MATA KULIAH
DINAMIKA HUKUM SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Dosen Pengasuh
Dr. Saprudin, S.H,. LL.M
Oleh
Mursalati Urfa
NIM : 2341214320014
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM DOKTOR HUKUM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
TAHUN 2023
KONSEP PERIJINAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM
BERKELANJUTAN
A. Latar Belakang
usaha menciptakan kehidupan yang sehat, harmonis dan sejahtera. Bahkan di dalam
UUD NRI 1945 Pasal 28 H ayat (1) ditentukan bahwa : “Setiap orang hidup
sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Berdasarkan
ketentuan tersebut dapat dimaknai bahwa kebutuhan akan lingkungan yang sehat
menunjukkan bahwa sejak era 1970-an sampai sekarang ini, perhatian terhadap
sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam gerak maju pembangunan nasional
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak memperhatikan rambu
lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alamnya. Seperti adanya alih fungsi
lahan sawah produktif menjadi kawasan industri, kawasan perkantoran, kawasan
perumahan / pemukiman. Bahkan kawasan hutan, baik hutan kota maupun hutan
rakyat yang merupakan paru – paru kota dan sumber persediaan oksigen tidak luput
dari keserakahan oknum yang tidak bertanggung jawab. Bahkan menurut penilaian
ahli hukum lingkungan, salah satu keterancaman bagi lingkungan hidup adalah
menyumbang kerusakan tata ekologi separah yang terjadi sekarang, bila paradigma
atas pembangunan itu dilihat sebagai hubungan yang tidak bertolak belakang
alamnya tidak saja diperuntukan untuk dinikmati di masa sekarang saja, akan tetapi
wajib untuk memperhatikan kehidupan generasi yang akan datang. Sehingga dalam
sewajarnya dilakukan suatu aksi atau tindakan pencegahan dan pengendalian akan
dampak negatif pembangunan melalui peran serta aktif dari para pihak sebagai
hidup masyarakat, pemerintah daerah mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
rangka melaksanakan amanat UUD Tahun 1945, pemerintah daerah memegang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik membahas :
instrumen perijinan
C. Tujuan Penelitian
2. Tujuan Khusus Sehubungan dengan tujuan umum, maka tujuan khusus yang
ingin dicapai melalui penulisan Jurnal ini adalah : untuk mengkaji sejauhmana
perijinan.
D. Landasan Teoritis
Pengertian Negara Hukum ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUDNRI 1945.
yang dilakukan oleh penguasa dan masyarakat harus berdasarkan pada hukum
yang berlaku atau yang disebut dengan asas legalitas, bukan berdasarkan pada
kekuasaan Di dalam suatu Negara hukum maka setiap peraturan yang dibuat
harus mencerminkan rasa keadilan dan kepastian hukum serta tidak boleh
Legalitas saja tidak cukup untuk menyebut suatu negara adalah negara hukum.
Asas Legalitas hanya merupakan satu unsur dari negara hukum. Selain itu,
suatu negara hukum diperlukan asas perlindungan, artinya dalam UUD ada
ketentuan yang menjamin hakhak asasi manusia. Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh K.C. Wheare yang menyatakan bahwa, isi minimum suatu
konstitusi adalah tentang negara hukum. Dalam konteks ini. K.C. Wheare
dan dijawabnya sendiri : The very minimum, and that minimum to be ”Rule of
atas, hal yang dapat dijadikan justifikasi bahwa negara Indonesia negara hukum
adalah pendapat dari beberapa ahli hukum yang memberikan ciri – ciri suatu
1
K.C. Wheare, 1975, Modern Constitution, Oxford University Press, London, New York, DSK.
Pemisahan Kekuasaan Negara;
Pancasila.3
Dalam kaitan itu, negara hukum yang dianut Negara Indonesia tidaklah dalam
artian formal, namun negara hukum dalam artian material, yang juga
walfare state (Negara kesejahteraan).4 Hal tersebut dapat dilihat dalam tujuan
2
Mukthie Fadjar, 2004, Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi Di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 5-6.
3
Sjachran Basah, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Administrasi di Indonesia, Penerbit Alumni,
Cetakan ke-3, Bandung, hal. 11.
4
SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok – Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : Liberty,
1987, hal. 52.
bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
Indonesia. Dasar lain yang dapat dijadikan bahwa Negara Indonesia adalah
Negara hukum materiil yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian Negara
dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa
negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.
