Disusun Oleh
Nama : Aris Angga Sugiarto, S.Kep., Ns
NIP : 19910824 201902 1 007
Angkatan/ No Presensi : CCXXXVII / 04
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja : RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang
Coach : Dra. Winarni
Mentor : Komaryatun, S.Kep, M.Kes
i
HALAMAN PERSETUJUAN
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI
NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN APARATUR SIPIL
NEGARA (ASN) PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III
ANGKATAN CCXXXVII
Menyetujui
Coach, Mentor,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR
DAN PERAN KEDUDUKAN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)
Menyetujui
Coach, Mentor,
Narasumber,
iii
PRAKATA
iv
7. Seluruh Widyaiswara dan Binsuh yang telah memberikan ilmunya
selama kegiatan pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan
CCXXXVII;
8. Panitia Penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Provinsi
Jawa tengah yang telah bekerja keras dalam mensukseskan Latsar
ini;
9. Seluruh rekan-rekan peserta LATSAR golongan III tahun 2019,
terutama pada angkatan CCXXXVII atas Inspirasi, kekompakan,
bantuan, dan dukungannya;
10. Istri tercinta yang selalu memberikan dukungan yang juga turut latsar
bersama saya.
11. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya
untuk penulis;
12. Semua pihak yang membantu terselesaikannya karya tulis ini.
Penulis sadar bahwa rancangan aktualisasi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya penulis berharap masukan dari berbagai
pihak membuat rancangan laporan menjadi lebih baik agar rancangan ini
dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan dan pelaporan aktualisasi dan
habituasi nilai-nilai dasar PNS, serta memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan
Habituasi .................................................................. 52
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan ..................................59
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala ............60
BAB V PENUTUP ........................................................................62
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................64
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................66
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut pasal 10 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara
(Pegawai ASN) adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja. Berdasarkan UU tersebut pegawai ASN
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pegawai negeri
sipil yang kemudian disingkat PNS adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) mempunyai 3 tugas utama,
yaitu: melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas, serta mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak terkecuali bagi seorang
PNS yang berkerja di sebuah instansi rumah sakit (RS) milik
pemerintah, tetap harus menjalankan tiga tugas sebagai seorang PNS
tersebut serta menjalankan tugas pelayanan kesehatan publik di rumah
sakit.
Dalam Undang-undang ASN pasal 63 ayat (3) dijelaskan bahwa
calon PNS wajib menjalani masa percobaan. Masa percobaan yang
dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan melalui proses pendidikan dan
pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran,
1
semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang. Masa percobaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 ayat (3) bagi calon PNS
dilaksanakan selama 1 tahun.
Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan sebuah
penyelenggaraan pelatihan yang inovatif dan terintegrasi. Dalam hal ini,
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyelenggaraan Latsar Gol. III mengatur tentang
penyelenggaraan pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal
dan non-klasikal di tempat pelatihan dan di tempat kerja. Sehingga,
memungkinkan peserta mampu menginternalisasi, menerapkan, dan
mengaktulisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi),
dan merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai
karakter PNS yang profesional sesuai bidang tugas.
Salah satu sektor pelayanan publik yang harus dibangun dengan
baik oleh PNS adalah membangun kesejahteraan sosial melalui
pelayanan kesehatan. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat
dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
atau masyarakat.
Dalam pelayanan kesehatan tersebut utamanya dilaksanakan
oleh perawat. Salah satu peran perawat diantaranya adalah sebagai
pelayan masyarakat. Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga,
team kesehatan lain, baik secara spontan (saat interaksi) maupun
formal (disiapkan) sesuai kebutuhan pasien. Salah satu tugas perawat
dalam hal ini adalah memberikan pelayanan secara maksimal dan
sesuai prosedur yang berlaku di instalasi terkait, seperti contoh di ruang
operasi, seorang perawat harus memastikan kelancaran operasi,
2
melakukan tindakan sesuai prosedur. Cuci tangan pra bedah
merupakan salah satu dasar yang harus dipahami oleh perawat kamar
operasi dimana cuci tangan bedah memiliki langkah yang berbeda dan
memerlukan waktu lebih lama dari cuci tangan steril biasa sehingga
memberikan pengaruh besar dalam pengendalian infeksi daerah
operasi (IDO).
Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondohutomo merupakan salah
satu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan khusus
terhadap penanganan dan penanggulanangan masalah kesehatan jiwa
yang kini sudah menambah pemberian pelayanan operasi bagi pasien
fisik(non jiwa) maupun pasien jiwa. Berada di lantai 5 Gedung
Komprehensif. Ruangan ini memberikan pelayanan kepada pasien
dengan penyakit fisik dan non fisik untuk segala kelompok umur dan
varians penyakit. Pelayanan kamar operasi berjalan dari tahun 2016
dan pindah ke gedung komprehensif lantai 5 pada tanggal 1 agustus
2019 (Data Bidang Keperawatan RSJD dr. Amino Gondohutomo).
Pemberian pelayanan pada pasien di Instalasi Bedah Sentral
telah dilakukan oleh perawat dan dokter yang berkompeten
dibidangnya. Ada pengawasan yang dilakukan dengan ketat oleh
bagian manajemen khususnya case manager, dan bidang
keperawatan.
Sebagai rumah sakit jiwa daerah yang baru memulai pelayanan
fisik sebagai bentuk pelayanan yang komprehensif ada beberapa isu
masalah yang timbul. Selain Terjadinya infeksi daerah operasi pada
pasien post operasi cito (darurat) di instalasi bedah sentral RSJD dr.
Amino Gondohutomo Semarang, terdapat beberapa isu lain di
antaranya belum optimalnya kedislipinan staf dalam melakukan 5
momen cuci tangan di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang,
belum optimalnya pemberian disscarge plaining pada pasien pulang
RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang, kurang optimalnya peran
transporter pasien dalam memberikan operan pasien baru pada
3
perawat di Ruang fisik maupun non fisik RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang, kurangnya sosialisasi kepada pasien dan keluarga pasien
tentang etika batuk RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang.
B. Identifikasi Isu dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Isu
Beberapa isu di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang yang
terkait pelaksanaan tugas oleh ASN di lingkungan RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang akan dipaparkan dalam deskripsi tabel
berikut. Isu-isu yang diidentifikasi bisa bersumber baik dari aspek
pelayanan publik, Whole of Government (WoG), maupun aspek
manajemen ASN. Hasil identifikasi isu yang ada di RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang dituangkan dalam tabel 1.1 di bawah.
Kondisi yang
No Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini
Diharapkan
4
Gondohutomo
Semarang
3. Terjadinya Pelayanan - Terjadinya Infeksi - Perawat ruang
infeksi daerah public Daerah Operasi operasi
operasi pada (IDO) pada pasien melakukan
pasien post post operasi cito langkah
operasi cito (darurat) di RSJD dr. pengendalian
(darurat) di Amino Gondohutomo infeksi yang
instalasi bedah Semarang maksimal
sentral RSJD - Terjadinya readmisi - Tidak terjadi
dr. Amino (rawat inap kembali) infeksi derah
Gondohutomo pasien post OP di operasi (IDO)
Semarang RSJD dr. Amino pada pasien
Gondohutomo post OP cito
(darurat)
maupun elektif
4. Kurang Manajemen - Transporter masih - Tranporter
optimalnya ASN; pelayanan berperan sebagai mampu
peran publik pengantar saja, memberikan
transporter belum sebagai operan pada
pasien dalam tempat bertukar pasien non
memberikan informasi pasien psikiatrik pada
operan pasien - Operan pasien baru perawat
baru pada dilaksanakan lewat ruangan
perawat di telpon oleh perawat - Terdapat
RSJD dr. Amino IGD dengan perawat lembar transfer
Gondohutomo Ruangan pasien internal
Semarang untuk
mempermudah
transporter
dalam
menyampaikan
laporan
5. Kurangnya Pelayanan - Belum adanya SOP Semua pasien
sosialisasi publik pemberian edukasi dan keluarga
kepada pasien etika batuk ke pasien pasien diberikan
dan keluarga dan keluarga pasien edukasi tentang
pasien tentang - Kurangnya etika batuk
etika batuk di sosialisasi cara
lingkungan pemberian edukasi
RSJD dr. Amino etika batuk ke pasien
Gondohutomo oleh staf RS
Semarang - Kurangnya media
edukasi etika batuk
(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019).
5
Semarang, belum optimalnya kedislipinan staf dalam melakukan 5
momen cuci tangan di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang,
Terjadinya infeksi daerah operasi pada pasien post operasi cito
(darurat) di instalasi bedah sentral RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang, kurang optimalnya peran transporter pasien dalam
memberikan operan pasien baru pada perawat RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang, kurangnya sosialisasi kepada pasien dan
keluarga pasien tentang etika batuk di lingkungan RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang
Dalam fase peralihan rumah sakit khusus jiwa paripurna menuju
rumah sakit komprehensif tentu memiliki beberapa kekurangan dalam
prosesnya. Pelaksanaan discharge planning (perencanaan pulang)
pada pasien fisik oleh perawat masih terbayangi oleh format discharge
planning (perencanaan pulang) pada pasien jiwa, padahal
perencanaan pulang pada pasien fisik tentulah berbeda dengan pasien
jiwa. Hal tersebut menunjukkan manajemen ASN yang belum optimal.
Belum adanya media pendidikan kesehatan yang menunjang
pelaksanaan discharge planning (perencanaan pulang), belum
spesifiknya format discharge planning (perencanaan pulang) untuk
pasien fisik dan non fisik menjadi salah satu faktor yang menghambat
pelaksanaan discharge planning (perencanaan pulang) oleh perawat.
Format pelaksanaan discharge planning (perencanaan pulang) pada
pasien oleh petugas rumah sakit adalah alat yang menjadi kontrol
petugas dalam memberikan discharge planning (perencanaan pulang).
Kedislipinan staf rumah sakit dalam melaksanakan 5 momen cuci
tangan sangat diperlukan untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial
yang sangat rentan terjadi di rumah sakit. Padahal sarana dan
prasarana sudah disediakan seperti fasilitas handrub maupun
handwash namun kedislipinan staf masih kurang dalam melaksanakan
seluruh 5 momen cuci tangan.
6
Dalam menjalankan segala tindakan yang menyangkut pelayanan
pasien merupakan salah satu fungsi ASN yang disebut sebagai pelayan
publik, oleh sebab itu pelayanan harus maksimal entah itu yang bersifat
darurat (cito (darurat)) maupun yang terprogram. Terjadinya kejadian
infeksi daerah operasi pada pasien post operasi cito (darurat)
merupakan suatu indicator mutu yang menunjukkan bahwa ada
standart operasional prosedur yang belum dilaksanakan secara
optimal, misalnya salah satu pengendalian IDO dengan pengkajian
pasien pre operasi, cuci tangan bedah dan pengecekan instrument
bedah di kamar operasi.
Keterbatasan perawat IGD mengantarkan pasien ke ruang
perawatan diatasi dengan perekrutan transporter oleh rumah sakit.
Petugas yang bertanggung jawab dalam memindahkan pasien dari IGD
ke ruang perawatan kadang belum dibekali kemampuan komunikasi
terutama dalam operan memberikan penjelasan kondisi pasien dan
terapi yang sudah atau harus diberikan selanjutnya. Selama ini perawat
melakukan operan pasien dengan perawat IGD melalui telepon, sebab
kurang mampunya transporter dalam memberikan operan pasien
secara optimal. Hal tersebut mencermikan nilai manajemen ASN dan
pelayanan publik yang kurang optimal.
Isu kurangnya sosialisi kepada pasien tentang etika batuk
bersumber dari aspek pelayanan publik. Staf RS mempunyai kewajiban
memberikan edukasi etika batuk kepada pasien. Namun dari hasil
pengamatan di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang belum ada
SOP tentang cara pemberian edukasi tersebut, belum ada sosialisasi
ke seluruh staf, serta kurangnya media edukasi terutama di Gedung
Komprehensif
Isu-isu tersebut di atas kemudian dilakukan identifikasi analisis lebih
dalam menggunakan metode APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan). Metode ini memiliki 4 kriteria penilaian
yaitu Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan.
7
1. AKTUAL artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
di kalangan masyarakat.
2. PROBLEMATIK artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya.
3. KHALAYAK artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak
4. LAYAK artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta relevan
untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Hasil analisis isu-isu dengan metode APKL ditampilkan dalam tabel
1.2 di bawah ini.
8
Belum optimalnya pelaksanaan discharge planning (perencanaan
pulang) pada pasien RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang sudah
memenuhi syarat dalam analisis APKL sebagai sebuah isu. Isu tersebut
aktual karena sedang benar-benar terjadi. Masalah ini juga mencangkup
banyak khalayak yakni setiap pasien dan keluarganya. Isu ini juga
memiliki dimensi masalah yang komplek, mencakup dan juga layak logis
untuk dicari penyelesaiannya. Agar pasien dan keluarga dapat
memperoleh informasi yang tepat tentang masalah kesehatan yang
dialaminya.
Belum kedislipinan staf dalam melakukan 5 momen cuci tangan di
RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang juga termasuk isu yang
memenuhi syarat untuk dilakukan analisis lebih jauh. Isu sedang terjadi
(aktual), mempunyai dimensi masalah yang kompek karena memerlukan
koordinasi dan perencanaan (problematik), mencakup hajat hidup orang
banyak (khalayak), serta layak untuk dicarikan solusinya (Layak).
Terjadinya infeksi daerah operasi pada pasien post operasi cito
(darurat) (darurat) di instalasi bedah sentral RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang juga termasuk isu yang memenuhi syarat
untuk dilakukan analisis lebih jauh. Isu sedang terjadi (aktual),
mempunyai dimensi masalah yang kompek karena memerlukan
koordinasi dan perencanaan (problematik), mencakup hajat hidup orang
banyak (khalayak), serta layak untuk dicarikan solusinya (Layak).
Isu tentang kurang optimalnya sosialisasi kepada pasien dan
keluarga pasien tentang etika batuk di lingkungan RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang juga mememuhi syarat karena isu ini sedang
terjadi (aktual), memiliki dimensi masalah yang cukup (problematik),
mencakup hajat hidup orang banyak (khalayak), serta bisa dicarikan
solusinya (layak). Dua isu lainnya dinilai tidak memenuhi syarat karena
keduanya memerlukan koordinasi dan perencanaan yang lama.
Hasil analisis tersebut di atas kemudian dilakukan penapisan
prioritas isu dengan metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG).
9
Analisis USG mempertimbangkan tingkat kepentingan, keseriusan, serta
perkembangan. Masing-masing isu diberikan skor 1-5 sesuai dengan
skala likert. Dimana skor 1 berarti isu tersebut TIDAK urgent, serius, dan
berkembang, skor 2 berarti KURANG, skor 3 berarti cukup, skor 4 berarti
isu tersebut urgent, serius dan berkembang, serta skor 5 berarti SANGAT
USG.
1. URGENCY (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. SERIOUSNESS (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah
tersebut terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.
3. GROWTH (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.
Tabel 1.3 Identifikasi Tapisan Isu dengan Metode USG
KRITERIA USG
No SUMBER ISU
U S G Tot Peringkat
1 Manajemen Belum optimalnya
ASN; pelaksanaan discharge
Pelayanan planning (perencanaan
Publik pulang) pada pasien di RSJD
5 3 3 11 4
dr. Amino Gondohutomo
Semarang
2 Manajemen Belum optimalnya
ASN, kedislipinan staf dalam
Pelayanan melakukan 5 momen cuci
public tangan di
5 4 3 12 3
RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang
3 Manajemen Terjadinya infeksi daerah
ASN, operasi pada pasien post
Pelayanan operasi cito (darurat) di
public instalasi bedah sentral RSJD
5 5 5 15 1
dr. Amino Gondohutomo
Semarang
4 Manajemen Kurang optimalnya peran
ASN, transporter pasien dalam
Pelayanan memberikan operan pasien
publik baru pada perawat di Ruang
5 4 4 13 2
Yudistira RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang
10
5 Pelayanan Kurangnya sosialisasi kepada
publik pasien dan keluarga pasien
tentang etika batuk di RSJD
dr. Amino Gondohutomo 3 3 3 9 5
Semarang
Keterangan:
Keterangan: berdasarkan Skala Likert 1-5
1 = sangat kecil, 2 = kurang
3 = cukup 4 = besar 5 = sangat besar
U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth; Tot = Total
2. Analisis Dampak
Tabel 1.4 Dampak bila isu tidak diselesaikan
No Sumber Isu Identifikasi Isu Dampak
1 Pelayanan Terjadinya infeksi Rumah Sakit adalah organisasi publik
public daerah operasi pada yang bersifat melayani masyarakat
pasien post operasi sehingga pelayanan publik menjadi
cito (darurat) di indikator mutu utama yang harus
instalasi bedah dicapai. Apanila pelayanan publik tidak
sentral RSJD dr. dilakukan secara maksimal di
Amino Gondohutomo lingkungan Rumah sakit maka akan
Semarang berdampak:
11
a. Terjadi peningkatan kejadian IDO
di RSJD dr. Amino Gondohutomo.
b. Kurangnya kepercayaan pasien
dan keluarga kepada perawat
yang menimbulkan penurunan
kualitas mutu di RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang
c. Meningkatnya kasus readmisi
(perawatan kembali)
3. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis isu di atas maka ditetapkan rumusan masalah,
yakni :
a. Bagaimana cara untuk penyelesaian isu yang ada di RSJD
Amino Gondohutomo Semarang?
b. Bagaimana cara menurunkan resiko pengendalian Infeksi
Daerah Operasi (IDO) di instalasi bedah sentral RSJD dr.
Amino Gondohutomo Semarang?
c. Bagaimana memberikan kontribusi terhadap visi misi
organisasi?
