Diajukan Oleh
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN
TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
BANJARMASIN, MEI, 2022
GUGURNYA PERMOHONAN PRAPERADILAN KUASA HUKUM
TERSANGKA DI PENGADILAN BERDASARKAN KUHAP
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
FakultasHukumUniversitas
LambungMangkurat
Oleh :
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN
RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
BANJARMASIN, MEI, 2022
i
i
i
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
i
GUGURNYA PERMOHONAN PRAPERADILAN KUASA HUKUM
TERSANGKA DI PENGADILAN BERDASARKAN KUHAP
ABSTRAK
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Indonesia adalah negara hukum yang
membentuk banyak peraturan-peraturan perundang-undangan. Diantaranya yaitu
adalahperaturan perundangundangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (dikenal sebagai Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana, disingkat KUH Acara Pidana atau KUHAP) adalah undang-undang
Indonesia yang mengatur tentang pelaksanaan formal dari hukum pidana.
Pengaturan perlindungan hak asasi dalam wilayah/konteks penegakan hukum
ditegaskan dalam Pasal 28D ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 “setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakukan yang sama di hadapan hukum Hasil penelitian ini adalah :
Pertama, kalau diperhatikan ketentuan Pasal 83 ayat (2) KUHAP dan petujuk
atau pedoman dalam tata cara pemeriksaan yang terdapat pada angka 12 Lampiran
Keputusan Menteri Kehakiman tersebut, maka akan terlihat bahwa prosedur dan
tata cara pemeriksaan tingkat banding terhadap putusan praperadilan mengenai
penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan, telah diatur tersendiri dan
agak menyimpang dari prosedur dan proses biasa pemeriksaan banding. Seolah-
olah terhadap putusan ini tidak berlaku prosedur dan proses pemeriksaan tingkat
banding. Oleh sebab itu, menurutnya akan lebih tepat jika terhadap putusan
praperadilan ini tidak dimasukkan dalam kategori upaya banding. Akan tetapi
oleh karena Pasal 83 mengelompokkan kepada upaya banding, terpaksa Menteri
Kehakiman mengatur tata caranya dengan memberikan pedoman sebagaimana
yang dimaksud pasal angka 12 Lampiran tersebut. Kedua, Adapun faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi Hakim dalam menjatuhkan keputusan antara lain
faktor internal dan faktor eksternal diri hakim itu sendiri, yaitu menyangkut pada
faktor pendidikan / SDM,
i
Kata Kunci : Gugur, Permohonan Praperadilan, Kuasa Hukum,
ii
RINGKASAN
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Indonesia adalah negara hukum yang
membentuk banyak peraturan-peraturan perundang-undangan. Diantaranya yaitu
adalahperaturan perundangundangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (dikenal sebagai Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana, disingkat KUH Acara Pidana atau KUHAP) adalah undang-undang
Indonesia yang mengatur tentang pelaksanaan formal dari hukum pidana.
Pengaturan perlindungan hak asasi dalam wilayah/konteks penegakan hukum
ditegaskan dalam Pasal 28 D ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 “setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakukan yang sama di hadapan hukum”. Dalam gugurnya suatu
praperadilan untuk menegakkan keadilan, sebuah kepastian hukum serta
perlindungan hak-hak tersangka, pembuatan undang-undang membentuklah suatu
lembaga hukum yang memiliki nama Lembaga Praperadilan.Sudah jelas disini
bahwa praperadilan adalah merupakan sebuah jaminan untuk setiap orang yang
menjadi korban suatu kelalaian ataupun kesengajaan dari tindakkan penegak
hukum.
