Anda di halaman 1dari 28

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

TEORI DAN SEJARAH HUKUM

KEPASTIAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN


DI RS LOTIM MEDICAL CENTER

Dosen : Dr. H. M. Faiz Mufidi, SH.,MH

MOH AINUL YAQIN

NPM : 20040022113

FAKULTAS ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Identifikasi Masalah......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. KEPASTIAN HUKUM ...............................................................................
1. Pengertian..........................................................................................
2. Kepastian Hukum Sebagai Tujuan Hukum dan Sebagai Asas
Hukum...............................................................................................
B. Hubungan Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan..........................................
1. Pengertian dan Tujuan.......................................................................
2. Pihak Pihak dalam Pelayanan Kesehatan …………………….....7
3. Tanggung Jawab Para Pihak……………………………………10

C. Analisis ……………..…………………………………………………..14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan


masyarakat. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, disamping sandang, pangan dan papan. Dengan berkembangnya
pelayanan kesehatan dewasa ini, memahami etika Kesehatan merupakan
bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan juga
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang,
pangan dan papan. Dengan berkembangnya pelayanan kesehatan dewasa
ini, memahami legal bisnis pelayanan kesehatan merupakan tuntunan
yang dipandang semakin perlu, karena legal bisnis pelayanan kesehatan
membahas tentang tata susila penyelenggaraan pelayanaan kesehatan
dalam menjalankan bisnisnya,. Oleh karena itu tatanan kesehatan secara
normatif menumbuhkan pengembangan hukum kesehatan bersifat khusus
(Lex specialis) yang mengandung ketentuan penyimpangan/eksepsional
jika dibandingkan dengan ketentuan hukum umum (Lex generale).
Industri jasa pelayanan kesehatan merupakan salah satu industri
yang memiliki prospek yang bagus. Karena pelayanan kesehatan tidak
terpaku hanya pada pengobatan penyakit, tetapi juga memberikan
pelayanan untuk usaha pencegahan dan meningkatkan kesehatan. Rumah
sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Rumah sakit memberikan pelayanan
kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih
dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Dengan begitu dalam
penyelenggaraan bisnis pelayanan kesehatan rumah sakit memiliki
berbagai aturan hukum dalam setiap penyelenggaraannya.

1
Dewasa ini dapat dilihat semua bidang kehidupan masyarakat
sudah terjamah aspek hukum. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya
manusia mempunyai hasrat untuk hidup teratur. Akan tetapi keteraturan
bagi seseorang belum tentu sama dengan keteraturan bagi orang lain,
oleh karena itu diperlukan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antar
manusia melalui keserasian antara ketertiban dan landasan hukum.
Norma atau kaidah yang mengatur aspek pribadi terdiri dari norma
kepercayaan dan norma kesusilaan. Norma kepercayaan bertujuan agar
manusia hidup beriman, sedang norma kesusilaan bertujuan agar manusia
hidup berakhlak. Norma yang mengatur antar pribadi terdiri dari norma
kesopanan dan norma hukum. Suatu norma hukum biasanya dirumuskan
dalam bentuk perilaku yang dilarang dengan mendapat sanksi apabila
larangan tersebut dilanggar. Norma hukum ada yang tertulis dan ada pula
yang tidak tertulis. Hukum tertulis biasanya disamakan dengan peraturan
perundangundangan. Secara hirarkis peraturan perundang-undangan di
Indonesia tersusun sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang.
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya.
a. Peraturan Menteri
b. Instruksi Menteri Hukum
kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum yang
relatif masih baru di Indonesia. Hukum kesehatan mencakup segala
peraturan dan aturan yang secara langsung berkaitan dengan
pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang terancam atau kesehatan
yang rusak.

2
B. Identifikasi masalah
1. Apakah definisi dari pelayanan kesehatan?
2. Apasaja fasilitas dalam pelayanan kesehatan?
3. Apasaja faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan?
4. Siapa saja pihak – pihak dalam pelayanan kesehatan?
5. Bagaimana hubngan hukum dan tanggung jawab para pihak dalam
pelayanan kesehatan?
6. Apa aspek hukum dalam pelayanan kesehatan?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEPASTIAN HUKUM