2. Konsep Lingkungan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan dan
pengaruh yang terdapat dalm ruangan yang kita tempati, dan mempengaruhi
hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas ruang lingkungan menurut
pengertian ini bisa sangat luas, namun untuk praktisnya dibatasi ruang
faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial dan lain-lain.6
atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik
5
Pasal 1 angka I Undang – Undang No. 32 Tahun 2009
6
Emil Salim, dalam Gatot P Soemartono, 1997, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, Hal 34
7
Soedjono D, 1979, Pengaturan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Industri, Bandung :
Alumni, hal. 20.
Soemartono,8mengartikan lingkungan hidup sebagai ”ruang” dimana baik
mahluk hidup maupun tak hidup berada dalam satu kesatuan, dan saling
lingkungan dalam suatu lingkungan tertentu, makin tinggi pula derajat mutu
lingkungn tersebut dan sebaliknya. Karena mutu hidup tergantung pada derajat
kebutuhan dasar tersebut, makin tinggi pula mutu lingkungan hidup dan
adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup,
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Menurut Arya Utama,9
8
Gatot P. Soemartono, 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, hal. 17.
9
I Made Arya Utama, “Pembangunan Berkelanjutan Dalam Kerangka Otonomi Daerah”, artikel dalam
Jurnal Konstitusi PKK-FH Universitas Udayana, Vol. I No. 1 September 2008, hal. 9.
berlangsung secara terus menerus dan dapat memenuhi kebutuhan generasi
seperti sumber daya alam hayati dan non hayati, sumber daya buatan, maupun
dengan izin, Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti
salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi
dilarang.
E. Pembahasan
Perijinan.
10
Sjachran Basah, dalam Ridwan HR, 2010, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, hal. 207.
11
Ibid
Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk
kesejahteraan rakyat dan mutu hidup rakyat harus disertai dengan upaya untuk
cucu dengan berusaha meninggalkan sumber daya cukup dan lingkungan hidup
yang sehat serta dapat mendukung kehidupan mereka dengan sejahtera. Sehingga
berkelanjutan diibaratkan seperti dua sisi dari mata uang yang sama, sehingga
12
Otto Soemarwoto, 1992, Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Cet. Ke-2, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, hal. 7
13
M. Daud Silalahi, 1992, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,
Cet. Ke-1, Bandung : Alumni, hal. 168.
dengan pembangunan berkelanjutan, sehingga konsepsi keduanya diintegrasikan
adalah “upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup termasuk
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan”. Dalam konsep
manusia pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Berkaitan dengan
ruang yang menyerasikan tata guna lahan, air, serta sumber daya alam lainnya
dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Tata guna lahan dikembangkan dengan
state), tugas pemerintah tidak hanya terbatas untuk menjaga keamanan dan
ketertiban semata, tetapi lebih dari itu yaitu mengupayakan kesejahteraan umum
wewenang dalam bidang pengaturan. Dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa
jenis – jenis ketetapan, izin termasuk ketetapan yang bersifat konstitutif,14 yaitu
ketetapann yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh
bahwa ijin sebagai suatu instrument pemerintah yang bersifat yuridis preventif,
masyarakat.16 Ijin diterapkan oleh pejabat Negara, sehingga kalau dilihat dari
peruntukan, di samping itu agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka
seperti :17
14
Ridwan HR, Op.cit, hal. 211.
15
Sjachran Basah, Op.cit, hal. 2.
16
Juniarso Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan Pelayanan Publik,
cet. I, ,Bandung : Nuansa, 2009, hal. 91.
17
Tim Peneliti FH UNPAD Pada Seminar Tentang Perijinan Penggunaan Tanah Pantai, dalam Juniarso
Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan Pelayanan Publik, cet. I,
,Bandung : Nuansa, 2009, hal. 94.
b. Perlindungan kepentingan umum.
pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan hidup (UU No. 32 Tahun 2009
usaha dan / atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKLUPL, wajib
Kata pembangunan mungkin saja sangat akrab di telinga kita. Secara umum
kata ini diartikan sebagai usaha untuk mewujudkan kemajuan hidup berbangsa.
