Anda di halaman 1dari 2

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

sebagai Subjek Hukum Artifisial


Hatrik, Hamzah (2011) Pertanggungjawaban Pidana Korporasi sebagai Subjek Hukum
Artifisial. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract
Penelitian hukum normatif dalam bentuk disertasi ini dilatarbelakangi oleh dampak negatif
aktivitas korporasi mengejar keuntungan yang bersiafat merugikan, merusak, dan
membahayakan kepentingan publik telah menjadi suatu kenyataan, sehingga perlu disikapi
secara rasional dengan mendaya-gunakan hukum pidana sebagai sarana hukum untuk
memaksa tanggung jawab sosial korporasi menjaga keseimbangan dalam menjalankan
usahanya. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka kajian disertasi ini bertujuan untuk
mengidentifikasikan, menemukan, menganalisis pengaturan serta jenis-jenis sanksi pidana
dan tindakan dalam pertanggungjawaban pidana korporasi dalam perundang-undangan
pidana yang berlaku saat ini, sehingga dapat diajukan konsep pertanggungjawaban pidana
korporasi sebagai subjek hukum artifisial dalam KUHP di masa datang. Hasil kajian ini
diharapkan mempunyai manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis adalah sebagai bahan
informasi faktual mengenai paradigma pemahaman penyetaraan sanksi pidana dan tindakan
dalam pertanggung-jawaban korporasi sebagai subjek hukum artifisial. Sedang manfaat
praktis yang adalah memberikan bahan keterangan objektif bagi penegak hukum khususnya
pembuat hukum dan penerap hukum. Bagi pembuat hukum, hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan perumusan pertanggung-jawaban pidana korporasi dalam
peraturan perundang-undangan di masa datang, khususnya dalam pembentukan KUHP di
masa datang. Sedangkan bagi penerap hukum, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
informasi dalam menerapkan sanksi pidana terhadap korporasi. Berdasarkan hasil temuan dan
analisis berdasarkan acuan yuridis, teoterik-doktrinal, fakta empirik, dan acuan filosofis
diajukan kesimpulan: Pertama, ada konflik pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi
dalam hukum pidana positif di Indonesia, karena KUHP sebagai payung hukum pidana
positif yang berlaku saat ini belum mengatur pertanggungjawaban pidana korporasi. Kedua,
dalam perundang-undangan pidana di luar KUHP, pidana denda merupakan satu-satunya
jenis pidana pokok yang dianggap cocok untuk korporasi. Sedangkan pidana tambahan dan
tindakan terdapat keberagaman pengaturan, karena KUHP yang berlaku saat ini ( ius
constitutum ) yang dapat menjadi pedoman bagi perundang-undangan di luar KUHP, belum
mengatur pertanggungjawaban korporasi sebagai subjek tindak pidana. Ketiga, KUHP di
masa datang ( ius constituendum ) sebagai payung hukum pidana positif di Indonesia, sudah
saatnya mengatur pertanggungjawaban pidana korporasi sebagai subjek hukum artifisial
sebagai refleksi tanggung jawab negara untuk melindungi rakyat yang dapat menjadi korban
akibat aktivitas korporasi yang bersifat merugikan, merusak, dan membahayakan kepentingan
publik. Berdasarkan simpulan yang diajukan di atas dan dalam rangka pembahasan RUU-
KUHP oleh badan legislatif, maka melalui disertasi ini diaju-kan usulan pengaturan
pertanggungjawaban pidana korporasi sebagai subjek hukum artifisial dalam KUHP di masa
datang ( ius constituendum ) sebagai berikut: Pertama, subjek hukum artifisial dalam KUHP
di masa datang disarankan menggunakan istilah `person hukum ( legal person, juridical
person, rechts persoon )` atau tetap menggunakan badan hukum sebagai istilah yang telah
populis dalam hukum positif Indonesia, karena istilah `korporasi ( corporatie, corporation )`
secara universal mengacu pada suatu `badan usaha` yang menjalankan kegiatan usaha di
sektor-sektor dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, atas dasar alasan
adanya kesulitan membuktikan unsur „niat ‟ dalam mempertanggungjawabkan korporasi
sebagai subjek tindak pidana, maka diajukan saran untuk merumuskan secara tegas teori
identification dan vicarious liabilty sebagai konstruksi menentukan kor-porasi melakukan
perbuatan dan menentukan batas tanggung jawab korporasi sebagai pembuat , dan strict
liability sebagai asas pertanggungjawaban pidana korporasi. Ketiga, berdasarkan konsekuensi
logis pengaturan pertanggung-jawaban pidana korporasi sebagai subjek hukum artifisial,
maka diajukan usul untuk merumuskan jenis-jenis sanksi pidana dan tindakan terhadap
korporasi yang setara dengan jenis-jenis sanksi pidana dan tindakan terhadap person alamiah.

Anda mungkin juga menyukai