1. Pengertian Kepastian Hukum Menurut Beberapa Ahli

Gagasan legalitas yang mengklaim dapat memberikan kepastian hukum

dalam penegakan hukum khususnya dalam hukum pidana secara historis

adalah gagasan yang lahir berkat gagasan legisme L.J. van Apeldoorn,

seorang yuris dari Belanda. Menurut van Apeldorn pengaruh

Montesquieu dan lainnya di masa abad ke-19 lahirlah gerakan hukum

“legisme”, yaitu gerakan isme hukum yang mengasumsikan bahwa setiap

kegiatan penerapan hukum, itu semata-mata hanyalah suatu penerapan isi

dari undang-undang terhadap perkara-perkara konkret. Penerapan ini

dilaksanakan secara rasional dan logis. Itu disebabkan undang-undang

dianggap sebagai suatu sistem yang logis, yang bisa diberlakukan

terhadap setiap perkara. Sehingga kepastian hukum yang diberikan oleh

legalitas tidak boleh dipandang terputus dengan legisme. Keduanya

sama-sama menjadi peletak atau fondasi dasar dari kepastian hukum

yang tertuang dalam hukum (undang-undang).1

Sedangkan menurut teori Gustav Radburch, terdapat 3 aspek dari hukum, yaitu:

keadilan, finalitas, dan kepastian. Aspek keadilan merujuk pada kesamaan hak di

depan hukum. Aspek finalitas, merujuk pada tujuan keadilan, yaitu kebaikan dalam

hidup manusia. Aspek ini menentukan isi hukum. Sedangkan aspek kepastian merujuk
1
Andrianto, F. (2020). Kepastian Hukum dalam Politik Hukum di Indonesia. Administrative Law
and Governance Journal, 3(1), 114-123.

4
pada jaminan bahwa hukum benar-benar berfungsi sebagai peraturan yang ditaati. 2

Berdasarkan doktrin hukum alam, kontrak merupakan dasar dari semua hukum, dan

merupakan solusi dari masalah dasar individu yang berkaitan dengan filosofi hukum.

Namun, yang mengikat individu agar menjalankan kontraknya bukanlah kontrak itu

sendiri, namun hukum yang mengikat seseorang agar mematuhi kontrak tersebut. 3

Menurut van Bemmelen, dalam bukuya Du Contract Social, hukum seluruhnya

disusun berdasarkan perjanjian masyarakat, dan oleh sebab itu, tingkah laku yang

menurut kehendak umum harus dipidana, seharusnya sudah dirumuskan sejak awal

dalam undang-undang.4

Sedangkan menurut John Locke, dalam teori perlindungan hukum. didasarkan pada

kebebasan individu dan keutamaan rasio, dan mengajarkan tentang kontrak sosial.

Kontrak sosial dilaksanakan agar orang tertib dan menghargai kebebasan, hak hidup,

dan kepemilikan harta sebagai hak bawaan manusia. 5 Kontrak sebagai wadah yang

mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain menuntut bentuk

pertukaran kepentingan yang adil. Sehingga dengan demikian terjalin hubungan

kontraktual yang adil dan saling menguntungkan.6

2. Kepastian Hukum sebagai Tujuan Hukum dan Sebagai Asas Hukum

2
Wibrata, I.G.M, dan Darma, I.M.W. Op.Cit. Halaman 285
3
Emil L., Gustav R., Jean D., Kurt W. 1950. 20th Century Legal Philosophy Series: Vol. IV The
Legal Philosophies Of Lask, Radbruch, and Dabin. London : Geoffrey Cumberlege Oxford
University Press. Halaman 169.
4
Manullang, E. F. M. (2017). Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum. Prenada Media. Halaman
18.
5
Wibrata, I.G.M, dan Darma, I.M.W. 2018. Tinjauan Yuridis Informed Consent Dalam
Perlindungan Hukum Bagi Pasien Dan Dokter. Jurnal Analisis Hukum Volume 1, No. 2,
September 2018. http://journal.undiknas.ac.id/index.php/JAH/index. Halaman 286
6
Isharyanto. 2016. Teori Hukum: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Tematik. Jakarta: WR
Penerbit. Halaman 144.