Sifat penelitian dalam penulisan skripsi di sini adalah sifat penelitian deskriptif,
yaitu menggambarkan jawaban atas permasalahan melalui hasil dari penelitian
penulis. Tipe penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Gugurnya Permohonan
Praperadilan Kuasa Hukum Tersangka Di Pengadilan Berdasarkan KUHAP
iii
Hasil penelitian ini adalah: 1. kalau diperhatikan ketentuan Pasal 83 ayat (2)
KUHAP dan petujuk atau pedoman dalam tata cara pemeriksaan yang terdapat
pada angka 12 Lampiran Keputusan Menteri Kehakiman tersebut, maka akan
terlihat bahwa prosedur dan tata cara pemeriksaan tingkat banding terhadap
putusan praperadilan mengenai penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan, telah diatur tersendiri dan agak menyimpang dari prosedur dan proses
biasa pemeriksaan banding. Seolah-olah terhadap putusan ini tidak berlaku
prosedur dan proses pemeriksaan tingkat banding. Oleh sebab itu, menurutnya
akan lebih tepat jika terhadap putusan praperadilan ini tidak dimasukkan dalam
kategori upaya banding. Akan tetapi oleh karena Pasal 83 mengelompokkan
kepada upaya banding, terpaksa Menteri Kehakiman mengatur tata caranya
dengan memberikan pedoman sebagaimana yang dimaksud pasal angka 12
Lampiran tersebut. 2. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Hakim
dalam menjatuhkan keputusan antara lain faktor internal dan faktor eksternal diri
hakim itu sendiri, yaitu menyangkut pada faktor pendidikan / SDM, sistem
rekrutmen, kesejahterahan hakim. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor
perundang-undangan , adanya intervensi terhadap proses peradilan baik itu dari
lembaga negara yang lain maupun dari kalangan hakim / lingkungan sendiri ,
hubungan hakim dengan penegak hukum lain, adanya tekanan, faktor sosial dan
politik.
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
vi
6. Semua Dosen Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan kepada
penulis dalam masa perkuliahan;
7. Seluruh Pegawai Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin pada bagian Umum, Akademik, Perpustakaan dan bagian
Kemahasiswaan.
8. Sahabat terdekat penulis, Diza Afira Hutasuhut yang selalu mendukung
saya dan selalu mengingatkan kepada Tuhan selama mengerjakan skripsi.
9. Teman terdekat penulis di Balikpapan, BULE JUS SQUAD yang selalu
membantu, menghibur dan mendorong hati saya untuk cepat
menyelesaikan skripsi.
10. Dan semua pihak yang sangat berpengaruh dalam proses penyelesaian
skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
11. Teman-teman angkatan 2018 Fakultas Hukum Universitas Lambung
Mangkurat, terkhususnya untuk teman-teman Program Khusus Hukum
Acara 2018.
Atas segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis semoga
mendapat ganjaran dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
dalam rangka penegakan hukum agar sesuai dengan nilai-nilai dasar hukum dalam
kehidupan bermasyarakat.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................... i
RINGKASAN .............................................................................................................. iii
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .................................................................. 4
D. Metode Penelitian ............................................................................................ 5
1. Jenis Penelitian ............................................................................................. 5
2. Tipe Penelitian .............................................................................................. 5
3. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 6
4. Sifat Penelitian .............................................................................................. 6
5. Jenis Bahan Hukum ...................................................................................... 6
6. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ............................................................. 7
7. Pengolahan dan Analis Bahan Hukum.......................................................... 8
vii
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat
Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (dikenal sebagai
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, disingkat KUH Acara Pidana atau
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama di
hadapan hukum”. 1
Dalam gugurnya suatu praperadilan untuk menegakkan
1
Djami, 2012:2, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE,Volume17Nomor3, September 2017
hlm 413–425
iii
2
yang dimana apabila tersangka mendapat perilakuan yang tidak sah atau suatu
Hal ini sesuai dengan fungsi suatu praperadilan yang dimana bertitik tolak
tindakkan atau upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik dalam tahapan
pemeriksaan.
penuntutan.
KUHAP).
2
HMA Kuffal, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, Malang: UMM, hlm. 251-253.
3
huruf b KUHAP).
untuk setiap orang yang menjadi korban suatu kelalaian ataupun kesengajaan
apapun yang diputus oleh praperadilan adalah sebuah khas, spesifik dan
adalah :
penuntutan.
saat telah menggelar sidang pertama terhadap pokok perkara atas nama
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah ada dan tertulis, maka dapat di
ambil suatu rumusan masalah yang perlu di teliti dan di analisa lebih lanjut
yaitu :
Berdasarkan KUHAP ?
manfaat yaitu :
berlaku.
D. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
aturan hukum yang sesuai norma hukum dan adakah norma yangberupa
2. Tipe Penelitian
keadaan dimana norma sudah ada tetapi tidak memliki arti yang jelas atau
norma tersebut menimbulkan lebih dari satu makna yang membuat norma
3
Peter Mahmud Marzuki. 2017. Penelitian Hukum. Cet. 13. Jakarta : Kencana Prenada
Media Grup, hlm. 83
4
Ibid, hlm. 47
6
3. Pendekatan Penelitian
approach)”.5
4. Sifat Penelitian
Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penulisan hukum ini ialah
data hukum sekunder yang terbagi menjadi bahan hukum primer, bahan
5
Ibid, hlm. 133
7
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
Pidana
penelitian ini.
penelitian ini.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
tiap tiap bab terdapat sub-sub bagian. Sistematika penulisan hukum tersebut
Bab II adalah bab Tinjauan Pustaka, dalam bab ini berisi tentang
Bab III adalah bab Pembahasan, dalam bab ini Penulis akan
Permohonan Praperadilan
Bab IV adalah bab Penutup, dalam bab ini berisi Simpulan dan Saran
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Praperadilan
negeri untuk memeriksan dan memutus menurut cara yang diatur dalam
kuasa tersangka;
kebenaran dan keasilian tindakan upaya paksa yang dilakukan penyidik dan
rehabilitasi.
10
penyidik dan penuntut umum dalam hal menyangkut ketepatan penangkapan,
terhadap tersangka oleh penyidik atau penuntut umum, yang maksudnya dari
B. Tujuan Praperadilan
orang, berarti dalam tindakan atau upaya paksa terhadap seseorang tidak
6
Kaligis, Otto Cornelis, dkk, 1997, Praperadilan Dalam Kenyataan, Djambatan,hlm 11-
13
dibenarkan karena merupakan perlakuan sewenang-wenang. Menurut Yahya
tersangka
hukum yang benar. Tindakan upaya paksa yang dilakukan bertentangan dengan
tersangka.
yang dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum terhadap tersangka, supaya
meletakkan hak dan kewajiban yang sama antara yang memeriksa dan yang
diperiksa.
Menempatkan tersangka bukan sebagai objek yang diperiksa, penerapan
asas aqusatoir dalam hukum acara pidana, menjamin perlindungan hukum dan
kepentingan asasi. Hukum memberi sarana dan ruang untuk menuntut hak-hak
benar tindakan itu tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan Undang-
undang.”
hukum, maka lembaga praperadilan yang akan menilai dari pada tindakan
ialah memeriksa dan memutus sah atau tidaknya pengehentian penyidikan yang
atau pelanggaran tindak pidana. Sebab itu, tidak mungkin untuk meneruskan
7
M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
penyidikan dan penuntutan edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta hal 12-14
perkaranya ke sidang pengadilan. Mungkin juga penghentian penyidikan atau
penuntutan dilakukan penyidik atau penunutut umum atas alasan nebis in idem,
pidana yang telah pernah dituntut dan diadili, dan putusan sudah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Bisa juga penghentian dilakukan penyidik atau penuntut
unsur kadaluarsa untuk penuntut. Oleh karena itu apabila dalam pemeriksaan
alasan penghentian ditafsirkan secar tidak tepat atau sama sekali tidak
yang bersangkutan. Oleh karena itu, mesti ada lembaga yang berwenang
Pidana yang populer disebut dengan KUHAP, merupakan angin segar yang
manusia ). Dalam KUHAP juga diatur mengenai tata cara yang wajib
menegakkan hukum dan keadilan, tetapi juga sekaligus diatur pula mengenai
prosedur dan persyaratan yang harus ditaati oleh aparat penegak hukum dalam
upaya melanggar dan sekaligus melindungi hak asasi manusia. Apabila ditelaah
secara teliti isi ketentuan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, maka
penegak hukum. Keempat aparat ini memiliki hubungan sangat erat satu sama
Negeri, pada hari itu juga panitera atau pejabat yang ditunjuk menyampaikan
permintaan itu kepada Ketua Pengadilan Negeri yang harus segera menunjuk
Hakim tunggal dengan dibantu oleh seorang panitera yang akan memimpin dan
berikut :
yang berwenang;
4) Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri,
permintaan baru.
