Anda di halaman 1dari 17

Pemahaman Tentang Kontrak Bagian 1

MAKALAH
Dirujukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Perancangan Kontrak dari

Dosen Muhamad Kholid, S.H., M.H.

Di Susun Oleh :

Alifa Angeliyana 1183050009

Fadli Nurjaman 1183050044

Fahira Ainun Nisa 1183050045

Faisal Maulana Irfan 1183050046

Ilmu Hukum 5A

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2020
Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala , karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh
perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh
getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada
waktunya.

Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas kelompok ini
tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas kelompok ini dengan baik.

Bandung, 03 Oktober 2020

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................0
Daftar Isi..........................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................2
Pendahuluan.....................................................................................................................................3
A. Latar belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................4
D. Metode Penulisan..................................................................................................................4
E. Sistematika penulisan...........................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
Pembahasan.....................................................................................................................................5
A. Hukum kontrak.....................................................................................................................5
B. Hubungan Kontrak dan Perikatan.........................................................................................6
C. Subjek dan objek kontrak.....................................................................................................8
D. Asas-asas hukum kontrak.....................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................15
Penutup..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15
Daftar Pustaka................................................................................................................................16

2
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Manusia hidup dan berkembang dalam suatu susunan masyarakat sosial yang mana di
dalamnya terdapat saling ketergantungan satu sama lain, seorang manusia tidak akan dapat
hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan orang yang lain untuk mendampingi hidupnya.
Berbicara mengenai kehidupan masyarakat tentu tidak terlepas dari yang namanya
kehidupan sosial, dalam struktur kehidupan bermasyarakat tentu terdapat berbagai hal yang
dianggap sebagai pengatur yang bersifat kekal, mengikat dan memiliki sanksi yang tegas
bagi para pelanggarnya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai hukum. Hukum yang kini akan
kita bahas merupakan hukum yang mengatur segala bentuk tindakan antar perseorangan atau
antar sesama manusia, hukum ini dapat kita sebut sebagai hukum perdata.
Dalam hukum perdata ini banyak sekali hal yang dapat menjadi cangkupannya, salah
satunya adalah perjanjian. Perjanjian diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata, yaitu “suatu
perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih”. Berbeda dengan perikatan yang merupakan suatu hubungan hukum, perjanjian
merupakan suatu perbuatan hukum. Perbuatan hukum itulah yang menimbulkan adanya
hubungan hukum perikatan, sehingga dapat dikatakan bahwa perjanjian merupakan sumber
perikatan.
Disamping perjanjian, Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan.
Bahkan sebagian ahli hukum menempatkan sebagai bagian dari hukum perjanjian karena
kontrak sendiri ditempatkan sebagai perjanjian tertulis. Baik perjanjian maupun kontrak
mempunyai pengertian yang sama, yaitu suatu perbuatan hukum untuk saling mengikatkakn
para pihak kedalam suatu hubungan hukum perikatan.
Dalam prakteknya, istilah kontrak selalu digunakan dalam dunia bisnis. Karena jarang
sekali orang menjalankan bisnisnya secara asal-asalan, maka kontrak-kontrak bisnis
biasanya dibuat secara tertulis, sehingga kontrak dapat juga sebagai perjanjian yang dibuat
secara tertulis.

3
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kontrak?
2. Bagaimana hubungan kontrak dan perikatan?
3. Apa saja subyek dan obyek dari kontrak?
4. Apa saja asas-asas hukum kontrak?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui arti penting dari kontrak.
2. Mengetahui hubungan kontrak dan perikatan.
3. Mengetahui subyek dan obyek kontrak.
4. Mengetahui asas-asas hukum kontrak.

D. Metode Penulisan
Untuk membahas pada makalah ini, kami menggunakan metode deksriftif, yaitu pemaparan atau
penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci.

E. Sistematika penulisan
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Sistematika Penulisan.

BAB II : Pembahasan, terdiri dari : Hukum Kontrak, Hubungan Kontrak dan Perikatan, Subjek
dan Objek Kontrak, dan Asas-asas Kontrak.

BAB III : Penutup, terdiri dari Kesimpulan.

