NPM : 20040022113
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Identifikasi Masalah......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. KEPASTIAN HUKUM ...............................................................................
1. Pengertian..........................................................................................
2. Kepastian Hukum Sebagai Tujuan Hukum dan Sebagai Asas
Hukum...............................................................................................
B. Hubungan Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan..........................................
1. Pengertian dan Tujuan.......................................................................
2. Pihak Pihak dalam Pelayanan Kesehatan …………………….....7
3. Tanggung Jawab Para Pihak……………………………………10
C. Analisis ……………..…………………………………………………..14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
Dewasa ini dapat dilihat semua bidang kehidupan masyarakat
sudah terjamah aspek hukum. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya
manusia mempunyai hasrat untuk hidup teratur. Akan tetapi keteraturan
bagi seseorang belum tentu sama dengan keteraturan bagi orang lain,
oleh karena itu diperlukan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antar
manusia melalui keserasian antara ketertiban dan landasan hukum.
Norma atau kaidah yang mengatur aspek pribadi terdiri dari norma
kepercayaan dan norma kesusilaan. Norma kepercayaan bertujuan agar
manusia hidup beriman, sedang norma kesusilaan bertujuan agar manusia
hidup berakhlak. Norma yang mengatur antar pribadi terdiri dari norma
kesopanan dan norma hukum. Suatu norma hukum biasanya dirumuskan
dalam bentuk perilaku yang dilarang dengan mendapat sanksi apabila
larangan tersebut dilanggar. Norma hukum ada yang tertulis dan ada pula
yang tidak tertulis. Hukum tertulis biasanya disamakan dengan peraturan
perundangundangan. Secara hirarkis peraturan perundang-undangan di
Indonesia tersusun sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang.
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya.
a. Peraturan Menteri
b. Instruksi Menteri Hukum
kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum yang
relatif masih baru di Indonesia. Hukum kesehatan mencakup segala
peraturan dan aturan yang secara langsung berkaitan dengan
pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang terancam atau kesehatan
yang rusak.
2
B. Identifikasi masalah
1. Apakah definisi dari pelayanan kesehatan?
2. Apasaja fasilitas dalam pelayanan kesehatan?
3. Apasaja faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan?
4. Siapa saja pihak – pihak dalam pelayanan kesehatan?
5. Bagaimana hubngan hukum dan tanggung jawab para pihak dalam
pelayanan kesehatan?
6. Apa aspek hukum dalam pelayanan kesehatan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPASTIAN HUKUM
adalah gagasan yang lahir berkat gagasan legisme L.J. van Apeldoorn,
Sedangkan menurut teori Gustav Radburch, terdapat 3 aspek dari hukum, yaitu:
keadilan, finalitas, dan kepastian. Aspek keadilan merujuk pada kesamaan hak di
depan hukum. Aspek finalitas, merujuk pada tujuan keadilan, yaitu kebaikan dalam
hidup manusia. Aspek ini menentukan isi hukum. Sedangkan aspek kepastian merujuk
1
Andrianto, F. (2020). Kepastian Hukum dalam Politik Hukum di Indonesia. Administrative Law
and Governance Journal, 3(1), 114-123.
4
pada jaminan bahwa hukum benar-benar berfungsi sebagai peraturan yang ditaati. 2
Berdasarkan doktrin hukum alam, kontrak merupakan dasar dari semua hukum, dan
merupakan solusi dari masalah dasar individu yang berkaitan dengan filosofi hukum.
Namun, yang mengikat individu agar menjalankan kontraknya bukanlah kontrak itu
sendiri, namun hukum yang mengikat seseorang agar mematuhi kontrak tersebut. 3
disusun berdasarkan perjanjian masyarakat, dan oleh sebab itu, tingkah laku yang
menurut kehendak umum harus dipidana, seharusnya sudah dirumuskan sejak awal
dalam undang-undang.4
Sedangkan menurut John Locke, dalam teori perlindungan hukum. didasarkan pada
kebebasan individu dan keutamaan rasio, dan mengajarkan tentang kontrak sosial.