KUHAP bab X, bagian kesatu, mulai dari pasal 79 sampai dengan pasal 83.
alasan :
rugi
berkedudukan.
panitera” 8
merupakan suatu wewenang dari pengadilan saja. Hal ini berdasarkan Pasal 1
butir 10 dan Pasal 77 serta Pasal 95 dan Pasal 97 KUHAP Adapun wewenang
8
Ibid, hal. 8-12
3) Sah atau tidaknya benda yang disita sebagai alat pembuktian Pasal 82
4) Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atau atas
tidak boleh mengurangi dasar alasan pertimbangan yang utuh dan menyeluruh.
Untuk menjelaskan bentuk putusan Praperadilan, ada beberapa hal yang perlu
isi putusan:
b. Bertitik tolak dari ketentuan Pasal 83 ayat (3) huruf a dan pasal
kesatuan antara berita acara dan isi putusan. Jadi putusan tidak
acara singkat.
besarnya diatur dalam Pasal 82 ayat (2) dam ayat (3) KUHAP. Oleh
kepada tersangka atau kepada orang dari siapa benda itu disita.
sudah mulai diperiksa” dalam perkara praperadilan adalah pada saat pokok
perkara disidangkan.
Putusan MK ini akan menyelesaian perbedaan tasir para hakim pada saat
“sudah mulai diperiksa” tidak diatur secara gramatikal (menurut tata bahasa)
Bagian Ketiga “Acara Pemeriksaan Biasa” pada Pasal 152 KUHAP yang
menunjuk hakim yang akan menyidangkan perkara tersebut dan hakim yang
ditunjuk itu menetapkan hari sidang”. Proses penunjukan hakim dan proses
penetapan hari sidang dilakukan oleh hakim melalui proses pemeriksaan berkas
(SPDP) tidak hanya diwajibkan terhadap jaksa penuntut umum akan tetapi juga
terhadap terlapor dan korban/pelapor dengan waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
Acuannya adalah adanya prinsip due process of law yang harus dipenuhi.
rules and principles for the protection and enforcement of privat right,
including notice and the right to a fair hearing beforing a tribunal with the
mantan hakim agung itu menjelaskan, frasa dimaksud berarti ketika surat
sidang dimulai atau dibuka oleh hakim. Dengan kata lain, ketika surat dakwaan
Mahkamah berpendapat Pasal 82 ayat (1) huruf d UU No. 8 Tahun 1981 telah
sebutnya.
dinyatakan gugur pada saat telah digelar sidang pertama terhadap perkara
ini sebenarnya sesuai hakikat praperadilan dan sesuai pula dengan semangat
KUHAP yang berbunyi, “dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh
Pengadilan Tinggi dalam tenggang waktu 3 (tiga) hari setelah menerima berkas
perkara sidang harus sudah menetapkan hari sidang dan dalam tenggang waktu
7 (tujuh) hari terhitung dari mulai tanggal sidang yang ditetapkan harus sudah
memberikan putusan. Putusan praperadilan tidak boleh dimintakan kasasi,
menyatakan bahwa :“Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh
PEMBAHASAN
memeriksa serta memutus sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam
KUHAP, dan juga yang terdapat dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
dalam undangundang
peradilan biasa yang memeriksa terkait dengan surat penyurat. Jadi apabila
9
Maskur Hidayat, “Pembaruan Hukum terhadap lembaga praperadilan melalui putusan
pengadilan”jurnal yuridika,Fakultas hukum Universitas Airlangga, Vol.30, Nomor 30 September
2015,hlm.510
30
31
oleh penyidik terhadap seorang juga harus memenuhi syarat formil dam
materil, ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 17 dan 19 ayat (2) KUHAP,
penangkapan, yaitu:
tertentu oleh penyidk, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapanya,
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undangundang ini. Dalam
10
Supriyadi W Eddyono dkk, 2014, Praperadilan di Indonesia : teori, sejarah dan
praktiknya, Institute For Criminal Justice Reform., Jakarta selatan.hlm.59.
