Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENERAPAN PASAL 283 Jo PASAL 106 UNDANG


UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN DALAM MENGEMUDIKAN
KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN
(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Palangka Raya)

OLEH :

NAMA : ALDO FEBRIANTO

NIM : EAA 118 075

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS HUKUM

2022
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Aldo Febrianto


NIM : EAA 118 075
Bidang : Hukum Pidana
Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan Pasal 283 Jo Pasal 106 Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan Dalam Mengemudikan Kendaraan Bermotor
Di Jalan (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Palangka
Raya)

Disetujui :

Palangka Raya, Maret 2022

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Prof. Dr. H. Suriansyah Murhaini, S.H. M.H Yurika F. Dewi, S.H. M.H
NIP. 19590814 198608 1 001 NIP. 19711014 200212 2 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Hukum

Kristian, S.H. M.H.


NIP. 19810620 201504 1 001

Mengesahkan,
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Fakultas Hukum
Dekan,

Prof. Dr. H. Suriansyah Murhaini, S.H. M.H.


NIP. 19590814 198608 1 001

i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Aldo Febrianto


NIM : EAA 118 075
Bidang : Hukum Pidana
Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan Pasal 283 Jo Pasal 106 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Dalam Mengemudikan Kendaraan Bermotor Di Jalan (Studi
Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Palangka Raya)

Diseminarkan :

TIM SEMINAR PROPOSAL

1. .................................................. (Ketua Penguji) 1.............


NIP.
2. .................................................. (Anggota Penguji) 2.............
NIP.
3. .................................................. (Anggota Penguji) 3.............
NIP.
4. Prof. Dr. H. Suriansyah Murhaini, S.H. M.H. (Pembimbing Utama) 4.............
NIP. 19590814 198608 1 001
5. Yurika F. Dewi, S.H. M.H. (Pembimbing Pendamping) 5.............
NIP. 19711014 200212 2 001

Nomor Register :
Tanggal :
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Hukum

Kristian, S.H. M.H.


NIP. 19810620 201504 1 001

Mengesahkan,
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Fakultas Hukum
Dekan,

Dr. H. Suriansyah Murhaini, S.H. M.H.


NIP. 19590814 198608 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, segala berkat yang melimpah hanya milik Tuhan Yang Maha

Esa karena atas pertolongan dan karunia-Nya sehingga pembuatan Proposal

Skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Ibadah serta salam tak lupa saya

haturkan kepada Tuhan yang selalu menjadi teladan bagi umatnya menjadi contoh

terbaik untuk Penulis dan semoga kita semua mendapatkan hikmat dan berkat dari

beliau kelak.

Proposal Skripsi adalah sebuah rancangan penelitian yang kemudian akan

diseminarkan dan dipresentasikan di depan Dosen Penguji yang nantinya akan

dinyatakan sebagai penelitian untuk Penulis. Puji syukur atas berkah dan kasih

Tuhan yang Maha Kuasa Penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan

Judul “Efektivitas Penerapan Pasal 283 jo Pasal 106 Undang - Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dalam Mengemudikan

Kendaraan Bermotor Di Jalan (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Palangka

Raya)”

Selama dalam rangka penyelesaian proposal skripsi ini, Penulis banyak

memperoleh masukan berupa pengalaman, petunjuk-petunjuk, pengetahuan

maupun ilmu yang sangat berharga dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan walaupun masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu perkenankanlah

Penulis pada kesempatan ini menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

tulus kepada:

iii
1. Bapak Prof. Dr. H. Suriansyah Murhaini, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Palangka Raya, atas kesempatan dan kepercayaan yang

diberikan kepada penulis untuk dapat menempuh Pendidikan di Fakultas

Hukum Universitas Palangka Raya;

2. Ibu Dr. Thea Farina, S.H. M.Kn., selaku Wakil Dekan Akademik

Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya;

3. Bapak Agus Mulyawan, S.H. M.H., selaku Wakil Dekan Umum dan

Keuangan Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya;

4. Bapak Tahasak Sahay, S.H. M.H., selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan

Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya;

5. Bapak Kristian, S.H. M.H., selaku Ketua Jurusan Fakultas Hukum

Universitas Palangka Raya;

6. Ibu Dr. Hj. Any Nugroho, S.H. M.H., selaku Dosen Pembimbing

Akademik Penulis yang selalu memberikan bimbingan dan arahan

terhadap perkembangan akademik Penulis;

7. Bapak Prof. Dr. H. Suriansyah Murhaini, S.H. M.H., selaku Dosen

Pembimbing Utama Penulis yang telah memberikan waktu, gagasan, kritik

maupun saran yang berguna untuk penulis dalam menentukan arah penulisan

Proposal Skripsi ini; dan Ibu Yurika F. Dewi, S.H., M.H., selaku Dosen

Pembimbing Pendamping Penulis yang juga telah memberikan waktu,

gagasan, kritik maupun saran yang berguna untuk penulis dalam menentukan

arah penulisan Proposal Skripsi ini.

iv
Palangka Raya, Agustus 2022

Penulis,

Aldo Febrianto

NIM. EAA 118 075

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN.................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 10
1. Pengertian Efektifitas ………………………………………… 10
2. Pengertian Lalu Lintas .............................................................. 12
3. Kendaraan Bermotor …………………………………………. 13
4. Pelanggaran Lalu Lintas ............................................................ 14
5. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu lintas ............... 16
6. Pengguna Jalan .......................................................................... 18
7. Undang – Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ................ 20
8. Pasal 283 jo Pasal 106 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ................................. 22
9. Tujuan Adanya Undang – Undang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan .......................................................................................... 25
10. Tilang Elektronik ( E-Tilang) ................................................... 25
F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 29
1. Jenis Penelitian .......................................................................... 29
2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian .............................................. 30
3. Lokasi Penelitian ....................................................................... 30
4. Jenis atau Sumber Data ............................................................. 30
5. Instrumen Penelitian ................................................................. 31
5.1 Studi Kepustakaan ............................................................... 31
5.2 Observasi ............................................................................. 31
5.3 Wawancara .......................................................................... 32

vi
6. Narasumber ............................................................................... 32
7. Analisa Data .............................................................................. 33
G. Sistematika Penilitian ...................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
EFEKTIVITAS PENERAPAN PASAL 283 Jo PASAL 106 UNDANG -
UNDANG NOMOR22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN DALAM MENGEMUDIKAN KENDARAAN
BERMOTOR DI JALAN
(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Palangka Raya)

