MENGENAI PENJATUHAN
PIDANA MATI TERHADAP
PELAKU TINDAK PIDANA DALAM
PERSPEKTIF KUHP DAN RUU
KUHP
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 019.04.1181
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENJATUHAN
PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK
PIDANA DALAM PERSPEKTIF KUHP DAN RUU
KUHP
Yang Dipersiapkan Oleh:
NIM : 019.04.1181
Oleh:
Nama : I KADEK SATRIA DARMA
NIM : 019.04.1181
Mataram, 2021
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
3. ………………………… (_______________________)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ABSTRAK...............................................................................................................
B. Pidana Mati dalam RUU KUHP Sebagai Pidana Bersifat Khusus yang
A. Kesimpulan ................................................................................................35
B. Saran ..........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
Muladi dan Barda Narwawi Arief, 2005, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan 3, PT
Alumni, Bandung, hal. 2
2
Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 12 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana
Mati. Pasal 1
3
BBC News, 2018, Negara mana yang menerapkan hukuman mati? Bagaimana dengan Indonesia?
https://www.bbc.com/indonesia/dunia45859508.amp#referrer=https://
www.google.com&csi=0 diakses pada tanggal 31 Maret 2021, Pukul 14:30
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep penjatuhan pidana mati pada KUHP dan RUU
KUHP ?
2. Mengapa pidana mati dalam RUU KUHP hanya dijadikan pidana yang
bersifat khusus yang diberlakukan secara alternatif ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui konsep penjatuhan pidana mati dalam KUHP
dengan penjatuhan pidana mati dalam RUU KUHP.
b. Untuk mengetahui konsep pidana mati pada RUU KUHP berdasarkan
tujuan pidana dan pemidanaan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat secara teoritis
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan yang berkaitan dengan penjatuhan pidana mati terhadap
pelaku tindak pidana berdasarkan KUHP dan RUU KUHP.
b. Manfaat Praktis
1. Sebagai salah satu acuan bagi peneliti lebih lanjut yang mengkaji
masalah penjatuhan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana
berdasarkan KUHP dan RUU KUHP
2. Sebagai masukan bagi Lembaga penegak hukum untuk melakukan
penjatuhan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana berdasarkan
KUHP dan RUU KUHP.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka ruang
lingkup ini dibatasi pada tujuan penjatuhan pidana mati terhadap pelaku tindak
pidana dalam konsep pemidanaan dalam KUHP serta penjatuhan pidana mati
dalam konsep pemidanaan pada sudut pandang RUU KUHP terhadap pelaku
tindak pidana.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bambang Waluyo, SH, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 6
5
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 1
6
Sangkoeno, 2016, http://www.sangkoeno.com/2016/05/pengertian-ruang-lingkup-
dan-sifat.html diakses pada Jumat 02 April 2021 Pukul 23:11
7
2. Tindak Pidana
Strafbaarfeit merupakan istilah dalam Bahasa Belanda yang dimaksudkan
untuk perbuatan yang dapat dipidana. Istilah ini berasal dari tiga kata, yakni
straf, baar, dan feit. Straf artinya hukuman atau pidana. Baar artinya dapat
(Bahasa Inggrisnya “able”). Sedangkan feit artinya fakta atau perbuatan. Jadi
strafbaarfeit berarti perbuatan yang dapat dipidana atau perbuatan yang dapat
dihukum.7
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) istilah strafbaarfeit
yang maknanya disamakan dengan istilah dalam Bahasa Belanda tersebut
dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah
delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-undang
mempergunakan istilah tindak pidana.
Simons menerangkan, bahwa strafbaarfeit adalah “kelakuan (hendeling)
yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang
berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh oaring yang mampu
bertanggung jawab.”8
Prof. Masruchin Ruba’i, S.H.,M.S, dkk, Buku Ajar Hukum Pidana, Media Nusa Creative, Malang,
2015, hal. 78
8
Moeljatno, Asas-Asas hukum Pidana, Bima Aksara, 1987, hal. 61
8
Dalam KUHP tindak pidana dapat dijabarkan balam beberpa unsur yang
dimana unsur-unsur tersebut menurut Moeljatno dapat dibagi menjadi dua yaitu:11
1) Unsur-unsur formil
a. Perbuatan manusia
b. Perbuatan itu dilarang oleh suatu perbuatan hukum
c. Larangan itu disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu
d. Larangan itu dilanggar oleh manusia
9
Op.cit, hal. 54
10
Masruchin Ruba’i dkk, Op.cit, hal. 80
11
Moeljatno dalam Setiady, Tolib, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia, Bandung Alfabeta,
2010, hal. 10
9
2) Unsur-unsur materiil
Perbuatan itu harus bersifat melawan hukum, yaitu harus benar-
benar dirasakan masyarakat sebagai perbuatan yang tak patut
dilakukan.
12
Masruchin Ruba’i dkk, Op.cit, hal. 124
13
Muladi dkk, 2010, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan 4, PT Alumni, Bandung, hal. 4
yang selanjutnya disebut (Muladi dkk 1)
10
C. Tujuan Pemidanaan
Tujuan pemidanaan di Indonesia belum pernah ada perumusannya dalam
hukum positif sekarang ini, tentang tujuan pemidanaan itu sendiri masih dalam
pengembangan dan tataran teori yang bersifat teoritis. Namun sebagai bahan
kajian, di dalam Rancangan KUHP Nasional telah menetapkan tujuan
pemidanaan yang dapat dilihat pada Buku Kesatu Ketentuan Umum dalam Bab
II dengan judul Pemidanaan, Pidana dan Tindakan.
14
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2005, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan 3, PT.
Alumni. hal. 6 yang selanjutnya disebut (Muladi dkk 2)
15
Brada Narwawi Arief, Op.cit, hal. 109
16
Op.cit, hal. 110
11
17
https://www.lawyersclubs.com/teori-teori-pemidanaan-dan-tujuan-pemidanaan/
diakses pada sabtu 3 April 2021 pukul 22:16
12
yaitu sanksi pidana. Aliran ini juga bersifat retributif dan represif terhadap
tindak pidana, sebab doktrin dalam aliran ini adalah pidana harus sesuai
dengan kejahatan. Sebagai konsekuensinya, hukum harus dirumuskan
dengan jelas dan tidak memberikan kemungkinan bagi hakim untuk
melakukan penafsiran.
b. Aliran Modern
Aliran Modern atau aliran positif bertitik tolak pada aliran determinisme
yang menggantikan doktrin kebebasan berkehendak (the doctrine of free
will). Manusia dipandang tidak mempunyai kebebasan berkehendak, tetapi
dipengaruhi oleh watak lingkungannya, sehingga dia tidak dapat
dipersalahkan atau dipertanggungjawabkan dan dipidana. Aliran ini
menolak pandangan pembalasan berdasarkan kesalahan yang subyektif.
Aliran ini menghendaki adanya individualisasi pidana yang bertujuan untuk
mengadakan resosialisasi pelaku. Aliran ini menyatakan bahwa sistem
hukum pidana, tindak pidana sebagai perbuatan yang diancam pidana oleh
undang-undang, penilaian hakim yang didasarkan pada konteks hukum yang
murni atau sanksi pidana itu sendiri harus tetap dipertahankan. Hanya saja
dalam menggunakan hukum pidana, aliran ini menolak penggunaan fiksi-
fiksi yuridis dan teknik-teknik yuridis yang terlepas dari kenyataan sosial.
c. Aliran Neo-Klasik
Aliran Neo Klasik beranggapan bahwa pidana yang dihasilkan olah aliran
klasik terlalu berat dan merusak semangat kemanusiaan yang berkembang
pada saat itu. Perbaikan dalam aliran neo klasik ini didasarkan pada
beberapa kebijakan peradilan dengan merumuskan pidana minimum dan
maksimum dan mengakui asas-asas tentang keadaan yang meringankan
(principle ofextenuating circumtances). Perbaikan selanjutnya adalah
banyak kebijakan peradilan yang berdasarkan keadaaan-keadaan obyektif.
Aliran ini mulai mempertimbangkan kebutuhan adanya pembinaan
individual dari pelaku tindak pidana.
Dalam hukum pidana dikenal beberapa teori mengenai tujua pemidanaan,
antara lain:
1. Teori Absolut Teori Pembalasan
13
18
Menurut Nigel Walker teori ini lebih tepat disebut teori atau aliran reduktif
(the “reductive” point of view) karena dasar pembenaran pidana menurut teori
ini adalah mengurangi frekuensi kejahatan. Pidana bukanlah sekedar untuk
melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah melakukan
suatu tindak pidana, tetapi mempunya tujuan tertentu yang bermanfaat. Oleh
karena itu teori ini adalah terletak pada tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan
karena yang membuar kejahatan melainkan supaya orang jangan melakukan
kejahatan.