4
BAB II

Pembahasan

A. Hukum kontrak
Kontrak adalah perjanjian atau kesepakatan antara dua pihak yang menimbulkan pengikatan
antara keduanya untuk melaksanakan apa yang telah diperjanjikan. 1 Suatu kontrak lahir atas
kesepakatan dari kedua belah pihak yang berisi sekumpulan ketentuan yang nantinya harus
ditaati oleh para pihak. Kontrak itu sendiri menimbulkan hak dan kewajiban di masing- masing
pihak. Hak dan kewajiban itu sendiri timbul selaras dengan tuntutan tercapainya suatu prestasi.

Prestasi adalah suatu pelaksanaan hak dan/atau perjanjian yang tertulis dalam suatu kontrak
dan mengikat bagi para pihak yang telah mengikatkan diri atas kontrak tersebut. Bab II Buku III
KUHPerdata Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian. Hal tersebut jelas terlihat dalam
judul Bab II Buku III KUHPerdata, yakni “Van verbintenissen die uit contract of overeenkomst”
(Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Perjanjian). Kontrak dapat dipersamakan dengan
perjanjian dimana keduanya memiliki unsur-unsur yang sama yaitu adanya perbuatan/tindakan
manusia, kata sepakat dari para pihak, mengikat bagi para pihak, dan menimbulkan akibat
hukum berupa hak dan kewajiban.2

Adapun kontrak menurut Salim H.S yaitu hubungan hokum antara subjek hokum yang lain
dalam bidang harta kekayaan. Subjek hokum yang satu berhak atas prestasi dan begitu pula
subjek hukum yang lain yang berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang
telah disepakati.

Dan menurut Carles L. Knaapdan Nathan M.Crystal, kontrak adalah suatu persetujuan antara
dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secar bersama-sama saling
pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau kedua dari
mereka. 3

1
Soedjono Dirdjosisworo, Misteri dibalik Kontrak Bermasalah, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm. 6.
2
Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan (Bagian Pertama), FH UII Press,
Yogyakarta, 2014, hlm. 58.
3
Ahmad Miru, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Rajawali Pers,Depok, 2020, hlm. 3

5
Berdasarkan pengertian kontrak yang telah disebutkan, bahwa kontrak didefinisikan sebagai
suatu perbuatan hukum yang diciptakan dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan hukum
oleh persesuaian kehendak yang menyatakan maksud bersama yang interdependen dari dua atau
lebih pihak untuk menciptakan akibat hukum untuk kepentingan satu pihak, kedua belah pihak,
dan juga pihak lain. Kontrak merupakan golongan dari “perbuatan hukum,” perbuatan hukum
yang dimaksud adalah suatu perbuatan yang menghasilkan akibat hukum dikarenakan adanya
niat dari perbuatan satu orang atau lebih. Sehingga dapat dikatakan bahwa beberapa perbuatan
hukum yang bersifat multilateral adalah kontrak.

F. Hubungan Kontrak dan Perikatan


Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang yang lain
atau dimana dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dengan begitu,
timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya dalam berupa suatu rangkaian
perkataan yang mengandung kesanggupan-kesanggupan atau janji-janji yang di ucapakan atau di
tulis.

Ditegaskan kembali dalam pasal 1313 KUHPer menyatakan bahwa, Suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap ssatu
orang atau lebih. Subekti memberikan definisi perjanjian sebagai suatu peristiwa di mana
seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.4

Perikatan itu sendiri adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang
satunya berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.

Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu
menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di samping sumber-sumber lain.
Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan
sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan itu adalah sama

4
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan, Cetakan
Kedelapan Belas, Jakarta: Pradnya Paramita, 1989. hal.1

6
artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena di tunjukan kepada perjanjian atau persetujuan
yang tertulis).

Atau dengan kata lain, hubungan hukum yang terjadi karena adanya kontrak (perjanjian
tertulis) tersebut dikatakan perikatan, karena kontrak tersebut mengikat para pihak yang terlibat
di dalamnya, yaitu adanya hak dan kewajiban yang timbul di dalamnya. Di mana apabila hak
tersebut tidak terpenuhi dan kewajiban tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut tidak akan
terjadi.

Seperti yang digambarkan oleh Hardijan Rusli5bahwa hubungan hukum yang terjadi, baik
karena perjanjian maupun karena hukum, dinamakan perikatan karena hubungan hukum tersebut
mengikat, yaitu kewajiban-kewajiban yang timbul dari adanya perikatan itu dapat
dipaksakan,secara hukum. Maksudnya ialah suatu perjanjian yang tidak mengikat atau tidak
dapat dipaksakan (unenforceable) adalah bukan perikatan.