5
Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum, akan tetapi tidak

dapat disamakan antara asas hukum dan norma hukum dalam bentuk

hukum positif. Asas hukum hanya bersifat mengatur dan menjelaskan

(eksplanasi), dimana tujuannya hanya memberi ikhtisar dan tidak

normatif. Oleh karena itu, asas hukum tidak termasuk hukum positif dan

tentu tidak dapat diterapkan secara langsung untuk menyelesaikan

sengketa hukum.7

Baik Stamler maupun Kelsen menitikberatkan keadilan sebagai tujuan

hukum. Demikian pula Radbruch yaitu keadilan sebagai tujuan umum

dapat diberikan arah yang berbeda-beda untuk mencapai keadilan sebagai

tujuan dari hukum. Oleh karena fungsi hukum adalah memelihara

kepentingan umum dalam masyarakat, menjaga hak-hak manusia, dan

mewujudkan keadilan dalam hidup bersama. Ketiga tujuan tersebut tidak

saling bertentangan, tetapi merupakan pengisian suatu konsep dasar,

yaitu manusia harus hidup dalam suatu masyarakat dan masyarakat itu

harus diatur oleh pemerintah dengan baik berdasarkan hukum.8

B. PELAYANAN JASA RUMAH SAKIT


1. Definisi
Kesehatan adalah salah satu dari kebutuhan pokok manusia selain
sandang, pangan & papan, dalam arti hidup dalam keadaan sehat sudah
tidak dapat ditawar lagi sebagai kebutuhan yang mendasar. Bukan hanya
sehat jasmani, juga sehat rohani (jiwa), bahkan kriteria sehat manusia
telah bertambah menjadi juga sehat sosial & sehat ekonomi. Namun
7
Julyano, M., & Sulistyawan, A. Y. 2019. Pemahaman Terhadap Asas Kepastian Hukum Melalui
Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum. Jurnal Crepido, 1(1), 13-22. Halaman 15.
8
Dwisvimiar, I. 2011. Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum. Jurnal Dinamika Hukum,
11(3), 522-531. Halaman 526.

6
sampai saat ini yang dimaksudkan dengan kesehatan oleh undang-undang
(UU) adalah hanya keadaan sehat jasmani & sehat rohani.
Kesehatan menurut UU no. 36/2009 tentang Kesehatan terdiri dari dua
unsur yaitu “upaya kesehatan” & “sumber daya kesehatan”. Yang
dimaksud dengan sumber daya kesehatan, terdiri dari sumber daya
manusia kesehatan (tenaga kesehatan yaitu dokter, apoteker, bidan,
perawat) & sarana kesehatan (antara lain rumah sakit, puskesmas,
poliklinik, tempat praktik dokter).
Pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 seperti dalam penjelasannya adalah, bahwa dalam memberikan
pelayanan kesehatan baik itu perseorangan maupun masyarakat sangat
dijamin dalam UU tersebut, dalam beberapa pasal sangat jelas ditegaskan
bahwa untuk menjamin kesehatan masyarakat maka pemerintah
mengupayakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya
mencapai Indonesia yang sehat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
pemerintah baik itu berupa penyediaan fasilitas pelayanan kasehatan,
penyediaan obat, serta pelayanan kesehatan itu sendiri adalah dalam
upaya menjamin kesehatan masyarakat.

2. Pihak-Pihak dalam Pelayanan Rumah Sakit dan Tanggung Jawab


Para Pihak
Pemberian pelayanan kesehatan dilakukan untuk mengobati
penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam mengobati penyakit itu ada
beberapa pihak yang terlibat didalamnya. Pihak-pihak yang terlibat di
dalam pelayanan kesehatan tersebut, yaitu:
1. Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan lembaga pelayanan masyarakat
yang bergerak dalam bidang kesehatan. Banyak pengertian mengenai
arti rumah sakit itu. Pasal 1 angka 1 UU No. 44 Tahun 2009
menyatakan mengenai pengertian rumah sakit yaitu “instutusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

7
15 perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.
Menurut American Hospital Association, rumah sakit
adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan
pelayanan kepada pasien. Pelayanan tersebut merupakan diagnostik
dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik
yang bersifat bedah maupun non bedah. Muninjaya mengatakan
bahwa rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan publik
kesehatan yang harus memenuhi kriteria availability,
appropriateness, continuity sustainability, acceptability, affordable,
dan quality , sedangkan menurut Siregar rumah sakit adalah suatu
organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus
dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personil terlatih
dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terkait bersama-sama dalam maksud yang
sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa rumah sakit merupakan sebuah institusi
pelayanan kesehatan yang memberikan pengobatan secara
menyeluruh kepada semua masyarakat yang membutuhkan, dan
mempunyai tenaga medis yang profesional dibidangnya masing-
masing. Rumah sakit sebagai pihak yang melakukan pelayanan
kesehatan memiliki tugas dan fungsi secara jelas diatur dalam Pasal
4 dan Pasal 5 UU No. 44 Tahun 2009.

Tugas rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan


perorangan secara paripurna. Sedangkan fungsi rumah sakit, yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

8
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.

