Di Susun Oleh :
Nim : 61511a0160
Fakultas Hukum
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.wb.
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai dengan waktu yang telah
DALAM LINGKUNGAN”.
Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah kejahatan
korporasi, yang sangat diperlukan dalam suatu harapan untuk mendapatkan pengetahuan
dan pemahaman.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
penyusun. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan,
Wassalamualaikum Wr.wb.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................... I
DAFTAR ISI.................................................................................................................. II
BAB 1............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
BAB II............................................................................................................................ 3
A. Pengtian Korporasi........................................................................................... 3
BertangungJawab.......................................................................................
Bertangungjawab........................................................................................
10
BAB III........................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan........................................................................................................ 11
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 12
II
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hukum). Secara terori dan praktis ketiganya merupakan unsur yang terpisah dan
berbeda satu sama lain. Seseorang dinyatakan telah melanggar hukum pidana apabila
perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dan bertentangan dengan norma hukum
Hukum Pidana. Ketentuan ini tertuang dalam pasal 1 ayat 1: “Tiada suatu perbuatan
boleh dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang, yang
Ketentuan pasal ini menegaskan bahwa hukum pidana Indonesia menganut asas
legalitas. Pada dasarnya asas legalitas lazim disebut juga dengan terminologi
facto laws”. Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi: “Tiada suatu peristiwa
mendahuluinya.” (Geen feit is strafbaar dan uit kracht van een daaran voorafgegane
P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru,
2
dapat menjadi subyek hukum karena 1) memiliki hak dan kewajiban, 2) memiliki
kecakapan hukum, dan 3) diakui secara sah oleh hukum. Permasalahan yang kita
temukan akan berbeda bila kitamembicarakan tentang korporasi karena pada saat ini,
daripenjatuhan sanksi pelanggaran dan kejahatan. Jadi sangat tidak beralasan apabila
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
3
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Yarsif Watampone, Jakarta, 2005, hlm. 41
dan:Andi Hamzah, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana, Paper Panel Diskusi 27 tahun KUHAP, Indonesia Room, Hotel
Shangri-La, Jakarta, 26 Nopember 2008, hlm. 12
2
A. Pegertian Korporasi
Kata korporasi secara etimologis dikenal dari beberapa bahasa, yaitu Belanda
Korporasi dilihat dari bentuk hukumnya dapat diberi arti sempit maupun
arti luas. Menurut arti sempit, korporasi adalah badan hukum. Dalam arti luas
Dalam artinya yang sempit, yaitu sebagai badan hukum, korporasi merupakan
badan hukum yang keberadaan dan kewenangannya untuk dapat atau berwenang
melakukan perbuatan hukum diakui oleh hukum perdata. Artinya hukum perdatalah
yang mengakui keberadaan korporasi dan memberikannya hidup untuk dapat atau
berwenang melakukan figur hukum. Demikian juga halnya dengan matinya korporasi
Keberadaan suatu korporasi sebagai badan hukum tidak lahir begitu saja. Artinya
korporasi sebagai suatu badan hukum bukan ada dengan sendirinya, akan tetapi harus
ada yang mendirikan, yaitu pendiri atau pendiri-pendirinya yang diakui menurut
korporasi. Menurut hukum perdata, yang diakui memiliki kewenangan hukum untuk
Seperti halnya dalam hal matinya suatu korporasi. Suatu korporasi hanya dapat
dinyatakan mati apabila dinyatakan mati oleh hukum perdata, yaitu tidak ada lagi
3
keberadaan atau eksistensinya (berakhir) sehingga karena tidak ada lagi, maka
dengan demikian korporasi tersebut tidak dapat lagi melakukan perbuatan hukum
atau dalam istilah hukumnya dikatakan bahwa korporasi tersebut mati atau bubar.
Korporasi menurut hukum pidana indonesia tidak sama dengan pengertian korporasi
dalam hukum perdata. Pengertian korporasi menurut hukum pidana lebih luas
hukum, yaitu yang dapat atau yang berwenang melakukan perbuatan hukum dalam
bidang hukum perdata, misalnya membuat perjanjian, terdiri atas dua jenis, yaitu
orang perseorangan (manusia atau natural person) dan badan hukum (legal person).
korporasi menurut hukum perdata ialah badan hukum (legal person). Namun dalam
hukum pidana pengertian korporasi tidak hanya mencakup badan hukum, seperti
perseroan terbatas, yayasan, koperasi, atau perkumpulan yang telah disahkan sebagai
badan hukum yang digolongkan sebagai korporasi, menurut hukum pidana, firma,
korporasi. Selain itu yang juga dimaksud sebagai korporasi menurut hukum pidana
adalah sekumpulan orang yang terorganisasi dan memiliki pimpinan dan melakukan
usaha atau kegiatan sosial yang dilakukan oleh pengurusnya untuk dan atas nama
4
Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak18 dan
kewajiban19 untuk bertindak dalam hukum. Sementara Obyek hukum adalah segala
sesuatu berguna bagi subyek hukum oleh subyek hukum. Berdasarkan pengertian ini
dapat ditelaah lebih jauh tentang korporasi sebagai subyek hukum pidana.
Korporasi mulai memasuki lingkup Hukum Pidana sebagai subyek hukum sejak
munculnya fenomena corporate crime. Fenomena ini mulai muncul di negara maju
separate legal personality from the natural persons that manage its activities), or by
Tindak kejahatan yang dilakukan Korporasi ini sendiri sering terjadi dalam skala
besar dan merugikan masyarakat. Seperti yang dikutip dari The Law Reform
society, and the impact of their actions on a much wider group of people than are
affected by individual action, the potential for both economic and physical harm
Pidana.
pidana korporasi dalam arti belum mengenal korporasi sebagai subjek tindak pidana,
4
Wikipedia, the free encyclopedia, Corporate Crime
5
namun beberapa undang-undang khusus di luar KUHP telah mengenal korporasi
KUHP yang telah mengatur korporasi sebagai subjek tindak pidana antara lain,
No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, Undang-Undang No. 6 Tahun 1984 tentang
Pos, Undang-Undang No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan sebagaimana yang telah
1992 tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No.
10 Tahun 1998, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-
2001, Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
ketentuan umum KUHP jelas tidak mencantum koorporasi sebagai subyek hukum.
6
Namun dalam beberapa perundangan-undangan di luar KUHP mencantum korporasi
kondisi-kondisi yang akan meletakan korporasi sebagai pelaku sebuah tindak pidana,
korporasi nampak dengan jelas dan perbuatan itu dilakukan oleh agen
7
dewan direksi atau oleh agen pimpinan puncak yang bertindak atas nama
c) Apabila tindak pidana itu berhubungan dengan bidang usaha korporasi yang
korporasi dalam hukum pidana, yaitu : (1) Pengurus korporasi sebagai pembuat dan
Bertanggungjawab
8
pertanggungjawaban pidana dikarenakan korporasi tidak memiliki kalbu dan
tidak pula memiliki guilty mind, pengurus korporasilah yang memiliki kalbu
untuk itu menjadi beban dari pengurus badan usaha (korporasi) tersebut. Secara
pengurus, asal saja dinyatakan dengan tegas dalam peraturan itu. Sistem
hal korporasi sebagai badan usaha yang dapat dijadikan pelaku kejahatan telah
9
menurut hukum pidana. Hal-hal yang dapat dipakai sebagai alasan-alasan
Kedua, dengan hanya memidana pengurusnya saja, tidak atau belum ada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpula
5
Reksodiputro B Mardjono, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana
Korporasi, Semarang, FH UNDIP, 1989, hal 9
10
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
hukum).
Karena di dalamnya terdapat hak dan kewajiban yang diberikan oleh hukum,
Daftar Pustaka
1996, hlm. 27
11
P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru,
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Yarsif Watampone, Jakarta, 2005, hlm.
Undang Hukum Acara Pidana, Paper Panel Diskusi 27 tahun KUHAP, Indonesia
http://jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/aldaulah/article/download/82/67
12