C. Tujuan
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah
ditemukan, tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan aktualisasi
dan habituasi ini adalah:
1. Menginternalisasi nilai-nilai ASN (ANEKA) di RSJD
dr. Amino Gondohutomo
2. Mengoptimalkan penurunan resiko kejadian infeksi daerah operasi
pada pasien post operasi cito (darurat) di instalasi bedah sentral
RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
12
3. Memberikan pelayanan publik secara maksimal sesuai visi dan misi
RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
D. Manfaat
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pengetahuan dan implementasi nilai dasar ANEKA,
kedudukan, tugas, dan peran PNS sebagai landasan dalam
menjalankan profesi di tempat kerja melalui kegiatan optimalisasi
penerapan langkah dan durasi cuci tangan bedah saat operasi cito
(darurat) di instalasi bedah sentral RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang
2. Bagi RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
a. Membantu terwujudnya visi dan misi RSJD
dr. Amino Gondohutomo Semarang.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSJD
dr. Amino Gondohutomo Semarang.
c. Terwujudnya akreditasi rumah sakit yang Paripurna
3. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan di RSJD
dr. Amino Gondohutomo Semarang yang bermutu dan
terakreditasi sebagai wujud aktualisasi nilai dasar ANEKA.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan kesehatan di RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
14
Pembekalan nilai dasar seorang ASN dalam pembelaan negara
adalah dengan persiapan berupa:
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental
3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara
4. Keprotokolan
5. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan
6. Kegiatan ketangkasan dan permainan.
Dengan modal insani ASN yang unggu dan yang telah diberikan
tambahan perbekalan tersebut di atas, diharapkan seorang ASN akan
lebih siap dalam menunjukkan sikap dan perilaku membela negara
NKRI.
1. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu
“Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah
“wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan
dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan
Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara
pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan
politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan. Kata
“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang berarti kelompok
masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan
“kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan
bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan)
bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan
sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri
sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di
15
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur
Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah
cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya,
mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan
tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan
ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan
ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa
mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya,
ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai
cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan
menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata berhubungan
dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di
dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen
dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan
peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki
pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa
mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut
pandang/cara memandang yang mengandung kemampuan
seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati
diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah
laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan
berarti bagaimana cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam
memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional
yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai
kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan,
dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau
16
dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara
sebagai satu kesatuan POLEKSOSBUD dan HANKAM.
2. Isu Kontemporer
Isu kontemporer adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis
dan yang terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau
segala hal yang berkaitan dengan saat ini. Perubahan-perubahan
yang terjadi di masyarakat adalah sesuatu hal yang pasti terjadi.
Dalam konsep bela negara, seorang PNS diharapkan mampu
mengindentifikasi isu-isu modern yang baru terjadi di sekelilingnya,
melakukan analisis serta menyelesaikan isu-isu tersebut secara
bijak dalam tujuan untuk bela negara. Mempertahankan keutuhan
bangsa dan negara dari ancaman-ancaman pemecah persatuan
yang berasal dari isu kontemporer tersebut
Usaha protektif dan penanggulangan isu yang berkembang
dilakukan agar tidak terpengaruh secara negatif oleh isu tersebut.
Penanaman nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 merupakan salah
satu upaya awal penanggulanan isu kontemporer. Seorang PNS
juga diharapkan memiliki kemampuan dalam memahami isu dengan
cara peduli, memetakan hubungan kausalitas yang terjadi, serta
melakukan analisis panapisan isu-isu tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan upaya penyelesaian isu dengan meningkatkan
kemampuan dalam mencari alternatif-alternatif solusi serta memilih
dengan bijak alternatif tersebut.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelan
negara. Dalam hal ini setiap PNS sebagai bagian dari warga
masyarakat tertentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.
17
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai
bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara
yang secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan
jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki
kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa
memelihara jiwa dan raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja
keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Oleh sebab tiu dalam pelaksanaan
latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan latihan-latihan seperti :
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;
3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;
4. Keprotokolan;
5. Kegiatan ketangkasan dan permainan.
18
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggung jawaban atau untuk menjawab dan menerangkan
kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat kepada birokrasi akan semakin menguat karena
aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol demokrasi,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
a. Aspek Akuntabilitas
Terdapat beberapa aspek dalam akuntabilitas, antara lain :
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a
relationship), adalah hubungan antara dua belah pihak
antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is
results oriented). Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas
adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability
requires reporting). Dengan memberikan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil
yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta
mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang
telah dilakukan.
19
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah
kewajiban, kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan
tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability improves
performance). Tujuan utama dari akuntabilitas adalah
memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
b. Jenis-jenis akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya
kepada otoritas yang lebih tinggi.
2) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
akuntabilitas yang pertanggungjawabannya kepada
masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melapor “kesamping” kepada pejabat
lainnya dan lembaga negara.
c. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas
kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas
stakeholder.:
1) Akuntabilitas Personal
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada
pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan
etika. Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan
dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan masalah.
20
2) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara
individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan
instansinya sebagai pemberi wewenang.
3) Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya atas kerja sama
kelompok, maka pembagian kewenangan dan semangat
kerja sama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada
dalam sebuah institusi memainkan peranan penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan
kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan
oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja
organisasi kepada stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum,
pengguna layanan, pembayar pajak yang memberikan
masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi
akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang
adil, responsive dan bermartabat.
d. Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu :
1) Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah di
mana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
21
3) Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab
kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajiban.
5) Keadilan
Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi
tujuan dan hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi
Adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai
bangsa dan negara sendiri; sifat nasional; kesadaran keanggotaan
dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-
sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
22
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat
kebangsaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme
bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan
agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya. Nilai-nilai yang yang senantiasa berorientasi pada
kepentingan publik menjadi dasar yang harus dimiliki oleh setiap
pegawai ASN. Pegawai ASN harus memahami dan mampu
mengaktualisasikan Pancasila dan semangat nasionalisme serta
wawasan kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan
tugasnya, sesuai bidangnya masing-masing. Pegawai ASN dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila,
dan kisah ketauladanan yang dapat diambil hikmahnya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang
harus diperhatikan, yaitu :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
23
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
24
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara
dan bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
25
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
26
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial
3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standard/norma yang
menentukan baik/buruk, perilaku benar/salah, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayan publik. Etika merupakan
sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan
perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya perlindungan hak-
hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai
yang dianut. Sebagai ASN diharapkan mampu menanamkan nilai
dan membentuk sikap dan perilaku patuh kepada standard etika
publik yang tinggi.
a. Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yaitu :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara
Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
27
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
b. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai
bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik
dan alat evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
c. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
d. Manfaat nilai etika bagi organisasi sebagai berikut:
1) Kebersamaan
2) Empati
3) Kepedulian
4) Kedewasaan
5) Orientasi organisasi
6) Respect
7) Kebajikan
8) Integritas
9) Inovatif
28
10) Keunggulan
11) Keluwesan
12) Kearifan
Pelayanan publik yang professional membutuhkan tidak
hanya kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi
etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat
publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat menjadi
cenderung tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali
deskriminatif , terutama pada masyarakat tingkat bawah yang tidak
beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang
mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan,
kesetaraan, dan lain-lain dipraktekkan dalam wujud keprihatinan
dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dengan ditetapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat
publik harus dirubah. Pertama, berubah dari penguasa menjadi
pelayan; kedua, berubah dari wewenang menjadi peranan; ketiga,
menyadari bahwa pejabat publik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukuran
baik/buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder.
a. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
1) Efektif
Efektif dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
29
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,
ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada dan tidaknya pemborosan
sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur dan mekanisme keluar alur.
