SKRIPSI
ANALITIK KORELATIF
Oleh:
SKRIPSI
ANALITIK KORELATIF
Oleh:
ii
iii
iv
vi
MOTTO
Trust in the LORD with all your heart and lean not on your own
understanding; in all your ways submit to Him and He will make your
paths straight
PROVERBS 3:5-6
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur bagi Allah yang Maha Kuasa pencipta langit, bumi
dan segala isinya. Hanya oleh anugerah-Nya semata peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Efektifitas Penggunaan ATS (Australasian Triage
Scale) Modifikasi Terhadap Response Time Perawat di Instalasi Gawat
Darurat”
viii
ix
12. Semua sahabatku, mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Ners Alih Jenis
B20, yang setia mensupport peneliti selama perkuliahan dan proses
penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tetapi peneliti
berharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dari penelitian
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta pembaca
pada umumnya.
Semoga Tuhan membalas budi baik semua pihak yang memberikan
kesempatan, dukungan dan bantuan serta kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti
ABSTRAK
Kata Kunci: ATS (Australasian Triage Scale), Response Time, Perawat Gawat
Darurat
xi
ABSTRACT
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR SURAT PERNYATAAN................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI .......................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ v
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................ vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xix
xiii
xiv
xv
Daftar Tabel
xvi
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Pasien RSUD Prof. Dr.W.Z. Johannes .....................16
Gambar 2.2 Alur Triase IGD RSUD Prof. Dr.W.Z. Johannes Kupang .................18
Gambar 2.3 Alur Pelayanan Prioritas 1-Merah IGD..............................................19
Gambar 2.4 Alur Pelayanan Prioritas 2-Kuning ....................................................19
Gambar 2.5 Alur Pelayanan Prioritas 3- Hijau ......................................................20
Gambar 2.6 Triage and Registrasi .........................................................................22
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .........................................................................31
Gambar 4.1 Definisi Operasional Penelitian..........................................................34
Gambar 4.2 Kerangka Operasional Penelitian ......................................................36
xvii
Daftar Lampiran
xviii
Daftar Singkatan
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
layanan gawat darurat medis dan rumah sakit. Instalasi gawat darurat menjadi
pilihan akses rute utama ke sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit (Christ et
al., 2010). Nasional Health Service (NHS) Inggris tahun 2012 melaporkan bahwa
jumlah kunjungan pasien di IGD dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012
Indonesia mencapai 4.402.205 per bulan (13,3%) dari total seluruh kunjungan
Penumpukan pasien yang terjadi di IGD dengan proses triase yang baik
seharusnya tidak terjadi. Peran tim medis gawat darurat dalam penilaian awal
(triage) sangat penting untuk memastikan bahwa pasien yang tepat berada
ditempat yang tepat pada waktu yang tepat dan bahwa tidak ada yang terlewatkan
(Martin et al., 2014). Hasil penelitian (Ainiyah, Ahsan and Fathoni Mukhamad,
tentang Rumah Sakit menjelaskan Triase dalam instalasi gawat darurat bertujuan
masih kurang dan belum memadai. Hal ini disebabkan karena Indonesia belum
mempunyai standar nasional yang baku tentang sistem triase sehingga dalam
2017).
sistem triase dengan menggunakan sistem ATS (Australasian Triage Scale) sejak
tahun 2017. Sistem triase ini dimodifikasi menjadi 3 bagian besar, yaitu untuk
pasien kategori ATS 1dan 2 digabung menjadi pasien prioritas 1 berlabel merah,
pasien yang masuk kategori ATS 3 dan 4 digabung menjadi pasien prioritas 2
berlabel hijau. Semua pasien yang datang ke IGD RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes ditriase oleh perawat yang sudah ditentukan dalam jadwal dinas per
dinas. Pasien di triase didepan pintu masuk IGD dan setelah perawat menentukan
jenis triase pasien lalu diarahkan kedalam ruang tindakan sesuai kegawatannya.
Hasil wawancara dengan Kepala dan perawat IGD pada tanggal 16 Oktober 2018
didapatkan informasi bahwa pada tahun 2017 rata-rata pasien per bulan sebanyak
tenaga medis dokter dan perawat yang berdinas (2 dokter, 7 perawat) dengan
jumlah pasien yang masuk, sehinggga hal ini diduga berpengaruh terhadap
terhadap penerimaan pasien yang baru masuk, tetapi juga terhadap pasien yang
pelayanan di IGD saat ini cepat atau lambat?”, tiga dari lima keluarga pasien
menyatakan bahwa saat tiba di IGD tidak langsung dilayani dan dibiarkan
menunggu.
Triase ATS sudah diterapkan dengan baik di IGD RSUD Prof. Dr. W.Z.
masih ada yang belum sesuai dengan kategori ATS. Hasil pengamatan peneliti
response time yang tidak sesuai dengan kategori ATS dalam SOP penerimaan
pasien baru. Sampai saat ini belum dilakukan evaluasi terkait penggunaan ATS
terhadap response time perawat triase. Penerapan triase yang benar sangat penting
pasien. Penentuan prioritas yang keliru akan meningkatkan angka mordibitas dan
Rumah Sakit, pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit
setelah sampai di IGD. Pasien diterima oleh perawat segera setelah pasien tiba
Kebutuhan akan response time yang tepat dan efesien sangat berperan
penting dalam setiap pengambilan keputusan mulai sejak awal pasien datang
hingga pasien dipindahkan dari IGD (Habib et al., 2016). Response time yang
cepat atau sesuai standar yang ada akan membantu perawat dalam memberikan
pelayanan yang tepat sesuai dengan jenis keluhan yang dialami oleh pasien.
pada penanganan pasien gawat darurat yang memanjang dapat menurunkan usaha
Johannes Kupang.
time perawatdi Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. W. Johannes Kupang?
W. Johannes Kupang.
Johannes Kupang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
1) Instalasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah Sakit mendefinisikan gawat darurat sebagai keadaan kritis pasien yang
pertama selama 24 jam pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan
2011). Dari uraian di atas dapat ditarik dua kata kunci untuk mendefinisikan
gawat darurat yaitu kondisi mengancam nyawa dan memerlukan tindakan segera.
Penggunaan istilah triase ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase
modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Dominique Jean Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara
kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan
urutan kedatangan mereka. Sistem tersebut memberikan perawatan awal pada luka
menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada di medan perang
hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan. Pada tahun 1846, John
Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi filosofi triase. Dia mencatat bahwa
yang secara langsung akan dibawa ke tempat dengan fasilitas yang sesuai. Pada
kali di lapangan oleh dokter dan kemudian dikeluarkan dari garis perang untuk
maksud awalnya adalah untuk menangani luka yang minimal pada tentara
medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu
konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan pertolongan di
instalasi gawat darurat (IGD) setiap tahunnya. Pelbagai sistem triase mulai
dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan IGD yang
lanjut (life and limb saving), tapi pada prakteknya sering dimanfaatkan
untuk pelayanan rawat jalan (ambulatory care) di luar jam kerja. Kondisi
pada pasien dengan sakit kritis atau cedera, dan kelanjutan dari perawatan
pasien dengan kondisi kritis di IGD adalah unit perawatan intensif (ICU).
questions).
2) Instalasi Gawat Darurat yang tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit
tergolong akut gawat akan tetapi datang untuk berobat di Instalasi Gawat
Darurat.
rekam medik.
6) Rumah Sakit yang hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien
gawat darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit lainnya.
yang di transportasi.
kebutuhan. Kriteria : Ada jadwal jaga harian bagi konsultan, dokter dan
10) Ada ketentuan tentang pengadaan peralatan obat-obatan life saving, cairan
11) Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang
12) Rekam Medik harus disediakan untuk setiap kunjungan dengan sistem
yang optimum, yaitu bila rekam medik unit gawat darurat menyatu dengan
13) Ada bagan/struktur organisasi tertulis disertai uraian tugas semua petugas
Instalasi Gawat Darurat dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga medis
jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia di Instalasi Gawat Darurat harus
penunjang medis serta garis otoritas, dan tanggung jawab. Instalasi Gawat
Darurat harus ada bukti tertulis tentang pertemuan staf yang dilakukan secara
pemecahannya. Rincian tugas tertulis sejak penugasan harus selalu ada bagi
tiap petugas. Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja harus selalu ada
bagi tiap petugas. Harus ada program penilaian untuk kerja sebagai umpan
balik untuk seluruh staf. Harus ada daftar petugas, alamat dan nomor telepon.
efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam, 7
1) Di Instalasi gawat darurat harus ada petunjuk dan informasi yang jelas bagi
2) Letak Instalasi Gawat Darurat harus diberi petunjuk jelas sehingga dapat
3) Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai
lokasi IGD di rumah sakit, dan kemudahan transportasi pasien dari dan ke
penyakitnya.
5) Daerah yang tenang agar disediakan untuk keluarga yang berduka atau
gelisah.
alat steril, obat cairan infus, alat kedokteran serta ruang penyimpanan lain;
ruang kantor untuk kepala staf, perawat, dan lain-lain; ruang pembersihan
gawat darurat dengan : unit lain di dalam dan di luar rumah sakit terkait
8) Pelayanan ambulance
11) Harus ada pelayanan radiologi yang di organisasi dengan baik serta
berlaku.
Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu
ditinjau dan disempurnakan (bila perlu) dan mudah dilihat oleh seluruh
Darurat dan kasus kegawatan di ruang rawat inap (sistem code blue)
3) Ada prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk lifesaving
4) Ada kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses persalinan
yang bekerja di unit gawat darurat. Ada program tertulis tiap tahun tentang
secara teratur bagi petugas Instalasi Gawat Darurat dalam keadaan menghadapi
Ada upaya secara terus menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan
Angka kematian
Nomor 129 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah
level karier dan kompetensi perawat di rumah sakit dideskripsikan sesuai level
1. Perawat Klinis I
2) Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam asuhan keperawatan.
dasar.
klien.
keperawatan
keperawatan.
20) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
21) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam
2. Perawat Klinis II
keperawatan pada klien dengan tingkat ketergantungan partial dan total care.
keperawatan.
keperawatan.
6) Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam pemberian assuhan
keperawatan.
masalah klien.
10) Melakukan kajian terhadap kejadian dan risiko infeksi pada klien.
14) Merumuskan kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik sesuai
dan keluarga
praktikan.
suhan keperawatan
keperawatan
sesuai kewenangannya.
31) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
32) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam
Perawat klinis III adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan
keperawatan spesifik.
keperawatan.
10) Mengidentfikasi kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik sesuai
keperawatan
14) Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah klien di
area spesifik
18) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien ddan keluarga pada area
spesifik
19) Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan pada area spesifik dan rencana
tindak lanjut.
area spesifik.
area spesifik.
keperawatan.
sesuai kewenangannya.
32) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
33) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
4. Perawat Klinis IV
spesialistik.
10) Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah klien
Mode & Effect Analysis atau Analisis Efek & Mode Kegagalan di Pelayanan
Kesehatan (HFMEA)
16) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien ddan keluarga pada area
spesialistik.
area spesialistik.
area spesialistik.
keperawatan.
sesuai kewenangannya.
29) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
30) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
5. Perawat Klinis V
yaitu:
2) Merumuskan strategi penanganan akar masalah dan risiko klinis secara lintas
disiplin.
bukti ilmiah.
11) Melakukan pembinaan tata laku dan pertimbangan etik profesi, legal dalam
13) Menyusun strategi penanganan akar masalah dan risiko klinis secara lintas
disiplin.
bukti ilmiah.
berkelanjutan.
18) Melaksanakan konsultasi dan eduaksi kesehatan baik bagi peserta didik,
dan mentorship.
keperawatan.
sesuai kewenangannya.
30) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien.
31) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
kompetensi yaitu:
Pelatihan ACLS dalam waktu 6-12 bulan sebelum bekerja atau 2-6 bulan
Perawat baru dan semua perawat baru lainnya akan menyelesaikan TNCC
Alur pelayanan pasien di RSUD dibagi menjadi dua pintu utama yaitu
melalui Instalasi Gawat darurat dan Instalasi Rawat Jalan. Pasien yang datang
dalam keadaan gawat akan melalui IGD sedangkan pasien rujukan dokter
Rumah Sakit) baik pasien JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), pasien umum dan
asuransi lainnya.
yaitu:
Pengkajian awal triase dilakukan oleh perawat IGD yang sudah mendapat
Semua pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang akan dilakukan triase oleh perawat triase. Saat perawat
Sehingga sesuai gambar 2.2 proses triase dilakukan secara simultan dengan
Pendaftaran Administrasi
Pasien IGD / Billing
Resusitasi &
Stabilisasi
stabilisasi. Apabila pasien tetap tidak stabil setelah mendadap tindakan maka
pasien masuk ke ruang resusitasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di gambar
2.4
Stabilisasi
(Rawat Darurat Awal)
Stabil Tidak
pemeriksaan oleh dokter dan perawat dan kondisi pasien stabil maka bisa
dilakukan rawat jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di gambar 2.5
Alur Pelayanan
Prioritas 3 (Hijau)
Pemeriksaan oleh
Dokter & Perawat
Stabil
Rawat Jalan
Sekitar tahun 1980an dimulai konsep triase lima tingkat di Rumah Sakit
sakit Box Hill, Victoria, Australia. Pembagian tingkatan ini berdasarkan tingkat
kesegeraan (urgency) dari kondisi pasien. Validasi sistem triase ini menunjukkan
hasil yang lebih baik dan konsisten dibandingkan triase konvensional dan mulai di
adopsi unit gawat darurat di seluruh Australia. Sistem nasional ini disebut dengan
National Triage Scale (NTS) dan kemudian berubah nama menjadi Australia
Australian Triage Scale (ATS) mulai berlaku sejak tahun 1993, dan terus
mengalami perbaikan. Saat ini sudah ada kurikulum resmi dari kementerian
kesehatan Australia untuk pelatihan ATS sehingga dapat diterapkan sesuai standar
Berbeda dari fungsi awal pembentukan tingkatan triase, saat ini selain
menetapkan prioritas pasien, ATS juga memberikan batasan waktu berapa lama
juga membuat pelatihan khusus triase untuk pasien-pasien dengan kondisi tertentu
pasien obstetri, dan gangguan perilaku. Hal ini menjadi kelebihan ATS sehingga
banyak di pakai sebagai sistim triase di beberapa negara. Untuk memudahkan trier
(orang yang melakukan triase) mengenali kondisi pasien, maka di ATS terdapat
Di Australia, proses triase dilakukan oleh guide keeper yaitu orang yang
resmi triase untuk perawat dan dokter. Tujuan pelatihan adalah untuk
1) Triase adalah titik kontak pertama pasien pada saat kedatangan di IGD.
simultan atau gunakan pendaftaran mobile (di sisi tempat tidur pasien) oleh
staf administrasi.