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan zaman dalam bidang IPTEK memberikan fasilitas yang

dapat memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Mulai dari

kebutuhan yang berisat primer sampai dengan kebutuhan tersier dapat

diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergerseran

kebutuhan manusia. Misalnya saja, dahulu kebutuhan akan kendaraan

termasuk kebutuhan barang mewah, namun sekarang kendaraan merupakan

kebutuhan pokok bagi masyarakat. Perubahan tersebut dapat dilihat dari

semakin tingginya angka kenaikan kepemilikan kendaraan bermotor, yang

menjadi alat transportasi darat. Transportasi darat berperan sangat penting

dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi

terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditi

perdagangan dan industri diberbagai wilayah. Transportasi semakin

diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan

hasil-hasil pembangunan antar wilayah, antar perkotaan dan antar perdesaan

serta untuk mempercepat pembangunan. Fungsi jaringan jalan sebagai salah

satu komponen prasarana transportasi sudah saatnya diletakkan pada posisi

yang setara dalam perencanaan transportasi secara global. Tujuan

pembangunan transportasi darat adalah meningkatkan pelayanan jasa

1
2

transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman, dengan harga

terjangkau yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi

masyarakat luas. Kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat berbanding

terbalik dengan sarana dan prasarana yang ada, peningkatan yang signifikan

dari jumlah kendaraan bermotor yang ada tidak diimbangi dengan

penambahan fasilitas, sarana, dan prasana jalan. Tidak seimbangnya

pertambahan jaringan jalan serta fasilitas lalu lintas dan angkutan bila

dibandingkan dengan pesatnya pertumbuhan kendaraan, berakibat pada

meningkatnya volume lalu lintas sehingga menyebabkan kurang disiplinnya

pengguna jalan dan masalah lalu lintas. Masalah lalu lintas merupakan hal

yang sangat rumit. Keadaan jalan yang semakin padat dengan jumlah lalu

lintas yang semakin meningkat tersebut merupakan salah satu penyebabnya.

Misalnya saja pelanggaran rambu-rambu lalu lintas, kemacetan, kecelakaan,

polusi udara, dan lain sebagainya. Adapun satu hal pokok dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu tentang berkendara bermotor di

jalan secara tidak wajar seperti menggunakan handphone yang

menggangung konsentrasi dan dapat mengakibatkan kecelakaan dan bisa

marugikan diri sendiri maupun orang lain.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, dapat menjadi bahan masukan bagi berbagai

pihak yang terkait, diantaranya adalah bagi POLRI dan masyarakat pada

umumnya sebagai pengguna sarana dan prasarana lalu lintas. Undang-


3

undang ini menjadi dasar pedoman dalam penindakan terhadap pelanggaran

lalu lintas. Ketentuan mengenai pidana denda terhadap setiap pelanggaran

lalu-lintas secara jelas telah diatur dalam undang-undang Nomor 22 Tahun

2009 tersebut. Berbagai aturan, himbauan dan tata cara berlalu lintas yang

baik sudah amat sering kita jumpai diberbagai sudut jalan. Mulai dari

menggunakan helm standar, menyalakan lampu motor disiang hari, tidak

menelpon atau sms saat berkendara, memakai sabuk keselamatan bagi

pengendara mobil dan lain-lain. Berbagai himbauan ini didiskripsikan dalam

bentuk gambar agar mudah dipahami oleh masyarakat. Selain itu, sanksi

bagi pelanggarnya juga sudah dicantumkan di Undang-Undang. Harapannya

pengguna jalan akan memiliki daya patuh yang tinggi terhadap aturan lalu

lintas. Begitupula dengan keberadaan traffiq light dan rambu-rambu lalu

lintas, bertujuan agar lalu lintas berjalan dengan tertib dan aman. Namun

sayangnya kesemua atribut himbauan dan sarana lalu lintas tersebut belum

sepenuhnya dijadikan pedoman dalam berlalu lintas, bahkan seringkali

diabaikan. Kita tentu sering melihat bagaimana pengendara melanggar

lampu merah yang harusnya berhenti, tidak menggunakan helm, menelpon

sambil menyetir dan lain-lain. Hal-hal seperti ini sering dianggap remeh.

Padahal tidak sedikit kecelakaan lalu lintas (lakalantas) terjadi justru

disebabkan oleh hal-hal kecil. Akibatnya tidak hanya merugikan pelaku,

tetapi pengguna jalan lain juga bisa menjadi korban. Tidak hanya korban

luka-luka, tetapi juga ada yang harus kehilangan nyawa.


4

Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peranan yang penting

dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari

upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh

Undang - Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 1 Sedangkan yang

dimaksud dengan angkutan (transport) adalah kegiatan perpindahan orang

dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan

menggunakan sarana (kendaraan).2 Lalu lintas dan angkutan adalah dua hal

yang tidak dapat dipisahkan karena lalu lintas juga diakibatkan adanya

kegiatan angkutan. Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dijelaskan bahwa, lalu

lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu

lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu

lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta

pengelolaannya.

Sebagai contoh Pasal 106 (1) dimana penulis akan mengkajinya

yang berbunyi "Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di

Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh

konsentrasi."

Adapun pelanggarnya dapat dikenai sanksi seperti yang terdapat di

Pasal 283 yang berbunyi :

1
Abubakkar Iskandar, 1996, menuju lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib, Jakarta,
Departemen Perhubungan Indonesia, hlm 11

2
Suwadjoko P.Warpani 2002, pengelolaan lalu lintas dan angkutan jalan, Bandung,
Penerbit ITB, hlm 1
5

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor dijalan


secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain oleh suatu keadaan
yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di
Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 3(tiga) bulan atau denda
paling banyak Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).
Pasal tersebut berisi ketentuan pidana pelanggaran.

Pelanggaran seperti yang ada dalam Pasal 283 Undang-Undang

Lalu dan Angkutan Jalan tersebut apabila terjadi, maka pihak yang

berwenang menindak pelanggaran di jalan raya yaitu Polri atau PPNS

(Pejabat Pegawai Negeri Sipil) di bidang lalu lintas. Sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 1 angka 22 PP No.80 Tahun 2012 Tentang Tata

Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan

Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi:

Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah


serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap pelanggaran Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan”.
Pelanggaran di bidang lalu lintas ditindak berdasarkan tata cara

pemeriksaan terhadap tindak pidana ringan dan pemeriksaan terhadap tindak

pidana Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tertentu. Kasus

posisi dalam pandangan penulis adalah :

1. Selama ini kasus seperti pengendara Go-jek yang sering berkendara

menggunakan handphone belum ada tindakan dari pihak Kepolisian

pada bidang Lalu Lintas, padahal sudah ada Undang-Undang yang

mengatur;
6

2. Selanjutnya contoh berikut seperti orang berkendara sepeda motor

sering melakukan kesalahan ketika berada di lampu lalu lintas, mereka

sering melewati batas garis zebra cross padahal sudah ada aturannya.

