Anda di halaman 1dari 10

Korporasi

Menurut Hukum
Pidana
Teori Korporasi
Pertanggungjawa
ban Pidana
Korporasi

Di Susun Oleh :

1. Asep Jumadi
2. Siti Maemanah Dosen Pengampu : Muslih, S.H.I, M.H
01 Korporasi menurut Hukum Pidana
Istilah korporasi dalam hukum Indonesia hanya dikenal dalam Hukum Perdata, dan telah didudukan sebagai
subjek hukum. Dalam Pasal 1654 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disebutkan bahwa korporasi dapat
didefinisikan sebagai “perseroan perdata adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, yang berjanji
untuk memasukan sesuatu ke dalam perseroan itu dengan maksudnsupaya keuntungan yang diperoleh dari
perseroan itu dibagi di antara mereka”.
Menurut E. Utrecht, korporasi ditempatkan sebagai subjek hukum pidana yang diakui di dalam UndangUndang
pidana khusus (di luar KUHP), sedangkan dalam KUHP korporasi tidak diakaui sebagai subjek hukum.
Menurutnya kandungan ancaman hukuman terhadap korporasi suatu badan hukum (rechtperson) karena disangka
(diduga) telah melakukan suatu delik (tindak pidana), pada Pasal 59 KUHP hanya diberlakukan dalam hal
perlanggaran.
pengertian dari korporasi Kata korporasi (corporatie, Belanda), corporation (Inggris) maka corporatio sebagai kata
benda (substantivum) berasal dari kata kerja yakni corporare, yang dipakai oleh banyak orang pada zaman abad
pertengahan dan sesudah itu. Corporare sendiri berasal dari kara “corpus” yang berarti badan.

definisi korporasi dalam hukum pidana menurut pendapat para sarjana hukum. Rudi Prasetyo, kata korporasi
merupakan sebutan yang lazim digunakan di kalangan pakar hukum pidana untuk menyebut apa yang biasa disebut
sebagai badan hukum atau rechtspersoon dalam bahasa Belanda.

Pasal 45
(1) Korporasi merupakan subjek Tindak Pidana.

(2) Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas,
yayasan, koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau yang disamakan dengan itu, serta
perkumpulan baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, badan usaha yang berbentuk firma,
persekutuan komanditer, atau yang disamakan dengan itu sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
02 Teori Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
Teori Identifikasi

Menurut teori identifikasi tindakan dari pengurus atau pegawai sebagai personil suatu korporasi di
identifikasikan sebagai tindakan korporasi. Menurut I.S Susanto teori ini didasarkan pada doktrin
strict liability (tanggungjawab langsung) yang menetapkan pertanggungjawaban pidana pada pelaku.

Prinsip tanggungjawab berdasarkan kepada adanya unsur kesalahan, merupakan reaksi terhadap prinsip
atau teori tanggungjawab mutlak “perbuatan apapun yang dilakukan oleh seseorang, bila merugikan
orang lain akan menyebabkan dia dipersalahkan telah melangga hukum”.
Teori Imputasi

Teori imputasi mendasarkan pada prinsip vicarious liability atau imputed liability atau tanggungjawab yang
dialihkan kepada pihak lain oleh pelaku fisik karena adanya hubungan antara pihak yang
dipertanggungjawabkan dengan pelaku fisik.
menurut hukum pidana, korporasi dapat dipertanggungjawabkan jika agen korporasi melakukan
kejahatan dalam lingkup pekerjaanya dan dimaksud untuk memberikan keuntungan pada korporasi
Teori Pertanggungjawaban Menurut Undang-undang

Teori ini sebenarnya merupakan modifikasi dari teori identifikasi dan imputasi. Teori tersebut menekankan bahwa
cakupan individu yang dianggap mewakili korporasi diperluas sampai kepada mreka yang bertugas pada fungsi
direktur (boards of directors). Pemikiran teori delegasi muncul karena korporasi tersebut sangat besar dengan
pusat pengambilan keputusan yang fragmented. Kondisi tersebut menilai perbuatan korporasi dapat dianggap
diwakili orang lain asalkan berada dari satu Terkait dengan ketiga teori pertanggung jawaban pidana korporasi.
Pertanggungjawaban pidana korporasi dapat juga semata-mata berdasarkan undang-undang dalam hal
korporasi melanggar atau tidak memenuhi kewajiban/kondisi/situasi tertentu yang ditentukan undang-
undang. undang-undang menetapkan sebagai suatu delik bagi:
a. Korporasi yang menjalankan usahanya tanpa izin;
b. Korporasi pemegang izin yang melanggar syarat (kondisi/situasi)
yang ditentukan dalam izin itu;
Kesimpulan

Korporasi adalah perikatan oleh beberapa orang yang bersepakat dengan tujuan mencari
keuntungan dan diakui keberadaannya secara hukum (berbadan hukum).
Korporasi sebagai subjek hukum pidana dapat dipersamakan dengan manusia. Karena di dalamnya terdapat
hak dan kewajiban yang diberikan oleh hukum, dan karenanya kecakapan korporasi juga dipersamakan
dengan kecakapan manusia yang terlihat didalamnya. Dalam pertanggungjawaban pidana korporasi secara
penuh menyatakan bahwa pertanggungjawaban pidana bisa dimintakan terhadap korporasi dengan kriteria,
sbb: korporasi yang menjalankan usaha tanpa izin dan, korporasi pemegang izin yang melanggar syarat yang
ditentukan dalam izin.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai