Anda di halaman 1dari 82

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN


APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

OPTIMALISASI PASIEN SAFETY RESIKO JATUH PADA PASIEN


PSIKIATRI POST INJEKSI DIAZEPAM DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG PROVINSI
JAWA TENGAH

Disusun Oleh
Nama : Ayu Fitriya Rusanto, S.Kep., Ns
NIP : 19900509 2001902 2 006
Angkatan/ No Presensi : LXXVIII / 40
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja : RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah
Coach : Gigus Nuryatno, A. Pi
Mentor : Rudy Widiyanto, S.Kep., Ns., MH. Kes

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN LXXVIII


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2019
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI
NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

OPTIMALISASI PASIEN SAFETY RESIKO JATUH PADA PASIEN


PSIKIATRI POST INJEKSI DIAZEPAM DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG PROVINSI
JAWA TENGAH

Disusun Oleh
Nama : Ayu Fitriya Rusanto, S.Kep., Ns
NIP : 19900509 2001902 2 006
Angkatan/ No Presensi : LXXVIII / 40
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja : RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah
Coach : Gigus Nuryatno, A. Pi
Mentor : Rudy Widiyanto, S.Kep., Ns., MH. Kes

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN LXXVIII


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI
NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN APARATUR SIPIL
NEGARA (ASN) PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III
ANGKATAN LXXVIII

OPTIMALISASI PASIEN SAFETY RESIKO JATUH PADA PASIEN


PSIKIATRI POST INJEKSI DIAZEPAM DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG PROVINSI
JAWA TENGAH

Nama : AYU FITRIYA RUSANTO, S.Kep., Ns


NIP : 19900509 201902 2 006
Nomor Absen : 40
Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada :
Hari/ Tanggal : Selasa, 09 Juli 2019
Tempat : BPSDMD Provinsi Jawa Tengah

Semarang, 09 Juli 2019


Peserta Pelatihan Dasar CPNS

Ayu Fitriya Rusanto, S. Kep., Ns


NIP. 19900509 201902 2 006

Menyetujui
Coach, Mentor,

Gigus Nuryatno, A. Pi Rudy Widiyanto, S.Kep., Ns., MH. Kes


Widyaiswara Ahli Madya Kasie. Keperawatan Rawat Inap
NIP. 19670822 199103 1 011 RSJD Amino Gondhoutomo
NIP. 19700420 199303 1 006

ii
HALAMAN PENGESAHAN
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR
DAN PERAN KEDUDUKAN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

Judul : OPTIMALISASI PASIEN SAFETY RESIKO JATUH PADA


PASIEN PSIKIATRI POST INJEKSI DIAZEPAM DI
RUANG IGD RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG PROVINSI JAWA
TENGAH
Telah diseminarkan,

Tempat : BPSDM Pemerintah Provinsi Jawa Tengah


Hari/tanggal : Selasa, 09 Juli 2019

Semarang, 09 Juli 2019


Peserta Pelatihan Dasar CPNS

Ayu Fitriya Rusanto, S.Kep., Ns


NIP. 19900509 201902 2 006

Menyetujui
Coach, Mentor

Gigus Nuryatno, A. Pi Rudy Widiyanto, S.Kep., Ns., MH. Kes


Widyaiswara Ahli Madya Kasie. Keperawatan Rawat Inap
NIP. 19670822 199103 1 011 RSJD Amino Gondhoutomo
NIP. 19700420 199303 1 006

Narasumber,

Budi Santoso, SSTP


Kasubag Program BPSDMD Provinsi Jawa Tengah
NIP. 19810730 200012 1 001

iii
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan YME, penulis dapat menyelesaikan


rangcangan aktualisasi dengan judul “OPTIMALISASI PASIEN SAFETY
RESIKO JATUH PADA PASIEN PSIKIATRI POST INJEKSI DIAZEPAM
DI RUANG IGD RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH”. Rancangan
aktualisasi ini adalah digunakan sebagai pedoman penulis dalam
melaksanakan aktualisasi penanaman nilai-nilai akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA)
selama proses habituasi.
Penulis menyadari bahwa rancangan ini dapat terwujud karena
bantuan dan dorongan serta doa dari banyak pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah subhanallahu wa ta’ala atas rahmatNya.
2. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah
Propinsi Jawa Tengah yang telah mendukung kegiatan pendidikan
dan pelatihan dasar CPNS;
3. Bapak Gigus Nuryatno, A. Pi, selaku coach yang senantiasa
dengan sabar, cermat, teliti dan sepenuh hati membimbing penulis
dalam menyusun rancangan Aktualisasi ini;
4. Bapak Budi Santoso, SSTP, sebagai narasumber yang
memberikan saran, masukan perbaikan untuk penyempurnaan
rancangan aktualisasi ini sehingga dapat diterapkan dengan lebih
baik;
5. Bapak Rudy Widiyanto, S.Kep., Ns., MH. Kes, selaku mentor yang
telah memberikan bimbingan penulis dalam penyusunan rancangan
aktualisasi ini.
6. Seluruh Widyaiswara dan Binsuh yang telah memberikan ilmunya
selama kegiatan pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan
LXXVIII

iv
7. Panitia Penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
Provinsi Jawa tengah yang telah bekerja keras dalam
mensukseskan Latsar ini;
8. Seluruh rekan-rekan peserta LATSAR golongan III tahun 2019,
terutama pada angkatan LXXVIII atas inspirasi, kekompakan,
bantuan, dan dukungannya;
9. Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan doa dan
dukungannya;
10. Kedua orang tua dan mertua yang selalu memberikan doa dan
dukungannya untuk penulis;
11. Semua pihak yang membantu terselesaikannya rancangan
aktualisasi dan habituasi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangaan mendasar
dan kesempurnaan pada rancangan ini, oleh karenanya penulis berharap
masukan dari berbagai pihak membuat rancangan laporan menjadi lebih
baik. Penulis berharap agar rancangan ini dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan dan pelaporan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar
PNS, serta memberikan manfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Semarang, 09 Juli 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………….………… i
HALAMAN ii
PERSETUJUAN.............................................................. iii
LEMBAR iv
PENGESAHAN.................................................................. vi
PRAKATA………………………………………............................... viii
DAFTAR ISI…………………………………..………...................... ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… 1
DAFTAR TABEL……………………………………………..…….. 1
BAB I PENDAHULUAN……………………………………...….... 3
A. Latar 3
Belakang………………........................................ 8
B. Identifikasi Isu dan Rumusan 8
Masalah………………... 9
1. Identifikasi Isu…………………………………........ 9
2. Analisis Dampak………………………………….... 11
3. Rumusan Masalah…………………………………... 11
C. Tujuan..……………………………………………….. 17
D. Manfaat……………………………………………….. 33
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………… 37
A. Sikap dan Perilaku Bela 41
Negara……………………… 41
B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil…………………….. 45
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam 49
NKRI…………...... 51
D. Pasien
Safety………………………………………………..
BAB III PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA……….. 51
A. Profil Unit Kerja……………………………………….
B. Tugas Jabatan Peserta 60

vi
Diklat………………………….. 64
C. Role model…………………………………………….. 66
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI……………... 66
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan 66
Keterkaitan dengan Nilai
ANEKA……....................................................
....... 69
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan 71
Aktualisasi dan
Habituasi………………………..…
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi
Kendala…………
BAB V PENUTUP………………………………………………….
A. Simpulan…………………………………………………
B. Pentingnya Rancangan
Aktualisasi……………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di RSJD Dr. Amino …………. 4


Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL ....................... . 6
Tabel 1.3 Identifikasi Tapisan Isu dengan metode USG .......... . 7
Tabel 1.4 Dampak Isu ………………………………………….. 8
Tabel 3.1 Sumber Daya Rumah Sakit …………………………. . 44
Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi ....... 53
Tabel 4.2 Jadwal Rancangan Aktualisasi dan Habiatuasi ........ 60
Tabel 4.3 Antisipasi dan Strategi Menghadapi Gejala .............. 64

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Foto RSJD Dr. Amino Gondohutomo…………. 41


Gambar 3.2 Struktur Organisasi RSJD Dr. Amino……………. 44
Gambar 3.3 Role Model Sdr. Mayu Fentami ………………..... 49

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut UU No. 5 Tahun 2014
adalah profesi bagi pegawai negeri dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN
melaksanakan kebijakan publik yang di buat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas dan mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Untuk mewujudkan ASN yang profesional, bersih dan melayani,
maka perlu diselenggarakan Pelatihan Dasar seperti yang telah diatur
dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Latsar Gol. III. Pelatihan
Dasar ini bertujuan untuk membentuk nilai-nilai dasar profesi ASN
agar dapat melaksanakan fungsi dan perannya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik dan perekat serta pemersatu bangsa.
Nilai-nilai dasar profesi ASN tersebut biasa dikenal dengan ANEKA,
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi. Sedangkan peran kedudukan ASN dalam NKRI yaitu
manajemen ASN, Whole of Government, dan pelayanan publik. Dalam
Undang-undang ASN pasal 63 ayat (3) dijelaskan bahwa calon PNS
wajib menjalani masa percobaan. Masa percobaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 63 ayat (3) bagi calon PNS dilaksanakan
selama 1 tahun.
Salah satu sektor pelayanan publik yang harus dibangun
dengan baik oleh PNS adalah membangun kesejahteraan sosial
melalui pelayanan kesehatan. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah
suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun

1
rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
atau masyarakat.
Dalam pelayanan kesehatan tersebut utamanya dilaksanakan
oleh perawat. Salah satu peran perawat diantaranya adalah sebagai
pemberi asuhan keperawatan yang professional. Untuk meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, Pasal 43 ayat (1) mewajibkan Rumah Sakit
menerapkan standar keselamatan pasien.
Keselamatan pasien (patien safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.
Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen
risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindak lanjuti insiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Standar
keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat (2) dilaksanakan
melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan
masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
Rumah Sakit Jiwa (RSJD) Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan khusus terhadap penanganan dan
penanggulanangan masalah kesehatan jiwa yang kini sudah
menambah pemberian pelayanan penyakit fisik yang ditangani secara
komprehensif. Penanganan pasien jiwa (psikiatri) dan pasien fisik (non
psikiatri) di ruang IGD masih dipusatkan dalam satu gedung,
sedangkan untuk ruang rawat inap pasien fisik (non psikiatri)
dipusatkan dalam satu gedung yang terpisah dengan pelayanan jiwa.
Pasien psikiatri di IGD hambir sebagian besar datang dengan kondisi
gaduh gelisah dan amuk, untuk penanganan tersebut dokter sering
memberikan advis Injeksi obat penenang salah satunya pemberian
injeksi diazepam kemudian dilakukan tindakan fiksasi.