ATS.
antara lain:
1. Kategori ATS 1
2. Kategori ATS 2
cukup serius atau dapat memburuk begitu cepat sehingga ada potensi
3. Kategori ATS 3
4. Kategori ATS 4
ada potensi untuk hasil yang merugikan jika pengobatan tidak dimulai
rawat inap.
5. Kategori ATS 5
Penilaian dan perawatan dimulai dalam 120 menit kondisi pasien tidak
urgent sehingga gejala atau hasil klinis tidak akan terjadi perubahan secara
signifikan jika penilaian dan pengobatan ditunda hingga dua jam dari
2.3.1 Definisi
dalam menit, standar kecepatan waktu merespons pada pasien dengan keadaan
gawat darurat paling lama adalah < 5 menit (Kementrian Kesehatan RI, 2009).
Response time atau interval waktu respon juga didefinisikan sebagai waktu dari
kejadian. Interval waktu dihitung dalam menit sampai detik yaitu < 0 menit
sampai > 120 menit (Nehme, Andrew and Smith K, 2016). Dalam penelitian
yang di lakukan oleh Thompson di Amerika, waktu tunggu untuk pasien nyeri
yang tidak mengancam jiwa adalah sekitar 110 menit atau rata-rata 2 jam sejak
persepsi pasien waktu yang wajar untuk menunggu sampai diberikan tindakan
response time yang dilakukan oleh Ziad Nehme (2016) di Australia ditemukan
tempuh, waktu aktivasi, jam kerja, hari kerja, ambulans set, priority zero case
(dugaan serangan jantung atau pernafasan). Faktor lain yang ikut memengaruhi
dari pasien seperti usia, jenis kelamin, keluhan medis utama, dan tingkat
keparahan (Nehme et al. 2016). Selain faktor internal seperti man, metode,
dan model of caring yang digunakan instansi tersebut. Selain itu Anderson,
membagi faktor yang memengaruhi response time menjadi dua yaitu faktor
kerja, beban kerja yang tinggi, pengaturan dinas, kondisi klinis pasien dan
nasional.
BAB 3
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan triase dengan model ATS (Australasian
Triage Scale) dibagi menjadi 5 kategori. Response time perawat triase ditentukan
oleh beberapa faktor, antara lain faktor internal yaitu keterampilan perawat dan
kapasitas pribadi sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan kerja, beban kerja
yang tinggi, pengaturan dinas, kondisi klinis pasien dan juga riwayat klinis pasien
(Nur Ainiyah, 2014). Triase yang baik bergantung dari response time perawat
triase. Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat efektifitas penggunaan ATS
yang sudah diterapkan selama 1 (satu) tahun terhadap response time perawat.
3.2 Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
sebab akibat antara dua variabel secara observasional. Penelitian ini hanya
menggambarkan penggunaan ATS dan response time perawat dalam satu periode
melakukan pengukuran melalui observasi pada kondisi yang sudah ada. Tujuan
4.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang
bekerja di IGD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada bulan Desember
Sampel pada penelitian ini adalah bagian populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini ditetapkan kriteria inklusi dan esklusi
sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
bahwa penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
modifikasi
time perawat
Dr. W. Z. Johannes Kupang dan standar kategori waktu ATS serta digital
timer, yaitu jam yang menampilkan waktu dalam bentuk angka (jam:menit).
Johanes Kupang dengan skor penilaian sesuai (1) dan tidak sesuai (0). Untuk
sesuai (dari total pasien yang ditriase semuanya sesuai, 100%), cukup sesuai
(dari total pasien yang ditriase 60-90% mendapat skor cukup sesuai) dan
tidak sesuai (dari total pasien yang ditriase skor sesuai < 60%).
dengan skor penilaian cepat (1) dan lambat (0). Untuk mengkategorikan
nilai response time peneliti menggunakan statement cepat (dari total pasien
yang diobservasi semuanya cepat, 100 %), cukup cepat (dari total pasien
yang diobservasi 60-99% mendapat skor cepat) dan lambat (dari total pasien
Desember 2018
diobservasi dalam 3 dinas jaga dan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 2 kali dinas
pagi, 2 kali dinas siang dan 2 kali dinas malam. Dalam pengumpulan data,
asisten tersebut. Evaluasi dan praktik pengambilan data dilakukan di akhir sesi.
perawat dari pertama kali menerima sesuai kategori triase ATS modifikasi
di 3 dinas berbeda yakni dinas pagi, dinas siang dan dinas malam dengan
terhadap pasien.
ATS
Melakukan obervasi:
1. Kesesuaian penggunaan SOP Penerimaan pasien baru
dengan triase ATS modifikasi
2. Kecepatan Response Time
Tabulasi Data
Seminar Hasil
Response Time perawat di IGD” telah dinyatakan lolos kaji etik dan mendapatkan
sertifikat Ethical Approval dengan No. 1220 – KEPK pada tanggal 14 Desember
Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian ini adalah manusia, maka
1. Inform Consent
terbagi dalam 4 kelompok sesuai dinas dinas lalu menjelaskan tujuan dan
maksud penelitan tanpa ada unsur paksaan. Jika subyek menolak untuk
kehendak dan menghormati haknya, namun akan mendapat sanksi dari kepala
consenct. Pengisian inform consent disaksikan oleh saksi yaitu dari keluarga
pasien.