Rumah sakit menurut Cecep Triwibowo setidaknya memiliki 5


(lima) fungsi, yaitu:
a. Menyediakan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan
terapeutiknya.
b. Memiliki pelayanan rawat jalan.
c. Melakukan pendidikan dan pelatihan.
d. Melakukan penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan.
e. Melaksanakan program pencegahan penyakit dan penyuluhan
kesehatan bagi populasi disekitarnya.
Tugas dan fungsi rumah sakit inilah yang menjadi pegangan
pihak rumah sakit untuk menjalankan pelayanan kesehatan
semaksimal mungkin kepada masyarakat yang memerlukan
pengobatan. Dengan demikian diharapkan akan tercipta hubungan
yang baik antara rumah sakit dan pasien, dan juga dapat mencegah
segala tindakan yang dapat merugikan rumah sakit maupun pasien.
Pada Pasal 20 UU No. 44 Tahun 2009, pengelolaannya
rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit
privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang
bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat dalam Pasal 21

9
dijelaskan sebagai rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Persero. Pasal 24 UU No. 44 Tahun 2009 menyatakan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus
diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
rumah sakit. Klasifikasi rumah sakit umum terdiri atas rumah sakit
umum kelas A, rumah sakit umum kelas B, rumah sakit umum kelas
C, dan rumah sakit umum kelas D. Sedangkan klasifikasi rumah
sakit khusus terdiri atas rumah sakit khusus kelas A, rumah sakit
khusus kelas B, dan rumah sakit khusus kelas C.

Rumah sakit secara garis besar dibagi dua, yaitu rumah sakit swasta
dan rumah sakit pemerintah. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit
yang didirikan oleh pihak swasta atau non pemerintah, yaitu
beberapa orang (persoon) sepakat untuk mendirikan badan hukum
(rechtspersoon) dan badan hukum ini melakukan kegiatan dalam
bidang pendirian dalam menjalankan rumah sakit. Rumah sakit
pemerintah memiliki arti yaitu rumah sakit yang didirikan oleh
pemerintah yang peraturannya sudah diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Adapun bentuk badan hukum rumah sakit
yang didirikan oleh pihak swasta lazimnya digunakan oleh yayasan
(stichting).

Pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah maupun


rumah sakit swasta tidaklah berbeda. Kedua jenis rumah sakit ini
juga mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien, apabila mereka
sudah tidak mampu memberikan pengobatan kepada pasien.
Perbedaan antara ke dua jenis rumah sakit ini hanyalah pendirinya
saja, rumah sakit pemerintah didirikan oleh pemerintah sedangkan
rumah sakit swasta didirikan oleh beberapa orang atau pengusaha.

10
2. Pasien
Pasien adalah seseorang yang memerlukan suatu pengobatan baik di
rumah sakit maupun balai pengobatan lainnya. Berdasarkan Pasal 1
angka 4 UU No. 44 Tahun 2009, pasien memiliki pengertian yaitu
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Pasien di rumah
sakit dalam praktiknya menurut Pasal 1 angka 1 dikelompokkan ke
dalam berikut ini:
a. Pasien opname
Yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara
menginap atau dirawat di rumah sakit atau disebut juga pasien
rawat inap.
b. Pasien rawat jalan
Yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan tanpa
mengharuskan pasien tersebut dirawat inap.

Pasien adalah subjek yang memiliki pengaruh besar atas


hasil akhir layanan bukan hanya sekedar objek. Hak-hak pasien
harus dipenuhi mengingat kepuasan pasien menjadi salah satu
barometer mutu layanan sedangkan ketidakpuasan pasien dapat
menjadi pangkal tuntutan hukum. Oleh karenanya harapan pasien
dalam menerima pelayanan medis meliputi:
a. Pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan
memuaskan.
b. Membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa
membedakan unsur SARA (suku, agama, ras, dan antar
golongan).
c. Jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan
d. Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien,

11
Berdasarkan hal tersebut, pasien merupakan seseorang yang
membutuhkan pelayanan kesehatan atau pelayanan medis di rumah
sakit. Kepuasan pasien harus menjadi pandangan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan, apabila pelayanan kesehatan yang
diberikan memuaskan, maka rumah sakit itu pun akan dipandang
baik oleh masyarakat. Sedangkan apabila pelayanan kesehatan yang
diberikan tidak memuaskan dan cenderung merugikan pasien, maka
pasien berhak menuntut ganti kerugian kepada rumah sakit.
3. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan harus memiliki keahlian medis
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
pasien. Dalam praktiknya tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Dokter
Dokter adalah seorang tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan medis kepada pasien yang membutuhkan pengobatan.
Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, dokter adalah suatu pekerjaan yang
dilaksanakan berdasarkan keilmuan, kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat
melayani masyarakat.

Seorang dokter harus memahami ketentuan hukum yang berlaku


dalam pelaksanaan profesinya termasuk didalamnya tentang
pemahaman hak-hak dan kewajiban dalam menjalankan profesi
sebagai dokter. Kesadaran dokter terhadap kewajiban hukumnya
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain dalam
menjalankan profesinya harus benar-benar dipahami dokter
sebagai pengemban hak dan kewajiban.
Menurut Fuadi kewajiban hukum yang utama dari seorang dokter
terdapat empat hal, yaitu:
1) Kewajiban melakukan diagnosis penyakit.
2) Kewajiban mengobati penyakit.

12
3) Kewajiban memberikan informasi yang cukup kepada pasien
dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien, baik diminta atau
tidak.
4) Kewajiban untuk mendapatkan persetujuan pasien terhadap
tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter setelah
dokter memberikan informasi yang cukup dan dimengerti
oleh pasien.

Dengan demikian dokter dalam menjalankan profesinya harus


besikap profesional dan lebih mementingkan penyembuhan
penyakit yang diderita oleh pasien. Kewajiban seorang dokter
dalam memberikan pelayanan kesehatan atau pelayanan medis
harus dijalankan sebagaimanamestinya, karena hal ini
menyangkut keselamatan serta kesembuhan pasien tersebut.

b. Perawat
Pengertian perawat diatur dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan
Menteri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat (selanjutnya disebut
Permenkes No. HK.02.02 Tahun 2010) yang menyatakan bahwa,
“perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan”. Perawat juga dapat diartikan suatu
profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi yang
menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi
serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak
terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan.

Pasal 12 Ayat (1) Permenkes No. HK.02.02 Tahun 2010


menjelaskan tentang kewajiban perawat, yaitu:
1) Menghormati hak pasien.

13
2) Melakukan rujukan.
3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan.
4) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan
pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan.
5) Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
6) Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis.
7) Mematuhi standar.

Dengan demikian dapat dijelaskan perawat merupakan suatu


profesi di dalam pelayanan kesehatan dan berada dalam situasi
yang menyangkut hubungan antara dirinya dengan pasien. Pada
proses hubungan antara perawat dengan pasien, pasien
mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan
pertolongan yang artinya pasien mempercayakan dirinya terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan.

C. Analisis Hubungan hukum dalam pelayanan Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu badan yang memberikan pelayanan medis


atau pelayanan kesehatan kepada semua kalangan masyarakat yang
memerlukan pengobatan (pasien). Pelayanan medis yang diberikan oleh
rumah sakit terhadap pasien akan mengakibatkan hubungan hukum
antara kedua belah pihak, terutama dalam aspek hukum perdata akan
menimbulkan hak dan kewajiban masingmasing pihak.

Hubungan hukum yang timbul antara rumah sakit dan pasien dalam
hukum perdata menghasilkan dua macam perjanjian, yaitu:
1. Perjanjian pelayanan medis, ketika terdapat kesepakatan antara
rumah sakit dan pasien bahwa tenaga medis pada rumah sakit akan

14
berupaya secara maksimal untuk menyembuhkan pasien melalui
tindakan medis (ispanning verbintenis).
2. Perjanjian perawatan, ketika terdapat kesepakatan antara rumah sakit
dan pasien bahwa pihak rumah sakit menyediakan kamar perawatan
tempat tenaga perawat melakukan asuhan keperawatan.

Perjanjian dapat diartikan sebagai suatu perhubungan hukum antara dua


orang atau dua pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu. Selain itu merupakan suatu peristiwa hukum di
mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Jadi, baik rumah sakit
maupun pasien dituntut untuk memenuhi segala kewajiban yang timbul
dari perjanjian tersebut, tidak hanya itu perjanjian perawatan dan
perjanjian pelayanan medis berlaku dari mulai pasien di rawat di rumah
sakit hingga pasien ke luar dari rumah sakit.

Pihak rumah sakit dalam perjanjian perawatan berperan secara langsung


untuk memenuhi keinginan pasien dalam hal ruang perawatan dan
perlengkapan yang diperlukan pasien selama proses pelayanan medis
berlangsung di rumah sakit. Dalam perjanjian pelayanan medis, rumah
sakit tidak berperan secara langsung melakukan tindakan medis, tetapi
yang berperan adalah dokter yang telah ditunjuk oleh rumah sakit untuk
memberikan tindakan medis kepada pasien.

Perjanjian pelayanan medis tersebut sering disebut dengan istilah


transaksi terapeutik. Transaksi terapeutik merupakan hubungan hukum
antara dua subjek hukum yang saling mengikatkan diri didasarkan atas
sikap saling percaya. Di dalam transaksi terapeutik sikap saling percaya
akan tumbuh apabila dokter dan pasien terjalin komunikasi yang saling
terbuka, karena masing-masing akan saling memberikan informasi atau

15
keterangan yang diperlukan bagi terlaksananya kerjasama yang baik dan
tercapainya tujuan transaksi terapeutik yaitu kesembuhan pasien.