Adapun perjanjian yang tidak mengikat, misalnya perjanjianperjanjian yang tidak


memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, seperti: A berkata kepada B, "Saya berjanji
akan memberi sepeda saya kepada kamu (B)." Memberi sepeda adalah janji A, dan hal ini dapat
disebut sebagai perjanjian, tetapi perjanjian ini tidak mengikat atau tidak sah karena perjanjian
ini tidak memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu tidak ada sebab atau consideration.
Sehubungan perjanjian ini tidak mengikat atau tidak sah, maka perjanjian ini tidak dapat
dilaksanakan secara paksa bila A tidak mau memenuhi janjinya.

Jadi, dalam suatu perjanjian yang mengikat (perikatan) minimal harus ada salah satu
pihak yang mempunyai kewajiban karena bila tidak ada pihak yang mempunyai kewajiban, maka
dikatakan tidak ada perjanjian yang mengikat. Hubungan hukum adalah hubungan yang
menimbulkan akibat hukum, yaitu hak dan kewajiban . Hubungan hukum yang berdasarkan
perjanjian/kontrak adalah hubungan hukum yang terjadi karena persetujuan atau kesepakatan
para pihaknya.

5
Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Cetakan Kedua, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996. hal.26

7
G. Subjek dan objek kontrak
1. Subyek Hukum Kontrak

Subyek hukum adalah setia makhluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh dan
menggunakan hak-hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Ada dua jenis subyek hukum,
yaitu manusia biasa (natuurlijke person) dan badan hukum (rechts person). Baik subyek hukum
yang berupa manusia biasa maupun badan hukum, kedua-duanya mempunyai wewenang untuk
memiliki, memperoleh dan menggunakan hak-hak serta kewajiban dalam lalu lintas hukum.

Manusia biasa (natuurlijke person) yang berkedudukan sebagai subyek hukum adalah
manusia yang mempunyai hak dan mampu menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum yang
berlaku. Setiap pribadi manusia sesuai dengan hukum dianggap cakap bertindak sebagai subyek
hukum kecuali dalam Undang-Undang dinyatakan tidak cakap.

Adapun yang dimaksud tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah sebagaimana
yang tertera dalam pasal 1330 KUH Perdata yang mennyatakkan ada tiga orang yang dianggap
tidak cakap, yaitu sebagai berikut:

1) Orang-orang yang belum dewasa (belum mencapai usia 21 tahun);


2) Orang yang berada di bawah pengampuan (curatele) yang terjadi karena gangguan
jiwa, pemabuk atau pemboros;
3) Perempuan dalam perkawinan yang berstatus sebagai istri. Khusus untuk poin yang
ketiga ini telah dihapus melalui SE MA No.03/1963 tanggal 4 Agustus 1963.

Adapun yang dimaksud badan hukum (rechts person) adalah badan perkumpulan yaitu
orang-orang (person) yang diciptakan oleh hukum. Badan hukum sebagai subyek hukum dapat
bertindak hukum (melakukan perbuatan hukum) sepertia manusia. Oleh karena itu badan hukum
dapat bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya.6

2. Obyek Hukum Kontrak

6
Tutik Nurul Jannah, 2013, Modul Mata Kuliah Hukum Kontrak Program Studi Perbankan Syariah Semester III
STAI Mathali’ul Falah. Hal: 13-14

8
Obyek dari kontrak adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditor dan
yang menjadi kewajiban debitor. Adapun macam-macam prestasi adalah:

1) Memberikan sesuatu;
2) Melakukan perbuatan; dan
3) Tidak melakukan perbuatan.

Wanprestasi atau ingkar janji adalah tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan
dalam kontrak yang dapat berupa:

1) Tidak melaksanakan sama sekali apa yang telah diperjanjikan dalam kontrak;
2) Melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan dalam kontrak, tetapi terlambat;
3) Melaksanakan apa yang telah diperjanjikan dalam kontrak, tetapi tidak sempurna; dan
4) Melakukan sesuatu yang harusnya tidak dilakukan.7