Penelitian dilakukan pada responden secara sukarela tanpa ada paksaan dan
tekanan dari pihak manapun. Peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Selama penelitian peneliti akan menjaga data yang didapatkan dan tidak akan
setiap responden.
1. Sampel hanya menggunakan 1 kelompok dan diteliti sesaat saja tidak melihat
dengan ATS 3 dan ATS 4 sehingga data penelitian ini tidak dapat
BAB 5
kelamin, pendidikan, lama kerja di IGD, dan jenis serta jumlah pelatihan
Timur yang berbentuk RSUD, diurus oleh pemerintah propinsi NTT dan menjadi
ruang IGD adalah 50 sampai 60 orang per hari dengan rasio 1:10 dan kasus
terbanyak yaitu SNH (Stroke Non Hemoragic) dan Hipertensi.Sistem triase IGD
RSUD Prof.dr.W.Z. Johannes selama ini menggunakan sistem prioritas gawat dan
non gawat, selanjutnya pada tahun 2017 sistem penerimaan pasien di IGD
menggunakan triase ATS yang dimodifikasi. Triase ini dibagi menjadi 3 bagian
yaitu triase label Merah untuk kategori ATS 1 dan ATS 2, label Kuning untuk
kategori ATS 3 dan ATS 4 serta label Hijau untuk ATS kategori 5.
bagian besar yaitu ruang triase dan ruang tindakan. Ruang tindakan dibagi
Pasien yang berkunjung di IGD secara umum ada 2 jenis, yaitu pasien yang
datang sendiri dan pasien rujukan. Pasien rujukan bisa berasal dari internal RS
dan dari luar rumah sakit (Puskesmas/RS lain). Alur pasien yang berkunjung ke
IGD RSUD Prof.dr.W.Z. Johannes adalah sebagai berikut: setiap pasien yang
kasusnya (bedah/medik). Pasien yang memerlukan tindak lanjut dari triase akan
itu akan dilakukan review dan konsultasi untuk kemudian didisposisikan untuk
masuk rumah sakit (MRS) atau rawat jalan (Pulang/KRS). RSUD ini beralamat di
Data karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin
pendidikan terakhir, lama kerja di IGD dan jenis serta jumlah pelatihan
sebanyak 19 responden (67,9%) memiliki lama kerja > 6-9 tahun sebanyak 11
orang (39,3%).
modifikassi oleh perawat di dinas pagi, dinas siang dan dinas malam RSUD Prof.
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas dari 28 responden yang diteliti sebagian besar
cukup sesuai dalam melakukan pemilahan dan prosedur tindakan sesuai prioritas
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas dari 28 responden yang diteliti sebagian besar
cukup sesuai dalam melakukan pemilahan dan prosedur tindakan sesuai prioritas
Berdasarkan Tabel 5.2 dari 28 responden yang diteliti sebagian besar cukup
sesuai dalam melakukan pemilahan dan prosedur tindakan sesuai prioritas pada
Data ini berisi penilaian response time perawat di dinas pagi, dinas siang dan
1. Hasil penilaian observasi ATS modifikasi dengan response time Perawat IGD
di dinas Pagi
Tabel 5.5 Response Time Perawat IGD Dinas Pagi
Response time perawat f (%)
Tidak cepat 0 0
Cukup cepat 9 32,1
Cepat 19 67,9
Total 28 100
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa response time perawat pada
dinas pagi dari 28 responden yang diteliti sebagian besar responden memiliki
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat response time perawat pada dinas
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat response time perawat pada dinas
1. Hasil uji Spearman Rho antara penggunaan ATS modifikasi dan kecepatan
dinas pagi.
2. Hasil uji Spearman Rho antara penggunaan ATS modifikasi dan kecepatan
tingkatan response time yang cepat pada 9 orang (32,1%). Dari hasil uji analisis
statistik menggunakan Spearman Rho didapatkan p=0,866> α ≤ 0,05 maka hal ini
3. Hasil uji Spearman Rho antara penggunaan ATS modifikasi dan kecepatan
tingkatan response time yang cepat pada 8 orang (27,6%). Dari hasil uji analisis
statistik menggunakan Spearman Rho didapatkan p=0,173> α ≤ 0,05 maka hal ini
5.3 Pembahasan
Pada sub bab berikut peneliti akan membahas masalah yang muncul
time perawat di IGD pada dinas pagi di IGD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johanes
Kupang.
