Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

“PRAKTIK SIDANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP KASUS


PENGKROYOKAN YANG MENYEBABKAN LUKA RINGAN DAN LUKA
BERAT DI PENGADILAN NEGERI KABUPATEN NGANJUK”
(Studi Kasus dengan Nomor Perkara 140/Pid.B/2023/PN.Njk)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
HUKUM ACARA PIDANA
Dosen Pengampu : Do Merda Nurul Yaqin Al Romdoni, M.H.

Disusun oleh kelompok 07 :


1. Muhammad Rizqy Al-‘Azmi (126101211055)
2. Rodju Muhammad Jauharul A. (126101211075)
3. Mahrus Ghozali (126101211098)

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2023
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

Nama Kegiatan : Observasi

Judul Proposal : Praktik sidang Hukum Acara Pidana terhadap kasus


Pengeroyokan yang menyebabkan luka ringan dan
luka berat di Pengadilan Negeri Kabupaten Nganjuk

Tempat Pelaksanaan : Pengadilan Negeri Nganjuk

Pelaksana : Mahasiswa Progam Studi Hukum Ekonomi Syariah


UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Pelaksana Penelitian :
NO NAMA NIM PROGRAM STUDI
1 Muhammad Rizqy 126101211055 Hukum Ekonomi Syariah
Al-Azmi
2 Rodju Muhammad 126101211075 Hukum Ekonomi Syariah
Jauharul Alwi
3 Mahrus Ghozali 126101211098 Hukum Ekonomi Syariah

Tulungagung, 13 Oktober 2023


Disahkan dan Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Hukum Pidana

Do Merda Nurul Yaqin Al Romdoni, M.H.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen kami yakni Bapak Do Merda Nurul Yaqin Al Romdoni, M.H.
selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Acara Pidana. Semoga proposal yang kami buat ini
dapat menjadi salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga proposal ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi proposal ini sehingga
ke depannya akan lebih baik.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan proposal ini
dan kegiatan observasi yang kami ajukan bisa berjalan dengan lancar.

Tulungagung, 13 Oktober 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN.........................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iv

BAB I..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.................................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian...............................................................................................................5

BAB II............................................................................................................................................6

METODE PENELITIAN.............................................................................................................6

A. Jenis Metode Penelitian.......................................................................................................6

B. Lokasi Penelitian.................................................................................................................6

C. Sumber Data........................................................................................................................6

D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................................7

E. Analisis Data........................................................................................................................7

F. Sistematika Pembahasan......................................................................................................7

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................................7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................................8

BAB V PENUTUP..................................................................................................................8

DAFTAR PERTANYAAN...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hukum acara pidana atau yang biasa disebut hukum pidana formil
merupakan bagian dari keseluruhan aturan hukum yang ada di Negara Indonesia,
yang mana berfungsi untuk menjalankan hukum pidana materiil, agar tercapai
keadilan dalam proses berperkara baik bagi korban maupun pelaku . Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) diundangkan dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang terdiri dari 22
bab dan 286 Pasal. Tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari,
mendapatkan atau mendekati kebenaran materiil, yakni kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana. Tercapainya tujuan hukum
acara pidana, maka diperlukan suatu sistem peradilan pidana. Hukum acara
pidana berhubungan erat dengan diadakannya hukum pidana, oleh karena itu,
hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian peraturan yang memuat cara
bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa yaitu kepolisian, kejaksaan
dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara dengan
mengadakan hukum pidana.1
Sistem Peradilan Pidana yang merupakan terjemahan dari Criminal
Justice System secara singkat dapat diartikan sebagai suatu sistem hukum dalam
suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan agar berada dalam
batas-batas toleransi masyarakat, struktur bagian dari sistem ini yaitu Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan dan Advokat Substansi dari
sistem peradilan pidana Indonesia adalah apa yang diundangkan dalam KUHAP
dan ketentuan-ketentuan lain di luar KUHAP yang secara keseluruhan menjadi
satu sistem kaidah. Salah satu substansi dari sistem peradilan pidana di
Indonesia adalah mengatur terkait penyelesaian perkara pidana. Adapun
tahapan-tahapan penyelesaian perkara pidana meliputi tahap penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, putusan dan upaya