2
Sebagai rumah sakit jiwa daerah yang baru memulai pelayanan
fisik sebagai bentuk pelayanan yang komprehensif ada beberapa isu
masalah yang timbul. Resiko jatuh merupakan suatu hal yang menjadi
focus perhatian didalam upaya perawat meningkatkan budaya
keselamatan pasien. Untuk dapat meningkatkan keselamatan pasien
resiko jatuh perawat perlu memiliki pengetahuan yang baik. RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sedang berupaya
membudayakan dan meningkatkan keselamatan pasien dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Selain belum optimalnya pelaksanaan pasien safety resiko
jatuh pada pasien pasikiatri post injeksi diazepam di ruang IGD RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, terdapat beberapa
isu lain di antaranya pelaksanaan triage pasien psikiarti dan non
psikiarti di ruang IGD RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah belum optimal, kurangnya kedislipinan staf dalam melakukan
5 momen cuci tangan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah, kurangnya sosialisasi kepada pasien dan keluarga pasien
tentang etika batuk di ruang IGD RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah, dan belum optimalnya proses operan pasien
antar unit di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

B. Identifikasi Isu dan Rumusan Masalah


1. Identifikasi Isu
Rencana kegiatan aktualisasi beberapa isu di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang terkait pelaksanaan
tugas oleh ASN sesuai dengan nilai-nilai dasar Aparatur Sipil
Negara (ASN) yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) dan sesuai dengan
peran dan kedudukan ASN dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Isu-isu yang diidentifikasi bisa bersumber baik dari
aspek pelayanan publik, Whole of Government (WoG), maupun
aspek manajemen ASN. Hasil identifikasi isu yang ada di RSJD Dr.

3
Amino GondohutomoProvinsi Jawa Tengah dituangkan dalam tabel
1.1 di bawah.

Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Kondisi yang
No Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini
Diharapkan

1. Belum Pelayanan - Belum tersedianya Petugas,


optimalnya Publik tanda resiko jatuh pasien dan
pelaksanaan dan stiker resiko keluarga dapat
pasien safety jatuh mengetahui
resiko jatuh - Monitoring pasien tanda resiko
pada pasien safety resiko jatuh jatuh dan dapat
pasikiatri post belum optimal mengurangi
injeksi diazepam - Restrain tempat kejadian jatuh
di ruang IGD tidur pasien tidak pasien
RSJD Dr. Amino ditutup.
Gondohutomo - Pemasangan
Provinsi Jawa fiksasi pada pasien
Tengah sering kali
ditemukan belum
sesuai SOP

2. Kurangnya Manajemen - Terdapat staf yang Kedislipinan


kedislipinan staf ASN belum staf dalam
dalam melaksanakan 5 melakukan 5
melakukan 5 momen cuci momen cuci
momen cuci tangan. tangan
tangan di RSJD meningkat
Dr. Amino
Gondohutomo
Provinsi Jawa
Tengah

3. Pelaksanaan Pelayanan - Masih sering terjadi - Proses


triage pasien publik ketidaksesuaian triase di
dengan riawayat dalam ruang IGD
psikiatri dan mengidentifikasi berjalan
pasien dengan triase sehingga optimal
riwayat non proses pelayanan
psikiatri di ruang IGD belum sesuai - Ruang
IGD RSJD Dr. kegawatan masih yudistira
Amino berdasarkan urutan sebagai
Gondohutomo sesuai antrian. ruangan
Provinsi Jawa - Masih sering Masih fisik murni
Tengah belum seringnya terjadi tidak lagi
optimal perdebatan memberika
ruangan rawat n
pasien psikiatrik perawatan
dengan pasien non pasien
psikiatrik dengan
riwayat
psikiatri

4
4. Belum WoG - Operan pasien baru Perwat mampu
optimalnya dilaksanakan lewat memberikan
proses operan telpon oleh perawat operan pada
pasien antar unit IGD hanya dengan pasien psikiarti
di RSJD Dr. perawat ruangan dan non
Amino tertentu saja belum psikiatrik pada
Gondohutomo secara menyeluruh perawat semua
Provinsi Jawa kesemua ruangan. ruangan rawat
Tengah - Bahasa komunikasi inap yang
operan yang dituju dengan
digunakan belum cara
komunikasi efektif komunikasi
(metode SBAR). efektif (metode
SBAR)
5. Kurangnya Pelayanan - Belum adanya SOP Semua pasien
sosialisasi publik pemberian edukasi dan keluarga
kepada pasien etika batuk ke pasien
dan keluarga pasien dan diberikan
pasien tentang keluarga pasien edukasi
etika batuk di - Kurangnya tentang etika
ruang IGD RSJD sosialisasi cara batuk
Dr. Amino pemberian edukasi
Gondohutomo etika batuk ke
Provinsi Jawa pasien oleh staf RS
Tengah - Kurangnya media
edukasi etika batuk

(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)

Isu-isu tersebut di atas kemudian dilakukan identifikasi analisis


lebih dalam menggunakan metode APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan). Metode ini memiliki 4 kriteria penilaian
yaitu Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan.
1. AKTUAL artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan di kalangan masyarakat.
2. PROBLEMATIK artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya.
3. KHALAYAK artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak
4. LAYAK artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta relevan
untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

5
Hasil analisis isu-isu dengan metode APKL ditampilkan dalam tabel
1.2 di bawah.
Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL

Analisis APKL
No Sumber Isu
A P K L Ket
1 Pelayanan Belum optimalnya pelaksanaan pasien + + + + MS
Publik safety resiko jatuh pada pasien psikiatri
post injeksi diazepam di ruang IGD
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah

2 Manajemen Kurangnya kedislipinan staf dalam + + + + MS


ASN melakukan 5 momen cuci tangan di
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah
3 Pelayanan Pelaksanaan triage pasien dengan + + + + MS
publik riawayat psikiatri dan pasien dengan
riwayat non psikiatri di ruang IGD
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah belum optimal

4 WoG Belum optimalnya proses operan + + + + MS


pasien antar unit di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

5 Pelayanan Kurangnya sosialisasi kepada pasien + + - + TMS


publik dan keluarga pasien tentang etika batuk
di ruang IGD RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)

Keterangan:
Keterangan: (+) : memenuhi, (-) : tidak memenuhi
A = Aktual; P = Problematik; K = Khalayak; L = Layak; MS = Memenuhi
syarat; TMS = Tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis tersebut di atas kemudian dilakukan penapisan


prioritas isu dengan metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG).
Analisis USG mempertimbangkan tingkat kepentingan, keseriusan,
serta perkembangan. Masing-masing isu diberikan skor 1-5 sesuai
dengan skala likert. Dimana skor 1 berarti isu tersebut TIDAK urgent,
serius, dan berkembang, skor 2 berarti KURANG, skor 3 berarti cukup,
skor 4 berarti isu tersebut urgent, serius dan berkembang, serta skor 5
berarti saat USG.

6
1. URGENCY (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu,
mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. SERIOUSNESS (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah
tersebut terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.
3. GROWTH (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

Tabel 1.3 Identifikasi Tapisan Isu dengan Metode USG

KRITERIA USG
No SUMBER ISU
U S G Tot Peringkat
1 Pelayanan Belum optimalnya
Publik pelaksanaan pasien safety
resiko jatuh pada pasien
psikiatri post injeksi diazepam
5 4 4 13 1
di ruang IGD RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah

2 Manajemen Kurangnya kedislipinan staf


ASN dalam melakukan 5 momen
cuci tangan di RSJD Dr.
4 4 3 11 3
Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah

3 Pelayanan Pelaksanaan triage pasien


public dengan riawayat psikiatri dan
pasien dengan riwayat non
psikiatri di ruang IGD RSJD
5 4 3 12 2
Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah belum
optimal

4 WoG Belum optimalnya proses


operan pasien antar unit di
RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa 4 3 3 10 4
Tengah

(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)

Keterangan:
Keterangan: berdasarkan Skala Likert 1-5
1 = sangat kecil, 2 = kurang
3 = cukup 4 = besar 5 = sangat besar
U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth; Tot = Total

7
Dari hasil analisis isu di atas ditetapkan isu yang dipilih dan
akan ditindaklanjuti dengan gagasan rencana kegiatan adalah isu
tentang “Belum optimalnya pelaksanaan pasien safety resiko jatuh
pada pasien psikiatri post injeksi diazepam di ruang IGD RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah” mempunyai skor
urgency, seriousness, dan growth yang tinggi. Isu ini mempunyai
kebutuhan yang mendesak untuk segera diselesaikan

2. Analisis Dampak
Dampak yang mungkin akan terjadi apabila isu tentang “Belum
optimalnya pelaksanaan pasien safety resiko jatuh pada pasien
pasikiarti post injeksi diazepam di ruang IGD RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah” bila tidak segera diatasi adalah:
Tabel 1.4 Dampak Jika Isu Tidak Terselesaikan

Isu dan Sumber Isu Dampak Bila Isu Tidak Diselesaikan


Isu: a. Bagi perawat menjadi kebiasaan buruk yang tidak
Belum optimalnya pelaksanaan sesuai dengan standar prosedur yang ada tentang
pasien safety resiko jatuh pada pelayanan terhadap pasien.
pasien psikiatri post injeksi b. Bagi rumah sakit kerugian yang paling besar adalah
diazepam di ruang IGD RSJD terjadinya peningkatan angka insiden pasien jatuh
Dr. Amino Gondohutomo yang berdampak pada penurunan mutu pelayanan
Provinsi Jawa Tengah rumah sakit.
c. Kurang percayanya pasien dan keluarga pada
Sumber Isu: perawat.
Pelayanan Publik Dengan munculnya masalah kesehatan (diagnosa)
baru, dapat mempengaruhi kepercayaan pasien pada
terapi dan tindakan yang diberikan oleh petugas
khususnya perawat.
d. Tidak berjalannya fungsi preventif dalam pelayanan
Tindakan yang diambil untuk mengurangi atau
menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu
kejadian yang tidak diinginkan di masa depan.
Tindakan preventif biasanya lebih murah biayanya jika
dibandingkan dengan biaya mengurangi dampak
peristiwa buruk yang terjadi.

3. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis isu di atas maka ditetapkan rumusan
masalah, yakni bagaimana menginternalisasi nilai-nilai ASN
(ANEKA) dengan “Optimalisasi pelaksanaan pasien safety resiko
jatuh pada pasien psikiatri post injeksi diazepam di ruang IGD

8
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah”, sehingga
dapat memberikan kontribusi terhadap visi misi organisasi.

C. Tujuan
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah
ditemukan, tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan aktualisasi
dan habituasi ini adalah:
1. Tujuan Umum
Mampu mengoptimalkan pelaksanaan pasien safety resiko jatuh
pada pasien psikiatri post injeksi diazepam di ruang IGD RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah upaya dengan
menerapkan atau mengimplementasikan atau mengaktualisasikan
nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu
dan Anti Korupsi (ANEKA).
2. Tujuan Khusus
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
b. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Menurunya angka kejadian tidak di inginkan (KTD) pasien jatuh
di rumah sakit.

D. Manfaat
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pengetahuan dan implementasi nilai dasar ANEKA,
kedudukan, tugas, dan peran PNS sebagai landasan dalam
menjalankan profesi di tempat kerja melalui kegiatan Optimalisasi
pelaksanaan pasien safety resiko jatuh pada pasien psikiatri post
injeksi diazepam di ruang IGD RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah.

9
2. Bagi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
a. Membantu terwujudnya visi dan misi RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
c. Terwujudnya akreditasi rumah sakit yang paripurna
3. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang bermutu dan
terakreditasi sebagai wujud aktualisasi nilai dasar ANEKA.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan kesehatan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah.

10
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


Bela Negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi
tanah air, baik harta bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi
keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Bela Negara adalah
tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh,
terpadu dan berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi warga
negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh kecintaan
pada tanah air (wilayah nusantara) dan kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar
negara serta berpijak pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusi negara (Kaelan dam Achmad Zubaidi, 2018 ).
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 3, menyebutkan
bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”. Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan
bagian dari warga masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang
sama dengan warga negara lain untuk melakukan bela negara. Bela
negara merupakan upaya baik dalam pertahanan dalam menghadapi
ancaman, serangan dan agresi dari pihak-pihak yang dapat
mengancam keberadaan negara, maupun usaha dilakukan dalam
rangka berperan aktif untuk memajukan bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku warga negara dalam membela negara harus dijiwai oleh
kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.
Pembekalan nilai dasar seorang ASN dalam pembelaan negara
adalah dengan persiapan berupa:
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental
3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara

11
4. Keprotokolan
5. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan
6. Kegiatan ketangkasan dan permainan.
Dengan modal insani ASN yang unggu dan yang telah diberikan
tambahan perbekalan tersebut di atas, diharapkan seorang ASN akan
lebih siap dalam menunjukkan sikap dan perilaku membela negara
NKRI.

1. Wawasan Kebangsaan
Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa
dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai
dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang
ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:
a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan negara
Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang
mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai
Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat kebudayaan
yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam konsep
wawasan nusantara yang merupakan cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk
menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu
dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan
beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai
agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama dan
menjaga keamanan lingkungan.

12
c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran
berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan
tanggung jawab bersama. Sehingga amanat pada UUD 1945
untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah
Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat
diwujudkan. Hal yang dapat mengganggu kesadaran
berbangsa dan bernegara bagi PNS yang perlu di cermati
secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan
kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam setiap
pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu
masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan
terbantunya masyarakat dari semua lapisan keluar dari
himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa
yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun,
karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan
jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ PNS telah
melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya
untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga
dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di
dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai
kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap
warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela

13
negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami
penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara antara lain:
a. Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita
cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap
masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air
kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita
mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan
budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan
pastinya menjaga nama baik negara kita.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita
yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu
dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita
dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian
antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak
bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun
internasional.
c. Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis
dan normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat
pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang
memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-
nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap
ancaman, tantangan, dan hambatan.
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya

14
seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet
bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya
walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan
waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa
para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka
juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela
berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk
mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet
yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
e. Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras
dalam menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan
cara ikut dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti
menjadi bagian dari Siskamling, membantu korban bencana
sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali
mengalami bencana alam, menjaga kebersihan minimal
kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah bahaya
narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus
bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar
kelompok karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian
yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi dalam
negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang
dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil
sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat
nasional maupun internasional.

2. Isu Kontemporer
Isu kontemporer adalah sesuatu hal yang modern, yang
eksis dan yang terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang,
atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini. Perubahan-

15
perubahan yang terjadi di masyarakat adalah sesuatu hal yang
pasti terjadi.
Dalam konsep bela negara, seorang PNS diharapkan
mampu mengindentifikasi isu-isu modern yang baru terjadi di
sekelilingnya, melakukan analisis serta menyelesaikan isu-isu
tersebut secara bijak dalam tujuan untuk bela negara.
Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara dari ancaman-
ancaman pemecah persatuan yang berasal dari isu kontemporer
tersebut
Usaha protektif dan penanggulangan isu yang berkembang
dilakukan agar tidak terpengaruh secara negatif oleh isu tersebut.
Penanaman nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 merupakan salah
satu upaya awal penanggulanan isu kontemporer. Seorang PNS
juga diharapkan memiliki kemampuan dalam memahami isu
dengan cara peduli, memetakan hubungan kausalitas yang terjadi,
serta melakukan analisis panapisan isu-isu tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan upaya penyelesaian isu dengan meningkatkan
kemampuan dalam mencari alternatif-alternatif solusi serta memilih
dengan bijak alternatif tersebut.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945
mengamanatkan kepada semua komponen bangsa berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat
tentang pembelan negara. Dalam hal ini setiap PNS sebagai bagian
dari warga masyarakat tertentu memiliki hak dan kewajiban yang
sama untuk melakukan bela negara sebagaimana diamanatkan
dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai
bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap

16
bangsa dari segala bentuk ancaman yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga
negara yang secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan
dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki
kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa
memelihara jiwa dan raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja
keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Oleh sebab tiu dalam pelaksanaan
latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan latihan-latihan seperti :
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;
3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;
4. Keprotokolan;
5. Kegiatan ketangkasan dan permainan.

B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


Nilai-nilai dasar adalah nilai yang sangat dibutuhkan dalam
tugas jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat.
Nilai-nilai dasar tersebut meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima nilai-nilai dasar ini
diakronimkan menjadi “ANEKA” yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggung jawaban atau untuk menjawab dan menerangkan
kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.

17
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat kepada birokrasi akan semakin menguat karena
aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol demokrasi,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
a. Aspek Akuntabilitas
Terdapat beberapa aspek dalam akuntabilitas, antara lain :
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a
relationship), adalah hubungan antara dua belah pihak
antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is
results oriented). Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas
adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
(accountability requires reporting). Dengan memberikan
laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh
individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan
bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah
kewajiban, kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan
tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability improves
performance). Tujuan utama dari akuntabilitas adalah

18
memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
b. Jenis-jenis akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya
kepada otoritas yang lebih tinggi.
2) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
akuntabilitas yang pertanggungjawabannya kepada
masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melapor “kesamping” kepada pejabat
lainnya dan lembaga negara.
c. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas
kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas
stakeholder.
1) Akuntabilitas Personal
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada
pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral
dan etika. Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan
dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan masalah.
2) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara
individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS
dengan instansinya sebagai pemberi wewenang.
3) Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya atas kerja sama
kelompok, maka pembagian kewenangan dan semangat
kerja sama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada
dalam sebuah institusi memainkan peranan penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.

19
4) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan
kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan
oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja
organisasi kepada stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum,
pengguna layanan, pembayar pajak yang memberikan
masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi
akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab
organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan
kinerja yang adil, responsive dan bermartabat.
d. Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu :
1) Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah di
mana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab
kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajiban.
5) Keadilan
Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.

20
6) Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
7) Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi
tujuan dan hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi
Adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai
bangsa dan negara sendiri; sifat nasional; kesadaran
keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan
bangsa itu; semangat kebangsaan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme
bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan
agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan.

21
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya. Nilai-nilai yang yang senantiasa berorientasi pada
kepentingan publik menjadi dasar yang harus dimiliki oleh setiap
pegawai ASN. Pegawai ASN harus memahami dan mampu
mengaktualisasikan Pancasila dan semangat nasionalisme serta
wawasan kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan
tugasnya, sesuai bidangnya masing-masing. Pegawai ASN dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam
Pancasila, dan kisah ketauladanan yang dapat diambil
hikmahnya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang
harus diperhatikan, yaitu
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

22
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara
dan bangsa apabila diperlukan.