Transaksi terapeutik antara dokter dengan pasien, mengharuskan dokter


sebagai tenaga kesehatan dalam melakukan pengobatan harus terlebih
dahulu mendapatkan izin dari pasien tersebut (Informed Consent). Secara
harfiah, Informed dapat diartikan telah diberitahukan, telah disampaikan,
atau telah dikonfirmasikan. Sedangakan consent adalah persetujuan yang
diberikan seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian informed
consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada tenaga
kesehatan setelah diberikan penjelasan.

Ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam menyusun dan


memberikan informed consent agar transaksi terapeutik ini tidak cacat
hukum, yaitu:
1. Tidak bersifat memperdaya (fraud).
2. Tidak berupaya menekan (force).
3. Tidak menciptakan ketakutan (fear).

Berdasarkan Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004 terdapat beberapa prinsip


yang harus ada berkaitan dengan informed consent tersebut, yaitu:
1. Setiap tindakan medis harus mendapat persetujuan pasien.
2. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara
lengkap.
3. Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Persetujuan dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.

16
5. Setiap tindakan medis yang mengandung risiko tinggi harus
diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan.

Menurut H.J.J. Lennen dalam kondisi tertentu dikenal istilah “fictie


yuridis” atau fiksi hukum. Fiksi hukum menyatakan bahwa seseorang
dalam kondisi tidak sadar akan menyutujui hal yang pada umumnya
disetujui oleh pasien yang berada dalam kondisi sadar pada situasi dan
kondisi sakit yang sama (presumed consent). Sedangkan menurut Van
Der Mijn penanganan pasien yang dalam kondisi tidak sadar dapat
dikaitkan pada Pasal 1354 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPdt) yang mengatur “zaakwarneming” atau perwakilan sukarela,
yaitu sikap/tindakan yang pada dasarnya merupakan pengambilalihan
tanggung jawab dengan tindakan menolong pasien, dan bila pasien telah
sadar, tenaga kesehatan dapat bertanya apakah perawatan dapat
diteruskan atau ingin beralih ke tenaga kesehatan yang lain.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa terdapat dua unsur yang harus
ada dalam informed consent yaitu pasien harus mendapatkan informasi
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan dan tindakan medis yang
dilakukan harus mendapatkan persetujuan oleh pasien tersebut.
Persetujuan dari pasien tersebut dapat diwakilkan oleh pihak lain apabila
pasien dalam kondisi kritis dan memerlukan pengobatan secepat
mungkin, akan tetapi setelah pasien sadar tenaga kesehatan wajib
menjelaskan dan menanyakan persetujuan dari pasien tersebut.

Berdasarkan hal tersebut maka tindakan medis yang dilakukan oleh


tenaga kesehatan harus sesuai dengan standar pelayanan atau tindakan
medis yang telah ditetapkan. Selain itu, hal terpenting dan yang menjadi
perioritas utama dalam melakukan tindakan medis adalah keselamatan
pasien (patient safety) itu sendiri. Dokter dan perawat dituntut untuk

17
melakukan tindakan medis semaksimal mungkin dan tidak melakukan
tindakan yang dapat membahayakan keselamatan pasien (patient safety).
Pelayanan atau tindakan medis dilakukan oleh dokter maupun perawat di
rumah sakit yang dapat membahayakan keselamatan pasien (patient
safety) merupakan tanggung jawab dokter ataupun perawat tersebut, jadi
dokter ataupun perawat bertanggung jawab atas kerugian yang di derita
oleh pasien.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan juga menanggung


kewajiban untuk ikut bertanggung jawab apabila terjadi hal yang dapat
membahayakan keselamatan pasien (patient safety) di lingkungan rumah
sakitnya. Hal ini sering dikenal dengan istilah vicarious liability. Hal ini
disebabkan karena hubungan kontraktual antar rumah sakit dengan pihak
dokter, perawat atau petugas kesehatan lainnya. Dengan demikian
meskipun rumah sakit itu merupakan badan swasta, tetap memiliki
tanggung jawab sosial untuk memikul standar pelayanan publik karena
yang dilayani adalah masyarakat luas. Selain itu juga memikul semua
tanggung jawab orang-orang yang bekerja di bawah naungannya

Aspek hukum dalam pelayanan kesehatan


Menuruut M. Thalal dan Hiswanil (2007) Aspek Hukum Pelayanan
Kesehatan yaitu:
1. Aspek Hukum
Hukum kesehatan mencakup penerapan hukum perdata dan hukum
pidana yang berkaitan dengan hubungan hukum dalam pelayanan
kesehatan. Subyek-subyek hukum dalam sistem hukum kesehatan
adalah:
a. Tenaga kesehatan sarjana yaitu: dokter, dokter gigi, apoteker dan
sarjana lain di bidang kesehatan.