1
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika,2005), hal.
2-3

1
hukum sampai pada putusan tersebut dinyatakan berkekuatan hukum tetap dan
dilakukan eksekusi.
Proses pemeriksaan suatu perkara dalam persidangan pada prinsipnya
dilaksanakan secara terbuka. Hal ini tertuang di dalam Pasal 153 ayat (3)
KUHAP dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (UU Kekuasaan Kehakiman). Persidangan terbuka untuk
umum dimaksudkan agar proses persidangan dapat diikuti oleh publik sehingga
hakim dalam memutus perkara akan objektif berdasarkan alat bukti dan
argumentasi yang dikemukakan di persidangan. Melalui persidangan yang
terbuka untuk umum, publik juga dapat menilai dan akhirnya menerima putusan
hakim. Diharapkan proses peradilannya tidak memihak, karena di bawah
penguasaan umum, perlindungan terhadap hak asasi manusia dan menjamin
objektivitas suatu persidangan.2
Hakikatnya persidangan adalah terbuka untuk umum, kecuali dalam
perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak. Hal ini sebagaimana
diatur dalam Pasal 153 ayat (3) KUHAP menyatakan “Untuk keperluan
pemeriksaan hakim ketua sidang, membuka sidang dan menyatakan terbuka
untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-
anak”. Asas sidang terbuka untuk umum sebagai bentuk transparansi proses
peradilan. Sebuah asas tentunya mempunyai landasan filosofi yang sangat
dalam, di mana kata umum dalam asas sidang terbuka untuk umum dapat
membuat pemaknaan lebih dari satu makna, antara lain dapat diartikan bahwa
semua orang tanpa kecuali boleh menyaksikan jalannya persidangan atau kata
umum hanya berarti bahwa hanya mereka mempunyai kepentingan yang
diperkenankan melihat secara langsung jalannya persidangan. Adanya ketentuan
tersebut membuat berlakunya pasal ini seolah-olah seperti memberikan
kesempatan bagi pers untuk menyiarkan persidangan, termasuk melakukan
siaran langsung. Siaran langsung persidangan oleh pers melalui televisi (TV),
membuat masyarakat dapat menyaksikan jalannya persidangan atas suatu
perkara tanpa harus datang ke pengadilan tempat sidang dilaksanakan.
Pers sebagai wadah atau lembaga yang mengakomodasi segala macam
bentuk informasi, tidak terkecuali informasi hukum mengenai

2
ibid
2
persidangan,keberadaannya dijamin dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (yang selanjutnya disebut UUD 1945).
Pasal 28 UUD 1945 menyatakan: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya, ditetapkan
dengan undang-undang”. Selanjutnya dipertegas ke dalam Pasal 28 F UUD 1945
yang menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia”. Pasal-pasal tersebut menjadi landasan pembentukan berbagai peraturan
tentang pers. Kebebasan pers diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (yang selanjutnya disebut UU Pers):
Ayat (1) menyatakan “Kebebasan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara”,
Ayat (2)menyatakan “Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,
pembredelan ataupelarangan penyiaran”. Pasal-pasal ini, membuat pers semakin
dapat dengan bebas menyiarkan persidangan pidana karena pers diberikan
kebebasan dalam menyampaikan informasi ke publik.

Dewasa ini kita kerap menyaksikan kenakalan remaja di media massa


baik elektronik maupun cetak, Mulai dari dari ugal-ugalan dalam berkenderaan
dijalan hingga perkelahian dan pengeroyokan. Saat ini kejahatan pengeroyokan
sering terjadi Indonesia, dengan perkembangan teknologi yang pesat sekarang
ini, secara merata berdasarkan pantauan Penulis melalui berbagai media, tindak
pidana pengeroyokan terjadi hampir seluruh daerah di Indonesia. Dalam bentuk
tauran atau perkelahian pelajar. Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran,
sering terjadi di antara pelajar. Kondisi ini lah yang membuat pelajar Indonesia
pada jaman sekarang bukannya tambah membaik atau tambah meningkatnya
prestasi akademik mau pun non akademik, tetapi malah sebaliknya, tambah
menurun secara terus-menerus. Ini dibuktikan dengan semakin maraknya kasus
tawuran antar pelajar SMA. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi
juga sudah melanda sampai ke kampuskampus. Ada yang mengatakan bahwa
berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.3