23
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan
yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan

24
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial

3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standard/norma yang
menentukan baik/buruk, perilaku benar/salah, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayan publik. Etika merupakan
sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan
perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya perlindungan

25
hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan
untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai
yang dianut. Sebagai ASN diharapkan mampu menanamkan nilai
dan membentuk sikap dan perilaku patuh kepada standard etika
publik yang tinggi.
a. Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yaitu :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara
Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
b. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.

26
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai
bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan
publik dan alat evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
c. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
d. Manfaat nilai etika bagi organisasi sebagai berikut:
1) Kebersamaan
2) Empati
3) Kepedulian
4) Kedewasaan
5) Orientasi organisasi
6) Respect
7) Kebajikan
8) Integritas
9) Inovatif
10) Keunggulan
11) Keluwesan
12) Kearifan
Pelayanan publik yang professional membutuhkan tidak
hanya kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi
etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat
publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat menjadi
cenderung tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali
deskriminatif , terutama pada masyarakat tingkat bawah yang
tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang
mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktekkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

27
Dengan ditetapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat
publik harus dirubah. Pertama, berubah dari penguasa menjadi
pelayan; kedua, berubah dari wewenang menjadi peranan; ketiga,
menyadari bahwa pejabat publik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga
mutu kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukuran
baik/buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder.
a. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
1) Efektif
Efektif dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat
mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu,
kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada dan tidaknya pemborosan

28
sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur dan mekanisme keluar alur.
3) Inovasi
Inovasi muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada
desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya
permintaan pasar. Inovasi lahir dari imajinasi pemikiran
orang-orang kreatif, dan lahirnya kreativitas didorong oleh
munculnya ide/gagasan baru untuk keluar dari rutinitas yang
membosankan. Munculnya ide/gagasan baru, kreativitas,
dan inovasi dilatarbelakangi oleh semangat belajar yang
tidak pernah pudar, yang dijalani dalam proses pembelajaran
secara berkelanjutan. Gagasan kreatif yang muncul dari
hasil pemikiran individu akan mendorong munculnya
berbagai prakarsa, sehingga dapat memperkaya program
kerja dan memunculkan diferensiasi produk/jasa, seiring
dengan berkembangnya tuntutan kebutuhan pelanggan.
4) Mutu
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dijadikan alat
pembeda atau pembanding terhadap produk/jasa sejenis
lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing.
Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
5) Adaptif
Sebagai ASN jiwa adaptif yang baik. Kemampuan
menyesuaikan dan menempatkan diri di lingkungan yang
ditempati menjadi syarat memberikan pelayanan yang baik
pada masyarakat.

29
6) Perbaikan berkelanjutan
Perbaikan berkelanjutan menuntut ASN untuk terus
memberikan pelayanan yang optimal pada masyarakat.
Monitoring dan evaluasi menjadi syarat kegiatan agar ASN
mampu memberikan pelayanan yang terbaik.
7) Sepenuh hati
Pelayanan sepenuh hati harus diberikan dengan dasar
keihklasan. Bentuk pelayanan yang memberikan keihklasan
akan senantiasa memberikan hasil yang optimal dalam
pelayanan.
b. Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
1) Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
2) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan
serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
3) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
4) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
5) Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Alangkah baiknya apabila seluruh aparatur penyelenggara
pemerintahan dapat menampilkan kinerja yang merujuk pada nilai
dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan kepada publik.
Setiap individu aparatur turut memikirkan bagaimana langkah
perbaikan yang dapat dilakukan dari posisinya masing-masing.
Dipihak lain pimpinan melakukan pemberdayaan aparatnya
secara optimal, dan memberi arah menuju terciptanya layanan
prima yang dapat memuaskan stakeholder.

30
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “corruptio” yang
artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Selaras dengan
asal katanya korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa
karena dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar
biasa baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi
dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara
jangka panjang.
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian
keuangan negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan, (4)
perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan
kepentingan dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis
tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1
ayat 1 sub C UU No.3/71).
a. Nilai-Nilai Anti Korupsi
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
1) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat
yang sangat penting dalam kehidupan pegawai, tanpa
sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya dalam kehidupan
sosialnya.
2) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi
seorang pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di
masyarakat.
3) Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada

31
orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya.
4) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
5) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu
perbuatan yang salah baik itu disengaja maupun tidak
disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan
dan kesadaran akan kewajiban menerima dan
menyelesaikan semua masalah yang telah dilakukan.
6) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian,
pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan,
tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup
boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara
merupakan parameter penting dalam menjalin hubungan
antara sesama karena prinsip ini akan mengatasi
permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak,
egosi dan juga menghindari dari keinginan yang
berlebihan.
8) Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan
dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani
bertanggungjawab dan lain sebagainya.

32
9) Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.
Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan
kerugian keuangan negara namun dapat menimbulkan kerusakan
kehidupan yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat
pula bersifat jangka panjang. Fenomena dampak korupsi sampai
pada kerusakan kehidupan dan dikaitkan dengan tanggung jawab
manusia sebagai yang diberi amanah untuk mengelolanya dapat
menjadikan sarana untuk memicu kesadaran diri para PNS untuk
anti korupsi.

C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI


Melalui UU Nomor 5 Tahun 2014,seorang Aparatur Sipil Negara
telah bertekad untuk menjadi semakin professional dalam mewujudkan
birokrasi yang professional dan menghadapi tantangan-tantangan
global. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen
aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil
negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari
intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi
masyarakat.

1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penekanan peran ini adalah kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan selalu tersedia
sumber daya ASNyang unggul selaras dengan perkembangan
jaman.Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:

33
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Non diskriminatif;
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m. Keadilan;
n. Kesejahteraan.

2. Pelayanan Publik
Peran Pelayanan Publik adalah segala bentuk pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat,
daerah, serta di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang
atau jasa baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.

34
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik
yang mereka butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan,
jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan
prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk
memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan
tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam
arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait
dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat

35
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat
luas melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.

3. Whole Of Government
Dalam peran dan kedudukan Whole of government (WoG)
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan diupayakan disatukan
dalam upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat
sebagai berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
2) Dialog atau pertukaran informasi;
3) Joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk
kerjasama sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Joint working, atau kolaborasi sementara;
2) Joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang,
kerjasama pada pekerjaan besar yang menjadi urusan
utama salah satu peserta kerjasama;

36
3) Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama,
dibentuk sebagai mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi
lagi menjadi:
1) Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang,
kerjasama pada isu besar yang menjadi urusan utama
salah satu peserta kerjasama;
2) Union, berupa unifikasi resmi, identitas masing-masing
masih nampak; merger, yaitu penggabungan ke dalam
struktur baru.

D. Pasien Safety
1. Pengertian
Patient safety (keselamatan pasien) sendiri merupakan suatu
sistem yang menciptakan asuhan pasien saat berada di rumah
sakit agar lebih aman dan tenang (Surya,2018). Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit Undang-Undang Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 43 ayat (1) mewajibkan
Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan pasien. Yang
dimaksud dengan keselamatan pasien (patien safety) adalah
proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko,
identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko. Standar keselamatan pasien
tersebut menurut Pasal 43 ayat (2) dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan. Yang
dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah kesalahan
medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan (adverse
event), dan nyaris terjadi (near miss) (Anonim, 2016).

37
2. Tujuan Pasien Safety
a. Adanya Kebudayaan Keselamatan
Tujuan utama diadakannya sistem pasien safety adalah untuk
menciptakan Adanya kebudayaan keselamatan yang terdapat
pada rumah sakit. Dengan adanya kebudayaan Kecamatan
inilah seseorang yang berada di lingkungan rumah sakit akan
lebih sadar terhadap para pasien yang membutuhkan.
b. Menurunya Kejadian Tidak Di inginkan (KTD) Rumah Sakit
KTD atau kejadian tidak diinginkan akan semakin menurun di
lingkungan rumah sakit karena seseorang di lingkungan rumah
sakit akan lebih sadar terhadap keselamatan. Oleh karena itu,
risiko kejadian tidak diinginkan akibat dari kesalahan
pengobatan ataupun kesalahan jenis obat yang dikonsumsi
akan lebih berkurang.
c. Akuntabilitas Rumah Sakit Meningkat
Tidak hanya adanya penurunan kejadian tidak diinginkan di
rumah sakit, dengan adanya kesadaran keselamatan dirumah
rumah sakit juga akan meningkatkan akuntabilitas rumah sakit
pada pasien maupun masyarakat sehingga seseorang akan
lebih percaya terhadap Rumah Sakit tersebut.
d. Program-program Pencegahan Terlaksana
Mencegah hal-hal yang tidak diinginkan memang cukup penting
untuk dilakukan di lingkungan rumah sakit dan dengan adanya
pasien safety di rumah sakit juga akan melaksanakan program-
program tersebut sebagai upaya untuk mencegah kejadian yang
tidak diinginkan lagi (Surya,2018).
3. Patient Safety dalam Keperawatan Jiwa
Perawatan pasien jiwa dengan menerapkan pasien safety
bisa dilakukan dengan menerapkan hal-hal berikut ini :
a. Melindungi pasien dari membahayakan dirinya sendiri
Dilakukan dengan memantau pasien dengan kecenderungan
untuk bunuh diri atau menyebabkan kerugian bagi diri mereka