H. Asas-asas hukum kontrak

1. Pengaturan Tentang Asas Kontrak


Sumber hukum utama dari suatu kontrak yang berbentuk perundang-undangan adalah Pasal
1338 ayat 1 dan 3 KUH Perdata dan buku ketiga KUH Perdata.
1. Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yaitu akibat hukum dari setiap perjanjian yang memenuhi
syarat sahnya perjanjian maka mengikat sebagai peraturan/undang-undang bagi para pihak
yang terlibat dalam pembuatan kontrak tersebut.
2. Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata menegaskan bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik.
3. Bagian – bagian buku ketiga KUHPerdata terdiri dari 18 bab dan 631 pasal yang berkaitan
dengan kontrak adalah :
 Pengaturan tentang perikatan perdata,
 Pengaturan tentamng perikatan yang timbul dari kontrak,
 Perikatan tentang hapusnya perikatan,
 Pengaturan tentang kontrak – kontrak tertentu.

7
Ibid. Hal: 16

9
2. Macam-macam Asas Hukum Kontrak
1. Asas Kebebasan Kontrak
Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia.
Kebebasan berkontrak ini berlatar belakang pada paham individualisme yang secara
embrional lahir dalam zaman Yunani, diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang
pesat dalam zaman reinassance melalui antara lain ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes,
John Locke dan Rosseau. Puncak perkembangannya tercapai dalam periode setelah revolusi
Perancis8
Di Indonesia, Hukum Perdata sebagai induk Hukum Perjanjian, adalah hukum yang
mengatur kepentingan perseorangan. Falsafah negara Pancasila ini menampilkan ajaran
bahwa harus ada keselarasan keserasian dan keseimbangan antara penggunaan hak asasi
dengan kewajiban asasi. Dengan perkataan lain di dalam kebebasan terkandung “tanggung
jawab”9.Di dalam Hukum Perjanjian Nasional, asas kebebasan berkontrak yang bertanggung
jawab, yang mampu memelihara keseimbangan ini tetap perlu dipertahankan, yaitu
“pengembangan kepribadian” untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir dan
batin yang serasi, selaras dan seimbang dengan kepentingan masyarakat10.
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang
berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.” Asas ini adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada
para pihak untuk :
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
d. Menentukan bentuk perjanjian11

2. Asas Konsensualisme

8
Mariam Daurus Badrulzaman, et al., Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001), hlm. 84.
9
Ibid., hlm. 86
10
Ibid., hlm. 86-87
11
Salim H.S., Hukum Kontrak “Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak”, (Jakarta:Sinar Grafika, 2014), hlm.
9

10
Asas ini terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah
satu syarat sahnya perjanjian yaitu adanya kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas
konsensualisme ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak
diadakan secara formal, tetapi cukp dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.
Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua
belah pihak12.

3. Asas Pacta Sunt Servanda


Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 133 KUHPerdata, yang berbunyi: “Perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.” Asas ini merupakan asas bahwa
hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undng-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi
terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak13.
Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini
terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undang-undang bagi para
pihak14.

4. Asas Itikad Baik (Goede Trou)


Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas itikad baik merupakan asas bahwa
para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan subsransi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak15.
Asas itikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu asas itikad baik nisbi dan itikad baik
mutlak. Pada itikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari
subjek. Pada itikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat
ukuran yang objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-
norma yang objektif16

12
Ibid., hlm. 10.
13
Ibid.
14
Mariam Daurus Badrulzaman, et al., Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001), hlm. 88.
15
Salim H.S., Op. Cit., hlm. 10-11.
16
Ibid., hlm. 11

11
5. Asas Kepribadian
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini
dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata
berbunyi: “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian
selain untuk dirinya sendiri.” Inti dari ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan
perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang
membuatnya.” Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oelh para pihak hanya berlaku bagi
mereka yang membuatnya. Namun, ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana
diintrodusir dalam Pasal 1317 KUHPerdata, yang berbunyi: “Dapat pula perjanjian diadakan
untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau
suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.” Pasal ini
mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak
ketiga dengan suatu syarat yang ditentukan.
Sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri
sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh
hak daripadanya. Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan
pasal 1318 KUHPerdata mengatur tentang ruang lingkupnya yang luas17.