Kontrak sosial dilaksanakan agar orang tertib dan menghargai kebebasan, hak hidup,
dan kepemilikan harta sebagai hak bawaan manusia. 5 Kontrak sebagai wadah yang
2
Wibrata, I.G.M, dan Darma, I.M.W. Op.Cit. Halaman 285
3
Emil L., Gustav R., Jean D., Kurt W. 1950. 20th Century Legal Philosophy Series: Vol. IV The
Legal Philosophies Of Lask, Radbruch, and Dabin. London : Geoffrey Cumberlege Oxford
University Press. Halaman 169.
4
Manullang, E. F. M. (2017). Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum. Prenada Media. Halaman
18.
5
Wibrata, I.G.M, dan Darma, I.M.W. 2018. Tinjauan Yuridis Informed Consent Dalam
Perlindungan Hukum Bagi Pasien Dan Dokter. Jurnal Analisis Hukum Volume 1, No. 2,
September 2018. http://journal.undiknas.ac.id/index.php/JAH/index. Halaman 286
6
Isharyanto. 2016. Teori Hukum: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Tematik. Jakarta: WR
Penerbit. Halaman 144.
5
Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum, akan tetapi tidak
dapat disamakan antara asas hukum dan norma hukum dalam bentuk
normatif. Oleh karena itu, asas hukum tidak termasuk hukum positif dan
sengketa hukum.7
yaitu manusia harus hidup dalam suatu masyarakat dan masyarakat itu
6
sampai saat ini yang dimaksudkan dengan kesehatan oleh undang-undang
(UU) adalah hanya keadaan sehat jasmani & sehat rohani.
Kesehatan menurut UU no. 36/2009 tentang Kesehatan terdiri dari dua
unsur yaitu “upaya kesehatan” & “sumber daya kesehatan”. Yang
dimaksud dengan sumber daya kesehatan, terdiri dari sumber daya
manusia kesehatan (tenaga kesehatan yaitu dokter, apoteker, bidan,
perawat) & sarana kesehatan (antara lain rumah sakit, puskesmas,
poliklinik, tempat praktik dokter).
Pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 seperti dalam penjelasannya adalah, bahwa dalam memberikan
pelayanan kesehatan baik itu perseorangan maupun masyarakat sangat
dijamin dalam UU tersebut, dalam beberapa pasal sangat jelas ditegaskan
bahwa untuk menjamin kesehatan masyarakat maka pemerintah
mengupayakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya
mencapai Indonesia yang sehat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
pemerintah baik itu berupa penyediaan fasilitas pelayanan kasehatan,
penyediaan obat, serta pelayanan kesehatan itu sendiri adalah dalam
upaya menjamin kesehatan masyarakat.
7
15 perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.
Menurut American Hospital Association, rumah sakit
adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan
pelayanan kepada pasien. Pelayanan tersebut merupakan diagnostik
dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik
yang bersifat bedah maupun non bedah. Muninjaya mengatakan
bahwa rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan publik
kesehatan yang harus memenuhi kriteria availability,
appropriateness, continuity sustainability, acceptability, affordable,
dan quality , sedangkan menurut Siregar rumah sakit adalah suatu
organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus
dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personil terlatih
dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terkait bersama-sama dalam maksud yang
sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa rumah sakit merupakan sebuah institusi
pelayanan kesehatan yang memberikan pengobatan secara
menyeluruh kepada semua masyarakat yang membutuhkan, dan
mempunyai tenaga medis yang profesional dibidangnya masing-
masing. Rumah sakit sebagai pihak yang melakukan pelayanan
kesehatan memiliki tugas dan fungsi secara jelas diatur dalam Pasal
4 dan Pasal 5 UU No. 44 Tahun 2009.
8
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
9
dijelaskan sebagai rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Persero. Pasal 24 UU No. 44 Tahun 2009 menyatakan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus
diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
rumah sakit. Klasifikasi rumah sakit umum terdiri atas rumah sakit
umum kelas A, rumah sakit umum kelas B, rumah sakit umum kelas
C, dan rumah sakit umum kelas D. Sedangkan klasifikasi rumah
sakit khusus terdiri atas rumah sakit khusus kelas A, rumah sakit
khusus kelas B, dan rumah sakit khusus kelas C.