38
sendiri dan menempatkan mereka tetap di bawah pengawasan,
menngeksplor isi pikiran mereka, mencoba untuk mengalihkan
perhatian mereka dari ide-ide bunuh diri tersebut, mencoba
untuk mengisi waktu mereka dengan kegiatan yang berbeda
dan memberi mereka harapan dalam hidup , menempatkan
mereka dalam lingkungan yang aman di bangsal jauh dari
stimulator eksternal untuk ide-ide bunuh diri dan jauhkan dari
benda berbahaya yang ia bisa gunakan untuk untuk
membahayakan dirinya sendiri.
b. Melindungi pasien dari kasus prognosis
c. Melindungi pasien dari bahaya yang dilakukan oleh orang lain
Dilakukan dengan memonitor perilaku agresif dan
memprovokasi fisik (perkelahian) agar tidak terjadi di antara
pasien, delusi dan keyakinan yang salah juga dipantau untuk
mencegah pasien dari menyebabkan kerugian bagi satu sama
lain karena delusi atau keyakinan dan dalam hal apapun kontak
fisik antara pasien perawat secepat mungkin dengan
menggunakan intervensi benar, juga pasien dari kelompok usia
yang relatif kecil dan jenis kelamin harus dipisahkan untuk
mencegah kekerasan seksual (laki-laki - perempuan) (dewasa -
remaja - anak-anak).
d. Melindungi pasien dari kesalahan medis atau keperawatan.
e. Melindungi pasien dari lingkungan fisik
Dilakukan dengan memastikan bahwa pasien ditempatkan
dalam tempat aman dan bebas dari benda-benda berbahaya
yang mungkin melukai pasien atau digunakan untuk
menyebabkan kerusakan baginya misalnya (Hanya
peralatan makanan plastik dapat digunakan di lingkungan, tidak
ada benda tajam yang diperbolehkan di lingkungan)
Dilakukan dengan memastikan bahwa pasien ditempatkan
dalam tempat aman dan bebas dari benda-benda berbahaya yang
mungkin melukai pasien atau digunakan untuk menyebabkan

39
kerusakan baginya misalnya (Hanya peralatan makanan plastik
dapat digunakan di lingkungan, tidak ada benda tajam yang
diperbolehkan di lingkungan) Tingkat kesadaran pasien harus
dipantau untuk mencegah kemungkinan bahaya jatuh, untuk pasien
yang terancam jatuh selama tindakan pencegahan tidur seperti
sidereal, menempatkan pasien di tempat tidur klausul ke pintu,
penurunan ketinggian tidur harus dilakukan

40
BAB III
PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Unit Kerja

Gambar 3.1 Foto RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa


Tengah

1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi


Nama : RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah
Alamat : Jl. Brijen Sudiarto No 347 Kel. Gemah Kec.
Pedurungan Kota Semarang
No Tlp : (024) 6722565
Luas Tanah : 60.000 m2

Berdasarkan UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,


sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana,
tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan
serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang

41
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
Upaya kesehatan yang diusahakan pemerintah bertujuan pada
pelayanan kesehatan paripurna dimana pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang sesuai
dengan UU RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit sebagai
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
RSJD Dr Amino pertama kali berdiri pada tahun 1848 di jalan
Sompok Semarang sebagai tempat penampungan bagi pasien
psikotik akut (Dhoorgangshuizen). Pada tahun 1912
Dhoorgangshuizen Sompok dipindah kegedung Kleedingmagazijn
yaitu sebuah gedung tua yang dibangun kurang lebih pada tahun
1878 di Jl. Cendrawasih Tawang dengan nama Doorgangshuizen
Tawang. Kemudian pada tanggal 21 Januari 1928 Tawang berubah
status menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang
(Kranzinnigenggestichten). Menerima perawatan pasien-pasien
psikotik mulai tanggal 2 Februari 1928. Tanggal tersebut kemudian
di tetapkan sebagai hari jadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang.
Pada tanggal 4 oktober 1986 seluruh kegiatan Rumah Sakit
Jiwa Pusat Semarang dipindahkan ke gedung baru di Jl. Brigjrn
Sudiarto No. 347 Semarang. Tanggal 9 Februari 2001 Rumah Sakit
Jiwa Pusat Semarang berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa
Pusat Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tanggal 1 Januari 2002
Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Amino Gondohutomo Semarang
berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang provinsi Jawa Tengah Sesuai dengan SK
Gubernur No. 440/09/2002, Februari 2002.
RSJD Dr. Amino Gondohutomo berdiri diatas lahan seluas
60.000 m2 yang terdiri dari bangunan : 1 gedung administrasi, 1

42
gedung auditorium, 4 gedung pelayanan, 13 gedung perawatan, 1
gedung rehabilitasi, 1 gedung diklat, 3 gedung penunjang, 1 gedung
asrama, 1 rumah dinas, 2 mess, 3 lapangan tenis, 1 kamar jenazah
dan 1 gedung komprehensif.
Kapasitas tempat tidur RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang berjumlah 366. Dengan pembagian kelas perawatan
HCU/UPIP berjumlah 24 kamar, kelas I 14 kamar, kelas II 27
kamar, kleas III 279 kamar.

2. Visi dan Misi Rumah Sakit


a. Visi Rumah Sakit
Menuju pelayanan kesehatan jiwa paripurna yang
bermutu.
b. Misi Rumah Sakit
1) Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan
kesehatan jiwa paripurna.
2) Meningkatkan sarana, prasarana dan teknologi
pelayanan.
3) Meningkatkan profesionalisme sumber daya
manusia.
4) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan jiwa.

3. Nilai dan Budaya Organisasi


a. Professional
b. Akurat
c. Tepat
d. Ramah
e. Indah
f. Objektif
g. Tanggungjawab
h. Ikhlas

43
i. Komunikatif

4. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Rumah sakit

Gambar 3.2 Struktur Organisasi


RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Sumber daya manusia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo


sebanyak487 orang, terdiri dari PNS sebanyak 322 orang, tenaga
BLUD sebanyak 147 orang, pegawai honorer pemprov 9 orang,
dan dokter mitra mandiri sebanyak 9 orang. Gambaran susunan
pegawai RSJD Dr. Amino Gondohutomo adalah sebagai berikut

Tabel 3.1 Sumber Daya Rumah Sakit


RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
NO JABATAN PNS BLUD HONO MITRA JUMLAH
RER PNS &
PEMP BLUD
ROV
1 Struktural 17 - - 17
2 Dokter Umum 12 - 3 15

44
3 Dokter 13 - 5 18
Spesialis
4 Dokter Gigi 3 - - 3
Umum
5 Dokter Bedah - - 1 1
Mulut
6 Perawat 146 55 6 - 207
7 Perawat Gigi 3 - - 3
8 Bidan 2 14 - 16
9 Apoteker 4 - - 4
10 Asisten 13 5 - 18
Apoteker
11 Radiografer 6 - - 6
12 Pranata 5 3 - 8
Laboratorium
13 Psikolog Klinis 4 - - 4
14 Fisioterapi 2 - - 2
15 Okupasi Terapi 1 1 - 2
16 Terapi Wicara 1 1 - 2
17 Perekam Medis 10 7 - 17
18 Nutrisionis 8 - - 8
19 Sanitarian 4 - - 4
20 Teknik 3 - - 3
Elektromedik
21 Administrasi 65 61 3 - 129
JUMLAH 322 147 9 9 487

B. Tugas Jabatan Peserta Diklat


1. Tugas Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan UU ASN Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 11, tugas
Aparatur Sipil Negara adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Negara
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

45
2. Kewajiban Aparatur Sipil Negara
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI,
dan pemerintah yang sah
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggungjawab
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di
dalam maupun di luar kedinasan
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
Selain mempunyai tugas dan kewajiban, ASN juga memiliki
kode etik berdasarkan UU ASN No 5 Tahun 2014 Pasal 5 yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,
dan berintegritas tinggi
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien

46
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk
orang lain
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN; dan melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

3. Tugas Pokok Jabatan Fungsional Perawat Ahli Pertama


a. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;
b. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;
c. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga;
d. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan
dasar/lanjut;
e. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;
f. Membuat prioritas diagnosa keperawatan;
g. Merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
h. Merumuskan tujuan keperawatan pada keluarga dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
i. Menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam
rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;
j. Menetapkan tindakan keperawatan pada
keluarga dalam rangka menyusun rencana tindakan
keperawatan;
k. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;

47
l. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
m. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru
pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
n. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan
pada individu;
o. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
p. mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarganya;
q. Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
dalam rangka tindakan keperawatan yang berkaitan dengan
ibadah;
r. Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying
care);
s. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
t. Mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonari arteri, cvp
dalam rangka tindakan keperawatan spesifik terkait kasus dan
kondisi pasien;
u. Merawat pasien dengan WSD;
v. Memantau pemberian elektrolit kosentrasi tinggi;
w. Melakukan tatakelola keperawatan pada pasien dengan
kemoterapi (pre, intra, post);
x. Melakukan perawatan luka kanker
y. Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi;
z. Melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu;
aa. Melakukan perawatan lanjutan pasca hospitalisasi/bencana
dalam rangka melakukan upaya rehabilitatif pada keluarga
bb. Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
cc. Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;melakukan penatalaksanaan manajemen gejala;
dd. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu;

48
ee. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan;
ff. Melakukan dokumentasi perencanaan keperawatan;
gg. Melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan;
hh. Melakukan dokumentasi evaluasi keperawatan;
ii. Menyusun rencana kegiatan individu perawat;
jj. Melakukan preseptorship dan mentorship;
kk. Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan
keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer.

C. Role Model

Gambar 3.3 Role Model Bp. Zaeni, S. Kep, Ns

Nama : Bp. Zaeni, S. Kep, Ns


Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 1 Februari 1968
Alamat : Jl. Sendang Utara III/ D RT 02 RW 07
Gemah Pedurungan Semarang.
Hobby : Tenis meja dan berkebun
Email : zaenirsj@gmail.com
Bekerja di RSJD Amino : 1 Maret 1990 sampai sekarang
Jabatan : Kepala ruang IGD RSJD Amino sejak
tanggal 1 Juni 2015 sampai sekarang.

