan sesuai dengan persyaratan administrasi

dan teknis yang berlaku. Penentuan izin berfungsi untuk memberikan

kepastian hukum, jaminan keandalan teknis bangunan dari segi

keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, sehingga

pihak yang akan mendirikan bangunan harus membayar pungutan

kepada pemerintah daerah sebagai biaya operasional atas

diterbitkannya izin serta terjaminnya pengawasan melalui retribusi

IMB.

Retribusi IMB merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran

atas pemberian izin mendirikan bangunan, termasuk di dalamnya

penerbitan IMB untuk bangunan yang telah berdiri, tetapi belum

memiliki izin dan balik nama IMB kepada pemerintah daerah, baik

pribadi atau badan. Objek retribusi IMB ini meliputi pendirian izin

untuk mendirikan bangunan, baik bangunan gedung atau prasarana

bangunan gedung. Menurut Sunarto, IMB meliputi kegiatan

peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembagunannya

agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata

ruang, dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan

(KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian

bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang

meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan

16
bagi yang menempati bangunan tersebut. Namun, bangunan milik

pemerintah atau pemerintah daerah bukan termasuk dari objek

retribusi ini.

Kebijakan retribusi IMB merupakan alternatif untuk mengatur

pendirian bangunan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai

individu atau kelompok usaha. Pengaturan pendirian bangunan ini

dilakukan untuk membantu dalam merealisasikan rencana tata ruang

wilayah yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Hal ini dikarenakan pemberian IMB akan berimplikasi terhadap

pengembangan struktur ruang yang didasarkan pada perkembangan

setiap komponen kegiatan.

Jenis kegiatan yang dikenakan retribusi IMB meliputi:

a. Pembangunan baru.

b. Rehabilitasi atau renovasi, meliputi perbaikan atau perawatan,

perubahan, perluasan atau pengurangan.

c. Pelestarian atau pemungutan.

2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

Salah satu bentuk usaha perdagangan yakni perdagangan atau

peredaran minuman beralkohol. Penjualan minuman beralkohol

merupakan kegiatan menyalurkan minuman beralkohol, baik

dilakukan oleh distributor, sub distributor, pengecer, atau penjual

langsung. Peredaran minuman beralkohol sekarang cukup terbilang

bebas di masyarakat, karena saat ini di setiap daerah telah ditemui

17
toko-toko kecil hingga besar yang menjual minuman beralkohol.

Jenis minuman beralkohol yang diperjualbelikan cukup beragam,

dari alkohol buatan pabrik hingga minuman alkohol tradisional.

Maka dari itu, setiap usaha perdagangan wajib memiliki izin usaha,

termasuk kegiatan usaha perdagangan minuman beralkohol yang

didasarkan sesuai dengan penggolongannya.10

3) Retribusi Izin Gangguan

Negara Indonesia sebagai negara berkembang memiliki arah dan

tujuan pembangunan menuju masyarakat madani dan memakmurkan

rakyatnya. Salah satu bidang untuk mencapai tingkat kesejahteraan

masyarakat adalah peningkatan dan pembangunan ekonomi.

Keberhasilan ekonomi ini bisa dicapai dengan salah satunya

peningkatan investasi di Indonesia.

Salah satu bentuk izin yang disetujui oleh pemerintah daerah

adalah izin gangguan (Hinder Ordonantie, yang selanjutnya disebut

HO). Pemberian izin ini bertujuan untuk melindungi masyararakat

sekitar atas berdirinya suatu tempat usaha dari kemungkinan

timbulnya bahaya kerugian atau gangguan. HO juga merupakan

salah satu sumber PAD dalam bentuk pemungutan retribusi atas

dikeluarkannya izin tersebut. Perizinan merupakan salah satu

instrumen hukum adminisitrasi negara yang dapat digunakan bagi

pelaksana undang-undang untuk melakukan tindakan hukum dalam

10
I Nyoman Sadhu, Ida Ayu, Luh Putu, “Pemberian Izin Minuman Beralkohol Berdasarkan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020”, Jurnal Preferensi Hukum, Vol. 1, No. 1, 2020,
hlm. 121.

18
menjalankan tugas dan kewenangannya. Persetujuan izin merupakan

hasil dari adanya persyatan izin yang telah dipenuhi oleh pemohon

dan dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Dalam hal izin

gangguan, pelaksanaan izin berkaitan dengan izin gangguan

perorangan atau badan yang melakukan usaha di lokasi tertentu.11

Fungsi adanya izin gangguan juga menjadi ujung tombak dalam

pelaksanaan instumen hukum administrasi negara. Hal ini

dikarenakan adanya perizinan akan memberikan perlindungan

hukum bagi pendirian perusahaan yang dibuktikan dengan izin usaha

yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah, sehingga terdapatnya

jaminan baginya dan terhindar dari adanya pembongkaran atau

penerbitan usaha yang dilakukan oleh pelaku ilegal lainnya. Selain

itu, adanya izin juga akan memudahkan pengembangan binis dan

pemasaran produk.12 Dengan demikian, pelaku usaha membayar

retribusi sebagai bentuk adanya penerbitan izin yang dilakukan oleh

pemerintah daerah.

4) Retribusi Izin Trayek

Retribusi menurut Pasal 145 UU PDRD merupakan pemberian

izin kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan

angkutan penumpang pada suatu atau beberapa trayek tertentu.

Dengan kata lain, retribusi ini ada sebagai pungutan untuk

11
Yudi Saputra, “Pelaksanaan Pelayanan Retribusi Izin Gangguan (HO) oleh Pemerintah
Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran di Kantor Kecamatan Cigugur Kabupaten
Pangandaran”, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara, Vol. 5, No. 1, 2018, hlm. 102.
12
Yudi Saputra, Ibid hlm. 103

19
membayar atas pemberian izin trayek. Subjek retribusi merupakan

orang pribadi atau badan yang memperoleh izin trayek. Sementara

wajib retribusi izin trayek adaah orang pribadi atau badan yang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi

diwajibkan melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

atau pemotong retribusi izin trayek.

Besarnya retribusi tiap daerah tidak menentu. Hal ini

dikarenakan tidak ada aturan yang spesifik dan jelas membahas

terkait penetapan tarif yang sama antar daerah, baik undang-undang

ataupun peraturan teknisnya. Namun, daerah biasanya melalukan tata

cara penghitungan retribusi yang didasarkan oleh perkalian antara

tingkat pengguna jasa dengan tarif retribusi. Tingkat penggunaan

jasa merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar

alokasi beban biaya yang dipikul oleh pemerintah daerah untuk

menyelnggarakan jasa yang bersangkutan. Sementara tarif retribusi

digolongkan berdasarkan jenis angkutan umum dan daya angkut.

Berikut, beberapa contoh daerah dalam menetapkan tarif retribusi.

Retribusi izin trayek dilakukan oleh pemerintah daerah sebab

adanya pemberian izin yang dikeluarkan olehnya. Izin trayek

sebagaimana yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah merupakan

upaya untuk merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan

mengawasi terhadap penyediaan dan penyelenggaraan jasa layanan

angkutan orang dalam trayek. Hakikat diterbitkannya izin oleh

pemerintah adalah:

20
1. Memberikan jaminan bagi pengguna jasa angkutan untuk

mendapatkan jasa angkutan sesuai dengan keinginan dan

kebutuhannya. Setiap penyedia jasa/operator harus melakukan

kewajiban sebagaimana aturan yang telah ditetapkan, sehingga

akan terciptanya kepastian hukum.

2. Memberikan perlindungan kepada penyedia jasa/operator

dengan menjaga keseimbangan antara penyediaan angkutan

(supply) dan permintaan angkutan (demand), agar perusahaan

penyedia jasa layanan angkutan dapat menjaga dan

mengembangkan usahanya, sehingga tercipta efektivitas sesuai

tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

5) Retribusi Izin Usaha Perikanan

Indonesia sebagai negara kepulaun terbesar memiliki kuasa atas

lautan dan perikanan yang luas. Dengan total luas 1/3 daratan dan

2/3 lautan menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara maritim di

dunia. Wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah

daratan menjadikan Indonesia kaya akan sumber daya laut.

Keberadaan sumber daya laut menjadi aset komoditi tersendiri bagi

Indonesia, terutama komoditi perikanan.13

Pengelolaan, penangkapan, dan pengangkutan ikan merupakan

aktivitas yang dilakukan oleh nelayan dan perusahaan perikanan

untuk memenuhi komoditi perikanan. Upaya tersebut tentu


13
Dwiyanti Putri, “Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menangani Illegal Fishing di
Indonesia”, Gemda Keadilan Edisi Jurnal, 2017, hlm. 160.

21
membutuhkan izin agar kegiatan yang dilakukan legal secara hukum,

sehingga terpenuhinya perlindungan, pembinaan, dan pengawasan

lingkungan terhadap kelautan dan perikanan. Fungsi adanya izin juga

memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha terkait sehingga

tidak membuka peluang terjadinya penyimpangan, misalnya

pungutan ilegal. Adanya kejelasan standar biaya, maka pegawai

pemerintah yang bertugas menarik pungutan dapat menjalankan

kewenangannya dengan besaran yang sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Subjek retribusi izin usaha perikanan merupakan orang pribadi

atau badan yang memperoleh izin usaha perikanan, sementara wajib

retribusi ini merupakan orang pribadi atau badan yang menurut

peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran termasuk pemungut atau pemotong retribusi

izin usaha perikanan. Sementara beberapa kendala yang ditemui atas

pungutan izin usaha ikan di daerah antara lain:

Pertama, tidak adanya penetapan tarif retribusi izin usaha

perikanan di daerah oleh pemerintah pusat. UU Perikanan beserta

peraturan teknis di bawahnya, seperti Peraturan Pemerintah No. 54

Tahun 2002 tentag Usaha Perikanan, tidak membahas terkait

retribusi izin usaha perikanan. Peraturan tentang perikanan hanya

menjalankan terkait SIUP, SIPI, dan SIKPI tanpa adanya penjelasan

lebih detail dan jelas terkait retribusi tersebut. Padahal selayaknya

pemberian izin, tentu pemerintah daerah menetapkan retribusi yang

22
harus dibayarkan oleh pelaku usaha. Hal ini berbeda dengan

pengaturan retribusi IMB yang sudah diatur melalui peraturan

menteri. Artinya, pengaturan retribusi IMB sudah dibahas dan diatur

oleh pemerintah pusat melalui Permen PUPR. Sementara UU PDRD

hanya menjelaskan bahwa daerah diberikan kewenangan untuk

menarik atas kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan,

tanpa adanya pengaturan delegasi yang berasal dari peraturan

pemerintah dan/atau peraturan menteri.

Kedua, efektivitas pengelolaan retribusi izin usaha perikanan

belum maksimal. Efektivitas ditandai dengan kemampuan aparat

pelaksana. Semakin tinggi kemampuan pelaksana pungutan SDM,

maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas pungutan yang pada

akhirnya akan menaikkan jumlah penerimaan daerah. Beberapa

daerah dalam mekanisme pengelolaan retribusi izin usaha perikanan

terkendala dengan proses legalitas atau pengurusan izin yang terlalu

lama, karena pengurusan persyaratan dipenuhi dan diurus pada

instansi yang berbeda. Sementara rendahnya penerimaan retribusi

izin usaha perikanan karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan

oleh pelaku usaha, kurangnya pemahaman pelaku usaha pada

pengurusan SIUP, dan kurangnya pengawasan/pembinaan oleh

pemerintah daerah terhadap pelaku usaha yang tidak memiliki

SIUP.14

B. Pengertian Perizinan
14
Fiska Riana Sari dan Husni Mubarok, “Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Retribusi Iizn Usaha
Perikanan sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkalis”, Jurnal
IAKP, Vol. 2, No. 2, 2021, hlm. 211.

23
Sjachan Basah mengemukakan bahwa agak sulit untuk memberikan

definisi mengenai izin. Pendapat tersebut sama seperti yang dikemukakan

oleh Van Der Pot bahwa sangat sukar membuat definisi untuk menyatakan

pengertian tentang izin”. Hal ini disebabkan karena diantara para pakar tidak

terdapat persesuaian paham, masing-masing melihat dari sisi yang berlainan

terhadap objek yang didefinisikannya. Sukar memberikan definisi bukan

berarti tidak terdapat definisi tentang izin, bahkan ditemukan sejumlah

definisi yang beragam".

Prinsip izin terkait dalam hukum publik oleh karena berkaitan dengan

perundang-undangan pengecualiannya apabila ada aspek perdata yang berupa

persetujuan seperti halnya dalam pemberian izin khusus. Izin merupakan

perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam

peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan

perundang-undangan.

Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan

mengabulkan sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti

memperkenankan, memperbolehkan, tidak melarang.

Pengertian izin menurut Utrecht sebagai berikut :

“Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan,

tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang

ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi

negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin

(vergunning)”

Izin (vergunning) yaitu merupakan persetujuan dari penguasa

24
berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menguraikan tindakan atau

perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.

Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti

menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh Sedangkan

menurut Sjachran Basah, yang dimaksud dengan izin adalah :

“Perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan

peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur

sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan”

Menurut Mr. N. M. Spelt dan Prof. Mr. J.B.J.M. ten Berge, izin

merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau

peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari

ketentuan larangan perundang-undangan (izin dalam arti sempit).

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Spelt dan ten Berge, dalam izin

dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali

diizinkan. Artinya, kemungkinan untuk seseorang atau suatu pihak tertutup

kecuali diizinkan oleh pemerintah, dengan demikian pemerintah mengikatkan

perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang

bersangkutan.

Dalam hal izin kiranya perlu dipahami bahwa sekalipun dapat

dikatakan dalam ranah keputusan pemerintah, yang dapat mengeluarkan izin

ternyata tidak selalu organ pemerintah. Contohnya izin untuk melakukan

pemeriksaan terhadap anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dalam hal ini

dikeluarkan oleh presiden selaku kepala negara. Menyangkut hubungan

kelembagaan yang lain, seperti apabila Badan Pemeriksa Keuangan akan

25
melakukan pemeriksaan untuk mendapatkan akses data dari suatu pihak wajib

pajak, maka terlebih dahulu harus ada izin dari Menteri Keuangan. Karena

itu, konteks hubungan dalam perizinan menampakan kompleksitasnya. Tidak

terbatas pada hubungan antara pemerintah dan rakyat, tetapi juga menyangkut

hubungan kelembagaan dalam negara.

Izin tidak sama dengan pembiaran. Kalau ada suatu aktivitas dari

anggota masyarakat yang sebenarnya dilarang oleh peraturan

perundangundangan yang berlaku, tetapi ternyata tidak dilakukan penindakan

oleh aparatur yang berwenang, pembiaran seperti itu bukan berarti diizinkan.

Untuk dapat dikatakan izin harus ada keputusan yang konstitutif dari aparatur

yang berwenang menerbitkan izin.

Selain pengertian izin yang diberikan oleh beberapa ahli tersebut

diatas, secara yuridis pengertian izin dan perizinan tertuang dalam Pasal (1)

angka 8 dan 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dalam Pasal (1)

angka 8 ditegaskan bahwa izin adalah :

“Dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan


Peraturan Daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti
legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau
badan untuk melakukan usaha atau kegiatan lainnya.”

Kemudian pada Pasal (1) angka 9 menegaskan bahwa :

“Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau


pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun
tanda daftar usaha.”

Definisi izin dan perizinan juga didefinisikan sama dalam Pasal (1)

angka 8 dan angka 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008

tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan

26
Terpadu di Daerah. Pemberian pengertian izin tersebut menunjukan adanya

penekanan pada izin tertulis, yakni berbentuk dokumen, sehingga yang

disebut sebagai izin tidak termasuk yang diberikan secara lisan.

Hal pokok pada izin, bahwa suatu tindakan dilarang kecuali

diperkenankan dengan tujuan agar' dalam ketentuan-ketentuan yang

bersangkutan dilakukan dengan cara-cara tertentu. Penolakan izin terjadi bila

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi.

Misalnya, tentang pelarangan mendirikan suatu bangunan, kecuali ada izin

tertulis dari pejabat yang berwenang dengan ketentuan mematuhi persyaratan-

persyaratan yang telah ditentukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perizinan merupakan

upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang menimbulkan

gangguan pada kepentingan umum. Mekanisme perizinan, yaitu melalui

penerapan prosedur ketat dan ketentuan yang harus dipenuhi untuk

menyelenggarakan suatu pemanfaatan lahan. Perizinan adalah salah satu

bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang

dimiliki pemerintah, merupakan mekanisme pengendalian administrartif

terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat

1. Bentuk-bentuk Perizinan

Menurut SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD bentuk-bentuk perizinan dibagi

atas 4 (empat) yaitu :

a. Dispensasi atau Bebas Syarat Yaitu apabila pembuat paraturan secara

umum tidak melarang sesuatu Peraturan Perundang-Undangan menjadi

27
tidak berlaku karena sesuau hal yang sangat istimewa. Adapun tujuan

diberikannya dispensasi itu adalah agar seseorang dapat melakukan suatu

perbuatan hukum yang menyimpang atau menerobos Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku. Pemberian dispensasi itu umumnya

harus memenuhi syaratsyarat tertentu yang ditetapkan dalam undang-

undang yang bersangkutan.

b. Verguining atau Izin yaitu apabila pembuat peraturan secara umum tidak

melarang sesuatu perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang berlaku. Perbuatan administrasi negara yang

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.

c. Lisensi (Licentie)

Menurut Prins nama lisensi lebih tepat untuk digunakan dalam hal

menjalankan suatu perusahaan dengan leluasa (suatu macam izin yang

istimewa). Sehingga tidak ada ganguan lainnya termasuk dari pemerintah

sendiri.

d. Konsensi

yaitu apabila pihak swasta memperoleh delegasi kekuasaan dari

pemerintah untuk melakukan sebagian pekerjaan/tugas yang seharusnya

dikerjakan oleh pemerintah. Adapun tugas dari pemerintah atau bestur

adalah menyelenggarakan kesajahtaraan umum. Jadi kesejahtaraan atau

kepentingan umum harus selalu menjadi syarat utama, bukan untuk

mencari keuntungan semata-mata. Pendelegasian wewenang itu diberikan

karna pemerintah tidak mempunyai cukup tenaga maupun fasilitas untuk

melakukan sendiri. konsensi ini hampir dapat diberikan dalam segala

28
bidang.

2. Tujuan Pemberian Izin

Secara umum, tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk

pengendalian daripada aktivitas pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana

ketentuannya berisi pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh baik

yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang berwenang. Selain itu,

tujuan dari perizinan itu dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu

a. Dari Sisi Pemerintah Dari sisi pemerintah tujuan pemberian izin

adalah sebagai berikut :

1) Untuk melaksanakan peraturan Apakah ketentuan-ketentuan yang

termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam

praktiknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur ketertiban.

2) Sebagai sumber pendapatan daerah Dengan adanya permintaan

permohonan izin, maka secara langsung pendapatan pemerintah

akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon

harus membayar retribusi terlebih dahulu semakin banyak pula

pendapatan dibidang retribusi tujuan akhirnya, yaitu membiayai

pembangunan.

b. Dari Sisi Masyarakat Dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin itu

adalah sebagai berikut :

1) Untuk adanya kepastian hukum

2) Untuk adanya kepastian hak

3) Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas. Apabila bangunan

29
yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapat

fasilitas.

3. Pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Pengertian mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan

bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk pekerjaan menggali,

menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan

mengadakan bangunan.

Izin Mendirikan Bangunan adalah suatu ijin untuk mendirikan,

memperbaiki, mengubah, atau merenovasi suatu bangunan termasuk ijin

bagi bangunan yang sudah berdiri yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah

atau Pejabat yang berwenang.

Menurut Adrian Sutedi, SH, MH yang dimaksud dengan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) adalah :15

“Izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi

atau badan hukum untuk mendirikan bangunan yang dimaksudkan

agar pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan fata ruang yang

berlaku dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang

menempati bangunan tersebut.”

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 15 Tahun

2012, yang dimaksud dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah “izin

yang diberikan untuk mendirikan dan mengubah bangunan”.

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diterbitkan oleh Bupati Indramayu,

15
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Cetakan Pertama, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 195

30
dalam hal ini adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten

Indramayu sedangkan Dinas Cipta Karya merupakan unsur pelaksana

pemerintah daerah di bidang pengawasan bangunan, dan tugas pokoknya

adalah melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah berdasarkan

penyerahan hak dalam rangka otonomi daerah di bidang pengawasan

bangunan.

Adapun yang berhak mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

adalah segenap atau setiap warga masyarakat yang melaksanakan

pendirian bangunan. IMB diperlukan bagi setiap pendirian bangunan

karena semata-mata bertujuan tertib bangunan. Setiap pengelola

pembangunan dan pemanfaatannya harus dilakukan secara tepat guna,

berhasil guna, tertib, aman, serasi dan seimbang dengan lingkungannya.

Kegunaan memiliki Izin Mendirikan Bangunan adalah :

a. Tata letak ruang, tata tetak bangunan dan tata lingkungan menjadi

teratur dan tertata sesuai dengan ketentuan teknis tata ruang dan tata

bangunan sehingga sangat bermanfaat bagi tata lingkungan kehidupan

manusia dan alam.

b. Melestarikan Budaya Arsitektur Tradisional

c. Memiliki kepastian Hukum terhadap bangunan yang dimiliki.

d. Dapat memudahkan dalam pengurusan : Kredit Bank, Ijin Usaha dan

dapat meyakinkan pihak-pihak yang memerlukan dalam transaksi jual

beli, sewa-menyewa, dll.

e. Menunjang kelangsungan pembangunan Daerah melalui peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

31
4. Fungsi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagai fungsi

penertib dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib,

dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha,

bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu

sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat

dapat terwujud.

Sebagai fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat

dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga tidak terdapat

penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain fungsi

pengaturan ini dapat disebut sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.

Dalam hal Izin Mendirikan Bangunan, fungsi dari izin bangunan ini

dapat dilihat dalam beberapa hal :

a. Segi Teknis Perkotaan

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan sangat penting artinya

bagi pemerintah daerah guna mengatur, menetapkan dan

merencanakan pembangunan perumahan di wilayahnya sesuai dengan

potensial dan prioritas kota yang dituangkan dalam master plan kota.

Untuk mendapatkan pola pembangunan kota yang terencana dan

terkontrol tersebut, pelaksanaan pembangunan di atas wilayah suatu

kota diwajibkan memiliki Izin Mendirikan Bangunan dan

penggunaannya sesuai dengan yang disetujui oleh perangkat daerah

yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan perizinan di

32
lingkungan Kabupaten Indramayu, yang dalam hal ini dilaksanakan

oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Indramayu.

Pengaturan pembangunan perumahan melalui izin ini,

pemerintah di daerah dapat merencanakan pelaksanaan pembangunan

berbagai sarana serta unsur kota dengan berbagai instansi yang

berkepentingan. Hal ini sangat penting agar wajah perkotaan dapat

ditata dengan rapi serta menjamin keterpaduan pelaksanaan pekerjaan

pembangunan perkotaan. Penyesuaian pemberian izin mendirikan

bangunan dengan master plan kota akan memungkinkan adanya

koordinasi antara berbagai departemen teknis dalam melaksanakan

pembangunan kota.

b. Segi Kepastian Hukum

Izin Mendirikan Bangunan penting artinya sebagai pengawasan

dan pengendalian bagi pemerintah dalam hal pembangunan

perumahan. Mendirikan bangunan dapat menjadi acuan atau titik

tolak dalam pengaturan perumahan selanjutnya. Bagi masyarakat

pentingnya izin mendirikan bangunan ini adalah untuk mendapatkan

kepastian hukum terhadap hak bangunan yang dilakukan, sehingga

tidak adanya gangguan atau hal-hal yang merugikan pihak lain dan

akan memungkinkan untuk mendapatkan keamanan dan ketentraman

dalam pelaksanaan usaha atau pekerjaan.

Selain itu, Izin Mendirikan Bangunan tersebut bagi pemiliknya

dapat berfungsi antara lain :

1) Bukti milik bangunan yang sah

33
2) Kekuatan hukum terhadap tuntutan ganti rugi dalam hal berikut :

a) Terjadi hak milik untuk keperluan pembangunan yang

bersifat untuk kepentingan umum.

b) Bentuk-bentuk kerugian yang diderita pemilik bangunan

lainnya yang berasal dari kebijaksanaan dan kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah.

c) Segi Pendapatan Daerah, dalam hal ini pendapatan daerah,

maka izin mendirikan bangunan merupakan salah satu sektor

pemasukan yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Melalui

pemberian izin ini dapat dipungut retribusi izin mendirikan

bangunan. Retribusi atas izin mendirikan bangunan ini

ditetapkan berdasarkan persentase dari taksiran biaya

bangunan yang dibedakan menurut fungsi bangunan tersebut.

Retribusi izin mendirikan bangunan dibebankan kepada

setiap orang atau badan hukum yang namanya tercantum

dalam surat izin yang dikeluarkan.

5. Proses Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu

yang ditentukan oleh pemerintah selaku pemberi izin Disamping harus

menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh

pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu

berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan izin dan instansi pemberi izin.

34
Proses Izin Mendirikan Bangunan yaitu dengan mengajukan permohonan

tertulis kepada Bupati Indramayu melalui Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Kabupaten Indramayu sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Pengurusan IMB cukup sederhana antara lain dengan persyaratan, yaitu :

a. Surat permohonan.

b. Foto copy KTP Pemohon yang masih berlaku.

c. Foto copy Akte Pendirian Perusahaan (untuk yang berbadan hukum).

d. Foto copy Bukti Kepemilikan Tanah

e. Foto copy tanda pelunasan PBB tahun terakhir

f. Persetujuan izin tetangga

g. Foto copy Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (untuk bangunan

komersial dan berdampak thd pemanfaatan peruntukan tata ruang).

h. Gambar situasi dan gambar rencana bangunan yang telah di teliti dan

disahkan oleh Tenaga Ahli

Kriteria bangunan yang memerlukan IMB yaitu bangunan gedung atau

bangunan bukan gedung. Bangunan gedung meliputi :

1) Hunian, terdiri atas bangunan gedung hunian, rumah tinggal sederhana

dan rumah tinggal tidak sederhana.

2) Keagamaan, terdiri atas mesjid, mushola, gereja, vihara, kelenteng,

pura dan bangunan pelengkap keagamaan.

3) Usaha, terdiri atas perkantoran komersial, pasar modern, ruko, rukan,

mall/supermarket, hotel, restoran dan sejenisnya.

4) Sosial dan Budaya, terdiri atas bangunan olahraga, pemakaman,

bangunan kesenian dan kebudayaan, pasar tradisional, terminal/halte

35
bus, bangunan pendidikan, bangunan kesehatan, kantor pemerintah,

bangunan panti jompo, panti asuhan dan sejenisnya.

5) Ganda/campuran, terdiri atas hotel, apartemen, mall, sport hall dan

atau hiburan.

Bangunan bukan gedung meliputi :

6) Pelataran untuk parkir, pondasi tanki dan penanaman tanki

7) Pagar tembok/besi, menara, gardu listrik

8) Kolam renang, gapura

9) Lapangan tennis, futsal, lapangan basket

10) Tempat penjemuran padi

a. Tata Urutan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

36
Sumber : Pedoman Umum Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu Pada DPMPTSP Kabupaten Indramayu

Gambar 1 Mekanisme Pelayanan Perizinan

b. Standar Prosedur Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

37
1) Loket Informasi

a) Petugas menyapa kepada pemohon.

b) Pemohon menyampaikan maksud dan tujuan.

c) Petugas memberikan penjelasan tentang apa yang dimintakan

informasinya oleh pemohon, jenis izin, persyaratan, taksiran biaya

retribusi, waktu penyelesaian.

d) Khusus mengenai taksiran biaya petugas menyampaikan besar biaya

yang benar akan disampaikan dalam bentuk SKRD yang akan

diterbitkan setelah verifikasi lapangan.

e) Petugas memberikan formulir kepada pemohon untuk

mempelajarinya terlebih dahulu, apabila ada yang tidak dimengerti

pemohon dipersilakan untuk bertanya, apabila tidak ada petugas

mempersilahkan pemohon untuk mengisi formulir ditempat yang

sudah disediakan.

f) Petugas menjelaskan seputar tata cara pengisian formulir.

g) Petugas menanyakan apakah persyaratan yang tertera didalam

formulir sudah ada / dibawa? Jika ia petugas mempersilahkan kepada

pemohon untuk ke meja pendaftaran/registrasi. Jika tidak, petugas

mempersilahkan kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan dan

kembali lagi apabila persyaratan sudah lengkap.

2) Loket Pendaftaran / Registrasi

a) Petugas bertanya apakah sudah mengisi formulir jika ia petugas

meminta berkas persyaratan yang diminta dalam formulir.

b) Petugas memeriksa kelengkapan berkas persyaratan yang diminta

38
dan mencocokannya dengan formulir yang diisi oleh pemohon.

c) jika berkas sudah lengkap, petugas memasukan data pemohon dan

permohonanya kedalam komputer (apabila sistem on-line sudah

berjalan).

d) jika input data sudah selesai, petugas meminta validasi elektronik

berupa pemberian nomor pendaftaran / registrasi, kemudian

mencetak tanda terima validasi sebanyak dua rangkap (apabila

sistem on-line sudah berjalan).

e) Petugas menyerahkan satu lembar tanda terima kepada pemohon

sebagai bukti tahap selanjutnya dan menyimpan tanda bukti sebagai

arsip.

f) Petugas menyatakan proses administrasi telah selesai dan meminta

agar pemohon menunggu pemberitahuan selanjutnya (Penerbitan

SKRD, Peninjauan Lapangan dan Pengambilan Surat Lin).

g) Jika berkas belum lengkap petugas meminta pemohon agar

melengkapi kekurangannya dan kembali lagi apabila sudah lengkap

h) Petugas melampirkan lembar kendali pada berkas permohonan dan

mengisinya kolom pendaftaran (tanggal masuk, pengesahan dan

keterangan lainnya).

i) Petugas pendaftaran/registrasi mengkompilasi seluruh berkas

permohonan dan mencetak daftar permohonan izin yang masuk pada

hari itu dalam bentuk “spread sheet' yang telah disediakan dalam

data base (apabila sistem on-line sudah berjalan).

j) Seluruh berkas yang sudah dikompilasi beserta daftar permohonan

39
izin yang sudah dicetak disampaikan kepada Kepala Sub Bidang

Pelayanan Perizinan dan diteruskan kepada bagian pengolahan data

dan verifikasi lapangan serta diagendakan pada tahap selanjutnya

(tahap validasi dan verifikasi data).

3) Loket Pengolahan / Pemrosesan Data

a) Setelah Kepala Sub Bidang Pelayanan Perizinan memeriksa berkas

permohonan, berkas disampaikan kepada petugas administrasi

pengolahan data.

b) Petugas administrasi pengolahan data mendistribusikan berkas

kepada petugas pemroses pengolahan data izin yang dimohon, dalam

hal ini Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

c) Petugas pengolah data meneliti data permohonan, melakukan

penyesuaian data rencana lokasi usaha dengan Rencana Umum Tata

Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) suatu

wilayah dan konstruksi bangunan, jenis usaha dan peraturan

perundang-undangan lainnya tentang regulasi usaha terkait.

d) Petugas pengolah data menyampaikan rekomendasi di lembaran

kendali untuk tindak lanjut pemrosesan perizinan apabila data yang

disampaikan pemohon sesuai dengan aturan teknis dan peraturan

perundang-undang lainya yang berlaku.

e) Jika tidak sesuai dengan dengan aturan teknis dan atau peraturan

perundang-undangan lainnya tentang regulasi usaha terkait, petugas

pengolah data merekomendasikan untuk menolak permohonan izin.

f) Kepala Sub Bidang Pelayanan Perizinan menerbitkan surat

40
pemberitahuan penolakan permohonan izin pada pemohon.

g) Apabila berkas permohonan IMB dianggap lengkap, Kepala Sub

Bidang Pelayanan Perizinan memberikan berkas kepada Kepala Sub

Bidang Verifikasi untuk diadakan verifikasi lapangan

h) Kepala Sub Bidang Verifikasi menugaskan petugas lapangan IMB

untuk memeriksa lokasi obyek izin.

i) Setelah verifikasi lapangan, petugas IMB membuat berita acara

lapangan, mencetak izin dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah

(SKRD) dengan kelengkapannya.

j) Hasil pencetakan dokumen izin disampaikan kepada Kepala Sub

Bidang Verifikasi, Kepala Bidang Perizinan dan Kepala Bagian Tata

Usaha untuk diparaf, dan ditandatangani oleh Kepala Badan Dan

masing-masing hasil koreksi tertera dalam lembar kendali.

k) Berkas kemudian diagendakan di Bagian Tata Usaha untuk

dilakukan penomeran izin.

l) Izin diserahkan ke bagian loket pembayaran.

4) Loket Pembayaran

a) Petugas penerima pembayaran langsung mencatat besaran retribusi

yang harus dibayar untuk disampaikan kepada pemohon.

b) Setelah diterbitkan SKRD, pemohon dapat melakukan pembayaran.

c) Petugas memberikan surat tanda bukti pembayaran.

d) Petugas pembayaran mengisi lembar kendali.

5) Loket Pengambilan

a) Petugas menyampaikan informasi kepada pemohon bahwa izin telah

41
selesai.

b) Pemohon menunjukkan surat pemberitahuan pengambilan surat izin

dan tanda bukti pembayaran retribusi apabila sudah dibayar, jika

belum pemohon harus membayar terlebih dahulu retribusi yang telah

ditetapkan dalam SKRD.

c) Menyerahkan surat izin dan mencatat nomor pengambilan surat.

d) Petugas penyerahan izin mengisi lembar kendali.

C. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh

daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku16. Kemudian Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan

yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang

bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang

sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam

menggali pendaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan

asas desentralisasi.

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah yaitu hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai

16
Siahaan, Marihot P, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta,
2016, hlm 14

42
penambah nilai kekayaan bersih.

Sumber-sumber Pendapatan Daerah bersumber dari :

1. Pendapatan Asli Daerah.

a. Pajak Daerah

Secara umum Pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh

Negara (Pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat

dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya

dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa)

secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai

pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan.17

Sedangkan ciri-ciri yang menyertai Pajak itu sendiri dapat

diikhtisarkan seperti :

1) Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah;

2) Pembayaran pajak harus masuk kepada kas Negara;

3) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya

kontra prestasi individu oleh pemerintah;

4) Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan

manifestasi kontra prestasi dari Negara kepada para

pembayar pajak;

5) Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan,kejadian dan

perbuatan yang menurut peraturan perundang-undangan

pajak dikenakan pajak;


17
Siahaan, Marihot P, ibid, hlm 7

43
b. Retribusi Daerah

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada

Negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara

bagi penduduknya secara perorangan. Pengertian retribusi secara

umum adalah pembayaran- pembayaran kepada Negara yang

dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara.

Retribusi daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Retribusi adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan oleh

pemerintah.

Adapun ciri-ciri pokok Retribusi Daerah antara lain yaitu

(Marihot.P.Siahaan:2005,hal 7):

1) Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan

undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan;

2) Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah;

3) Pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi

(balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas

pembayaran yang dilakukannya;

4) Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan;

44
5) Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara

ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan

memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah

daerah.

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan antara lain

yaitu :

1) bagian Laba

2) dividen, dan

3) penjualan saham milik daerah.

d. Lain-lain PAD yang sah meliputi yaitu:

1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

2) Jasa giro;

3) Pendapatan bunga;

4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing;

5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/ atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh

daerah.

6) Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;

7) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

8) Pendapatan denda pajak;

9) Pendapatan denda retribusi;

10) Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;

11) Pendapatan dari pengembalian;

45
12) Fasilitas social dan fasilitas umum;

13) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan;dan

14) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

2. Dana Perimbangan. Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah

yang bersumber dari APBN yang terdiri atas yaitu :

a. Dana Bagi Hasil (DBH) Dana bagi hasil adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan kepada

daerah berdasarkan angka persentase tertentu.

b. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana alokasi umum bertujuan

untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang

dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan

keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang

memepertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.

c. Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana alokasi khusus

dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan

khusus didaerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan

sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai

kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat

yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong

percepatan pembangunan daerah.

3. Lain-lain Pendapatan.

a. Pendapatan Hibah

b. Pendapatan Dana Darurat.

46
B. Pembiayaan Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan /

pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran

bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan bersumber

dari :

a. Sisa lebih Perhitungan Anggaran Daerah,

b. Penerimaan Pinjaman Daerah,

c. Dana Cadangan Daerah,

d. Hasil kekayaan daerah yang dipisahkan.

BAB III

DESKRIPSI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

TERPADU SATU PINTU DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN

ASLI DAERAH (PAD)

A. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2018 Tentang Retribusi Perizinan

Tertentu

B. Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

C. Peran Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

47
A. Implementasi Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2018 Tentang Retribusi

Perizinan Tertentu terhadap Masyarakat Indramayu untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

B. Upaya penerapan sanksi terhadap Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2018

Tentang Retribusi Perizinan Tertentu

48
49
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Buku
Soerjono Soekanto. (2004). Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Muhammad Erwin. (2008) Hukum Lingkungan Dalam Sistem
Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup. Bandung : PT.
Refika Aditama
Muhaimin. (2020). Metode Penelitian Hukum. Mataram : Mataram
University Press
Amiruddin dan Zainal Asikin. (2020). Pengantar Metode Penelitian
Hukum. Depok : PT. RajaGrafindo Persada
Adrian Sutedi. (2010) Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik.
Jakarta : Sinar Grafika

Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung.
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 15 Tahun 2012 Tentang
Bangunan Gedung Di Kabupaten Indramayu.
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7 Tahun 2018 Tentang
Retribusi Perizinan Tertentu

Jurnal
Ario Joko Sukmanto. (2021). Evaluasi Implementasi Kebijakan Pelayanan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Kabupaten Indramayu.
Redaksi Jurnal Ilmu Administrasi REFORMASI Universitas
Swadaya Gunung Jati. Nomor 2 Jilid 5

Sunarto dan Budi Mulyawan. (2019). Kualitas Pelayanan Perizinan Pada


Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(Dpmptsp) Kabupaten Indramayu(Studi Tentang Pengurusan Surat
Izin Usaha), Universitas Wiralodra Indramayu, Vol. 9 No. 2

50

Anda mungkin juga menyukai