Menurut Karl O. Christiansen, ada perbedaan pokok atau karakteristik
antara teori retributive dan teori ultilitarian, yaitu:21
1. Teori Restribution
a. Tujuan pidana adalah semata-mata untuk pembalasan
b. Penbalasan adalah tujuan utama dan di dalamnya tidak mengandung
saran-saran untuk tujuan lain misalnya masyarakat
c. Kesalaha merupakan satu-satunya syarat untuk adanya pidana
d. Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan si pelanggar
e. Pidana melihat kebelakang, ia merupakan pencelaan yang murni dan
tujuannya tidak untuk memperbaiki, mendidik, atau memasyaraktkan
Kembali si pelanggar
2. Teori Utilitiran
a. Tujuan pidana adalah pencegahan
b. Pencegahan bukan tujuan akhir, tetapi hanya sarana untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi, yaitu kesejahteraan masyarakat.
c. Hanya pelanggar hukum yang dapat di persalahkan kepada si pelaku
saja yang memenuhi syarat untuk adanya pidana
d. Pidana harus ditetapkan berdasarkan tujuan sebagai alat pencegahan
kejahatan
e. Pidana melihat kemuka (bersifat prospektif) pidana dapat
mengandung unsur pencelaan tetapi baik unsur pencelaan maupun
unsur pembalasan tidak dapat diterima apabila tidak membantu
pencegahan kejahatan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.
21
22
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati, Pasal 1
24
W.J.S. Poerwodarminta, 1983, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan
Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, hal. 12
17
pasal 395 ayat (1) dan ayat (2), pasal 369, pasal 397, pasal 398, dan
pasal 399.
25
Barda Nawawi Arief, 2008, Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Konsep KUHP Baru,
Prenadamedia Group, Jakarta, hal. 102
20
26
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5a42131b82c60/sekilas-sejarah-dan-
problematika-pembahasan-rkuhp?page=2 diakses pada tanggal 8 April 2021 pukul 10:21
21
27
Sudaryono Natangsa Surbakti, 2017, Hukum Pidana Dasar-Dasar Hukum Pidana Berdasarkan
KUHP dan RUU KUHP, University Press, Surakarta, hal. 41
29
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
31
BUKU
Bambang Waluyo, SH, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2014
Barda Nawawi Arief, 2008, Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Konsep
KUHP Baru, Prenadamedia Group, Jakarta
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2008
Moeljatno, Asas-Asas hukum Pidana, Bima Aksara, 1987
Moeljatno dalam Setiady, Tolib, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia,
Bandung Alfabeta, 2010
Muladi dan Barda Narwawi Arief, 2005, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,
Cetakan 3, PT Alumni, Bandung
Muladi dkk, 2010, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan 4, PT Alumni,
Bandung,
Prof. Masruchin Ruba’i, S.H.,M.S, dkk, Buku Ajar Hukum Pidana, Media Nusa
Creative, Malang, 2015
Sudaryono Natangsa Surbakti, 2017, Hukum Pidana Dasar-Dasar Hukum Pidana
Berdasarkan KUHP dan RUU KUHP, University Press, Surakarta
W.J.S. Poerwodarminta, 1983, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat
Pembinaan Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta
UNDANG-UNDANG
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Rancangan Undang-Undang Kitab Hukum Pidana
INTERNET
BBC News, 2018, Negara mana yang menerapkan hukuman mati? Bagaimana
denganIndonesia?https://www.bbc.com/indonesia/dunia45859508.amp#refe
rrer=https://www.google.com&csi=0 diakses pada tanggal 31 Maret 2021,
Pukul 14:30
https://www.lawyersclubs.com/teori-teori-pemidanaan-dan-tujuan-pemidanaan/
diakses pada sabtu 3 April 2021 pukul 22:16
http://indonesiahumanist.blogspot.co.id2015/05/sejarah hukuman -mati.html?
m=1 25 syahruddin husein, Digitized by USU Digital Library, 2003
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5a42131b82c60/sekilas-sejarah-dan-
problematika-pembahasan-rkuhp?page=2 diakses pada tanggal 8 April
2021 pukul 10:21
Sangkoeno, 2016, http://www.sangkoeno.com/2016/05/pengertian-ruang-lingkup-
dan-sifat.html diakses pada Jumat 02 April 2021 Pukul 23:11