49
Peranan adalah suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari
seseorang yang menduduki status tertentu. Model peranan (Role
Model) adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh, tiru, dan
diikuti. Dalam kegiatan aktualisasi ini, yang menjadi role model adalah
seorang ASN yang memberikan pelayanan dengan luar biasa dalam
dunia perawatan. Beliau adalah Bp. Zaeni, S. Kep, Ns beliau sudah
mengabdikan diri bekerja di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah sejak 1 Maret 1990 sampai sekarang. Saat ini beliau
menjabat sebagai Kepala Ruang IGD sejak 1 Juni 2015 sampai
sekarang. Alasan beliau di jadikan role model pada aktualisasi ini yaitu
meskipun penulis belum lama bekerja di RSJ Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah, sebagai salah satu ASN yang ANEKA. Dalam
keseharianya beliau layak dijadikan contoh dan panutan. Sebagai
sosok kepala ruang sifat ramah, selalu memberikan motivasi, arahan
untuk saya dan ASN yang baru lainya dalam menyesuaikan diri
dengan baik.
Sebagai perawat, beliau memiliki prinsip yaitu bekerja sepenuh hati
dan tanggung jawab kepada masyarakat. Beliau memandang bahwa
pasien psikiatri dan non psikiatri mereka mempunyai hak yang sama
dan berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Penilaian nilai
ANEKA sudah jelas ada dalam diri beliau, disetiap kegiatan pelayanan
yang diberikan. Sifat akuntabel ditunjukkan dengan tanggungjawab
beliau memberikan pelayanan kesehatan bagi semua pasien tanpa
membeda-bedakan dan sebagai seorang kepala ruang beliau
memimpin dan menghendel masalah yang ada di ruangan IGD. Sifat
nasionalisme beliau setiap memberikan arahan kepada perawat
ruangan IGD lainya dilakukan secara musyawarah. Etika publik
tergambar dengan kegigihan beliau dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada setiap yang membutuhkan dan sikap sopan santun
tercermin dari sikap dan perilaku beliau sehari hari. Beliau selalu
berusaha memberikan yang terbaik dengan menjaga mutu pelayanan
yang beliau berikan, meski kadang banyak kesulitan yang beliau alami.

50
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi dan


Keterkaitan dengan Nilai ANEKA

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI


Judul : OPTIMALISASI PASIEN SAFETY RESIKO
JATUH PADA PASIEN PSIKIATRI POST
INJEKSI DIAZEPAM DI RUANG IGD RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG PROVINSI
JAWA TENGAH
Identifikasi Isu : 1. Belum optimalnya pelaksanaan pasien
safety resiko jatuh pada pasien psikiatri
post injeksi diazepam di ruang IGD RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah
2. Kurangnya kedislipinan staf dalam
melakukan 5 momen cuci tangan di RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah
3. Pelaksanaan triage pasien dengan riawayat
psikiatri dan pasien dengan riwayat non
psikiatri di ruang IGD RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
belum optimal.
4. Belum optimalnya proses operan pasien
antar unit di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
5. Kurangnya sosialisasi kepada pasien dan

51
keluarga pasien tentang etika batuk di
ruang IGD RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah
Isu yang : Belum optimalnya pelaksanaan pasien safety
Diangkat resiko jatuh pada pasien psikiatri post injeksi
diazepam di ruang IGD RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
Gagasan yang : OPTIMALISASI PASIEN SAFETY RESIKO
Diangkat JATUH PADA PASIEN PSIKIATRI POST
INJEKSI DIAZEPAM DI RUANG IGD RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG PROVINSI
JAWA TENGAH

GAGASAN PEMECAHAN ISU:


1. Membuat tanda resiko jatuh “fall risk” (sumber kegiatan:
inovasi)
2. Mengadakan sosialisasi internal kepada rekan perawat
ruangan mengenai strategi pelaksanaan optimalisasi pasient
safety resiko jatuh pada pasien psikiarti post injeksi
diazepam (sumber kegiatan: inovasi).
3. Melakukan pengkajian resiko jatuh sesuai dengan standar
operasional prosedur (sumber kegiatan: SKP)
4. Melakukan fiksasi sesuai dengan standar operasional
prosedur (sumber kegiatan: SKP)
5. Memonitor pelaksanaan optimalisasi pasient safety resiko
jatuh pada pasien psikiatri post injeksi diazepam (sumber
kegiatan: perintah atasan).

52
Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi

Output/Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai


No. Kegiatan Tahapan Kegiatan KeterkaitanSubstansi Mata Pelatihan
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Membuat tanda 1. Membuat desain 1. Terbentuknya desain Akuntabilitas (berdasarkan sumber Kegiatan pembuatan Pembuatan desain
resiko jatuh “fall tanda resiko jatuh tanda resiko jatuh yang jelas dan dapat dipertanggung desain tanda resiko jatuh tanda resiko jatuh “fall
risk” (sumber “fall risk” “fall risk” jawabkan) “fall risk” ini menunjang risk” ini
kegiatan: Komitmen mutu ( efektif, efisien dan visi RS yaitu Menuju mencerminkan nilai
inovasi) inovatif) Dalam membuat desain tanda pelayanan kesehatan profesionalitas dan
resiko jatuh “fall risk” menggunakan jiwa paripurna yang tanggungjawab.
bahasa yang mudah dimengerti. bermutu dan
misi kedua RSJD Dr.
2. Melakukan 2. Mendapatkan saran, Nasionalisme (Pancasila sila ke 2) Amino Gondohutomo
konsultasi koreksi dan menghormati dan menghargai saran yaitu Meningkatkan
kepada mentor disetujuinya desain mentor. (Pancasila sila ke 4) hasil yang sarana prasarana dan
tanda resiko jatuh disetujui diutamakan kepentingan teknologi pelayanan
“fall risk” oleh bersama.
mentor Etika Publik (integritas) menyampaikan
desain rancangan sesuai keperluan
yang jelas. (Sopan dan santun) saat
berkonsultasi mengunakan bahasa yang
sopan dan sikap yang santun.
Komitmen mutu (orientasi mutu)
menggusulkan desain “fall risk”
berdasarkan mutu yang ingin dicapai.

3. Mencetak tanda 3. Tercetaknya tanda Komitmen mutu (sepenuh hati) dalam


resiko jatuh “fall resiko jatuh “fall risk” melakukan pencetakan dilakukan
risk” sesuai sesuai dengan sepenuh hati sesuai dengan hasil
dengan desain desain yang sudah konsultasi dengan mentor.
yang sudah dikonsultasikan Anti Korupsi (tanggung jawab dan
dikonsultasikan kepada mentor kejujuaran) dalam praktek mencetak
kepada mentor diperlukan tanggung jawab.

53
2 Mengadakan 1. Melakukan 1. Mendapatkan izin Akuntabilitas Kegiatan sosialisasi Kegiatan sosialiasasi
sosialisasi diskusi dengan dan arahan cara (Transparansi dan Tanggung jawab) mengenai strategi mencerminkan nilai
internal kepada mentor dan dan waktu Diwujudkan melalui konsultasi secara pelaksanaan optimalisasi profesionalisme,
rekan perawat kepala ruang sosialisasi yang mendetail dengan mentor dan kepala pasient safety resiko jatuh ramah, tepat, akurat
ruangan tepat ruang serta melaksanakan tanggung pada pasien psikiarti post dan komunikatif
mengenai jawab terhadap rekomendasi mentor) injeksi diazepam kepada
strategi Nasionalisme perawat ruangan sesuai
pelaksanaan (Pancasila sila ke-4) Diwujudkan melalui dengan misi ketiga yakni
optimalisasi kegiatan untuk musyawarah meningkatkan
pasient safety Etika publik (sopan santun dan profesionalisme sumber
resiko jatuh keluwesan dalam komunikasi) daya manusia.
pada pasien
psikiarti post 2. Menentukan 2. Tersusunnya Nasionalisme
injeksi jadwal jadwal (Pancasila sila ke-4) Diwujudkan melalui
diazepam pelaksanaan pelaksanaan kegiatan untuk musyawarah
(sumber kegiatan kegiatan Etika publik (sopan santun dan
kegiatan: sosialisasi sosialisasi keluwesan dalam komunikasi)
inovasi).
3. Menyebarkan 3. Tersampaikannya Akuntabilitas (kejelasan)
undangan undangan kepada Membuat surat undangan yang jelas
kepada rekan rekan perawat sesuai kegiatan yang ingin disampaikan.
perawat ruang ruangan Nasionalisme
(pancasila sila ke 3) membuat surat
undangan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Komitmen mutu (efektif efisien)
membuat surat undangan sesuai
maksud yang ingin disampaikan dan
mempertimbangkan alokasi.

4. Menyusun materi 4. Materi dapat Akuntabilitas


sosialisasi tersusun dengan (transpalasi, kreatifitas, dan tanggung
berupa power baik sesuai teori jawab)
point Menyusun materi sosialisai secara
terbula dan jelas.
Anti Korupsi
(kerja keras, keperdulian) melakukan
distribusi materi sesuai SOP mengenai
strategi pelaksanaan optimalisasi

54
pasient safety resiko jatuh.
Etika publik
(inovatif) membuat materi dengan power
point dengan jelas dan efektif.

