Hukum Perikatan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum perdata
Anggota kelompok:
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena nikmat iman dan nikmat islam nya kita dapat
menyelesaikan tugas makalah pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurah ruah-
kan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,kepada para
sahabatnya dan kepada para pengikutnya.
Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk
mata kuliah Fiqh Siyasah dengan judul (Ketepatan dalam menjelaskan terkait Hukum
Perikatan)
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahakan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dan pendidikan.
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
I.1 Latar Belakang..............................................................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
II.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
II.1 Perikatan......................................................................................................................................6
II.1.1 Dasar Hukum Perikatan............................................................................................................7
II.1.2 Asas-asas dalam hukum perjanjian...........................................................................................7
II.2 Wanprestasi.................................................................................................................................8
II.2.1 Akibat-akibat wanprestasi........................................................................................................9
II.2.2 Jenis-jenis resiko.......................................................................................................................9
II.3 Hapusnya Perikatan...................................................................................................................10
II.4 Memorandum of Understanding (MoU)....................................................................................10
II.4.1 Ciri-Ciri Memorandum of Understanding...............................................................................11
II.4.2 Alasan-alasan Memorandum of Understanding.....................................................................11
II.4.3 Tujuan Memorandum of Understanding................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................13
III.1 Kesimpulan...............................................................................................................................13
III.2 Saran.........................................................................................................................................13
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan bermasyarakat setiap subjek hukum yakni orang maupun badan
hukum selalu berhadapan dengan berbagai aturan maupun norma, baik yang bersifat formal
maupun nonformal. Aturan sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat agar hubungan
antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib dan berjalan baik.
Sebagai makhluk sosial setiap manusia selalu mengadakan hubungan dengan manusia
lainnya. Hubungan ini terjadi sejak manusia dilahirkan sampai meninggal dunia. Timbulnya
hubungan antar manusia secara kodrati artinya makhluk hidup sebagai manusia itu
dikodratkan untuk selalu hidup bersama, menimbulkan satu jenis hukum yang ketentuanya
mengatur tentang kehidupan dan dinamakan hukum perdata. Segala sesuatu tentang
kehidupan manusia diatur dalam kitab undang-undang hukum perdata (KUHPer). Didalam
KUHPer terdapat 4 buku yakni buku pertama mengenai orang, buku kedua mengenai benda,
buku ketiga mengenai perikatan dan buku keemapt mengenai pembuktian dan daluarsa.
Didalam sistem pengaturan hukum perikatan dalam buku III KUHPer menganut
sistem terbuka, yakni setiap orang dapat mengadakan perjanjian mengenai apapun sesuai
dengan kehendaknya, artinya dapat menyimpang dari apa yang telahh ditetapkan dalam buku
III KUHPer baik mengenai bentuk maupun isi perjanjian sepanjang tidak bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Untuk itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai buku III KUHPer mengenai
perikatan yang terjadi antara para pihak.
PEMBAHASAN
II.1 Perikatan
Perikatan adaah hubungan hukum yang terjadi diantara dua orang atau lebih yakni
pihak yang satu berhak atas prestais dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi begitu juga
sebaliknya.
Dalam bahsa belanda perikatan disebut verbintenissenrecht. Namun terdapat perbedaan
drai beberapa ahli hukum dalam memberikan istialah hukum perikatan misalnya Wirjono
Prodjodikoro. Menurut Wirjono dalam bukunya Asas-asa hukum perjanjian (bahas belanda:
het verbintenissenrecht) jadi, verbintenissenrecht oleh Wirjono diterjemahkan menjadi
hukum perjanjian bukan hukum perikatan. Sedangkan menurut R. Subekti menulis hukum
perikatan (verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian, sebab dalam
buku III KUHPer memuat tentang perikatan yang timbul dari:
Persetujuan atau perjanjian;
Perbuatan yang melanggar hukum;
Pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan
(zaakwaarnemiing)
Perjanjian dalam bahasa Belanda disebut overeenkomst, sedangkan hukum perjanjian
disebut overeenkomstenrecht. Sementara itu, pengertian perikatan lebih luas dari perjanjian,
perikatan dapat terjadi karena:
1) Perjanjian (kontrak), dan
2) Bukan dari perjanjian (dari undang-undang)
Perjanjian adalah peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak yang lain
untuk melaksanakan suatu hal. Dari perjanjian ini maka timbul suatu peristiwa berupa
hubungan hukum antara kedua belah pihak, hubungan hukum ini dinamakan sebagai
perikatan.
Dengan kata lain, hubungan perikatan dengan perjanjian adalah perjanjian yang
menimbulkan perikatan. Perjanjian merupakan salah satu sumber yang paling banyak
menimbulkan perikatan karena hukum perjanjian menganut sistem terbuka. Oleh karena itu,
setiap anggota masyarakat bebas untuk mengadakan perjanjian.
II.1.1 Dasar Hukum Perikatan
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUHPer terdapat tiga sumber adalah sebagai berikut:
1) Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)
2) Perikatan yang timbul dari undang-undang
Perikatan yang timbul dari undang-undang dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Perikatan karena undang-undang semata, misalnya kewajiban orang tua untuk
memelihara dan mendidik anak-anak yaitu hukum kewarisan
Perikatan yang tejadi karena undang-undang akibat perbuatan manusia
menurut hukum terjadi karena perbuatan yang diperbolehkan (sah) dan yang
bertentangan dengan hukum (tidak sah).
3) Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi karena perbuatan melanggar hukum
(onrechmatige daad) dan perwakilan sukarela (zaakwaarneming).
Pada hakikatnya MoU merupakan suatu perjanjian pendahuluan yang nantinya akan
diikuti dan dijabarkan dalam perjanjian pendahuluan nantinya akan diikuti dan dijabarkan
dalam perjanjian lain yang mengaturnya secara lebih detail. Oleh karena itu MoU hanya
berisikan hal-hal pokok saja. Dengan demikian MoU harus memenuhi syarat-syarat sahnya
suatu perjanjian, yakni dalam pasal 1320 KUHPer.
Jika ingin mencari alasan yuridis untuk berlakunya MoU tidak terlalu sulit, hal ini
dikarenakan dalam hukum perjanjian kita menganut asas kebebasan berkontrak berdasarkan
pasal 1338 ayat 1 KUHPer yang diartikan bahwa apa pun yang dibuat sesuai kesepakatan
kedua belah pihak merupakan hukum yang berlaku baginya sehingga mengikat kedua belah
pihak tersebut, kecuali jika perjanjian itu bertentangan dengan hukum yang berlaku.
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Perikatan adaah hubungan hukum yang terjadi diantara dua orang atau lebih yakni
pihak yang satu berhak atas prestais dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi
begitu juga sebaliknya.
Wanprestasi timbul apabila salah satu pihak (debitur) tidak melakukan apa yang
diperjanjikan, misalnya ia alpa (lalai) atau ingkar janji.
Perikatan itu bisa dihapus jika memenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan pasal 1381
KUHPer. Ada 10 cara penghapusan suatu perikatan salah satunya seperti pembayaran
yang merupakan setiap pemenuhan perjanjian secara sukarela
Memorandum of Understanding merupakan suatu perjanjian pendahuluan yang
nantinya akan diikuti dan dijabarkan dalam perjanjian pendahuluan nantinya akan
diikuti dan dijabarkan dalam perjanjian lain yang mengaturnya secara lebih detail.
III.2 Saran
DAFTAR ISI