Rumah sakit secara garis besar dibagi dua, yaitu rumah sakit swasta
dan rumah sakit pemerintah. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit
yang didirikan oleh pihak swasta atau non pemerintah, yaitu
beberapa orang (persoon) sepakat untuk mendirikan badan hukum
(rechtspersoon) dan badan hukum ini melakukan kegiatan dalam
bidang pendirian dalam menjalankan rumah sakit. Rumah sakit
pemerintah memiliki arti yaitu rumah sakit yang didirikan oleh
pemerintah yang peraturannya sudah diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Adapun bentuk badan hukum rumah sakit
yang didirikan oleh pihak swasta lazimnya digunakan oleh yayasan
(stichting).
10
2. Pasien
Pasien adalah seseorang yang memerlukan suatu pengobatan baik di
rumah sakit maupun balai pengobatan lainnya. Berdasarkan Pasal 1
angka 4 UU No. 44 Tahun 2009, pasien memiliki pengertian yaitu
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Pasien di rumah
sakit dalam praktiknya menurut Pasal 1 angka 1 dikelompokkan ke
dalam berikut ini:
a. Pasien opname
Yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara
menginap atau dirawat di rumah sakit atau disebut juga pasien
rawat inap.
b. Pasien rawat jalan
Yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan tanpa
mengharuskan pasien tersebut dirawat inap.
11
Berdasarkan hal tersebut, pasien merupakan seseorang yang
membutuhkan pelayanan kesehatan atau pelayanan medis di rumah
sakit. Kepuasan pasien harus menjadi pandangan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan, apabila pelayanan kesehatan yang
diberikan memuaskan, maka rumah sakit itu pun akan dipandang
baik oleh masyarakat. Sedangkan apabila pelayanan kesehatan yang
diberikan tidak memuaskan dan cenderung merugikan pasien, maka
pasien berhak menuntut ganti kerugian kepada rumah sakit.
3. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan harus memiliki keahlian medis
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
pasien. Dalam praktiknya tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Dokter
Dokter adalah seorang tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan medis kepada pasien yang membutuhkan pengobatan.
Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, dokter adalah suatu pekerjaan yang
dilaksanakan berdasarkan keilmuan, kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat
melayani masyarakat.
12
3) Kewajiban memberikan informasi yang cukup kepada pasien
dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien, baik diminta atau
tidak.
4) Kewajiban untuk mendapatkan persetujuan pasien terhadap
tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter setelah
dokter memberikan informasi yang cukup dan dimengerti
oleh pasien.
b. Perawat
Pengertian perawat diatur dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan
Menteri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat (selanjutnya disebut
Permenkes No. HK.02.02 Tahun 2010) yang menyatakan bahwa,
“perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan”. Perawat juga dapat diartikan suatu
profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi yang
menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi
serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak
terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan.
13
2) Melakukan rujukan.
3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan.
4) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan
pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan.
5) Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
6) Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis.
7) Mematuhi standar.
Hubungan hukum yang timbul antara rumah sakit dan pasien dalam
hukum perdata menghasilkan dua macam perjanjian, yaitu:
1. Perjanjian pelayanan medis, ketika terdapat kesepakatan antara
rumah sakit dan pasien bahwa tenaga medis pada rumah sakit akan
14
berupaya secara maksimal untuk menyembuhkan pasien melalui
tindakan medis (ispanning verbintenis).
2. Perjanjian perawatan, ketika terdapat kesepakatan antara rumah sakit
dan pasien bahwa pihak rumah sakit menyediakan kamar perawatan
tempat tenaga perawat melakukan asuhan keperawatan.
15
keterangan yang diperlukan bagi terlaksananya kerjasama yang baik dan
tercapainya tujuan transaksi terapeutik yaitu kesembuhan pasien.
16
5. Setiap tindakan medis yang mengandung risiko tinggi harus
diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa terdapat dua unsur yang harus
ada dalam informed consent yaitu pasien harus mendapatkan informasi
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan dan tindakan medis yang
dilakukan harus mendapatkan persetujuan oleh pasien tersebut.