18
b. Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah; (1)
bidang farmasi (2). bidang kebidanan (3). bidang perawatan (4).
bidang kesehatan masyarakat, dll.

Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus


mematuhi segala aspek hukum dalam kesehatan. Kesalahan dalam
melaksanakan profesi kedokteran merupakan masalah penting,
karena membawa akibat yang berat, terutama akan merusak
kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan. Suatu kesalahan
dalam melakukan profesi dapat disebabkan karena Kekurangan: (1)
pengetahuan (2) pengalaman (3) pengertian. Ketiga faktor tersebut
menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan atau penilaian.
Contoh: kejadian tindakan malpraktek

Malpraktek adalah suatu tindakan praktek yang buruk, dengan kata


lain adalah kelalaian dokter dalam melaksanakan profesinya, apabila
hal tersebut diadukan kepada pihak yang berwajib, maka akan
diproses secara hukum dan pihak pengadilan yang akan
membuktikan apakah tuduhan tersebut benar atau salah.

Upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kelalaian dalam


menjalankan profesi ialah:
a. Meningkatkan kemampuan profesi para dokter untuk mengikuti
kemajuan ilmu kedokteran atau menyegarkan kembali ilmunya,
sehingga dapat melakukan pelayanan medis secara profesional.
Dalam program ini perlu diingatkan tentang kode etik dan
kemampuan melakukan konseling dengan baik.
b. Pengetahuan pengawasan perilaku etis. Upaya ini akan
mendorong dokter untuk senantiasa bersikap hati-hati. Dengan
berusaha berperilaku etis, sehingga semakin jauh dari tindakan
melanggar hukum.

19
c. Penyusunan protokol pelayanan kesehatan, misalnya petunjuk
tentang “informed consent”. Protokol ini dapat dijadikan
pegangan bilamana dokter dituduh telah melakukan kelalaian.
Selama dokter bertindak sesuai dengan protokol tersebut, dia
dapat terlindung dari tuduhan malpraktek.

Beberapa contoh malpraktek di bidang hukum pidana:


a. Menipu Pasien
b. Membuat surat keterangan palsu
c. Melakukan pelanggaran kesopanan
d. Melakukan pengguguran tanpa indikasi medis
e. Melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau
lukaluka
f. Membocorkan rahasia kedokteran yang diadukan oleh pasien
g. Kesengajaan membiarkan pasien tidak tertolong
h. Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam
keadaan bahaya maut
i. Memberikan atau menjual obat palsu
j. Euthanasia

Keberhasilan pembangunan nasional telah meningkatkan kesadaran


hukum masyarakat. Masyarakat menjadi lebih kritis terhadap
pelayanan jasa-jasa yang mereka terima, termasuk pelayanan dokter,
perawat, bidan, apoteker, dan lain-lain. Dengan meningkatnya
kesadaran hukum ini, tidak jarang masyarakat mencampurbaurkan
antara etika dan hukum. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak
mengetahui perbedaan dari keduanya yang sama-sama berpegang
pada norma-norma yang hidup dalam masyarakat.

2. Pelayanan Kesehatan

20
Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat Puskesmas,
rumah sakit, dokter praktek swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa
ini sudah makin kritis menyoroti pelayanan kesehatan dan profesional
tenaga kesehatan. Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang
baik dari pihak rumah sakit, disisi lain pemerintah belum dapat
memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan karena adanya
keterbatasan-keterbatasan, kecuali rumah sakit swasta yang
berorientasi bisnis, dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan
baik. Untuk meningkatkan Pelayanan kesehatan dibutuhkan tenaga
kesehatan yang trampil dan fasilitas rumah sakit yang baik, tetapi
tidak semua rumah sakit dapat memenuhi kriteria tersebut sehingga
meningkatnya kerumitan system pelayanan kesehatan dewasa ini.

Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari
pencatatan rekam medis atau rekam kesehatan. Dari pencatatan
rekam medis dapat mengambarkan kualitas pelayanan kesehatan
yang diberikan pada pasien, juga meyumbangkan hal penting
dibidang hukum kesehatan, Pendidikan, Penelitian dan Akriditasi
Rumah Sakit.

