Anda di halaman 1dari 17

BENTUK-BENTUK PERJANJIAN ATAU KONTRAK

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum dan Etika Bisnis
Islam
Dosen Pengampu : Muhammad Adam HR, S.H.I., M.H

Kelompok 1:
Anisa Nur Rahma
Bhagas Rhevansha Aqbil P
Nurafni
Maulana Arif Hidayatullah
Dellia Amanda Calista

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

1
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah atas segala
nikmat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang tiada kira besarannya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Bentuk-bentuk Perjanjian
Atau Kontrak” ini. Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar
Hukum Etika Bisnis Islam. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini. Nabi
yang kita tunggu syafaatnya nanti di hari kiamat. Amin.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Wassallamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 20 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
KATA PENGANTAR ...........................................................................................2
DAFTAR ISI .........................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4-5
A. LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................4
B. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN ...........................................................................5
BAB II....................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................6-15
A. PENGERTIAN........................................................................................6-7
B. SUBYEK DAN OBYEK PERJANJIAN...............................................7-9
C. ASAS-ASAS PERJANJIAN.................................................................9-10
D. BENTUK-BENTUK PERJANJIAN.................................................11-12
E. PRESTASI DAN WANPRESTASI....................................................12-
15
F. PELAKSANAAN PEMBATALAN
PERJANJIAN…………………………………….……………………..15

BAB III................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................16
A. KESIMPULAN.......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHP) “ perjanjian adalah suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih ”. Perjanjian
merupakan suatu perbuatan hukum. Selain perjanjian, kita juga mengenal istilah
kontrak. Dalam pengertian yang luas kontrak adalah kesepakatan yang
mendefinisikan hubungan antara dua pihak atau lebih.
Baik perjanjian maupun kontrak melibatkan setidaknya dua pihak atau
lebih dan mengikat para pihak ke dalam suatu hubungan hukum perikatan. Istilah
kontrak lebih sering digunakan dalam praktik bisnis. Karena jarang sekali orang
melakukan praktik bisnis secara asal-asalan, maka kontrak bisnis dibuat secara
tertulis, sehingga kontrak dapat juga disebut sebagai perjanjian yang dibuat secara
tertulis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian dan kontrak ?
2. Apa saja subjek dan objek perjanjian ?
3. Apa saja asas-asas perjanjian ?
4. Apa saja syarat sah perjanjian ?
5. Apa saja bentuk dari perjanjian ?
6. Apa saja prestasi dan wanprestasinya ?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami apa itu perjanjian dan kontrak
2. Mengetahui apa saja subjek dan objek perjanjian
3. Mengetahui apa saja asas-asas perjanjian
4. Mengetahui apa saja syarat sah perjanjian
5. Mengetahui apa saja bentuk dari perjanjian
6. Mengetahui apa saja prestasi dan wanprestasinya

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kontrak atau Perjanjian


Pasal 1313 KUHP “ perjanjian adalah suatu perbuatan yang
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih ”
Menurut Prof. Subekti perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa di
mana ada seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa ini, timbullah
suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan “perikatan”.
Oleh karena itu perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua orang
yang membuatnya" (R. Subekti; 1996).

Menurut Salim H.S., S.H., M.S perjanjian atau kontrak merupakan


hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum yang satu
berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban
untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.

Mariam Darus Badrulzaman menerangkan kontrak adalah "Sebuah


Perbuatan hukum yang menimbulkan perikatan, yaitu hubungan hukum
yang terjadi di antara dua orang atau lebih, yang terletak di dalam
lapangan kekayaan di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak
lainnya wajib memenuhi prestasi" (Mariam Darus Badrulzaman; 1980;3).
Dengan demikian hubungan antara perjanjian dengan kontrak merupakan
sumber perikatan yang mengandung hukum yang bersumber dari undang-

6
undang. Di mana salah satu pihak berhak atas prestasi yang telah
disepakati dan yang lainya memenuhi prestasi tersebut.

B. Subjek Dan Objek Perjanjian


Subjek Hukum merupakan segala sesuatu yang dapat menanggung hak dan
kewajiban. Subjek hukum biasanya adalah manusia dan badan hukum.
Maka dari itu subjek hukum dapat melakukan perbuatan hukum. Akan
tetapi tidak semua subjek hukum dapat melakukan perbuatan hukum,
sebagai contoh manusia yang kehilangan akalnya tidak bisa melakukan
perbuatan hukum.