Persetujuan dari pasien tersebut dapat diwakilkan oleh pihak lain apabila
pasien dalam kondisi kritis dan memerlukan pengobatan secepat
mungkin, akan tetapi setelah pasien sadar tenaga kesehatan wajib
menjelaskan dan menanyakan persetujuan dari pasien tersebut.
17
melakukan tindakan medis semaksimal mungkin dan tidak melakukan
tindakan yang dapat membahayakan keselamatan pasien (patient safety).
Pelayanan atau tindakan medis dilakukan oleh dokter maupun perawat di
rumah sakit yang dapat membahayakan keselamatan pasien (patient
safety) merupakan tanggung jawab dokter ataupun perawat tersebut, jadi
dokter ataupun perawat bertanggung jawab atas kerugian yang di derita
oleh pasien.
18
b. Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah; (1)
bidang farmasi (2). bidang kebidanan (3). bidang perawatan (4).
bidang kesehatan masyarakat, dll.
19
c. Penyusunan protokol pelayanan kesehatan, misalnya petunjuk
tentang “informed consent”. Protokol ini dapat dijadikan
pegangan bilamana dokter dituduh telah melakukan kelalaian.
Selama dokter bertindak sesuai dengan protokol tersebut, dia
dapat terlindung dari tuduhan malpraktek.
2. Pelayanan Kesehatan
20
Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat Puskesmas,
rumah sakit, dokter praktek swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa
ini sudah makin kritis menyoroti pelayanan kesehatan dan profesional
tenaga kesehatan. Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang
baik dari pihak rumah sakit, disisi lain pemerintah belum dapat
memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan karena adanya
keterbatasan-keterbatasan, kecuali rumah sakit swasta yang
berorientasi bisnis, dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan
baik. Untuk meningkatkan Pelayanan kesehatan dibutuhkan tenaga
kesehatan yang trampil dan fasilitas rumah sakit yang baik, tetapi
tidak semua rumah sakit dapat memenuhi kriteria tersebut sehingga
meningkatnya kerumitan system pelayanan kesehatan dewasa ini.
Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari
pencatatan rekam medis atau rekam kesehatan. Dari pencatatan
rekam medis dapat mengambarkan kualitas pelayanan kesehatan
yang diberikan pada pasien, juga meyumbangkan hal penting
dibidang hukum kesehatan, Pendidikan, Penelitian dan Akriditasi
Rumah Sakit.
21
Rekam medis mengandung dua macam informasi yaitu:
a. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan, yaitu merupakan
catatan mengenai Hasil pemeriksaan, diagnosis, pengobatan,
pengamatan mengenai penderita, mengenai hal tersebut ada
kewajiban simpan rahasia kedokteran.
b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
Suatu hal yang harus diingat bahwa berkas catatan medik asli tetap
harus disimpan di rumah sakit dan tidak boleh diserahkan pada
pasien, pengacara atau siapapun. Berkas catatan medik tersebut
merupakan bukti penting bagi rumah sakit apabila kelak timbul suatu
perkara, karena memuat catatan penting tentang apa yang telah
dikerjakan dirumah sakit. Catatan medik harus disimpan selama
jangka waktu tertentu untuk dokumentasi pasien.
22
BAB III
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, Teori Hukum Strategi
Tertib Manusia Listas Ruang dan Generasi, Genta Publishing, Bantul,
2013.
Emil L., Gustav R., Jean D., Kurt W. 1950. 20th Century Legal Philosophy
Series: Vol. IV The Legal Philosophies Of Lask, Radbruch, and
Dabin. London : Geoffrey Cumberlege Oxford University Press.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Monograf: Filsafat Ilmu, Metode Penelitian Hukum
Dan Menggunakan Teori/Konsep Di Bidang Ilmu Hukum, dicetak secara
terbatas, Bandung, 2013.
Muhammad Siddiq Tgk. Armia, Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu Hukum, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2009.
24
Wibrata, I.G.M, dan Darma, I.M.W. 2018. Tinjauan Yuridis Informed Consent
Dalam Perlindungan Hukum Bagi Pasien Dan Dokter. Jurnal Analisis
Hukum Volume 1, No. 2, September 2018.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/JAH/index.
Salim HS. dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
Dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
25
26