Yang harus dicatat dalam rekam medis mencakup hal-hal seperti di


bawah ini:
a. Identitas Penderita dan formulir persetujuan atau perizinan.
b. Riwayat Penyakit
c. Laporan pemeriksaan Fisik
d. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan dokter
yang berwenang
e. Catatan Pengamatan atau observasi
f. Laporan tindakan dan penemuan
g. Ringkasan riwayat waktu pulang
h. Kejadian-kejadian yang menyimpang

21
Rekam medis mengandung dua macam informasi yaitu:
a. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan, yaitu merupakan
catatan mengenai Hasil pemeriksaan, diagnosis, pengobatan,
pengamatan mengenai penderita, mengenai hal tersebut ada
kewajiban simpan rahasia kedokteran.
b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan

Suatu hal yang harus diingat bahwa berkas catatan medik asli tetap
harus disimpan di rumah sakit dan tidak boleh diserahkan pada
pasien, pengacara atau siapapun. Berkas catatan medik tersebut
merupakan bukti penting bagi rumah sakit apabila kelak timbul suatu
perkara, karena memuat catatan penting tentang apa yang telah
dikerjakan dirumah sakit. Catatan medik harus disimpan selama
jangka waktu tertentu untuk dokumentasi pasien.

Untuk suatu rumah sakit rekam medis adalah penting dalam


mengadakan evaluasi Pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi
kerja melalui penurunan mortalitas, morbiditas dan perawatan
penderita yang lebih sempurna. Pengisian rekam medis serta
penyelesaiannya adalah tanggung jawab penuh dokter yang merawat
pasien tersebut, Catatan itu harus ditulis dengan cermat, singkat dan
jelas. Dalam menciptakan rekam medis yang baik diperlukan adanya
kerja sama dan usaha-usaha yang bersifat koordinatif antara berbagai
pihak yang samasama melayani perawatan dan pengobatan terhadap
penderita.

22
BAB III
PENUTUP

Pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009


seperti dalam penjelasannya adalah, bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan baik itu perseorangan maupun masyarakat sangat dijamin
dalam UU tersebut, dalam beberapa pasal sangat jelas ditegaskan bahwa
untuk menjamin kesehatan masyarakat maka pemerintah mengupayakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mencapai
Indonesia yang sehat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
pemerintah baik itu berupa penyediaan fasilitas pelayanan kasehatan,
penyediaan obat, serta pelayanan kesehatan itu sendiri adalah dalam
upaya menjamin kesehatan masyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, F. (2020). Kepastian Hukum dalam Politik Hukum di Indonesia.


Administrative Law and Governance Journal, 3(1).

Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, Teori Hukum Strategi
Tertib Manusia Listas Ruang dan Generasi, Genta Publishing, Bantul,
2013.

Dwisvimiar, I. 2011. Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum. Jurnal


Dinamika Hukum, 11(3), 522-531.

Emil L., Gustav R., Jean D., Kurt W. 1950. 20th Century Legal Philosophy
Series: Vol. IV The Legal Philosophies Of Lask, Radbruch, and
Dabin. London : Geoffrey Cumberlege Oxford University Press.

Isharyanto. 2016. Teori Hukum: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Tematik.


Jakarta: WR Penerbit. Halaman 144.

Julyano, M., & Sulistyawan, A. Y. 2019. Pemahaman Terhadap Asas Kepastian


Hukum Melalui Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum. Jurnal
Crepido, 1(1)

Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia


Publishing, Malang, 2012.

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Monograf: Filsafat Ilmu, Metode Penelitian Hukum
Dan Menggunakan Teori/Konsep Di Bidang Ilmu Hukum, dicetak secara
terbatas, Bandung, 2013.

Muhammad Siddiq Tgk. Armia, Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu Hukum, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2009.

M. Thalal dan Hiswanil.2007. Aspek Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. Jurnal


Kesehatan Masyarakat.11(1) : 72-75.

Manullang, E. F. M. (2017). Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum. Prenada


Media.

Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif Kekonstruksi Terhadap Teori Hukum


Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Bantul, 2012.

24
Wibrata, I.G.M, dan Darma, I.M.W. 2018. Tinjauan Yuridis Informed Consent
Dalam Perlindungan Hukum Bagi Pasien Dan Dokter. Jurnal Analisis
Hukum Volume 1, No. 2, September 2018.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/JAH/index.

Salim HS. dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
Dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.

Susila & Suryanto, Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran Dan


Kesehatan, Bursa Ilmu, Yogyakara, 2014, Hlm. 3.

Kesadaran Hukum Sejak Dini Di Masyarakat,


https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/kesadaran-hukum-
sejak-dini-bagi-masyarakat.Diakses 16.00 WIB

Sistem Imformasi Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI


http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sp2rs/dashboard.php. Diakses pada 15 Oktober
2022 jam 16.00 WIB

25
26

Anda mungkin juga menyukai