Dalam setiap perjanjian terdapat 2 macam subjek yaitu :


a. Subjek Hukum Seorang Manusia
Manusia sebagai subjek hukum pada dimulai sejak orang itu
dilahirkan, terkecuali ( Pasal 2 KUHP ) “ Anak yang ada dalam
kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah
dilahirkan bilamana kepentingan anak menghendaki.
Sedangkan, jika meninggal ketika dilahirkan maka akan
dianggap tidak pernah ada ”. Semua manusia dapat dijadikan
subjek hukum, pada masa lalu tidak semua manusia menjadi subjek
hukum hal ini dikarenakan dengan adanya perbudakan manusia.
Pada masa ini perbudakan sudah dilarang seiring dengan
banyaknya gerakan-gerakan hak asasi manusia (HAM) yang
diperjuangkan di berbagai belahan dunia yang didasari oleh
memberlakukan Magna Charta. Di Indonesia sendiri,
memperlakukan ketentuan mengenai hak asasi manusia (HAM)
tersebut telah masuk di dalam UUD 1945.
Menurut Prof. Subekti, Subjek hukum adalah “pembawa hak atau
subjek di dalam hukum, yaitu orang.”

7
- Yang membuat perjanjian harus memenuhi syarat umum atau
sanggup melakukan perbuatan hukum tersebut.
- Dalam membuat perjanjian tidak ada paksaan dari pihak mana
pun, unsur penipuan, maupun kekhilafan.

b. Badan Hukum

Badan hukum merupakan perkumpulan orang-orang yang dibentuk


oleh hukum. Badan hukum dapat bertindak secara hukum seperti
halnya manusia. Karena badan hukum dapat membuat perjanjian.
Badan dibedakan menjadi dua :

1. Badan hukum publik yaitu badan hukum yang didirikan secara


publik untuk kepentingan secara umum dan banyak orang. Badan
hukum ini dibentuk oleh negara berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Contohnya BUMN UU No. 19 tahun 2003
2. Badan hukum privat yaitu badan hukum yang didirikan secara
perdata yang menyangkut kepentingan dan keuntungan sebuah
kelompok. Berbeda dengan badan hukum publik yang tidak
mengambil sebuah keuntungan. Contohnya Perseroan Terbatas,
Badan Amal, Partai Politik.

Objek hukum mencakup segala sesuatu yang berguna dan dapat dikuasai
secara hukum. Objek inilah yang nantinya akan menjadi sumber masalah
hukum dari subjek hukum.
Sehingga yang dapat menjadi objek perjanjian antara lain:
a. Barang-barang yang akan ada dikemudian hari (Pasal 1334 ayat (2)
KUH Perdata)
b. Barang yang dapat diperdagangkan (Pasal 1332 KUH Perdata)
c. Barang yang dapat ditentukan jenisnya ( Pasal 1333 KUH Perdata)

8
Barang yang tidak dapat dijadikan objek perjanjian antara lain :

a. Benda diluar perdagangan. Contohnya senjata api


b. Warisan yang belum sah
c. Benda dalam perlindungan hukum. Contohnya hewan yang
dilindung, narkoba

C. Asas-asas Perjanjian
Asas hukum menurut Mohammad Daud Ali adalah kebenaran yang
digunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan pendapat, terutama dalam
penegakan dan pelaksanaan hukum. Misalnya asas hukum pidana menjadi
tolak ukur dalam pelaksanaan hukum pidana.

Yang berarti asas hukum merupakan aturan dasar dan prinsip-prinsip yang
pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan
hukum.
Dalam KUH Perdata terdapat 5 asas dalam membuat sebuah perjanjian
yang menjadi hak dan kewajiban untuk dipenuhi oleh para pihak.
1. Asas Kebebasan Berkontrak
- Membebaskan semua orang untuk membuat perjanjian.
- Membebaskan untuk membuat isi perjanjian
- Menentukan bentuk perjanjian
Selama tidak melanggar hukum, kesusilaan, dan ketertiban umum

2. Asas Kepastian Hukum


Semua pihak yang membuat perjanjian ini wajib memenuhi hak
dan kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.
Karena perjanjian tersebut berisi janji-janji yang mengikat kedua

9
belah pihak sebagaimana undang-undang. Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata.
3. Asas Kepribadian
Perjanjian ini hanya berlaku bagi mereka yang memiliki
kesepakatan. Orang yang terlibat di dalamnya hanya bisa mewakili
dirinya sendiri, tidak bisa mewakilkan atau diwakilkan oleh pihak
lain. Asas ini mengikat orang secara personal dan tidak mengikat
pihak lain yang tidak memiliki kepentingan di dalamnya.
4. Asas Itikad Baik
Dalam membuat perjanjian ini semua pihak terkait diharapkan
memiliki kejujuran, keterbukaan, dan rasa saling percaya. Asas ini
tertuang dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi “ semua
persetujuan yang dibuat dengan undang-undang berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya ”.
Semestinya tidak hanya di asas ini saja tapi semua asas harus
memiliki itikad baik dari pelakunya.
5. Asas Konsensualisme
Dalam asas ini sebuah perjanjian muncul saat terjadi sebuah
kesepakatan. Oleh sebab itu jika kedua belah pihak telah sepakat,
maka lahirlah perjanjian, walaupun perjanjian yang dibuat belum
dilaksanakan pada saat itu juga. Hal ini juga berarti bahwa telah
timbulnya hak dan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi
perjanjian tersebut.