3. Penerapan Asas-Asas Hukum Kontrak


Kehendak para pihak yang diwujudkan dalam kesepakatan adalah merupakan dasar
mengikatnya suatu perjanjian. Kehendak tersebut dapat dinyatakan dengan berbagai cara baik
lisan maupun tertulis dan mengikat para pihak dengan segala akibat hukumnya18. Menurut teori
klasik hukum kontrak, asas itikad baik dapat diterapkan dalam situasi dimana perjanjian sudah
memenuhi syarat tertentu, akibatnya ajaran ini tidak melindungi pihak yang menderita kerugian

17
Ibid., hlm. 12-13
18
Suharmoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm 3-4.

12
dalam tahap prakontrak atau tahap perundingan, karena dalam tahap ini perjanjian belum
memenuhi syarat hal tertentu19.
Dalam kasus Ny. Linawati Tjhang melawan PT Sumber Agung Real Estate &
Construction, penggugat sabagai pembeli beritikad baik dan sangat keberatan dengan keadaan
rumah kantor (Rukan) Unit R/28 tidak sesuai dengan penjelasan dan site plan yang diberikan
Tergugat bahwa di halaman di depan Rukan tersebut seharusnya lepas pandang dan dapat
digunakan untuk parkir kendaraan, ternyata telah berdiri bangunan permanen untuk menyimpan
mesin diesel yang dilengkapi cerobong asap. Menurut penggugat tindakan tersebut berpotensi
menimbulkan kerugian bagi penggugat serta mengganggu kegiatan penggugat dalam
menjalankan kegiatan usaha bisnis. Penggugat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum
dang anti rugi sebesar Rp 1.245.576.625,- sesuai dengan harga rukan yang sudah dilunasi oleh
penggugat, ditambah ganti rugi imateriel sebesar Rp 5.000.000.000,- ditambah bunga 20% per
tahun terhitung sejak gugatan di daftarkan. Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam Putusan No.
120/Pdt.G/2006/PN.Jkt.Ut tanggal 11 April 2007 mengabulkan gugatan penggugat sebagian,
yaitu menghukum tergugat membayar ganti rugi materiel dan imateriel ditambah bunga 6%
setahun. Pengadilan Tinggi Jakarta dalam Putusan No. 428/PDT/2007/PT.DKI tanggal 26
Februari 2008 menyatakan bahwa gugatan tidak dapat diterima. Dengan alasan bahwa gugatan
kabur karena penggugat menyatakan sebagai pemilik atas rukan aquo, tetapi baru menyatakan
akan serah terima rukan yang telah dibayar lunas. Selanjutnya, menurut pengadilan tinggi
penggugat tidak punya kapasitas untuk menggugat, karena unit ruko tersebut bukan merupakan
unit bangunan yang terpisah tersendiri melainkan suatu kesatuan dengan unit hunian lainnya
yang dikenal dengan nama Apartemen Gading Mediterania Residences. Bahwa di tiap ruko tidak
ada lahan parkir yang dikhususkan untuk pemilik unit ruko. Putusan pengadilan tinggi dikuatkan
oleh Putusan Mahkamah Agung No. 2559K/PDT/2008 tanggal 10 Juni 200820.
Dilihat dari penerapan asas-asas hukum kontrak pada kasus tersebut bahwa asas
kebebasan berkontrak tercermin ketika Ny. Linawati Tjhang membuat perjanjian dengan PT.
Sunter Agung Real Estate Development and Construction. Dalam hal tersebut dapat dilihat
bahwa Ny. Linawati Tjhang bebas membuat kontrak dengan siapapun asalkan tidak bertentangan
dengan undang-undang yang berlaku.