Tetapi, jarang atau tidak sama sekali ada tindakan penegakan hukum

oleh aparat Kepolisian; dan

3. Berikutnya banyak anak-anak dibawah umur yang sudah bisa

mengendarai sepeda motor padahal belum cukup umur dan tidak

memiliki surat izin mengemudi. Hal ini dapat di tindak lanjuti oleh

pihak kepolisian dan di tegakan aturan tersebut terhadap anak-anak

yang di bawah umur yang berkendara di jalan raya.

Penegakan hukum pasal 283 Undang-Undang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan masih belum berlaku sepenuhnya dikarenakan tidak

menimbulkan efek jera masyarakat. Kondisi masyarakat di indonesia pada

umumnya, masih terdapat paradigma akan patuh kepada hukum itu jika

hukum itu dianggap sebagai petugas. Dengan kata lain masyarakat akan

patuh kepada sesuatu peraturan dalam hal ini peraturan tentang lalu lintas

jika petugas dengan siaga di lapangan yaitu Polri atau PPNS di bidang Lalu

Lintas. Kondisi ini sesuai dengan pengertian hukum oleh masyarakat.

Masalah berkendara melakukan kegiaatan lain atau dipengaruhi

oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam

mengemudi di jalan raya menjadi masalah hukum negara, apabila

masyarakat tidak mematuhinya. Karena apabila dipatuhi dapat menimbulkan


7

perbuatan pidana. Perilaku pidana ini berwujud atau sifatnya bertentangan

dengan tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh hukum itu sendiri.

Keselamatan sangatlah penting saat mengemudikan kendaraan,

apabila para pengemudi tidak mengutamakan keselamatan maka yang akan

terjadi adalah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas itu digolongkan

atas: kecelakaan lalu lintas ringan, kecelakaan lalu lintas sedang, dan

kecelakan lalu lintas berat. Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan

kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang,

kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan

luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang, kecelakaan lalu lintas

berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia

atau luka berat. Kecelakaan pada contoh kasus diatas terjadi saat sistem,

yang berarti aturan, dan spirit pengendara untuk taat aturan atau

menjalankan kewajibannya sebagai pengendara yang baik itu tidak sejalan

dengan aturan aturan berarti merujuk pada nilai-nilai yang dirancang dan

disepakati bersama untuk sama-sama dipatuhi dan dilaksanakan. Kemudian

pengendara berarti orang yang mengakui aturan dan berusaha taat aturan

baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Tanpa aturan maka sebuah

lingkungan berada dalam kondisi tertentu. Semua orang akan bertindak

sendiri, semau sendiri. Aturan ini pulalah yang membentuk spirit

pengendara untuk menjadi pengendara yang baik. Aturan ini tidak

melibatkan istilah aturan ada untuk dilanggar, tapi lebih pada kesadaran diri

atas diri sendiri dan lingkungan sekitar. Mengendarai kendaraan secara


8

kurang hati – hati dan melebihi kecepatan maksimal, tampaknya merupakan

suatu perilaku yang bersifat kurang matang.

Walau demikian kebanyakan pengemudi menyadari akan bahaya

yang dihadapi apabila mengendarai kendaraan dengan melebihi kecepatan

maksimal tersebut. Akan tetapi di dalam kenyataannya tidak sedikit

pengemudi yang melakukan hal itu. Beberapa kecelakaan lalu lintas yang

terjadi, sebenarnya dapat dihindari bila di antara pengguna jalan bisa

berperilaku disiplin, sopan dan saling menghormati.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan latar belakang diatas maka


penulis untuk membuat penelitian penyusunan skripsi yang berjudul
“EFEKTIVITAS PENERAPAN PASAL 283 Jo PASAL 106 UNDANG-
UNDANG LALU LINTAS NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DALAM
MENGEMUDIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN (Studi
Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Palangka Raya)”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penerapan pasal 283 jo pasal 106 undang – undang lalu

lintas nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan di

Kota Palangkaraya khususnya di wilayah hukum Polresta

Palangkaraya?

2. Apa saja faktor penghambat pihak penegak hukum dalam penerapan

Pasal 106 ayat (1) jo Pasal 283 Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Palangkaraya?


9

C. TUJUAN PENILITIAN

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Efektivitas penerapan hukum

Pasal 283 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di wilayah hukum Polresta Palangkaraya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam penegakan hukum Pasal 283 Undang-Undang

No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota

Palangkaraya.

D. MANFAAT PENILITIAN

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

secara teoritis guna memberi masukan kepada pemerintah dalam

mengkaji dan menyusun peraturan perundang-undangan dalam

mewujudkan kemanfaatan, keadilan, dan kepastian hukum. Selain itu

diharapkan juga berguna sebagai pemikiran untuk dunia pendidikan;

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat

berupa pemberian informasi tentang sanksi pidana terhadap

pelanggaran dalam berkendara dengan tidak konsentrasi dan

melakukan kegiatan yang mengganggu konsentrasi berkendara.

Kemudian, untuk mengetahui bagaimana peraturan tersebut berjalan


10

pada kehidupan masyarakat di Kota Palangka Raya khususnya di

wilayah hukum Polresta Palangkaraya. Selain itu, penelitian ini dapat

memberikan wawasan kepada penulis bagaimana pelaksanaan aturan

di bidang lalu lintas itu berjalan; dan

3. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Efektivitas

Kata Efektivitas mempunyai beberapa arti, dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia menyebutkan tiga arti efektivitas, arti pertama

adalah adanya suatu Efek , akibat, Pengaruh dan Kesan. Arti yang

kedua manjur atau mujarab dan arti yang ketiga dapat membawa hasil

atau hasil guna. Kata Efetif di ambil dari kata Efek yang artinya akibat

atau pengaruh dan kata Efektif yang berarti adanya pengaruh atau

akibat dari suatu unsur. Jadi Efektivitas ialah keberpengaruhan atau

keberhasilan setelah melakukan sesuatu. Menurut John. M. Echols dan

Hasan Shadily dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia secara

etimologi efektivitas dari kata efek yang artinya berhasil guna

Dalam kamus umum bahasa Indonesia Efektifitas merupakan

keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam

mencapai tujuan. Dapat sedikit dipahami bahwa efektivitas

bermaknakan juga menunjukkan taraf tercapainya tujuan, usaha


11

dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuan. Selain pengertian

dari sudut bahasa,

adapun beberapa pengertian efektivitas menurut para ahli.