mempunyai makna yang khas, seperti makna kata pembangunan yang sering kita
temukan di berbagai tempat yang ditulis pada papan peringatan di tepi-tepi jalan:
hati-hati sedang ada pembangunan mall, jembatan, jalan raya, rumah ibadah, dan
pada masyarakat kecil yang unik itu seperti cerita seorang penduduk miskin di
sebuah kota kecil di luar Jakarta. “Saya dulu tinggal di Jakarta. Akan tetapi,
1996. Hal. 1). Ukuran fisik itu menjadi ukuran bagaimana anggapan bahwa
ini, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Jalan-jalan lebar dan mulus
informasi. Oleh karena pembangunan pada dasarnya tidak hanya persoalan fisik
itu maka pada modul ini, kiranya penting bagi kita untuk menyelaraskan makna
pembangunan yang dipahami secara umum tersebut tidaklah salah. Jadi secara
umum makna pembangunan adalah setiap usaha mewujudkan hidup yang lebih
bangsa. Oleh karena itu, merujuk pada konsepsi kenegaraan kita, tujuan akhir
acap kali bersifat transendental, suatu gejala meta-disiplin, atau bahkan sebuah
Untuk itu, pembangunan butuh proses dan tahapan terukur. Tahapan itu harus
tahap keadilan sosial. Dalam Bab XIV UUD 1945 yang berjudul “Kesejahteraan
belum tercapai, maka Pasal 34 UUD 1945 menegaskan bahwa fakir miskin dan
anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Oleh karena itu, dalam aspek
sangat bersih dari beragam perilaku lobi yang bernuansa kekurangan (moral
oleh seluruh masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas ruang (inter-
menjadi kurang relevan dalam keadaan empirik yang telah dilukiskan di atas .
Berdasarkan hal tersebut diatas maka konsep yang dapat diterapkan oleh
izin. Berikut ini penulis bahas mengenai hal-hal yang perlu dilakukan dalam
18
Ibid
merupakan terobosan bagi keberlangsungan dan kelestarian lingkungan
Pertambangan serta sektor-sektor lain yang juga diatur dengan UU. Bahkan
bidang pertambangan sendiri terdapat 3 (tiga) bidang yang masing-masing
Menurut Hans Kelsen, norma dasar dari suatu tatanan hukum positif
dari tatanan hukum positif itu19. Norma dasar menurut Kelsen adalah
UU. Kelsen juga mengatakan, setiap norma hukum "yang lebih tinggi"
adalah "sumber" dari norma hukum yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa
peraturan lebih rendah harus didasarkan pada peraturan lebih tinggi, sampai
19
Hans Kelsen, 2006, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Bandung: Nusamedia dan Nuansa, hlm.
164, terjemahan dari Hans Kelsen, 1971, General Theory of Law and State, New York: Russel and Russel.
20
Ibid, hlm 188
bentukan norma hukum yang lebih rendah yang ditentukan oleh norma
hukum yang lebih tinggi tersebut. Pendapat Hans Kelsen tersebut apabila
tersebut sederajat, jadi satu sama lain tidak lebih tinggi. Seperti yang
masing- masing sektor. Hal inilah yang terjadi pada penyelenggaraan sistem
saat ini (akhir tahun 2010) belum satupun peraturan pelaksana baik
21
Ibid.
materi PP tentang pencegahan (Pasal 56), akan semakin mudah
F. Penutup
1. Kesimpulan
- Izin merupakan instrumen pemerintah dalam upaya pencapaian tujuan yang
2. Saran
Buku :
Jan Gijsels, Marx van Hocke ( Terjemahan B Arief Sidharta ), 2000, Apakah Teori Hukum
Itu ? Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan Bandung.
Juniarso Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat, 2009, Hukum Administrasi Negara Dan
Kebijakan Pelayanan Publik, cet. I, ,Bandung : Nuansa. K.C. Wheare, 1975,
Modern Constitution, London : Oxford University Press, New York, DSK.
Kelsen, Hans, 2006, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Bandung: Nusamedia dan
Nuansa, terjemahan dari Hans Kelsen, 1971, General Theory of Law and State,
New York: Russel and Russel.
M. Daud Silalahi, 1992, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia, Cet. Ke-1, Bandung : Alumni. Mukthie Fadjar, 2004,
Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi Di Indonesia, Bandung : Citra
Aditya Bakti.
Otto Soemarwoto, 1992, Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Cet. Ke2,
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ridwan HR, 2010, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Sjachran Basah, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Administrasi di Indonesia,
Cetakan ke-3, Bandung : Alumni.
SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, 1987, Pokok – Pokok Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta : Liberty. Soedjono D, 1979, Pengaturan Hukum Terhadap
Pencemaran Lingkungan Akibat Industri, Bandung : Alumni.
Peraturan Perundang-undangan :
Artikel :
DHM Meuwissen, “Ilmu Hukum”, dalam Pro Justitia Tahun XII No :- Oktober.