19
Ibid,. hlm. 5.
20
Ibid., hlm 8-9

13
Asas Konsensualisme dan asas Pacta Sunt Servanda tercermin pada ketika Ny. Linawati
Tjhang melihat site plan dan membeli rumah kantor pada PT. Sunter Agung Real Estate
Development and Construction. Setelah Ny. Linawati Tjhang membeli rumah kantor tersebut
otomatis akan menimbulkan kewajiban para pihak yang melakukan perjanjian tersebut.
Menurut kasus tersebut, mengingat bahwa KUHPerdata masih menganut teori kontrak
klasik, dimana itikad baik hanya ada pada tahapan pelaksanaan perjanjian atau ketika hak dan
kewajiban timbul sebagai akibat dari hubungan kontraktual yang terbentuk. Dengan mengacu
pada hal ini terlihat bahwa keadaan rumah kantor yang tidak sesuai dengan site plan yang
diberikan oleh developer, selain itu dilihat bahwa objek perjanjian adalah rumah kantor itu
sendiri, dan lahan lepas di depan rumah kantor tersebut bukan merupakan objek perjanjian. Hal
ini berarti jika menurut KUHPer yang memandang bahwa itikad baik hanya terjadi pada tahapan
pelaksanaan kontrak, berarti pada kasus tersebut tergugat tidak bersalah, karena hal tersebut
terjadi pada tahap pra-contractual.
Akan tetapi, menurut teori kontrak modern, itikad baik sudah harus ada pada tahap
perundingan sebelum adanya lahirnya kesepakatan, sehingga akibat hukum dari janji-janji pada
tahap pra-contractual diakui dan jika dilanggar menimbulkan akibat hukum, hal tersebut diatur
dalam sistem hukum civil law. Dalam sistem common law dikenal dengan doktrin promissory
estoppel yang mengemukakan bahwa jika salah satu pihak sudah percaya dan menaruh
pengharapan terhadap janji-janji dari pihak lain dan kepercayaan itu mengakibatkan berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu ternyata kemudian janji tersebut diingkari sehingga timbul
kerugian, maka pihak yang dirugikan itu berhak menuntut ganti rugi. Berdasar doktrin
promissory estoppel, PT. Sunter Agung Real Estate Development dan Construction dianggap
melakukan perjanjian dengan itikad buruk terhadap Ny. Linawati Tjhang, karena rumah kantor
yang dibeli oleh Ny. Linawati Tjhang tidak sesuai dengan site plan, di halaman depan rumah
kantor yang seharusnya lepas pandang dan digunakan untuk parkir kendaraan, ternyata telah
berdiri bangunan permanen untuk menyimpan diesel yang dilengkapi dengan cerobong asap.
Atas hal tersebut Ny. Linawati Tjhang berhak menuntut kepada PT. Sunter Agung Real Estate
Development and Construction atas kerugian yang diterima oleh Ny. Linawati Tjhang karena
pembangunan rumah kantor tersebut tidak sesuai dengan site plan yang ditawarkan oleh PT.
Sunter Agung Real Estate Development and Construction.

14
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
1. kontrak didefinisikan sebagai suatu perbuatan hukum yang diciptakan dengan memenuhi
persyaratan yang ditentukan hukum oleh persesuaian kehendak yang menyatakan maksud
bersama yang interdependen dari dua atau lebih pihak untuk menciptakan akibat hukum
untuk kepentingan satu pihak, kedua belah pihak, dan juga pihak lain. Kontrak
merupakan golongan dari “perbuatan hukum,” perbuatan hukum yang dimaksud adalah
suatu perbuatan yang menghasilkan akibat hukum dikarenakan adanya niat dari perbuatan
satu orang atau lebih. Sehingga dapat dikatakan bahwa beberapa perbuatan hukum yang
bersifat multilateral adalah kontrak.
2. Hubungan kontrak dan perikatan adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan.
Perjanjian adalah sumber perikatan, di samping sumber-sumber lain. Suatu perjanjian
juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat
dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya.
Perkataan kontrak, lebih sempit karena di tunjukan kepada perjanjian atau persetujuan
yang tertulis).
3. Ada dua jenis subyek hukum, yaitu manusia biasa (natuurlijke person) dan badan hukum
(rechts person). Dan Obyek dari kontrak adalah prestasi.
4. Macam macam asas kontrak yaitu : asas kebebasan kontrak, asas konsensualisme, asas
Pacta Sunt Servanda, asa itikad baik, dan asas kepribadian.

15
Daftar Pustaka
Ahmad Miru, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Rajawali Pers,Depok, 2020.
Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Cetakan Kedua, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Mariam Daurus Badrulzaman, et al., Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2001.
Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan (Bagian
Pertama), FH UII Press, Yogyakarta, 2014.
Salim H.S., Hukum Kontrak “Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak”, (Jakarta:Sinar Grafika,
2014).
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang
Kepailitan, Cetakan Kedelapan Belas, Jakarta: Pradnya Paramita, 1989.
Suharmoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2014)
Soedjono Dirdjosisworo, Misteri dibalik Kontrak Bermasalah, Penerbit Mandar Maju, Bandung,
2002.
Tutik Nurul Jannah, 2013, Modul Mata Kuliah Hukum Kontrak Program Studi Perbankan
Syariah Semester III STAI Mathali’ul Falah

16

Anda mungkin juga menyukai