D. Bentuk-Bentuk Perjanjian

Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu perjanjian


tertulis dan perjanjian lisan.

10
Perjanjian tertulis (kontrak) merupakan alat bukti yang sengaja dibuat
untuk sebuah kepentingan, sehingga apabila ada salah satu pihak yang
melanggar ataupun merasa dirugikan bisa mengajukan tuntutan kepada
pihak lainnya. Untuk perjanjian tertulis memiliki 3 macam bentuk, yaitu :

1. Perjanjian Dibawah Tangan

Perjanjian yang hanya ditandatangani oleh para pihak yang berwenang


saja. Perjanjian ini dapat dibuat tanpa perantara seorang pejabat umum.

2. Perjanjian Dengan Saksi Notaris

Perjanjian ini dilakukan dengan adanya saksi notaris untuk melegalisir


tanda tangan para pihak. Kesaksian notaris disini tidak bisa dijadikan
sebagai kekuatan hukum dari isi perjanjian. Apabila ada pihak yang ingin
menyangkal, pihak tersebut harus bisa membuktikan penyangkalannya.

3. Perjanjian Dibuat Dihadapan dan Oleh Notaris

Perjanjian ini dilakukan dan dibuat oleh seorang notaris dalam bentuk akta
notaris. Akta Notaris menurut Pasal 1 no. 7 UUJN adalah akta otentik
yang dibuat oleh atau dihadapan notaris, menurut bentuk dan tata cara
yang ditetapkan dalam UU. Pejabat yang berwenang itu adalah notaris,
camat, PPAT dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat bukti yang
sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak ketiga.

Bisa disimpulkan bahwa perjanjian yang dilakukan oleh notaris adalah


perjanjian yang kuat secara hukum dan dapat dipertanggungjawabkan juga
secara hukum.

Perjanjian lisan adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak secara lisan
saja. Perjanjian secara lisan juga sah dan mengikat secara hukum bagi para
pihak yang membuatnya ( Pasal 1338 KUH Perdata ). Apabila penggugat
ingin membuktikan adanya perjanjian secara lisan ke pengadilan, maka
penggugat tersebut harus mengajukan alat bukti saksi yang dapat

11
menerangkan adanya perjanjian tersebut. Tetapi dalam Pasal 1905
KUHPerdata seorang saksi saja tidak cukup harus ada alat bukti lain agar
dapat dipercaya. Artinya agar gugatan kita sah harus memberikan paling
sedikit dua orang saksi, atau satu orang saksi disertai dengan alat bukti
yang lain.

E. Prestasi dan Wanprestasi

Pengertian prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam
setiap perikatan. Prestasi sama dengan objek perikatan. Dalam hukum
perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta
kekayaan debitur. Dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata dinyatakan
bahwa semua harta kekayaan debitur baik bergerak maupun tidak bergerak,
baik yang sudah ada maupun yang akan datang, menjadi jaminan
pemenuhan hutangnya terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum ini dapat
dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan
dalam perjanjian antara pihak-pihak.

Menurut Pasal 1234 KUHPerdata wujud prestasi ada tiga, yaitu :

a. Memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu
c. Tidak berbuat sesuatu.

Menurut Pasal 1235 ayat (1) KUHPerdata, pengertian memberikan sesuatu


adalah menyerahkan kekuasaan nyata atas suatu benda dari debitur kepada
kreditur, contoh : dalam jual beli, sewa-menyewa, hibah, gadai, hutang-
piutang.

Dalam perikatan yang objeknya “berbuat sesuatu”, debitur wajib


melakukan perbuatan tertentu yang telah ditetapkan dalam perikatan,
contoh : membangun rumah / gedung, mengosongkan rumah.

12
Dalam perikatan yang objeknya “tidak berbuat sesuatu”, debitur tidak
melakukan perbuatan yang telah ditetapkan dalam perikatan, contoh : tidak
membangun rumah, tidak membuat pagar, tidak membuat perusahaan
yang sama, dsb.