1. Menurut agung kurniawan efektivitas adalah kemampuan

melaksanakan tugas, fungsi (Operasi kegiatan program atau misi)

suatu organisasi atau sejenisnya tanpa adanya tekanan atau ketegangan

diantara pelaksanaanya.3

2. Menurut Bastian efektivitas dapat diartikan sebagai keberhasilan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu

efektifitas adalah hubungan antara output dan tujuan dimana

efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output atau

keluaran kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya istilah efektivitas adalah pencapaian tujuan atau hasil

yang dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu,

biaya, pikiran, alat-alat dan lain-lain yang telah ditentukan.4

3. Menurut effendy, efektivitas adalah komunikasi yang prosesnya

mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang

dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang

ditentukan. Jadi dapat di artikan bahwa indikator dalam tercapainya

sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai sebuah


3
9 http://e-journal.uajy.ac.id/4241/3/2MH01723.pdf. Diakses pada 13 Desember 2016
4
Asnawi. 2013,Efektivitas Penyelenggaraan Publik Pada Samsat Corner Wilayah Malang Kota ,
Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP, UMM, hlm.6
12

pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang

telah direncanakan tersebut. 5

Dari beberapa pengertian-pemgertian efektivitas diatas dapat

disimpulkan, bahwa secara umum efektivitas dapat diartikan sebagai

adanya suatu pengaruh, akibat, kesan. Efektivitas tidak hanya sekedar

memberi pengaruh atau pesan akan tetapi berkaitan juga dengan

keberhasilan tujuan, penetapan setandar, profesionalitas, penetapan

sasaran, keberadaan program, materi, berkaitan dengan metode atau

cara. Sasaran atau fasilitas dan juga dapat memberikan pengaruh

terhadap tujuan yang akan dicapai.

2. Pengertian Lalu Lintas

Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen-

komponen. Komponen utama yang pertama atau suatu sistem head

way (waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui

sebuah titik pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana

infrastruktur dan sarana dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu :

jaringan jalan, pelengkap jalan, fasilitas jalan, angkutan umum dan

pribadi, dan jenis kendaraan lain yang menyelenggarakan proses

pengangkutan, yaitu memindahkan orang atau bahan dari suatu tempat

ketempat yang lain yang dibatasi jarak tertentu (Sumarsono, 1996 ).

Menurut Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu

lintas, didefinisikan gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas

5
http://e-journal.uajy.ac.id/4241/3/2MH01723.pdf. Diakses pada 13 Desember 2016
13

jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi

gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan

fasilitas penumpang.6

3. Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan teknik untuk pergerakkannya, dan digunakan untuk

transportasi darat. Umumnya kendaraan bermotor menggunakan

mesin pembakaran dalam, namun motor listrik dan mesin jenis lain

(misalnya kendaraan listrik hibrida dan hibrida plug-in) juga dapat

digunakan. Kendaraan bermotor memiliki roda, dan biasanya berjalan

di atas jalanan. Jenis-jenis kendaraan bermotor dapat bermacam-

macam, mulai dari mobil, bus, sepeda motor, kendaraan off-road, truk

ringan, sampai truk berat.7 Klasifikasi kendaraan bermotor ini

bervariasi tergantung masing-masing negara. (ISO 3833:1977) adalah

standar untuk tipe dan definisi kendaraan darat.

Berdasarkan UU No. 14 tahun 1992 yang dimaksud dengan

peralatan teknik dapat berupa motor atau peralatan lainnya yang

berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi

tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Pengertian kata

berada dalam ketentuan ini adalah terpasang pada tempat sesuai

dengan fungsinya. Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor

6
http://repository.stimart-amni.ac.id/534/2/BAB%20%20II.pdf
7
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotor
14

adalah kereta gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan

dengan kendaraan bermotor sebagai penariknya.

4. Pelanggaran Lalu Lintas

Pengertian lalu lintas dalam kaitannya dengan lalu lintas jalan,

Ramdlon Naning menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

pelanggaran lalu lintas jalan adalah perbuatan atau tindakan yang

bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-

undangan lalu lintas.

Pelanggaran yang dimaksud di atas adalah pelanggaran yang

sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-undang Nomor 22

Tahun 2009 yang berbunyi :

1. Berperilaku tertib; dan/atau

2. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan

keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan

atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan.

Untuk memahami tentang pelanggaran lalu lintas lebih

terperinci, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai

pelanggaran itu sendiri. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) tindak pidana dibagi atas kejahatan (misdrijve) dan

pelanggaran (overtredingen). Mengenai kejahatan itu sendiri di dalam

KUHP diatur di dalam Buku II yaitu tentang Kejahatan. Sedangkan

pelanggaran diatur pada Buku III yaitu tentang Pelanggaran. Dalam

hukum pidana terdapat dua pandangan mengenai kriteria pembagian


15

tindak pidana kejahatan dan pelanggaran, yaitu kualitatif dan

kuantitatif.

Menurut Wirjono Prodjodikoro pengertian pelanggaran adalah

“overtredingen” atau pelanggaran berarti suatu perbuatan yang

melanggar sesuatu dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain

dari pada perbuatan melawan hukum.

Dari berbagai definisi pelanggaran tersebut di atas maka dapat

diartikan bahwa unsur-unsur pelanggaran ialah:

1. Adanya perbuatan yang bertentangan dengan perundang-

undangan; dan

2. Menimbulkan akibat hukum

Dari berbagai pengertian di atas dapat diartikan bahwa

pelanggaran adalah suatu perbuatan atau tindakan yang bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perbuatan atau

tindakan yang bertentangan dengan ketentuan undang-undang ini

biasanya suatu perbuatan yang dalam pemenuhan akibat hukumnya

dikenakan sanksi yang berupa sanksi administrasi, denda maupun

kurungan. 8Berdasarkan dari definisi-definisi tentang pelanggaran dan

pengertian lalu lintas di atas, maka dapat diartikan bahwa yang

dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas adalah suatu tindakan atau

perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang mengemudikan

kendaraan umum atau kendaraan bermotor juga pejalan kaki yang

8
https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/282869/File_10-Bab-II-Landasan-Teori.pdf
16

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lalu lintas yang

berlaku.

5. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas

Menurut Soedjono Soekamto, faktor penyebab terjadinya

pelanggaran lalu lintas adalah sebagai berikut: 9

1. Faktor Manusia

Biasanya disebabkan oleh pemakai jalan yang kurang

disiplin dan memperhatikan kesadaran hukum, baik sebagai

pengemudi, pemilik kendaraan, pejalan kaki, maupun pencari

nafkah (supir). Adanya tingkah lalu sebagian dari pengemudi

yang tidak takut melakukan pelanggaran karena adanya faktor-

faktor yang menjaminnya seperti diselesaikan dengan jalan “atur

damai” membuat para pelanggaran lalu lintas menyepelekan

peraturan-peraturan yang berlaku berkaitan dengan lalu lintas.