32
dapat berupa pemidanaan atau bebas lepas dan segala tuntutan hukum dalam
hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini apabila terdakwa
atau penuntut umum tidak menerima putusan pengadilan maka mereka dapat
adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan
penngadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini Dengan kata lain, upaya
hukum adalah hak yang diberikan hukum pada para pihak dalam suatu perkara
untuk dapat tidak setuju dengan suatu putusan pengadilan Dengan adanya
upaya hukum ini maka ada jaminan bagi terdakwa maupun masyarakat bahwa
peradilan baik menurut fakta dan hukum adalah benar dan sejauh mungkin
seragam11.
Upaya hukum biasa adalah upaya hukum yang diajukan dan ditujukan
terhadap putusan yang belum berkekuatan hukum tetap. Menurut Bab XVII
KUHAP, upaya hukum biasa dapat berupa banding dan kasasi. Banding adalah
suatu alat hukum yang merupakan hak terdakwa dan hak Jaksa Penuntut
11
Lilik MMulyadi,2002 Hukum Acara Pidana (Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat
Dakwaan, Eksepsi dan Putusan Peradilan), Bandung ,Citra Aditya Bakti Hlm 223
12
Neloe, Nurdin Halid Dan Fadhillah Budiono)”, Skripsi Fakultas Hukum Universitas
Indonesia Tahun 2009, hal.26
33
pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang
putusan bebas pun kini dapat dilakukan banding. Secara casuistis terhadap
putusan bebas masih dimintakan banding oleh Jaksa Penuntut Umum dengan
permintaan banding.
bahwa hakim tingkat banding tersebut lebih pintar atau ahli dari hakim tingkat
dilakukan oleh terpidana atau penuntut umum apabila dirasakan putusan yang
dijatuhkan oleh pengadilan negeri terlalu berat ataupun ringan, sehingga tidak
13
A. Hamzah dan Irdan Dahlan, 1987 Upaya Hukum Dalam Perkara Pidana, Jakarta:
Bina Aksara, , hlm.59
14
Ibid., hal.51
34
putusan itu tetap ada, tetapi nilai putusan itu lenyap dengan adanya
permintaan banding.
tingkat banding
15
Ibid., hal.50
35
menurut Pasal 233 ayat (2) KUHAP adalah tujuh (7) hari, dihitung sesudah
tidak hadir. Pasal 234 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa jika tenggang
waktu tujuh hari sebagaimana dalam Pasal 233 ayat (2) KUHAP telah lewat
dan tidak ada diajukan permintaan banding baik oleh penuntut umum maupun
perkara belum diputus oleh pengadilan tinggi. Permintaan banding yang telah
pemeriksaan baik terdakwa, saksi, ahli, penuntut umum, dan penasihat hukum
berdasar berkas perkara maka jika dianggap perlu Pengadilan Tinggi dapat
dijatuhkan.
Pasal 79, Pasal 80, dan Pasal 81 tidak dapat dimintakan banding.
Dari pasal diatas terlihat bahwa terhadap putusan praperadilan tidak ada
upaya hukum yang dapat dilakukan. Pada ayat (2) nya disebutkan, kecuali
penyidikan atau penuntutan yang untuk itu dapat dimintakan putusan akhir ke
pengadilan tinggi.
Terhadap pasal ini, sebenarnya para ahli hukum pun memiliki pendapat
penuntutan dapat dimintakan banding dan ada ahli hukum yang menyatakan
banding.
bukan putusan tingkat terakhir. Hal yang perlu diingat. Sifat putusan akhir,
berarti putusan yang diambil sudah “final”. Terhadapnya tidak lagi dapat
diajukan permintaan pemeriksaan kasasi. Lain halnya jika putusan itu masih
kasasi. Atas kenyataan ini, kurang tepat mengatakan upaya hukum yang
upaya hukum itu sebagai upaya hukum banding, sifat putusan Pengadilan
penyelesaiannya tentu akan menjadi lama. 16 Selain itu, jika ditinjau dari
atas tindakan upaya paksa yang dilakukan aparat penyidik dan penuntut umum
sehingga pada hakikatnya apa yang diperiksa dan diputuskan oleh Praperadilan
kalau diperhatikan ketentuan Pasal 83 ayat (2) KUHAP dan petujuk atau
pedoman dalam tata cara pemeriksaan yang terdapat pada angka 12 Lampiran
tersendiri dan agak menyimpang dari prosedur dan proses biasa pemeriksaan
banding. Seolah-olah terhadap putusan ini tidak berlaku prosedur dan proses
pemeriksaan tingkat banding. Oleh sebab itu, menurutnya akan lebih tepat jika
tersebut.