3) Inovasi
Inovasi muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada
desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan
pasar. Inovasi lahir dari imajinasi pemikiran orang-orang
kreatif, dan lahirnya kreativitas didorong oleh munculnya
ide/gagasan baru untuk keluar dari rutinitas yang
membosankan. Munculnya ide/gagasan baru, kreativitas, dan
inovasi dilatarbelakangi oleh semangat belajar yang tidak
pernah pudar, yang dijalani dalam proses pembelajaran
secara berkelanjutan. Gagasan kreatif yang muncul dari hasil
pemikiran individu akan mendorong munculnya berbagai
prakarsa, sehingga dapat memperkaya program kerja dan
memunculkan diferensiasi produk/jasa, seiring dengan
berkembangnya tuntutan kebutuhan pelanggan.
30
4) Mutu
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dijadikan alat
pembeda atau pembanding terhadap produk/jasa sejenis
lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing.
Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
5) Adaptif
Sebagai ASN jiwa adaptif yang baik. Kemampuan
menyesuaikan dan menempatkan diri di lingkungan yang
ditempati menjadi syarat memberikan pelayanan yang baik
pada masyarakat.
6) Perbaikan berkelanjutan
Perbaikan berkelanjutan menuntut ASN untuk terus
memberikan pelayanan yang optimal pada masyarakat.
Monitoring dan evaluasi menjadi syarat kegiatan agar ASN
mampu memberikan pelayanan yang terbaik.
7) Sepenuh hati
Pelayanan sepenuh hati harus diberikan dengan dasar
keihklasan. Bentuk pelayanan yang memberikan keihklasan
akan senantiasa memberikan hasil yang optimal dalam
pelayanan.
b. Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
1) Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
31
2) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan
serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
3) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
4) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
5) Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Alangkah baiknya apabila seluruh aparatur penyelenggara
pemerintahan dapat menampilkan kinerja yang merujuk pada nilai
dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan kepada publik.
Setiap individu aparatur turut memikirkan bagaimana langkah
perbaikan yang dapat dilakukan dari posisinya masing-masing.
Dipihak lain pimpinan melakukan pemberdayaan aparatnya secara
optimal, dan memberi arah menuju terciptanya layanan prima yang
dapat memuaskan stakeholder.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “corruptio” yang
artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Selaras dengan
asal katanya korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa
karena dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa
baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi
dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara
jangka panjang.
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian
keuangan negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan, (4)
perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan
32
kepentingan dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis
tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1
ayat 1 sub C UU No.3/71).
a. Nilai-Nilai Anti Korupsi
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
1) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat
yang sangat penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat
jujur pegawai tidak akan dipercaya dalam kehidupan
sosialnya.
2) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi
seorang pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di
masyarakat.
3) Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada
orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya.
4) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
5) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu
perbuatan yang salah baik itu disengaja maupun tidak
disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan
dan kesadaran akan kewajiban menerima dan
menyelesaikan semua masalah yang telah dilakukan.
33
6) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian,
pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan,
tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara
sesama karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan
kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga
menghindari dari keinginan yang berlebihan.
8) Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan
dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani
bertanggungjawab dan lain sebagainya.
9) Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.
Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian
keuangan negara namun dapat menimbulkan kerusakan
kehidupan yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat
pula bersifat jangka panjang. Fenomena dampak korupsi sampai
pada kerusakan kehidupan dan dikaitkan dengan tanggung jawab
manusia sebagai yang diberi amanah untuk mengelolanya dapat
menjadikan sarana untuk memicu kesadaran diri para PNS untuk
anti korupsi.
34
C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
Melalui UU Nomor 5 Tahun 2014,seorang Aparatur Sipil Negara
telah bertekad untuk menjadi semakin professional dalam mewujudkan
birokrasi yang professional dan menghadapi tantangan-tantangan
global. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen
aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil
negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari
intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Penekanan peran ini adalah kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan selalu tersedia
sumber daya ASNyang unggul selaras dengan perkembangan
jaman.Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Non diskriminatif;
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m. Keadilan;
n. Kesejahteraan.
35
2. Pelayanan Publik
Peran Pelayanan Publik adalah segala bentuk pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat, daerah,
serta di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa
baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan
prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena
36
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk
memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan
tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam
arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait
dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas
melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
3. Whole Of Government
Dalam peran dan kedudukan Whole of government (WoG)
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan diupayakan disatukan
dalam upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
37
mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat
sebagai berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
2) Dialog atau pertukaran informasi;
3) Joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk
kerjasama sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Joint working, atau kolaborasi sementara;
2) Joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang,
kerjasama pada pekerjaan besar yang menjadi urusan
utama salah satu peserta kerjasama;
3) Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama,
dibentuk sebagai mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi
lagi menjadi:
1) Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang,
kerjasama pada isu besar yang menjadi urusan utama
salah satu peserta kerjasama;
2) Union, berupa unifikasi resmi, identitas masing-masing
masih nampak; merger, yaitu penggabungan ke dalam
struktur baru.
38
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA
39
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
RSJD dr Amino pertama kali berdiri pada tahun 1848 di jalan
Sompok Semarang sebagai tempat penampungan bagi pasien
psikotik akut (Dhoorgangshuizen). Pada tahun 1912
Dhoorgangshuizen Sompok dipindah kegedung Kleedingmagazijn
yaitu sebuah gedung tua yang dibangun kurang lebih pada tahun
1878 di Jl. Cendrawasih Tawang dengan nama Doorgangshuizen
Tawang. Kemudian pada tanggal 21 Januari 1928 Tawang berubah
status menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang
(Kranzinnigenggestichten). Menerima perawatan pasien-pasien
psikotik mulai tanggal 2 Februari 1928. Tanggal tersebut kemudian
di tetapkan sebagai hari jadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang.