2. Faktor Sarana Jalan

Sarana jalan sebagai penyebab terjadinya pelanggaran dan

kecelakaan lalu lintas jalan antara lain disebabkan karena adanya

pipa galian. Pipa galian ini bisa seperti galian pipa listrik, pipa air

minum dan sebagainya yang kesemuanya itu dapat

mengakibatkan terjadinya arus kemacetan. Selain dari adanya

pipa galian, faktor lain dari sarana jalan ialah adanya jalan-jalan

yang telah rusak dan mengakibatkan adanya genangan-genangan

air ketika hujan turun. Genangan-genangan air ini biasanya


9
Soedjono Soekamto, 1976, Penanggulangan Kejahatan, Bandung, Alumni, hlm. 93
17

membuat kemacetan juga sering menimbulkan adanya kecelakaan

yang terjadi antar pengguna jalan.

3. Faktor Kendaraan

Kendaraan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya

pelanggaran lalu lintas berkaitan erat dengan adanya

perkembangan jenis kendaraan yang semakin pesat bersamaan

dengan perkembangan teknologi pembuatan kendaraan, sehingga

berbagai jenis dan jumlah kendaraan mampu diproduksi dalam

jangka waktu yang relativ singkat. Pekembangan kendaraan yang

semakin pesat ini apabila tidak diimbangi dengan perkembangan

sarana jalan yang memadai, maka dapat menyebabkan kemacetan

lalu lintas. Arus lalu lintas yang padat dapat menyebabkan

terjadinya kejahatan seperti penjambretan, penodongan,

pencopetan dan lain sebagainya. Pelanggaran lalu lintas yang

sering terjadi dari faktor kendaraan adalah antara lain ban motor

yang sudah gundul, lampu weser yang tidak berfungsi

sebagaimana mestinya dan lain sebagainya.

4. Faktor Keadaan Alam

Pelanggaran lalu lintas yang disebabkan karena faktor

keadaan alam atau lingkungan biasanya terjadi dalam keadaan

yang tidak terduga. Ketika hujan turun, maka pada umumnya

semua kendaraan akan menambah laju kendaraannya sehingga

pelanggaran lalu lintas akan sangat mungkin terjadi. Misalnya


18

seseorang pengendara motor yang takut terkena air hujan

sehingga tidak segan-seganmemilih jalan pintas baik dengan

melanggar rambu lalu lintas atau tetap mematuhi peraturan yang

ada.

6. Pengguna Jalan

Pengguna jalan adalah perorangan yang berlalu lintas di jalan

baik dengan menggunakan kendaraan bermotor dan kendaraan tidak

bermotor maupun hanya berjalan kaki. Undang-Undang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan (UU LLAJ) sudah menetapkan ketentuan yang

berlaku bagi masing-masing kelompok pengguna jalan, yang di

antaranya : (1) tempat berlalu lintas yaitu pejalan kaki harus berjalan

di tempat (trotoar) yang disediakan dan ketika hendak menyeberang

jalan harus di tempat penyeberangan dan jika tidak tersedia maka

menyeberanglah dengan penuh kehati-hatian, kendaraan tidak

bermotor dan kendaraan bermotor yang tingkat kecepatannya lebih

rendah (sepeda motor) harus berlalu lintas di lajur jalan yang paling

kiri, sedang kendaraan bermotor yang kemampuan kecepatannya lebih

tinggi berlalu lintas di lajur sebelah kanan; (2) persyaratan

mengemudi/mengemudi kendaraan bermotor, yaitu harus mempunyai

Surat Izin Mengemudi (SIM) yang untuk memperolehnya harus

mempunyai keterampilan mengemudi, kejiwaan yang matang, dan

lulus ujian teori peraturan dan praktik yang ditentukan sedemikian

ketat. Bahkan untuk pengemudi kendaraan bermotor angkutan umum


19

harus mengikuti pendidikan mengemudi yang dilakukan secara khusus

sebelum memohon SIM; (3) batasan jam kerja mengemudi terutama

bagi pengemudi kendaraan bermotor angkutan umum. Pengemudi

merupakan manusia dengan semua keterbatasannya yang tentu

mengalami kelelahan setelah melampaui batas kemampuannya. Oleh

karenanya melalui batasan jam kerja diharapkan pengemudi tidak

mengalami kelalahan sehingga tidak mengarah pada potensi terjadinya

kecelakaan. Ketentuan-ketentuan di atas di samping dimaksudkan

untuk mendorong munculnya perilaku yang tertib dan lancar berlalu

lintas, juga agar para pengguna jalan selamat terhindar dari kecelakaan

yang berpotensi mengancam jiwanya sendiri maupun orang lain.

Dengan berjalan kaki di trotoar dan menyeberang di tempat

penyeberangan, pejalan kaki tidak mengganggu arus lalu lintas di

badan jalan dan hal itu dimaksudkan untuk terjamin dan

terlindunginya kepentingan keselamatan diri dan pengguna jalan

lainnya. Dengan keharusan kendaraan yang lebih rendah kecepatannya

berjalan di lajur sebelah kiri dan yang lebih tinggi kecepatannya di

lajur sebelah kanan dimaksudkan agar antara kedua kelompok

kendaraan tersebut tidak saling mengganggu dan sekaligus mencegah

terjadinya kecelakaan karena adanya perbedaan kecepatan. Begitu

juga keharusan mempunyai SIM dengan persyaratan yang ketat

dimaksudkan agar pengemudi kendaraan bermotor sungguh-sungguh

mempunyai tingkat keterampilan mengemudi yang baik dengan


20

tingkat kejiwaan yang matang sehingga perilaku mengemudinya wajar

dan tidak membahayakan lalu lintas yang berpotensi pada terjadinya

kecelakaan.

7. Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ)

sebagai satu bentuk dari hukum hanya berisi ketentuan yang

terumuskan sebagai benda mati atau berisi norma yang bersifat pasif

(Mertokusumo, 1999). Artinya dengan disahkan dan diberlakukan

Undang – Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ) secara

otomatis lalu lintas dan angkutan jalan akan berlangsung dengan tertib

dan lancar serta akan tercipta lalu lintas yang menjamin keamanan dan

keselamatan. Dengan demikian akan secara otomatis minimalisasi

fatalitas lakalantas atau bahkan zero-accident tercipta atau peranan

jalan sebagai killing field akan dengan sendirinya berkurang

seminimal mungkin. Undang – Undang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (UU LLAJ) hanyalah rumusan norma yang masih bersifat das

sollen atau masih berstatus sebagai law as it should be yaitu hukum

yang masih berada dalam tataran cita-cita atau keinginan dan serba

mengharuskan. Undang – Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(UU LLAJ) sebagai instrumen yang pasif hanyalah berkedudukan

sebagai salah satu unsur atau komponen dari sistem hukum. Dalam

ranah literatur, hukum merupakan suatu sistem yang komponen atau

unsur-unsurnya terdiri dari : Substansi Normanya, Struktur


21

Kelembagaan Pelaksananya, dan Budaya Hukum (Friedman, 1975).

Artinya upaya untuk mewujudkan perubahan sikap dan perilaku

berlalu lintas yang menjamin minimalisasi kecelakaan, syukur ke arah

zero-accident tergantung pada kondisi masing-masing komponen

sistem hukum lalu lintas dan angkutan jalan serta upaya mensinerjikan

ketiganya ke arah penciptaan perubahan tersebut. Untuk itu perlu

dilakukan penilaian atas ketiga komponen sistem hukum mengenai

potensi dukungannya untuk mendorong terjadinya perubahan ke arah

minimalisasi fatalitas lakalantas atau bahkan zero-accident.

Indonesia merupakan Negara hukum, dalam pelaksanaan

pemerintahan dan dalam kehidupan masyarakat diatur oleh hukum.

Hukum di Indonesia dimuat dalam bentuk konstitusi, yaitu hukum

atau peraturan yang tertulis (Undang-Undang) dan yang tidak tertulis.

Oleh karena itu, peraturan dibuat sedemikian rupa agar masyarakat

mematuhi dan menjalankan peraturan yang sudah dibuat oleh

pemerintah, berdasarkan atas keputusan bersama dan disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat. Transportasi merupakan alat atau

kendaraan yang menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat, baik

transportasi darat, laut, maupun udara. Tujuan orang menggunakan

alat transportasi adalah agar lebih cepat dan lebih mudah dalam

perpindahan, baik orang atau barang dari tempat asal ke tempat

tujuannya. Pengguna jalan yang semakin meningkat terutama

kendaraan sepeda motor mengakibatkan arus lalu lintas menjadi padat


22

dan sulit dikendalikan, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Oleh

karena itu pemerintah mengeluarkan Undang Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Undang

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang dimaksud dengan Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan

orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah

prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang,

dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.

8. Pasal 283 jo Pasal 106 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 106 ayat (1) dan Pasal 283 UU LLAJ. Penjelasan Pasal

106 ayat (1) UU LLAJ yang berbunyi, Yang dimaksud dengan penuh

konsentrasi adalah setiap orang yang mengemudikan Kendaraan

Bermotor dengan penuh perhatian dan tidak terganggu perhatiannya

karena sakit, lelah, mengantuk, menggunakan telepon, atau menonton

televisi atau video yang terpasang di kendaraan, atau meminum

minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan sehingga

mempengaruhi kemampuan dalam mengemudikan kendaraan.

Sementara, Pasal 283 UU LLAJ yang berbunyi Setiap orang

yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar

dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan

yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di

jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana


23

dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda

paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

Di dalam peraturan di atas mengatur tentang berkonsentrasi

saat mengemudikan kendaraan sangat penting untuk keselamatan diri

kita sendiri dan pengguna jalan lain. dapat disimpulkan bahwa

berkendara saat kondisi tidak fokus atau kurang nya konsentrasi saat

berkendara di jalan dapat menimbulkan kecelakaan yang akan sangat

merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kecelakaan di jalan sering

diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak terduga-duga akibat

kesalahan/kelalaian satu pihak sehingga menyebabkan pihak lain

terlibat dalam kejadian kecelakaan di jalan raya. Dari pengertian

kecelakaan tersebut dapat dianggap bahwa penyebab pertama kejadian

kecelakaan sebagian besar adalah oleh pengemudi yang kurang siap

ketika berada di jalan dan kondisi lingkungan/cuaca. Hal tersebut

ternyata sesuai dengan data-data yang ada, yaitu faktor penyebab

kecelakaan transportasi jalan itu di dominasi oleh faktor manusia

sebesar 67%, teknis 22% dan lainnya 11%. Faktor kesalahan manusia

tidak tiba-tiba muncul saat tabrakan, tetapi potensial ada dalam

perilaku berlalu lintas pengemudi dan awaknya. Beberapa kecelakaan

yang merenggut korban jiwa belakangan ini rata-rata diakibatkan

hilangnya konsentrasi pengemudi.

Dalam peraturan pasal 283 jo pasal 106 Undang – Undang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ini telah dibuat sanksi jika peraturan
24

itu dilanggar, tetapi pada masa sekarang di Kota Palangka Raya masih

ditemukan atau terdapat pelanggaran yang dilakukan pengendara

sepeda motor atau kendaraan jalan lainnya. Yaitu contoh kasus yang

masih terjadi pelanggaran Pasal 283 jo Pasal 106 Undang – Undang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Palangka Raya adalah Go-

jek, dimana menurut pak cokro selaku anggota kepolisian bagian

tilang di Polresta Palangkaraya menjelaskan bahwa terdapat 70%

pelanggaran yang di kategorikan dalam Pasal 283 jo Pasal 106 salah

satu nya dilakukan oleh pihak Go-jek itu sendiri yang pelanggarannya

adalah menggunakan handphone saat berkendara. Pihak kepolisian

memiliki kendala yaitu sulit nya untuk menindaklanjuti pelanggar

seperti pihak go-jek yang menggunakan handphone saat berkendara

karena itu memang cara kerja pihak go-jek tersebut untuk mencari

rezeki dengan cara untuk melihat GPS (Global Postioning System)

merupakan sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan

penggunanya berada (secara global) di permukaan bumi yang berbasis

satelit yang memang ada di aplikasi Go-jek tersebut untuk

menghubungkan penggojek dengan konsumen nya.10

9. Tujuan adanya Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Maksud pembentukan UU LLAJ adalah untuk mewujudkan

keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan

angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan

pengembangan wilayah serta untuk memenuhi tuntutan perkembangan


10
Satlantas Polres Kota Palangka Raya
25

lingkungan strategis nasional dan internasional agar sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta

akuntabilitas penyelenggaraan negara. Apabila disederhanakan, maka

maksud utamanya adalah untuk mencapai keselamatan dalam berlalu

lintas dan jalan dengan tetap memenuhi perkembangan lingkungan

strategis nasional dan internasional. Pasal 106 ayat 1 jo. Pasal 283 UU

LLAJ pada intinya melarang perbuatan mengemudikan kendaraan

bermotor secara tidak wajar dan dalam keadaan adanya gangguan

konsentrasi. Namun pada praktiknya Polri tidak melakukan penilaian

terhadap konsentrasi pengemudi, melainkan terhadap sikap perilaku

dan tindakan pengemudi yang tampak kasat mata saat mengemudi

kendaraan bermotor dengan mengacu pada bunyi Undang – Undang.