Penggunaan ATS dengan Response Time perawat dinas pagi. Didapatkan di dinas
orang. Meski demikian, response time hampir sebagian responden kategori cukup
Australasian Triage Scale lebih efektif dibandingkan triase tiga tingkat dalam
kurang dan belum memadai akan membahayakan kehidupan klien yang tiba di
IGD. Tindakan pengobatan kepada klien dalam urutan kedatangan tanpa penilaian
2014).
kategori cukup sesuai dengan SOP, namun perawat tetap memiliki response time
yang baik. Perawat yang tidak menggunakan SOP ATS tidak sesuai pada dinas
kategori ATS modifikasi 3 label hijau (kategori 5) pada saat jam kerja yang
penggunaan ATS dikarenakan ada perawat yang tidak bisa menolak pasien dan
ada juga perawat yang dengan sengaja mengijinkan pasien ditangani di IGD
karena kedekatan keluarga dan teman. Hal ini tentu saja tidak sesuai standar yang
pasien yang masuk dalam kategori tidak segera dimana gejala tidak beresiko
memberat bila pengobatan tidak segera diberikan. Pasien kategori ATS 5 dengan
SOP yang ada di jam kerja harus ditangani di poliklinik sehingga tidak terjadi
penumpukan pasien dalam IGD pada dinas pagi. Ketepataan dalam menentukan
kriteria triase dapat memperbaiki aliran pasien yang datang ke unit gawat darurat,
menjaga sumber daya unit agar dapat fokus menangani kasus yang benar-benar
gawat, dan mengalihkan kasus yang tidak gawat ke fasilitas kesehatan yang
sesuai.
ATS.
sebanyak 20 orang (71,4%). Untuk keterampilan, sampai saat ini belum ada
perawat IGD yang mengikuti pelatihan Triage. Hasil temuan peneliti bahwa
perawat IGD hanya diberikan sosialisasi tentang ATS tanpa adanya pelatihan
simulasi triase. Rata-rata pelatihan yang diikuti sebagian besar responden adalah 1
kali untuk pelatihan dasar gawat darurat/BHD. Tujuan pelatihan triase adalah
sesuai dikarenakan perawat masih kurang dalam hal pengetahuan mengenai triase
5.3.2 Hubungan antara Penggunaan ATS dan kecepatan Response time perawat
signifikansi p lebih besar dari p yang ditetapkan yaitu <0,05 maka hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan ATS dan response Time
perawat pada dinas siang. Perawat dengan kategori cukup sesuai dan sesuai dalam
melakukan triage dengan menggunakan ATS memiliki response time yang cepat
perawat yang tidak melakukan pemeriksaan fisik pasien di ruang triase (meskipun
ada ruang khusus triase). Selain itu peralatan diruang triase tampak terbatas dan
kurangnya jumlah perawat yang bertugas setiap dinas, dimana hanya terdapat 7
orang perawat padahal jumlah pasien pada dinas tersebut sering melebihi
kapasitas brankart yang ada (30 buah), sehingga ruangan IGD menjadi sangat
penuh (overcrowded). Pada dinas siang sering terjadi penumpukan dari pasien
pagi yang tertahan karena belum masuk ke ruang perawatan, sehingga dengan
jumlah perawat yang terbatas pada saat dinas beberapa pasien yang baru masuk
seolah-olah terabaikan karena ada response time perawat yang kurang sesuai.
(Christ et al., 2010). Penelitian lain yang dilakukan oleh Anderson, Omberg, dan
making dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
pengaturan dinas, kondisi klinis pasien dan riwayat klinis pasien. Jika faktor-
faktor itu diabaikan maka pelaksanaan triase berjalan tidak optimal sehingga dapat
ketidakmampuan dan bahkan cacat permanen bagi pasien (Gerdtz et al., 2009)
5.3.3 Hubungan antara Penggunaan ATS dan kecepatan Response time perawat
signifikansi p lebih besar dari p yang ditetapkan yaitu <0,05 hal ini menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara penggunaan ATS dan response time perawat pada
dinas malam. Sebagian besar perawat dengan kategori penggunaan ATS cukup
sesuai sebanyak 15 orang memiliki response time yang cukup cepat sebanyak 8
orang dan hanya 7 orang yang memiliki response time cepat. Response time
responden yang belum sepenuhnya cepat ini ditunjukkn dari sebagian besar
kategori pasien yang datang dikarenakan mereka bingung untuk menetukan label
pasien. Dari hasil observasi peneliti di dinas malam, responden yang masuk
dalam kategori sesuai dalam penggunan ATS dan memiliki response time cepat
sebagian besar adalah responden dengan waktu lama kerja 1-5 tahun. Hal ini
Kawamoto R. (Fujino et al., 2014) pada 1395 perawat yang bekerja di Rumah
bahwa semakin lama bekerja maka kinerja perawat menjadi semakin baik (Fujino
et al., 2014)
personil (keterampilan dan pengetahuan perawat), kedua faktor pasien dan ketiga
adalah faktor non personil salah satunya adalah beban kerja. Hal tersebut
dikuatkan pula oleh Australian Triage Process Review (2005) menyatakan bahwa
triase) yang kurang hal ini mempengaruhi responden dalam pengunaan ATS dan
response time.