5. Melaksanakan 5. Menghasilkan Komitmen Mutu


kegiatan kerjasama yang (orientasi mutu, sepenuh hati)
sosialisasi terkait baik Sosialisasi yang dilakukan berorientasi
strategi pada mutu yang akan dicapai.
mengenai Etika publik (sopan santun dan
strategi keluwesan dalam komunikasi)
pelaksanaan Nasionalisme
optimalisasi (Pancasila sila ke-4) Diwujudkan melalui
pasient safety kegiatan untuk musyawarah
resiko jatuh

6. Melakukan 6. Tercapainya Komitmen mutu yang baik antar


diskusi terkait proses sosialisasi perawat dalam berdiskusi dengan
strategi strategi mengamalkan nilai Akuntabilitas
pelaksanaan pelaksanaan (transparansi dan tanggung jawab) dari
optimalisasi optimalisasi sosialisasi strategi pelaksanaan
pasient safety pasient safety optimalisasi pasient safety resiko jatuh
resiko jatuh resiko jatuh Nasionalisme
bersama perawat (Pancasila sila ke-4) Diwujudkan melalui
ruangan kegiatan untuk musyawarah

3 Melakukan 1. Menyiapkan 1. Tersedianya fom Akuntabilitas kejelasan dan Mendukung visi Rumah Kegiatan pengkajian
pengkajian assesmen assesmen konsistensi dalam menggunakan sakit yaitu menuju dilakukan dengan nilai
resiko jatuh pengkajian pengkajian resiko assesmen pengkajian resiko jatuh pelayanan kesehatan budaya RS secara
sesuai dengan resiko jatuh jatuh Komitmen mutu efektif dan efisien jiwa paripurna yang professional, akurat,
standar bermutu. dan komunikatif
operasional 2. Melakukan 2. Mendapatkan Nasionalisme (Pancasila sila ke 2) Sekaligus Misi rumah
prosedur konsultasi saran, koreksi dan menghormati dan menghargai saran sakit yaitu Melaksanakan
(sumber kepada mentor oleh mentor mentor. dan mengembangkan
kegiatan: SKP) Etika Publik (integritas) menyampaikan pelayanan kesehatan
desain rancangan sesuai keperluan jiwa paripurna.
yang jelas. (Sopan dan santun) saat Meningkatkan sarana
berkonsultasi mengunakan bahasa yang prasarana dan teknologi
sopan dan sikap yang santun. pelayanan serta

55
Komitmen mutu (perbaikan meningkatkan
berkelanjutan) berdasarkan mutu yang profesionalisme SDM
ingin dicapai.

3. Melakukan 3. Mengetahui pasien Akuntabel


skrening resiko masuk dalam (kejelasan dan konsistensi) dalam
jatuh kategori beresiko melakukan skrening harus dilakukan
menggunakan jatuh atau tidak secara jelas dan konsisten.
assesmen Nasionalisme (sila kelima)
pengkajian melakukan pengkajian kebutuhan pasien
resiko jatuh dengan adil tanpa melihat latar belakang
pasien.
Antikorupsi
(kejujuran dan tanggung jawab) saat
melakukan assessment pengkajian pada
pasien harus secara objektif sesuai
kondisi pasien dan dapat
dipertanggungjawabkan.

4. Memberikan 4. Terpasang tanda Akuntabilitas


tanda resiko “fall risk” pada (traspalasi dan kejelasan) pasien yang
jatuh “fall risk” pasien sehingga beresiko jatuh diberikan tanda “fall risk”
pada gelang dapat dimonitoring sehingga lebih terpantau kondisinya.
pasien dan lebih lanjut di Komitmen mutu
tempat tidur ruang rawat inap (penandaan untuk dilakukan monitoring
pasien berkelanjutan, efektif dan efisien)
Anti korupsi
(kedisiplina, keperdulian pada pasien)

4 Melakukan 1. Melakukan 1. Mendapatkan izin Akuntabilitas Mendukung Visi Rumah Kegiatan melakukan
fiksasi sesuai edukasi pada dari keluarga untuk (tanggung jawab dan integritas) sakit yaitu menuju fiksasi ini
dengan standar keluarga pasien tindakan fiksasi izin yang diberikan keluarga untuk pelayanan kesehatan mencerminkan nilai
operasional tentang yang akan tindakan fiksasi harus dapat jiwa paripurna yang akurat, tepat, ramah
prosedur tindakan fiksasi dilakukan dipertanggungjawabkan. bermutu sekaligus Misi dan tanggung jawab
(sumber yang akan Nasionalisme Rumah Sakit yaitu
kegiatan: SKP) dilakukan (Pancasila ke-4 dan ke 5) Diwujudkan meningkatkan
melalui kegiatan untuk musyawarah dan profesionalisme SDM.

56
menjunjung tinggi keadilan hak pasien
dan keluarga.
Etika publik
(sopan santun dan keluwesan dalam
komunikasi)

2. Melakukan 2. Bekerjasama Akuntabilitas


koordinasi dalam melakukan (transpalasi dan kepercayaan kepada
dengan teman fiksasi pasien teman sejawat)
sejawat dan Nasionalisme
security untuk (Pancasila ke 3) diwujudkan melalui
membantu rasa persatuan bersama untuk melukan
melakukan fiksasi
fiksasi pasien Etika publik
(sopan santun dan keluwesan dalam
komunikasi)

3. Menyiapkan tali 3. Tersedianya tali Akuntabilitas


untuk fiksasi untuk melakukan (Tanggung jawab) menyiapkan alat yang
pasien fiksasi pasien dibutuhkan sesuai prosedur.
Antikorupsi
(keperdulian) dalam menyiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan)

4. Memberikan 4. Pasien Etika puplik (empati, keperdulian, dan


posisi aman mendapatkan respek pada pasien)
dan nyaman posisi yang aman Nasionalisme (sila ke 5 Pancasila
pasien diwujudkan melalui memberikan
keadilan pada pasien untuk
mendapatkan keaman dan kenyamanan)

5. Melakukan 5. Keselamatan Akuntabilitas (bertanggungjawab dan


fiksasi pasien pasien dari resiko keadilan dalam melaksanakan tugas)
jatuh terwujud Nasionalisme
(Pancasila sila ke 2) melakukan tindakan
dengan menerapkan prinsip keadilan.
Etika puplik
(keperdulian, empati, dan respek pada
pasien)

57
5 Melakukan 1. Melakukan 1. Mentor dan kepala Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai Kegiatan evaluasi ini
evaluasi konsultasi ruang memberikan (Transpalasi) dalam melakukan dengan visi RS yaitu mencerminkan nilai
pelaksanaan kepada mentor evaluasi, saran konsultasi evaluasi hasil harus secara Menuju pelayanan budaya RS secara
optimalisasi dan kepala dan masukan terbuka. kesehatan jiwa professional, akurat,
pasient safety ruang untuk perbaikan Nasionalisme paripurna yang bermutu. ikhlas dan
resiko jatuh (Pancasila sila ke 2) menghormati dan Dan juga sesuai dengan komunikatif
(sumber menghargai saran mentor. (Pancasila misi RSJD Dr. Amino
kegiatan: sila ke 4) hasil yang disetujui diutamakan Gondohutomo yaitu
perintah kepentingan bersama. Meningkatkan
atasan). Etika Publik profesionalisme SDM
(integritas) menyampaikan desain
rancangan sesuai keperluan yang jelas.
(Sopan dan santun) saat berkonsultasi
mengunakan bahasa yang sopan dan
sikap yang santun.
Komitmen mutu
(Perbaikan berkelanjutan) hasil evaluasi
yang dikonsultasikan pada mentor
diharapkan menghasilkan perbaikan
yang berkelanjutan.

2. Membuat 2. Diperoleh data Akuntabilitas


evaluasi dari evaluasi kegiatan (tanggung jawab) hasil evaluasi dibuat
kegiatan secara jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Etika publik
(orientasi organisasi dan integritas)
dalam membuat hasil evaluasi

3. Melaporkan 3. Evaluasi akhir Akuntabilitas


hasil evaluasi disetujui oleh (tanggung jawab) hasil evaluasi dibuat
akhir kepada mentor secara jelas dan dapat
mentor dipertanggungjawabkan.
Nasionalisme
(Pancasila sila ke 4) hasil evaluasi
nantinya kan disampaikan secara
musyawarah untuk perbaikan

58
berkelanjutan
Etika publik
(orientasi organisasi dan integritas)
dalam membuat hasil evaluasi
Komitmen mutu
(efektif dan efisien) Respect dan peduli
terhadap hasil evaluasi
Anti korupsi
(kejujuran dan keberanian) dalam
melaporkan hasil evaluasi yang di buat
dengan tanggung jawab.

59
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di ruang IGD Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah mulai tanggal
11 Juli 2019 – 16 Agustus 2019.
Tabel 4.2 Jadwal Rancangan Aktualisasi dan Habituasi 30 hari

BuktiKegiatan
Juli Agustus
N
Kegiatan
o.
12
13
14
15

16

17
18
19
20
21

22

23

24

25

26

27

28

29
30

31

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
11

1. Foto kegiaatan
saat konsultasi
dengan
mentor, kartu
kendali mentor,
notulen
konsultasi
dengan mentor
Membuat tanda 2. Print out draf
1 resiko jatuh “fall “fall risk”
. risk” (sumber 3. Hasil cetak fall
kegiatan: inovasi) risk desain
tanda resiko
jatuh yang
sudah di
konsultasikan
dengan mentor
yang akan
dicetak.

60
1. Foto kegiaatan
saat konsultasi
dengan
mentor, kartu
kendali mentor,
Mengadakan notulen
sosialisasi konsultasi
internal kepada dengan mentor
rekan perawat 2. Materi
ruangan sosialisasi,
mengenai hasil pre test
strategi dan post test
pelaksanaan peserta
2 optimalisasi sosialisasi
. pasient safety 3. Undangan
resiko jatuh pada sosialisasi
pasien psikiatri 4. Daftar hadir
post injeksi perawat
diazepam 5. Foto atau
(sumber kegiatan saat
kegiatan: sosialisi
inovasi). dengan
perawat
ruangan

1. Foto kegiaatan
saat konsultasi
Melakukan dengan
pengkajian resiko mentor, kartu
jatuh sesuai kendali mentor,
3 dengan standar notulen
. operasional konsultasi
prosedur (sumber dengan mentor
kegiatan: SKP) 2. Bukti rekam
medis pasien
pengisian form
assessment

61
pengkajian
resiko jatuh
3. Foto atau video
saat
melakukan
assesment
resiko jatuh
pada pasien

1. Foto atau saat


memberikan
infom consent
persetujuan
tindakan fiksasi
pada pasien,
Lembar infom
consent
Melakukan fiksasi tindakan fiksasi
sesuai dengan 2. Foto saat
standar melakukan
4
operasional tindakan fiksasi
.
prosedur (sumber pasien
kegiatan: SKP) 3. Foto posisi
aman pasien
dan setelah
pasien
terpasang
fiksasi

Memonitor 1. Foto kegiaatan


pelaksanaan saat konsultasi
5 optimalisasi dengan
. pasient safety mentor, kartu
resiko jatuh pada kendali mentor,
pasien psikiarti notulen

62
post injeksi konsultasi
diazepam dengan mentor
(sumber 2. Laporan hasil
kegiatan: evaluasi
perintah atasan). pasient safety
resiko jatuh

: Pelaksanaan kegiatan aktualisa

63
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Dalam pelaksanaan aktualisasi dan habituasi ANEKA, terdapat
kemungkinan kendala yang menghambat rancangan kegiatan ini.
Antisipasi dan strategi menghadapi kendala tertuang dalam tabel 4.3

Tabel 4.3 Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala

Antisipasi Strategi
Kendala
No Kegiatan menghadapi menghadapi
kendala kendala
1 Membuat tanda Draft tanda Membikin draf resiko Berkonsultasi dengan
resiko jatuh resiko jatuh tidak jatuh yang lebih mentor dan
“fall risk” disetujui oleh efisien dan efektif menggunakan
(sumber manajemen berdasarkan literatur yang up to
kegiatan: bidang literature yang up to date
inovasi) keperawatan date
2 Mengadakan Draft media Melakukan Berkonsultasi dengan
sosialisasi sosialisasi tidak penyusunan materi mentor dan
internal kepada disetujui oleh pasient safety komunikasi efektif
rekan perawat manajemen kolaborasi dengan yang tepat dengan
ruangan bidang tim medis dan para perawat ruangan
mengenai keperawatan literature terbaru
strategi Melakukan
pelaksanaan penyusunan dengan
optimalisasi segera dan
pasient safety berkomunikasi
resiko jatuh secara efektif
pada pasien dengan perawat
psikiarti post ruangan
injeksi
diazepam
(sumber
kegiatan:
inovasi).

3 Melakukan Pelaksanaan Melakukan Komunikasi efektif


pengkajian pengkajian tidak sosialisasi mengenai yang tepat dengan
resiko jatuh sesuai dengan standar operasional para perawat ruangan
sesuai dengan standar prosedur dengan
standar operasional baik kepada perawat
operasional prosedur yang ruangan
prosedur ada
(sumber
kegiatan: SKP)

4 Melakukan Pelaksanaan Melakukan Komunikasi efektif


fiksasi sesuai fiksasi tidak sosialisasi mengenai yang tepat dengan
dengan standar sesuai dengan standar operasional para perawat ruangan
operasional standar prosedur dengan
prosedur operasional baik kepada perawat
(sumber prosedur yang ruangan
kegiatan: SKP) ada

64
5 Memonitor Hasil evaluasi Dilakukan evaluasi Melakukan konsultasi
pelaksanaan monitoring tidak monitoring kembali dengan mentor dan
optimalisasi disetujui bidang keperawatan
pasient safety
resiko jatuh
pada pasien
psikiarti post
injeksi
diazepam
(sumber
kegiatan:
perintah
atasan).

65
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Rancangan aktualisasi melalui habituasi di unit kerja merupakan
rancangan kegiatan untuk menyelesaikan isu dengan identifikasi isu
yang telah dirumuskan melalui analisa APKL dan analisa USG.
Identifikasi isu yang didapat berasal dari individu, unit kerja maupun
dari organisasi, dari sana beberapa isu telah dapat diidentifikasi. Dari
beberapa isu tersebut, selanjutnya dilakukan identifikasi dengan
metode USG. Isu yang diangkat yaitu “Optimalisasi pasient safety
resiko jatuh pada pasien psikiarti post injeksi diazepam di ruang IGD
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah”. Dari isu tersebut muncul gagasan pemecahan isu yang
tertuang dalam kegiatan. Adapun kegiatan tersebut sebagai berikut :
1. Membuat tanda resiko jatuh “fall risk” (sumber kegiatan: inovasi)
2. Mengadakan sosialisasi internal kepada rekan perawat ruangan
mengenai strategi pelaksanaan optimalisasi pasient safety resiko
jatuh pada pasien psikiarti post injeksi diazepam (sumber kegiatan:
inovasi).
3. Melakukan pengkajian resiko jatuh sesuai dengan standar
operasional prosedur (sumber kegiatan: SKP)
4. Melakukan fiksasi sesuai dengan standar operasional prosedur
(sumber kegiatan: SKP)
5. Memonitor pelaksanaan optimalisasi pasient safety resiko jatuh
pada pasien psikiarti post injeksi diazepam (sumber kegiatan:
perintah atasan).

B. Pentingnya Rancangan Aktualisasi


1. Pentingnya Rancangan Aktualisasi Dibuat
Rancangan Aktualisasi penting dibuat karena menjadi
pedoman dan panduan untuk menyelesaikan isu melalui gagasan

66
pemecahan isu atau permasalahan yang tertuang dalam kegiatan
yang dirancang, Bagi Penulis rancangan ini dibuat sebagai
pemecahan isu dari “Optimalisasi pasient safety resiko jatuh pada
pasien psikiarti post injeksi diazepam di ruang IGD Rumah Sakit
Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah”,
sehingga diharapkan dapat memberikan perencanaan intervensi
yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan adanya pembuatan
Rancangan Aktualisasi, diharapkan pelaksanaan kegiatan
aktualisasi dapat menghasilkan output yang sesuai dengan
perencanaan. Selain itu dengan membuat Rancangan Aktualisasi,
penulis juga dapat lebih memahami nilai-nilai dasar ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi) yang dapat diimplementasikan dalam berbagai kegiatan
selama melaksanakan aktualisasi maupun dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya. Penulis juga lebih dapat memahami mengenai
sikap dan perilaku yang dapat memberikan kontribusi terhadap visi
dan misi organisasi serta menguatkan nilai organisasi.

2. Dampak Apabila Rancangan Aktualisasi Tidak Dibuat


Apabila Rancangan Aktualisasi tidak dibuat maka dapat
mengakibatkan dampak berupa tidak terselesaikannya isu yang
ada di unit kerja dan dapat menghasilkan berbagai masalah yang
lebih kompleks yaitu
a. Bagi perawat menjadi kebiasaan buruk yang tidak sesuai
dengan standar prosedur yang ada tentang pelayanan terhadap
pasien.
b. Pelaksanaan pasient safety tidak berjalan optimal yang
memungkinkan meningkatnya kejadian tidak di inginkan (angka
kejadian pasien jatuh meningkat).
c. Bagi rumah sakit performance dan mutu pelayanan rumah sakit
di mata masyarakan menjadi kurang baik. Selain itu

67
pemahaman nilai ANEKA akan kurang bisa diimplemtasikan
saat melakukan habituasi.
d. Kurang percayanya pasien dan keluarga pada perawat. Dengan
munculnya masalah kesehatan (diagnosa) baru, dapat
mempengaruhi kepercayaan pasien pada terapi dan tindakan
yang diberikan oleh petugas khususnya perawat.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna.
Mohon dukungan, kritik dan saran agar supaya penulis dapat
melaksanakan tugas aktualisasi ini dengan baik dan lancar.

68
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2016). Pentingnya Pasien Safety Pasien di Rumah Sakit.


https://gelangpasien.com/pentingnya-patient-safety-di-rumah-sakit/
diakses pada tanggal 5 Juli 2019.
Ariefana, Pebriansyah. (2017). Mayu Fentami: Perawat Militan dan
Langka di Pedalaman Kalimantan.
https://www.suara.com/wawancara/2017/08/28/070000/mayu-
fentami-bidan-militan-dan-langka-di-pedalaman-kalimantan diakses
pada tanggal 1 Juli 2019.
Lembaga AdministrasI Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai
Negeri Sipil. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Akuntabilitas.Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Nasionalisme. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Etika Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Komitmen Mutu. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Anti Korupsi. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Pelayanan Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

69
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Manajemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Whole of Goverment. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2017). Modul
Pendidikan dan Pelatihan Dasar Calon PNS Habituasi Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
LAN.(2015) Nilai ANEKKA untuk Wujudkan ASN Profesional
http://lan.go.id/id/.../internalisasi-nilai-nilai-aneka-dalam-
mewujudkan-asn-yang-profesional diakses pada tanggal 30 Juni
2019.
Nilai-nilai dasar PNS http://wikipns.com/nilai-nilai-dasar-profesi-pns/
diakses pada tanggal 30 Juni 2019.
RSJD Dr. Amino Gondohutomo. (2015). Profil RSJD Dr Amino
Gondohutomo.http://ppid.rs-amino.jatengprov.go.id/profil-rsjd-dr-
amino-gondohutomo/.diakses pada 30 Juni 2019.
Suparlan.(2016). ANEKA: Nilai-nilai Dasar ASN.
https://suparlan.org/.../aneka-nilai-nilai-dasar-aparatur-sipil-
nasional-dan-indikatornya diakses pada tanggal 30 Juni 2019.
Surya. (2018). 7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/453 diakses pada
tanggal 5 Juli 2019

70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama Ayu Fitriya Rusanto, S. Kep., Ns
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat, tanggal lahir Semarang, 09 Mei 1990
Tinggi, berat badan 164 cm, 56 kg
Kesehatan Baik
Agama Islam
Jl. Kapas Tengah VI F 809 RT 05 RW 07, Kel.
Gebangsari, Kec. Genuk, Semarang, Jawa
Alamat Lengkap
Tengah

085640040754
Telepon / HP
ayufitriya65@gmail.com
E-mail

B. Riwayat Pendidikan
1996 – 2002 SD N 01 Karangroto Semarang

2002 – 2005 SMP Kanisius Raden Patah Semarang

2005 – 2008 SMA N 11 Semarang

2008 – 2013 STIKES Telogorejo Semarang

C. Riwayat Pekerjaan
2013 – 2014 RS SMC Telogorejo Semarang

2014 – 2019 RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

71
72

Anda mungkin juga menyukai