Pada tanggal 4 oktober 1986 seluruh kegiatan Rumah Sakit Jiwa
Pusat Semarang dipindahkan ke gedung baru di Jl. Brigjen Sudiarto
No. 347 Semarang. Tanggal 9 Februari 2001 Rumah Sakit Jiwa
Pusat Semarang berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat
dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tanggal 1 Januari 2002 Rumah
Sakit Jiwa Pusat dr. Amino Gondohutomo Semarang berubah nama
menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo
Semarang provinsi Jawa Tengah Sesuai dengan SK Gubernur No.
440/09/2002, Februari 2002.
RSJD dr. Amino Gondohutomo berdiri diatas lahan seluas
60.000 m2 yang terdiri dari bangunan : 1 gedung administrasi, 1
gedung auditorium, 4 gedung pelayanan, 13 gedung perawatan, 1
gedung rehabilitasi, 1 gedung diklat, 3 gedung penunjang, 1 gedung
asrama, 1 rumah dinas, 2 mess, 3 lapangan tenis, 1 kamar jenazah
dan 1 gedung komprehensif.
40
Kapasitas tempat tidur RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
berjumlah 366. Dengan pembagian kelas perawatan HCU/UPIP
berjumlah 24 kamar, kelas I 14 kamar, kelas II 27 kamar, kleas III
279 kamar.
2. Visi, Misi, Nilai Organisasi
a. Visi Rumah Sakit
Menuju pelayanan kesehatan jiwa paripurna yang bermutu.
b. Misi Rumah Sakit
1) Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan
kesehatan jiwa paripurna.
2) Meningkatkan sarana, prasarana dan teknologi
pelayanan.
3) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
4) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan jiwa.
c. Budaya dan Nilai Rumah Sakit
1) Professional
2) Akurat
3) Tepat
4) Ramah
5) Indah
6) Objektif
7) Tanggung jawab
8) Ikhlas
9) Komunikatif
41
3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Rumah sakit
42
Sumber daya manusia di RSJD dr. Amino Gondohutomo
sebanyak487 orang, terdiri dari PNS sebanyak 322 orang, tenaga
BLUD sebanyak 147 orang, pegawai honorer pemprov 9 orang, dan
dokter mitra mandiri sebanyak 9 orang. Gambaran susunan
pegawai RSJD dr. Amino Gondohutomo adalah sebagai berikut :
HONORER JUMLAH
NO JABATAN PNS BLUD MITRA
PEMPROV PNS &
BLUD
1 Struktural 17 - - 17
2 Dokter Umum 12 - 3 15
3 Dokter Spesialis 13 - 5 18
4 Dokter Gigi Umum 3 - - 3
5 Dokter Bedah Mulut - - 1 1
6 Perawat 146 55 6 - 207
7 Perawat Gigi 3 - - 3
8 Bidan 2 14 - 16
9 Apoteker 4 - - 4
10 Asisten Apoteker 13 5 - 18
11 Radiografer 6 - - 6
12 Pranata 5 3 - 8
Laboratorium
13 Psikolog Klinis 4 - - 4
14 Fisioterapi 2 - - 2
15 Okupasi Terapi 1 1 - 2
16 Terapi Wicara 1 1 - 2
17 Perekam Medis 10 7 - 17
18 Nutrisionis 8 - - 8
19 Sanitarian 4 - - 4
20 Teknik 3 - - 3
Elektromedik
21 Administrasi 65 61 3 - 129
JUMLAH 322 147 9 9 487
43
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Negara
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kewajiban ASN adalah sebagai berikut:
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
pemerintah yang sah
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggungjawab
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam
maupun di luar kedinasan
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
Selain mempunyai tugas dan kewajiban, ASN juga memiliki kode
etik berdasarkan UU ASN No 5 Tahun 2014 Pasal 5 yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
44
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN; dan melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.
2. Tugas Pokok Jabatan Fungsional Perawat Ahli Pertama
a. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;
b. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;
c. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga;
d. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan
dasar/lanjut;
e. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;
f. Membuat prioritas diagnosa keperawatan;
g. Merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
h. Merumuskan tujuan keperawatan pada keluarga dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
i. Menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan
45
j. Menetapkan tindakan keperawatan pada keluarga dalam
rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;
k. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
l. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
m. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru
pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
n. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan
pada individu;
o. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
p. Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan anggota
keluarganya;
q. Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
dalam rangka tindakan keperawatan yang berkaitan dengan
ibadah;
r. Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying
care);
s. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
t. Mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonari arteri, cvp
dalam rangka tindakan keperawatan spesifik terkait kasus dan
kondisi pasien;
u. Merawat pasien dengan WSD;
v. Memantau pemberian elektrolit kosentrasi tinggi;
w. Melakukan tatakelola keperawatan pada pasien dengan
kemoterapi (pre, intra, post);
x. Melakukan perawatan luka kanker
y. Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi;
z. Melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu;
46
aa Melakukan perawatan lanjutan pasca hospitalisasi/bencana
dalam rangka melakukan upaya rehabilitatif pada keluarga
ab Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
ac Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian
ad Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala;
ae Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu;
af Memodifikasi rencana asuhan keperawatan;
ag Melakukan dokumentasi perencanaan keperawatan;
ah Melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan;
ai Melakukan dokumentasi evaluasi keperawatan;
aj Menyusun rencana kegiatan individu perawat;
ak Melakukan preseptorship dan mentorship;
al Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan
keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer.
C. Role Model
Ibu Hj. Andi Rabiah (Sang Suster Apung).
Gambar 3.2
Peranan adalah suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain
dari seseorang yang menduduki status tertentu. model peranan
(Role Model) adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh,
tiru, dan diikuti. Dalam kegiatan aktualisasi ini, yang menjadi role
47
model adalah seorang ASN yang memberikan pelayanan dengan
luar biasa dalam dunia perawatan. Beliau adalah bu Hj. Andi Rabiah
atau yang lebih dikenal dengan nama Suster Apung adalah salah
satu perawat yang mendedikasi hidupnya untuk membantu sesama
di daerah kepulauan.