BAB 6
Pada bab 6 ini akan disajikan simpulan dan saran dari hasil penelitian
sebagai berikut.
6.1 Simpulan
berikut:
Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang sebagian besar perawat sudah cukup sesuai
sebagian besar cepat dalam menangani pasien sesuai kategori ATS modifikasi
perawat di ruangan IGD RSUD Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang baik pada
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dadashzadeh, A., Farahnaz A., Azad R., Morteza G., 2013. Factors Affecting
Triage Decision-Making From The Viewpoitns of Emergency Department
Staff in Tabriz Hospitals, Iran J Crit Care Nurs; 6(40: 269-276
Habib, H. et al. (2016) (PDF) Triase Modern Rumah Sakit dan Aplikasinya di
Indonesia. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/311715654_Triase_Modern_Ru
mah_Sakit_dan_Aplikasinya_di_Indonesia (Accessed: 16 October 2018).
Ismail, Akhmad, 2017 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Length of Stay Pasien
di Instalasi Gawat Darurat Menggunakan Pendekatan Time Frame Guide
Emergency Model Of Care’.
Kementrian Kesehatan RI, 2008. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Lisa A. Wolf. Et al., 2017. Triaging The Emergency Department, Not The
Patient: United States Emergency Nurses’ Experience of The Triage
Process., Journal Of Emergency Nursing
Maatilu, V., Mulyadi & Malara, R.T., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Response Time Perawat Pada Penanganan Pasien Gawat Darurat
Di IGD RSUP Pof. DR . R. D. Kandou Manado.
National Treatment Agency for Substance Misuse (2012) Models of care. doi:
10.1007/978-3-319-16068-9.
Nehme, Z., Andrew, E., Smith K., 2016. Factors Influencing the Timeliness of
Emergency Medical Service Response to Time Critical Emergencies.,
3127(August), pp.0-9
Nur Ainiyah, Ahsan, M.F., 2014. The Factors Associated with The Triage
Implementation in Emergency Department.
Nursalam, 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan 4th ed. P. P. Lestari,
ed., Jakarta: Salemba Medika.
Rankin, J. A., Then, K. L. and Atack, L. (2013) ‘Can Emergency Nurses Triage
Skills Be Improved by Online Learning? Results of an Experiment’,
Journal of Emergency Nursing. Emergency Nurses Association, 39(1), pp.
20–26. doi: 10.1016/j.jen.2011.07.004.
Wahyu, R. & Naser, A.M., 2015. The factors associated with the Response
Time of nurses in handling emergency patients in IGD RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado. ejournal Keperawatan, 3(c).
Wolf, L.A. et al., 2016. Triaging The Emergency Department, Not The Patient :
United States Emergency Nurses‟ Expreince Of The Triage Process. , pp.1–9.
Lampiran 1
Lampiran 2
Surabaya, 2018
Sofiyanti N. Banoet
NIM. 131711123014
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
(...................................)
SKRIPSI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ATS... SOFIYANTI NORMALINDA BANOET
IR_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
Lampiran 4
Data Demografi
Petunjuk pengisian:
Lampiran 5
Kode Responden :
Shift :
Keterangan :
Alasan delay :
Lampiran 6
Kode Responden:
Lampiran 7
ATS
RT
ATS
RT
ATS
RT
Umur Kode JK Kode Penddkn Kode LaKer Kode PK Kode Pelthn Kode
Lampiran 8
1 2 3 4 5 6 7
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
RT RT RT RT RT RT RT R
1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 3 0 1 3 1
2 1 1 2 1 1 2 0 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1
3 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2
4 1 1 1 0 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 0 1 3
5 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2
6 0 1 2 1 1 2 0 1 3 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1
7 0 1 3 1 1 2 0 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1
8 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1
9 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2
10 1 1 1 0 1 3 1 1 2 1 0 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2
11 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 0 2 0
12 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 0 1 3 1
13 1 1 1 1 1 2 1 1 2 0 1 2 0 1 3 0 1 3
14 1 1 1 1 1 2 1 1 3 0 1 2 1 1 2 0 1 3 0 1 3 1
15 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2
17 1 1 1 0 0 3 1 1 1 1 1 2 1 0 2 1 1 2 1 1 2 0
18 0 1 2 1 0 3 1 1 1 1 1 2 0 1 3 1 1 1 1 1 2
19 1 1 1 1 0 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 0 1 2 0 1 2
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 3 1 1 2 0 1 2 0
21 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 0
22 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 2 1 1 2 1 1 2 0
23 0 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2
24 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 0 1 1 1 1 2
25 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 0 1 3 1
26 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2
27 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 2 0 1 2 1 1 2
28 1 1 1 0 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2
Lampiran 9
1 2 3 4 5 6 7
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
RT ATS RT RT RT RT RT RT
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1
2 1 1 2 0 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1
3 1 1 2 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1
4 1 1 1 1 1 3 0 1 3 0 1 1 1 1 3 1 1 1 0 1 3 1