Efektivitas pelaksanaan Pasal 106 ayat 1 jo. Pasal 283 UU Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan ini dilakukan dengan fokus penekanan terhadap

pelanggar yang masih tidak taat akan aturan.

10. Tilang Elektronik (E- Tilang)

Tilang adalah sebuah kata yang sering dipakai untuk

menunjukkan bahwa ada pemberian pelanggaran lalu lintas oleh pihak

berwajib. Kepanjangan tilang sendiri adalah akronim dari kalimat

“Bukti Pelanggaran Lalu Lintas”. Kata tilang diambil dari bukti

pelanggaran. Di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

sendiri, berikut penjelasan dari tilang: tilang/ti·lang/ n akronim bukti

pelanggaran lalu lintas: hari ini telah diputuskan tiga belas perkara;
26

kena; dikenai bukti pelanggaran; Jadi, tilang sudah menjadi kata baku

di dalam Bahasa Indonesia karena telah masuk KBBI.

Pelaksanaan Tilang Elektronik (E-TILANG) Hasil dari

pelaksanaan tindakan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dan

jika ditemukan adanya pelanggaran, maka akan diberikan sanksi tilang

yang dilakukan dengan pemeriksaan acara cepat. Sudikno

Mertokusumo menyebutkan sanksi tidak lain merupakan reaksi, akibat

atau konsekuensi pelanngaran terhadap kaidah sosial. Dalam berlalu

lintas para pengguna kendaran sering kali melakukan pelanggaran atas

aturan atau tata tertib yang telah ditetapkan. Sanksi yang diberikan

yaitu berupa bukti tilang atau yang lebih dikenal dengan istilah tilang.

Dalam pelaksanaan tilang Polisi memberhentikan pelanggar

wajib menyapa dengan sopan serta menunjukan jati diri dengan jelas.

Polisi harus menerangkan dengan jelas kepada pelanggar apa

kesalahan yang terjadi, pasal berapa yang telah dilanggar dan tabel

berisi jumlah denda yang harus dibayar oleh pelanggar. Setelah itu

Pelanggar dapat memilih untuk menerima kesalahan dan memilih

untuk menerima slip biru, kemudian membayar denda di pengadilan

pada waktu yang telah tertera di Pengadilan. Atau jika menolak

kesalahan yang didakwakan dapat meminta slip merah. Seiring

dengan kemajuan teknologi dan informasi aparat penegak hukum

mulai memasukkan unsur teknologi dalam program yang dijalankan.

Dalam kegiatan penangulangan pelanggaran dan penindakan


27

pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan. Kepolisian Negara

Republik Indonesia menjalankan program dengan menggunakan

bantuan perangkat elektronik yaitu tilang elektronik (E-Tilang). E-

Tilang adalah sistem tilang pelanggaran lalu lintas menggunakan

peranti elektronik berupa gadget atau Handphone yang berbasis

Android. Pak Cokro (Anggota Satlantas Polresta Palangka Raya)

menyebutkan E-Tilang merupakan digitalisasi proses tilang, dengan

memanfaatkan teknologi diharapkan seluruh proses tilang akan lebih

efisien juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen

administrasi.

Satuan Lalu Lintas Polres Palangka Raya sejak Pada Tahun

2021 mulai melaksanakan sistem penilangan secara elektronik (E-

Tilang). Program E-tilang sendiri merupakan program prioritas utama

Kapolri sebagai tindak lanjut dari Peraturan Mahkamah Agung RI

Nomor 12 tahun 2016 tentang tata cara penyelesaian perkara

pelanggaran lalu lintas. mekanisme tilang elektronik (E-Tilang),

adapun mekanisme tilang elektronik ialah sebagai berikut: 11

a. Petugas melakukan penindakan terhadap pemgendara yang

melakukan pelanggaran lalu lintas seperti tidak bisa

menunjukkan SIM dan STNK, kendaraan yang tidak memiliki

kelengkapan teknis, tidak memakai helm dan pelanggaran lain

yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.


11
Satlantas Polres Palangka Raya
28

b. Petugas memasukkan data pelanggaran ke dalam aplikasi E-

Tilang. Adapun aplikasi E-Tilang ini hanya dimiliki oleh

petugas dan aplikasi ini terintegrasi dengan kejaksaan,

pengadilan dan bank BRI. Petugas juga mengisi belangko tilang

biru, namun dalam sistem tilang elektronik belangko tidak lagi

menjadi alat bukti utama namun hanya menjadi cadangan.

c. Pelanggar mendapatkan notifikasi pesan nomor pembayaran

tilang kode briva (BRI Virtual Account) yang berisi denda yang

harus dibayar. d. Pelanggar melakukan pembayaran denda.

Adapun jaringan pembayaran yang dapat digunakan ialah teller

BRI, ATM BRI, EDC BRI dan Mobile Banking BRI. Dan

pelanggar mengambil bukti pembayaran.

e. Pelanggar memperlihatkan bukti pembayaran kepada petugas

untuk ditukarkan dengan barang bukti yang disita.

f. Dalam sistem E-Tilang pelanggar tidak perlu hadir

dipersidangan. Persidangan memutuskan nominal denda tilang

atau amar putusan dan Kejaksaan mengeksekusi amar atau

putusan tilang menggunakan aplikasi E-Tilang.

g. Pelanggar mendapat notifikasi SMS berisi informasi amar atau

putusan dan sisa dana titipan denda tilang yang telah

dibayarkan. Sisa atau kelebihan dana titipan denda tilang dapat

diambil di unit kerja Bank BRI atau ditransfer ke rekening

pelanggar.
29

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa prosedur

E-Tilang dan tilang biasa tidak jauh berbeda. Perbedaanya terjadinya

digitalisasi data pelanggar dengan pembayaran yang lebih mudah.

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris,

yaitu data yang diperoleh berpedoman pada segi empiris juga

berpedoman pada segi-segi yuridis yang dipergunakan sebagai alat

bantu. Dalam penelitian hukum empiris mengkaji hukum yang

dikonsepkan sebagai priaku nyata (actual behavior), sebagai gejala

sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam

kehidupan bermasyarakat. Akibat dari jenis data yang dapat

dikumpulkan tersebut maka alat pengumpul datanya dapat berupa

studi dokumen, pengamatan (obeservasi) dan wawancara.