Kebanyakan penyebab tawuran itu antara lain, minimnya pendidikan


3
A Herlina. dkk, Perlindungan Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, (
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004) Hal-23
3
karakter di kurikulum, pengaruh tayangan kekerasan dan terbatasnya ruang
ekspresi positif untuk siswa. Selain faktor tersebut, terdapat pemicu yang bisa
dikatakan paling konkret yang terjadi di lapangan. Antara lain, adanya
keinginan meningkatkan pamor sekolah dengan menyerang sekolah lain,
pertandingan antar sekolah yang memicu keributan, tradisi senior kepada
juniornya, lemahnya antisipasi aparat hukum dan kurangnya perhatian orang
tua dan pihak sekolah pada anak.4

Oleh sebab itu harus ada penanganan yang tegas dari pihak berwenang,
sekolah serta tak lupa peran penting dari keluarga untuk menjauhkan kasus
tawuran dari para pelajar Indonesia. Apabila itu semua tidak dapat terjadi,
kondisi itu dipastikan tidak akan berakhir dan korban pun akan kembali
berjatuhan.5

Dari beberapa uraian diatas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana


praktik kasus hukum acara pidana. Maka dari itu kami tertarik untuk
mengambil judul “Praktik Sidang Hukum Acara Pidana Terhadap Kasus
Pengkroyokan Yang Menyebabkan Luka Ringan Dan Luka Berat Di
Pengadilan Negeri Kabupaten Nganjuk”

B. Rumusan Masalah
Bedasarakan pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana praktik hukum acara pidana dalam kasus pidana
pengkroyokan yang menyebabkan luka ringan dan luka berat di pengadilan
negeri kabupaten Nganjuk?
2. Apa saja kendala yang dialami dalam proses persidangan kasus pidana
pengkroyokan yang menyebabkan luka ringan dan luka berat di pengadilan
negeri kabupaten Nganjuk?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka setiap penelitian tentu ada
4
ibid
5
M F, Salam., Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, ( Bandung : CV. Mandar Maju, 2005),
Hal 78
4
tujuan tertentu. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetehui praktik hukum acara pidana dalam kasus pidana
pengkroyokan yang menyebabkan luka ringan dan luka berat di
pengadilan negeri kabupaten Nganjuk.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam proses persidangan
kasus pidana pengkroyokan yang menyebabkan luka ringan dan luka
berat di pengadilan negeri kabupaten Nganjuk.

D. Manfaat Penelitian
1. Diharapkan memberikan tambahan informasi bagi semua pihak yang
berkepentingan dalam penerapan praktik hukum acara pidana dalam
kasus pidana pengkroyokan yang menyebabkan luka ringan dan luka berat
di pengadilan negeri kabupaten Nganjuk.
2. Diharapkan memberikan tambahan masukan bagi semua pihak yang
berkepentingan dalam memberikan pertimbangan untuk menetapkan
putusan terhadap tindak pidana pengeroyokan.
3. Diharapkan meningkatkan pengetahuan peneliti dan pembaca terkait
tindak pidana pengeroyokan serta dapat menjadi bahan perbandingan
bagi penelitian yang lain.

5
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis
empiris. Jenis penelitian yuridis merupakan pertimbangan hakim yang
didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh
undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan.
Pertimbangan yang bersifat yuridis di antaranya: (1) Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum, (2) Tuntutan Pidana, (3) Keterangan Saksi, (4) Keterangan Terdakwa,
(5) Barang Bukti, (6) Pasal- pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Sedangkan Metode empiris adalah metode yang berfokus pada
suatukeadaan atau fenomena dari objek penelitian dengan cara mengembangkan
konsep serta menghimpun kenyataan yang terjadi dengan melakukan observasi
atau penelitian secara langsung ke lapangan guna mendapatkan kebenaran yang
akurat. Penelitian empiris bisa digunakan untuk melihat hukum dalam arti nyata
dan meneliti bagaimana kerja hukum di masyarakat dengan memperhatikan
fakta-fakta yang ada didalam masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan sebuah tempat dimana peneliti akan
mendapatkan data yang akurat serta mengungkap peristiwa yang akurat di
lapangan. Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu di
Pengadilan Negeri Kabupaten Nganjuk.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung
dilapangan tanpa perantara orang lain, dalam hal ini berupa wawancara
langsung dengan advokat dan juga pihak yang terkait yang menangani
perkara dengan Nomor Perkara 140/Pid.B/2023/PN.Njk.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil kajian pustaka, berupa
buku-buku, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan laporan,
majalah- majalah, artikel serta bahan literatur lainnya yang berhubungan
dengan pembahasan penelitian ini.

6
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara
kasus terkai, dan mengikutu serangkaian persidangan mulai dari penututan
sampai putusan persidangan.
2. Studi Dokumen
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan melalui sumber tertulis seperti perundang- undangan, berkas
putusan terdahulu, serta sumber bacaan lainnya yang ada hubungannya
dengan permasalahan yang diteliti
E. Analisis Data
Penulis dalam menganalisa data yang diperoleh dari kegiatan penelitian
baik data sekunder maupun data primer dianalisis secara kualitatif yang
dihubungkan dengan teori dan dideskripsikan dengan cara menguraikan dan
menggambarkan permasalahan yang berhubungan dengan masalah penelitian
sehingga hasil penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran secara jelas
mengenai materi yang tersaji di dalamnya.
F. Sistematika Pembahasan
Rangkaian penulisan ini disusun menggunakan uraian yang sistematis,
sehingga dapat menunjukkan totalitas yang utuh untuk mempermudah proses
pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Secara ringkas,
sistematika pembahasan penelitian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini membahas mengenai pengertian pengroyokan, jenis jenis pengeroyokan,
pengertian pidana dan pemidanaan, jenis-jenis pidana, dan teori pemidanaan,
serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini berisi metode penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, dan analisis data.

7
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan yang dihadirkan dalam bab ini peneliti menyajikan hasil temuan
yang meliputi pemaparan mengenai analisis perkara dengan Nomor Perkara
140/Pid.B/2023/PN.Njk dan juga pembahasan mengenai upaya dari penegak
hukum dalam menanggulangi tindak pidana Pengeroyokan yang menyebabkan
luka ringan dan luka berat.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi kesimpulan
dan saran. Dalam bab ini penulis akan menguaraikan mengenai kesimpulan dan
saran terkait permasalahan yang ada.

8
DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi seorang seorang


pelaku tindak pidana berupa Pengroyokan ?
2. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara bagi
seorang pelaku tindak pidana berupa Pengroyokan ?
3. Apa saja pertimbangan yuridis yang dilakukan hakim dalam menjatuhkan putusan ?
4. Adakah pertimbangan non yuridis yang digunakan oleh hakim dalas memutus
perkara ?
5. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan putusan ?
6. Bagaimana pelaksanaan putusan hakim terhadap seorang pelaku tindak pidana
berupa Pengroyokan ?
7. Apakah sanksi terhadap seorang pelaku tindak pidana berupa Pengroyokan
dalam putusan tersebut telah sesuai dengan keadilan substansif ?
8. Apakah sanksi pidana oleh hakim dalam putusan Nomor Perkara
140/Pid.B/2023/PN.Njk telah sesuai dengan Pasal 170 KUHP ayat (1) tentang
Pengeroyokan dan Ancaman ?

9
DAFTAR PUSTAKA

Laurensius Atum. 2006. Mencegah Terjerumus Narkoba. Tangerang : Visimedia.

Herlina, A. dkk, (2004), Perlindungan Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan

Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Salam, M.F. (2005), Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, CV. Mandar

Maju, Bandung

10

Anda mungkin juga menyukai