5 1 1 1 1 1 2 1 0 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 2 1 0 3 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1
7 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
8 1 1 2 0 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
9 0 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 0 1 3 1 1 2 1
10 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 0 3 1 0 1 1 1 2 1
11 1 1 1 0 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 0 2 0
12 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 3 0 1 3 1
13 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1
14 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 0 1 3 1
15 1 1 1 1 1 2 1 0 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1
16 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 0 1 2 1 1 2 1
17 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
18 1 1 2 1 0 2 0 1 1 1 1 3 1 1 2 1 0 2 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 2 0
20 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 3 0 1 3 1 1 2 0 1 2 1 1 2 1 1 2
22 0 1 2 1 1 2 1 1 3 1 0 3 1 0 2 1 1 3 1 1 2 0
23 1 1 3 1 1 1 1 0 2 1 1 3 1 1 1 1 0 3 1 1 1
24 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2
25 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 0 2 1 1 1 1 1 3 1
26 1 1 2 1 1 3 0 0 2 1 1 3 1 1 3 0 1 1 1 1 2 1
27 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 3
28 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2
Lampiran 10
1 2 3 4 5 6 7
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
Kat ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
ATS
RT ATS RT RT RT RT RT RT
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 3 1 1 2
2 1 1 2 1 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 3 0
3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 0 1 2
4 0 0 1 1 1 3 1 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3
5 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 2 1 1 3
6 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 3 0 1 2 1 1 1 1 1 2
7 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 2
8 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 3 1 1 2 1 1 1 0 1 3 1 0 1 1 1 3 1 1 2
10 1 1 1 0 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 2 1 1 2 1
11 1 1 1 0 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 2 0 1 1 1 0 2
12 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 3
13 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 0 1 3 1 1 2 1 1 2
14 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1
15 1 1 3 0 1 2 1 1 3 0 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2
16 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 0 1 2 1 1 3 1
17 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 0 2 1 1 2
18 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1 1 3 1 1 1
19 1 1 3 1 1 2 1 0 2 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 2
20 0 0 2 1 1 1 1 1 3 0 1 2 1 1 3 1 1 1
21 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2
22 1 1 3 1 1 2 1 1 3 1 0 1 1 0 2 1 1 3 1 1 2
23 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1
24 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1
25 1 1 3 1 1 2 1 1 3 1 1 3 1 1 2 0 1 1
26 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 2
27 1 1 3 1 1 2 1 1 3 0 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 3
28 1 1 2 0 1 3 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 2
Lampiran 11
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-30 Tahun 6 21,4 21,4 21,4
31-35 Tahun 12 42,9 42,9 64,3
36-40 Tahun 3 10,7 10,7 75,0
41-45 Tahun 5 17,9 17,9 92,9
46-50 Tahun 2 7,1 7,1 100,0
Total 28 100,0 100,0
Lama kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3 Tahun 1 3,6 3,6 3,6
>3-6 Tahun 5 17,9 17,9 17,9
>6-9 Tahun 11 39,3 39,3 39,3
>9-12 Tahun 2 7,1 7,1 7,1
>12-15 Tahun 1 3,6 3,6 3,6
>15 Tahun 8 28,6 28,6 28,6
Total 28 100,0 100,0
Lampiran 12
Lampiran 13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup cepat 9 32,1 32,1 32,1
cepat 19 67,9 67,9 100,0
Total 28 100,0 100,0
Lampiran 14
Crosstabs
Penggunaan ATS shift Pagi * Response Time Perawat shift Pagi Crosstabulation
Count
Response Time Perawat shift Pagi
cukup cepat cepat Total
Penggunaan ATS shift Pagi cukup sesuai 6 10 16
sesuai 3 9 12
Total 9 19 28
Penggunaan ATS shift Siang * Response Time Perawat shift Siang Crosstabulation
Count
Response Time Perawat shift Siang
lambat cukup cepat cepat Total
Penggunaan ATS shift Siang cukup sesuai 1 9 6 16
sesuai 0 5 7 12
Total 1 14 13 28
Lampiran 15
Nonparametic Correlations
Correlations
penggunaanATSp Responsetimedina
agi spagi
Spearman's rho penggunaanATSpagi Correlation Coefficient 1,000 ,071
Sig. (2-tailed) . ,720
N 28 28
Responsetimedinaspagi Correlation Coefficient ,071 1,000
Sig. (2-tailed) ,720 .
N 28 28
Correlations
penggunaanATSs Responsetimeshift
hiftSiang siang
Spearman's rho penggunaanATSshiftSiang Correlation Coefficient 1,000 -,033
Sig. (2-tailed) . ,866
N 28 28
Responsetimeshiftsiang Correlation Coefficient -,033 1,000
Sig. (2-tailed) ,866 .
N 28 28
Correlations
penggunaanATSs responsetimeshift
hiftmalam malam
Spearman's rho penggunaanATSshiftmalam Correlation Coefficient 1,000 ,265
Sig. (2-tailed) . ,173
N 28 28
responsetimeshiftmalam Correlation Coefficient ,265 1,000
Sig. (2-tailed) ,173 .
N 28 28
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19