KUHAP bab X, bagian kesatu, mulai dari pasal 79 sampai dengan pasal 83.
16
Harahap , Opcit., hal.24
39
alasan :
rugi
berkedudukan.
panitera” 17
kasasi. Hal ini dikarenakan adanya keharusan penyelesaian secara cepat dari
maka penyelesaian secara cepat ini tidak akan dipenuhi. Selain itu, wewenang
17
Ibid, hal. 8-12
43
diajukannya upaya hukum bagi putusan praperadilan dan ada juga yang
KUHAP
tentang:
harus terlebih dahulu mendapatkan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri
(KPN), dan dalam keadaan mendesak, boleh lebih dahulu bertindak, tetapi
praperadilan.
44
penyitaan yang telah diizinkan oleh pengadilan (dalam hal ini KPN) Mengenai
pendapat apakah hakim hanya memeriksa syarat formil saja atau juga
syarat formilnya saja seperti surat sudah diberikan atau belum sedangkan
harus dilihat juga syarat materil, contohnya dalam memeriksa sah atau tidaknya
undangan di Indonesia tidak mengatur mengenai apa saja yang harus diperiksa
dalam praperadilan sehingga bisa saja hakim menerapkan dengan cara yang
berbedabeda.
Pasal-pasal yang mengatur tentang Praperadilan, antara lain Pasal 77 s/d Pasal
antara lain : dalam waktu tiga hari diterimanya permintaan, maka hakim yang
dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari hakim harus sudah
45
menjatuhkan putusannya ( huruf c ) dan dalam hal suatu perkara sudah mulai
gugur ( huruf d ).
ketentuan yang sangat krusial yaitu ketentuan Pasal 82 ayat (1) huruf d yaitu
huruf c ). Hal inilah yang selalu menjadi “ dilema “ dalam upaya penegakan
tetapi disisi lain tidak adanya ketentuan yang mengatur lebih jelas / tegas
dengan mengingat terbatasnya waktu yang hanya 7 ( tujuh ) hari tersebut. Oleh
ketentuan Pasal 82 ayat (1) huruf d selalu menjadi batu sandungan upaya
tinggi ( ayat (2) ). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada lagi upaya hukum
tergantung pada itikad baik / moral para penegak hukum terutama Hakim di
waktu pemeriksaan, maka seharusnya secara moral tidak ada lagi upaya
jadwal sidang, berhalangan / sakit, atau alasan yang lain. Penundaan sidang
perkara pokok yang memang dirasakan kebenarannya atau sebagai test case /
47
proses penyidikan maupun penuntutan. Hal ini terlihat dalam substansi / materi
perkara pokok, bukan lagi masalah kewenangan aparat penegak hukum. Atau
adanya kemungkinan lain yaitu belum pahamnya mereka mengenai fungsi dan
menjadi halangan bagi aparat penegak hukum untuk dapat segera melakukan
menjatuhkan keputusan antara lain faktor internal dan faktor eksternal diri
hakim itu sendiri, yaitu menyangkut pada faktor pendidikan / SDM, sistem
lembaga negara yang lain maupun dari kalangan hakim / lingkungan sendiri ,
hubungan hakim dengan penegak hukum lain, adanya tekanan, faktor sosial
dan politik.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
48
49
datangnya dari dalam diri hakim itu sendiri, dan berkaitan denan
sumber daya manusia ( SDM ) hakim itu sendiri, antara lain mulai dari
mempengaruhi putusan hakim yang berasal dari luar diri hakim, antara
B. SARAN
dipertanyakan.
Afiah, Ratna Nurul, 1986, Praperadilan dan Ruang Lingkupnya, Jakarta, CV.
Akademika Presindo.
Grafika, Jakarta
persada, jakarta.
cv mandar maju,Bandung.
Djambatan,
Indonesia, Jakarta.
Undang-undang
Acara Pidana.