Beliau menghabiskan separuh hidupnya mengarungi lautan di
Kepulauan Sulawesi dan Flores untuk menyembuhkan pasien-
pasien yang tersebar di sekitar pulau-pulau kecil dengan hanya
berbekal tekad dan perahu. Dalam melakukan kegiatannya ia tidak
pernah mengeluh sekalipun, bahkan pada tahun pertamanya ia
bekerja sebagai perawat, ia selalu menagih janji kepada kepala desa
yang pernah menjanjikannya untuk melaut. Sebagai perawat, ia
memiliki prinsip yaitu bekerja sebagai pelayanan dan tanggung
jawab kepada masyarakat. Ia memandang bahwa mereka juga
saudara kita dan rakyat Indonesia berhak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
Penilaian nilai ANEKA sudah jelas terpateri dalam diri beliau,
disetiap kegiatan pelayanan yang diberikan. Sifat akuntabel
ditunjukkan dengan tanggung jawab beliau memberikan pelayanan
kesehatan ke pulau-pulau terpencil. Sifat nasionalisme jelas
tergambar di sifat rela berkorban beliau mengarungi lautan demi
bertemu dengan pasien. Etika publik tergambar dengan kegigihan
beliau dalam memberikan pelayanan kesehatan pada setiap yang
membutuhkan.
Beliau selalu berusaha memberikan yang terbaik dengan
menjaga mutu pelayanan yang ia berikan, meski kadang banyak
kesulitan yang ia alami. Ibu Rabiah didera kesulitan. Perahunya
bocor adalah salah satu kendala yang kerap dialaminya. Ia
mendedikasikan hidupnya untuk orang banyak sepanjang 30 tahun.
Tanpa keluh, tanpa bosan, tanpa lelah. Beliau juga memiliki jiwa anti
korupsi yang besar. Beliau mengakui pernah suatu ketika harus
48
memberikan cairan infus yang sudah kadaluarsa lima tahun kepada
pasiennya. Itu terjadi 10 tahun lalu. Di Pulau Sapuka, penyakit diare
mewabah dan persediaan cairan infus sudah habis, sementara satu
pasien dalam kondisi sekarat.
49
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI DAN HABITUASI
50
GAGASAN PEMECAHAN ISU:
1. Mengidentifikasi Sumber agen infeksi Daerah operasi, cara
pengendalian dan mengambil data infeksi daerah operasi dalam satu
bulan terakhir (sumber kegiatan : inovasi)
2. Menyusun materi strategi pengendalian Infeksi Daerah Operasi
sesuai SOP (sumber kegiatan: inovasi)
3. Mengadakan sosialisasi internal kepada rekan perawat ruangan
mengenai strategi Pengendalian Infeksi Daerah Operasi sesuai SOP
(sumber kegiatan: inovasi).
4. Menerapkan cara pengendalian infeksi daerah operasi dengan
melakukan pengkajian pasien pre operasi, melakukan cuci tangan
bedah dan pengecekan instrument bedah sesuai SOP sebelum
melakukan tindakan operasi (sumber kegiatan: SKP)
5. Memonitor pelaksanaan cara pengendalian infeksi daerah operasi
dengan cara pengkajian pasien pre operasi, cuci tangan bedah dan
pengecekan instrument bedah sesuai SOP (sumber kegiatan:
perintah atasan).
51
Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi
Keterkaitan dengan
Output/Hasil Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan nilai-nilai dasar ASN
Kegiatan Visi Misi Organisasi Organisasi
(ANEKA)
1 2 3 4 5 6 7
1 Mengidentifikasi Mendapatkan data Kegiatan dalam diskusi Pengambilan data
kejadian infeksi kejadian Infeksi dan pengambilan data IDO dan diskusi
daerah operasi Daerah Operasi terkait infeksi daerah tentang cara
dalam satu yang akurat operasi merupakan pengendalian IDO
bulan terakhir 1. Koordinasi dengan 1. Kepala ruang Etika publik (sopan upaya dalam melayani mencerminkan nilai
dan cara kepala ruang terkait memberikan ijin santun dan keluwesan peblik secara maksimal profesionalitas dan
pengendalian ijin pengambilan data untuk dalam komunikasi) sehingga kejadian tanggungjawab.
infeksi daerah infeksi daerah operasi pengambilan data Nasionalisme tersebut tidak terulang
operasi (IDO) infeksi daerah (Musyawarah, sila ke-4 kembali, hal ini sesuai
(sumber operasi (IDO) Pancasila) Diwujudkan dengan visi organisasi:
kegiatan: melalui kegiatan untuk Menuju pelayanan
inovasi) musyawarah kesehatan jiwa paripurna
52
2. Konsultasi dengan 2. Mendapat Etika publik (sopan yang bermutu dan misi
kepala ruang terkait penjelasan dan santun dan keluwesan organisasi yang ke 3 yaitu
cara pengendalian arahan tentang dalam komunikasi) Meningkatkan
infeksi kamar operasi cara pengendalian Nasionalisme profesionalisme sumber
Infeksi Daerah (Musyawarah, sila ke-4 daya manusia
Operasi (IDO) Pancasila) Diwujudkan
melalui kegiatan untuk
musyawarah
3. Pengambilan data 3. Tersedianya data Dalam mengidentifikasi
data infeksi daerah kejadian infeksi penyakit diperlukan
operasi (IDO) dalam daerah operasi sikap ketelitian,
satu bulan terakhir (IDO) dalam satu keefektifitas, dan
bulan terakhir keefisiensi yang sesuai
Keterkaitan dengan
Output/Hasil Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan nilai-nilai dasar ASN
Kegiatan Visi Misi Organisasi Organisasi
(ANEKA)
1 2 3 4 5 6 7
dengan nilai Komitmen
Mutu.
2 Menyiapkan 1. Konsultasi kepada Tersedianya Nasionalisme Kegiatan penyusunan Penyusunan materi
materi yang mentor dan kepala materi yang (Musyawarah, sila ke-4 media pendidikan pendidikan kesehatan
akan ruang terkait materi efektif, efisien Pancasila) Diwujudkan kesehatan ini menunjang mencerminkan nilai
didiskusikan tentang pengendalian sesuai referensi melalui kegiatan untuk visi RS yaitu Menuju profesionalitas dan
mengenai infeksi daerah operasi terbaru musyawarah pelayanan kesehatan tanggungjawab.
pengendalian sesuai SOP 1. Mendapat Etika publik (sopan jiwa paripurna dan
Infeksi Daerah penjelasan dan santun dan keluwesan misi kedua RSJD dr.