Sifat-sifat prestasi adalah sebagai berikut :

1. Harus sudah tertentu dan dapat ditentukan. Jika prestasi tidak


tertentu atau tidak ditentukan mengakibatkan perikatan batal
(nietig).
2. Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitur
secara wajar dengan segala usahanya. Jika tidak demikian
perikatan batal (nietig).
3. Harus diperbolehkan (halal), artinya tidak dilarang oleh undang-
undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum. Jika prestasi itu tidak halal, perikatan batal (nietig).
4. Harus ada manfaat bagi kreditur, artinya kreditur dapat
menggunakan, menikmati, dan mengambil hasilnya. Jika tidak
demikian, perikatan dapat dibatalkan (vernietigbaar).
5. Terdiri dari satu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika prestasi
terdiri dari satu perbuatan dilakukan lebih dari satu, mengakibatkan
pembatalan perikatan (vernietigbaar)

Pengertian Wanprestasi adalah tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan


sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perikatan. Faktor yang penyebab
wanprestasi ada dua, yaitu :

1. Karena kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun karena


kelalaian.
2. Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, jadi di luar
kemampuan debitur. Debitur tidak bersalah.

Untuk menentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan


wanprestasi, ada tiga keadaan yaitu :

13
1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali,
2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru,
3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktu atau terlambat.

Untuk memperingatkan debitur agar ia memenuhi prestasinya, maka


debitur perlu diberikan peringatan tertulis yang isinya menyatakan debitur
wajib memenuhi prestasi dalam waktu yang ditentukan. Jika dalam waktu
itu debitur tidak memenuhinya maka debitur dinyatakan wanprestasi.

Peringatan tertulis dapat dilakukan secara resmi : dilakukan melalui


Pengadilan Negeri yang berwenang dengan perantaraan Jurusita
menyampaikan surat peringatan tersebut kepada debitur disertai berita
acara penyampaiannya. Dan dapat juga secara tidak resmi : misalnya
melalui surat tercatat, telegram atau disampaikan sendiri oleh kreditur
kepada debitur dengan tanda terima. Surat peringatan ini disebut
“ingebrekestelling”.

Akibat Hukum Wanprestasi

Akibat hukum bagi debitur yang melakukan wanprestasi adalah sebagai


berikut :

a. Debitur wajib membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh


kreditur (Pasal 1243 KUHPdt).
b. Apabila perikatan timbal balik, kreditur dapat menuntut
pembatalan perikatan melalui Hakim (Pasal 1266 KUHPdt).
c. Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada
debitur sejak terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPdt).
d. Debitur wajib memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau
pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267
KUHPdt).
e. Debitur wajib membayar biaya perkara, jika diperkarakan di
Pengadilan Negeri dan debitur dinyatakan bersalah.

14
F. Pelaksanaan dan Pembatalan Perjanjian

Pelaksanaan perjanjian yaitu pemenuhan hak kewajiban yang telah


dijanjikan oleh para pihak agar tercapainya tujuan bersama. Perjanjian
yang telah dibuat sifatnya mengikat para pihak, perjanjian tersebut tidak
boleh dibatalkan dan diubah secara sepihak.

Perjanjian dapat dibatalkan secara sepihak karena :

1. Adanya pelanggaran yang tidak dapat diperbaiki atau melebihi


jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Perintah pengadilan.
3. Terlibat perbuatan hukum.
4. Tidak lagi memiliki lisensi, kecakapan atau wewenang dalam
melaksanakan perjanjian

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada banyak pengertian mengenai perjanjian yang dikemukakan oleh para ahli,
tetapi perbedaan pendapat tersebut hal yang wajar. Secara garis besar bisa diambil
kesimpulan bahwa perjanjian merupakan sumber perikatan. Perjanjian juga
merupakan persetujuan dikarenakan pihak-pihak yang terkait didalamnya setuju
untuk melakukan suatu kegiatan hukum. Di Dalam perjanjian juga terdapat asas-
asas serta unsur lainnya yang memperkuat suatu perjanjian serta mendukung
terciptanya sebuah tujuan bersama.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.reyfelproject.com/post/subjek-dan-objek-hukum

https://www.jurnalhukum.com/asas-asas-hukum/
https://ojs.unud.ac.id › index.php › article\

https://www.legalakses.com › asas-asas-perjanjian

http://equityjusticia.blogspot.com/2013/09/badan-hukum-sebagai-subjek-hukum.html

https://litigasi.co.id/posts/kontrak-menurut-ahli
https://www.academia.edu/37799328/
Makalah_Hukum_Bisnis_Kontrak_atau_Perjanjian
https://www.coursehero.com/file/pt461a2/Benda-dalam-perdagangan-dan-diluar-
perdagangan-Pasal-537-1444-dan-1445/

https://dspace.uii.ac.id › bitstream › handle

http://repository.umy.ac.id › bitstream › handle

Pasal 1334 ayat (2) KUH Perdata


Pasal 1332 KUH Perdata
Pasal 1333 KUH Perdata
Pasal 1338 KUH Perdata

17

Anda mungkin juga menyukai