2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Dalam hal ini yang menjadi ruang lingkup/fokus penelitian

dalam penulisan Proposal Skripsi ini adalah mengenai efektivitas

penerapan pasal 283 jo pasal 106 undang undang nomor 22 tahun

2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dalam mengemudikan

kendaraan bermotor di jalan di wilayah hukum polresta palangka raya

3. Lokasi Penelitian
30

Tempat lokasi dilakukannya penelitian oleh penulis yaitu di

Polresta Palangka Raya bagian Satlantas dan Pos polisi di bundaran

besar.

4. Jenis atau Sumber Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa jenis data yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari pihak

yang terkait dengan masalah yang diteliti, yang dalam hal ini

adalah melakukan wawancara dan observasi langsung pada

pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku

kepustakaan, peraturan perundang-undangan, media internet,

serta literatur yang memberi penjelasan terkait dengan data-data

ataupun materi dan teori-teori yang mendukung penelitian ini.

5. Instrumen Penelitian

Bagi peneliti hukum empiris, studi pustaka merupakan metode

pengumpulan data yang di pergunakan bersama-sama metode lain

seperti wawancara, pengamatan atau observasi dan kuesioner. Studi

pustaka adalah pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-

dokumen, buku-buku yang berkaitan dengan materi, kemudian

diselaraskan dengan bahan kepustakaan sebagai bahan acuan dari

referensi penelitian. Untuk memperoleh data dalam penulisan ini,

penulis mengunakan beberapa cara pengumpulan data yaitu:


31

5.1 Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dalam rangka memperoleh data

sekunder yaitu Perundang-Undangan serta bahan sekunder

seperti buku-buku (literatur).

5.2 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan

data yang dilakukan secara sistematis yang di lakukan melalui

pencatatan dan pengamatan secara lansung ke lokasi atau objek

penelitian ini. Observasi yaitu cara pengumpulan data yang

dilakukan dengan pengamatan terhadap efektivitas penerapan

pasal 283 jo pasal 106 undang undang nomor 22 tahun 2009

tentang lalu lintas dan angkutan jalan dalam mengemudikan

kendaraan bermotor di jalan di wilayah hukum Polresta

Palangka Raya

5.3 Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk memperoleh

informasi tentang hal-hal yang tidak dapat diperoleh lewat

pengamatan dan bedah teori. Wawancara dilakukan dengan

pihak-pihak yang pernah terlibat dalam pelanggaran tersebut.

Wawancara (interview), yang dilakukan oleh peneliti terhadap

Satlantas Polresta Palangka Raya, dan Beberapa Anggota Polisi

bagian lalu lintas di Pos Polisi Bundaran Besar.


32

6. Narasumber

Narasumber yang membantu penulis dalam penulisan skripsi

ini baik dalam memberikan data maupun wawancara yaitu:

1. Polresta Palangkaraya (SATLANTAS)

Nama : Bapak Cokro

Jabatan : Anggota Polisi bagian Tilang

2. Kantor Pos Polisi ( Bundaran Besar )

Nama : Bapak Made

Jabatan : Anggota Polisi

7. Analisa Data

Analisa data baik studi kepustakaan maupun dari penelitian

lapangan akan dianalisa secara secara deskriftif kualitatif, yaitu

metode analisis data yang mengelompokan data, menyeleksi data yang

diperoleh dari penelitian lapangan menurut kebenarannya, kemudian

dihubungkan dengan teori-teori,asas-asas, dan kaidah hukum yang

diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas

permasalahan yang dirumuskan.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan merupakan gambaran tentang penulisan

ilmiah secara keseluruhan, artinya pada sub bab ini akan diuraikan

secara sistematis keseluruhan isi yang terkandung dalam proposal


33

skripsi ini, di mana nantinya akan dibagi menjadi IV (empat) Bab,

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah yang

menggunakan hal- hal yang menjadi dasar pertimbangan

dibuatnya penulisan ini. Dalam bab ini juga terdapat

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian dan Sistematika Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan tinjauan pustaka atau landasan teori

dalam penelitian ini yang digunakan sebagai acuan, di mana

Penulis memberi gambaran tentang pengertian aturan pasal

283 jo pasal 106 Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22

Tahun 2009

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan pembahasan khusus untuk menjawab

permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.

Adapun permasalahan dalam penelitian skripsi ini yaitu

tentang Penerapan dan Faktor Hambatan dalam Pasal 283


34

Jo 106 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dalam Mengemudikan

Kendaraan Bermotor di Jalan pada Studi Kasus di Wilayah

Hukum Polresta Palangka Raya

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang penulis simpulkan

dari pembahasan dan saran yang dibuat sebagai masukan

positif dari pihak-pihak yang berkepentingan.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Buku

Abubakkar Iskandar, 1996, menuju lalu lintas dan angkutan jalan yang
tertib, Jakarta, Departemen Perhubungan Indonesia, hlm 11

Suwadjoko P.Warpani 2002, pengelolaan lalu lintas dan angkutan jalan,


Bandung,Penerbit ITB, hlm 1

Soedjono Soekamto, 1976, Penanggulangan Kejahatan, Bandung,


Alumni, hlm. 93

B. Internet
https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/282869/File_10-Bab-II-
Landasan-Teori.pdf

http://repository.stimart-amni.ac.id/534/2/BAB%20%20II.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotor

http://e-journal.uajy.ac.id/4241/3/2MH01723.pdf. Diakses pada 13


Desember 2016

http://e-journal.uajy.ac.id/4241/3/2MH01723.pdf. Diakses pada 13


Desember 2016

C. Jurnal dan Penelitian terdahulu


Asnawi. 2013,Efektivitas Penyelenggaraan Publik Pada Samsat Corner
Wilayah Malang Kota , Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan,
FISIP, UMM, hlm.6
D. Peraturan Perundang-undangan

Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 96
Tahun 2009

Pasal 1 butir 4 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 Tentang


Kendaraan

Pasal 1 butir 8 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 Tentang


Kendaraan

Penjelasan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 96
Tahun 2009

Pasal 265 ayat (3) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia
No. 96 Tahun 2009

Pasal 25 ayat (1), Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 Tentang Tata
Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan
Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

E. Sumber Lainnya
Faktor Hukum, 2020, Pengertian Pelanggaran dan Kejahatan,
(https://faktorhukum.com diakses 20 September 2020
Hasil Wawancara dengan Bapak Cokro dan Pak Made selaku kepolisian
bagian Satlantas Polres Palangkaraya

Anda mungkin juga menyukai