Operasi sesuai arahan tentang dalam komunikasi) Amino Gondohutomo
SOP cara yaitu Meningkatkan
pengendalian sarana prasarana dan
(sumber Infeksi Daerah teknologi pelayanan
kegiatan: Operasi (IDO)
inovasi & SOP) 2. Menyusun materi 2. Tersusunnya Penyusunan materi
pengendalian infeksi materi pendidikan pendidikan kesehatan
53
dalam komunikasi)
(Komitmen Mutu)
5 Memonitoring 1. Meminta izin pada Pengendalian infeksi Etika publik (sopan Mendukung Visi Rumah Kegiatan monitoring
proses cara kepala ruang untuk daerah operasi santun dan keluwesan sakit yaitu menuju ini mencerminkan
pengendalian melakukan secara maksimal dalam komunikasi) pelayanan kesehatan nilai akurat, tepat
infeksi daerah monitoring 1. Mendapatkan Akuntabilitas jiwa paripurna yang dan tanggung jawab
operasi pelaksanaan cuci izin dan arahan (tanggungjawab dan bermutu sekaligus Misi
diantaranya tangan bedah dari mentor dan integritas atas izin yang Rumah Sakit yaitu
pengkajian sebelum melakukan kepala ruang diberikan) meningkatkan
pasien pre tindakan operasi Nasionalisme profesionalisme SDM.
operasi, cuci oleh perawat (Musyawarah, sila ke-4
tangan bedah ruangan Pancasila) Diwujudkan
dan melalui kegiatan untuk
pengecekan musyawarah)
Keterkaitan dengan
Output/Hasil Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan nilai-nilai dasar ASN
Kegiatan Visi Misi Organisasi Organisasi
(ANEKA)
1 2 3 4 5 6 7
instrument 2. Melakukan 2. Perawat Dalam melakukan
bedah sesuai observasi langsung ruangan monitoring
SOP oleh pada perawat ruang melakukan melaksanakan prinsip
perawat ruang IBS dalam proses prosedur akuntabilitas
IBS pengkajian pasien pengendalian (tanggung jawab dan
pre operasi, cuci infeksi daerah trasnparansi)
(sumber tangan bedah dan operasi secara etika publik
kegiatan: pengecekan maksimal (melakukan observasi
perintah atasan) instrument bedah dengan sopan santun)
sesuai SOP
3. Mendokumentasikan 3. Terdapat bukti Dalam melakukan
kegiatan cuci tangan tertulis monitoring ini
bedah sesuai SOP di mengenai melaksanakan prinsip
RM pasien pengendalian akuntabilitas
infeksi daerah (kejelasan, integritas
operasi sudah dan transparansi
58
sesuai SOP
3 Mengadakan sosialisasi Sulit untuk mempertemukan Melakukan sosialisasi saat rapat Komunikasi efektif yang tepat
internal kepada rekan semua petugas ruangan ruangan dengan para perawat ruangan
perawat ruangan dalam sosialisasi bersama-
mengenai strategi sama terkait pembagian shift
Pengendalian Infeksi
Daerah Operasi sesuai
SOP
4 Menerapkan teknik Operasi cito (darurat) Melakukan kegiatan yang efektif Pendekatan personal pada dokter
pengendalian infeksi (darurat) memerlukan dan efisien sesuai prosedur operator operasi
daerah operasi sesuai kecepatan waktu dalam
SOP sebelum melakukan proses sebelum tindakan
tindakan operasi
5 Memonitoring proses cara Operasi cito (darurat) Melakukan kegiatan yang efektif Pendekatan personal pada dokter
pengendalian infeksi (darurat) memerlukan dan efisien sesuai prosedur dan operator operasi tentang pentingnya
daerah operasi kecepatan waktu dalam alur pasien operasi cuci tanga bedah sesuai SOP
diantaranya pengkajian proses sebelum tindakan
pasien pre operasi, cuci
tangan bedah dan
pengecekan instrument
bedah sesuai SOP oleh
perawat ruang IBS
61
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Rancangan aktualisasi dan habituasi digunakan sebagai
pedoman dan panduan dalam menyelesaikan isu yang didapatkan saat
habituasi. Pemecahan isu dilakukan dengan gagasan pemecahan isu
yang tertuang dalam beberapa kegiatan yang dirancang. Isu
diharapkan dapat diselesaikan dengan membuat rancangan aktualisasi
tersebut. Nilai dasar ANEKA diharapkan bisa lebih dipahami dan
diaplikasian pada setiap kegiatan pemecahan isu sehingga dapat
membuat penulis paham mengenai sikap dan perilaku yang dapat
memberikan kontribusi terhadap visi dan misi organisasi serta
menguatkan nilai organisasi.
Isu terpilih dalam rancangan aktualisasi dan habituasi adalah
Terjadinya Infeksi Daerah Operasi Pada Pasien Post Operasi Cito
(Darurat) Di Instalasi Bedah Sentral Rsjd dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Dalam penyelesaian isu tersebut, gagasan penyelesaian isu
berisikan beberapa kegiatan, yaitu di antaranya:
1. Mengidentifikasi Sumber agen infeksi Daerah operasi, cara
pengendalian dan mengambil data infeksi daerah operasi dalam satu
bulan terakhir (sumber kegiatan : inovasi)
2. Menyusun materi strategi pengendalian Infeksi Daerah Operasi
sesuai SOP (sumber kegiatan: inovasi)
3. Mengadakan sosialisasi internal kepada rekan perawat ruangan
mengenai strategi Pengendalian Infeksi Daerah Operasi sesuai SOP
(sumber kegiatan: inovasi).
4. Menerapkan cara pengendalian infeksi daerah operasi dengan
melakukan pengkajian pasien pre operasi, melakukan cuci tangan
bedah dan pengecekan instrument bedah sesuai SOP sebelum
melakukan tindakan operasi (sumber kegiatan: SKP)
62
5. Memonitor pelaksanaan cara pengendalian infeksi daerah operasi
dengan cara pengkajian pasien pre operasi, cuci tangan bedah dan
pengecekan instrument bedah sesuai SOP (sumber kegiatan:
perintah atasan).
63
DAFTAR PUSTAKA
64
Nilai-nilai dasar PNS http://wikipns.com/nilai-nilai-dasar-profesi-pns/
diakses pada tanggal 25 september 2019.
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
66