Anda di halaman 1dari 13

HUKUM KONTRAK/PERJANJIAN/AKAD

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah Hukum Bisnis Islam
Dosen Pengampu: Charolinna Wibowo S.Pd.,M.H.I

Disusun oleh:
1. Bowo Adi Saputro (63040230118)
2. Alkhusna Rahma M. (63040230116)
3. Safira Rahma A. (63040230135)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Charolinna Wibowo
S.Pd.,M.H.I. sebagai dosen pengampu mata kuliah hukum bisnis Islam yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini
yang berjudul “Hukum kontrak/Perjanjian/Akad”
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Salatiga, Februari

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Pengertian hukum kontrak/perjanjian akad .......................................... 2
B. Prinsip-prinsip dasar kontrak ............................................................... 3
C. Rukun-rukun hukum kontrak/akad ...................................................... 4
D. Bentuk hukum kontrak ......................................................................... 5
E. Jenis-jenis kontrak................................................................................ 6
F. Fungsi kontrak ...................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9
A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrak adalah perjanjian atau kesepakatan antara dua pihak yang
menimbulkan pengikatan antara keduanya untuk melaksanakan apa yang
telah diperjanjiakan.
Suatu kontrak lahir atas kesepakatan dari kedua belah pihak yang
berisi sekumpulan ketentuan yang nantinya harus ditaati oleh para pihak.
kontrak itu sendiri menimbulkan hak dan kewajiban di masing- masing
pihak. Hak dan kewajiban itu sendiri timbul selaras dengan tuntutan
tercapainya suatu prestasi.
Prestasi adalah suatu pelaksanaan hak atau perjanjian yang tertulis
dalam suatu kontrak dan mengikat bagi para pihak yang telah mengikatkan
diri atas kontrak tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian hukum Kontrak/Perjanjian akad?
2. Apa prinsip-prinsip dasar kontrak?
3. Apa rukun rukun dan bentuk- hukum kontrak/akad?
4. Apa saja jenis jenis hukum kontrak?
5. Apa fungsi kontrak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Pengertian hukum Kontrak/Perjanjian akad.
2. Untuk mengetahui apa prinsip-prinsip dasar kontrak.
3. Untuk mengetahui apa rukun rukun dan bentuk-bentuk hukum kontrak.
4. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis hukum kontrak.
5. Untuk mengetahui fungsi kontrak.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hukum kontrak/perjanjian akad
Seperti diketahui bersama bahwa Hukum kontrak adalah bagian
hukum perdata (privat). Hukum ini memusatkan perhatian pada kewajiban
untuk melaksanakan kewajiban sendiri (self imposed obligation). Disebut
sebagai bagian dari hukum perdata disebabkan karena pelanggaran
terhadap kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam kontrak, murni
menjadi urusan pihak-pihak yang berkontrak. Kontrak merupakan wujud
dari kebebasan (freedom of contract) dan kehendak bebas untuk memilih
(freedom of choice).

Istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sudah lama ada dan bukan
merupakan istilah asing. Misalnya dalam hukum dikenal istilah
”Kebebasan Berkontrak”, bukan ”Kebebasan Berperjanjian”,
”Berperhutangan”, atau ”Berperikatan”. Juga lama dikenal istilah ”kuli
kontrak”.

Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contracts, bahasa


Belanda menyebutnya overeenkomst (perjanjian).Kontrak dalam bentuk
yang paling klasik, dipandang sebagai ekspresi kebebasan manusia untuk
memilih dan mengadakan perjanjian.1

Harles L. Knapp and Nathan M. Crystal mengartikan Bahwa


hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk
melindungi harapan-harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan
demi perubahan masa datang yang bervariasi kinerja, seperti
pengangkutan kekayaan (yang nyata maupun yang tidak nyata), kinerja
pelayanan, dan pembayaran dengan uang2.

1
Salim H.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW).Jakarta : Sinar Grafika, 2002, hlm. 29
2
Salim H.S., Hukum Kontrak, (.Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.3

2
Akad Secara terminologi adalah perikatan Ijab dan Qabul yang
dibenarkan oleh Syara’ yang menetapkan keridhaan kedua belah pihak.3
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perjanjian dan perikatan
dalam hukum Islam, berikut dikemukakan beberapa pendapat pakar, antara
lain;
1. Akad merupakan manisfestasi dari seseorang atau kelompok untuk
melahirkan keinginan melakukan kegiatan transaksi yang bersifat
pertukaran harta (mubadalah al maliyah) maupun bentuk lainnya.
2. Akad secara terminologi adalah pertalian atau keterikatan antara ijab
dan qabul sesuai dengan kehendak Syara’ (Allah dan Rasulnya) yang
menimbulkan akibat hukum pada objek yang diikat.4
3. Akad adalah mengikatkan dua ucapan atau yang menggantikan
kedudukannya yang darinya timbul konsekuensi Syar’i.5
4. Akad adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban berprestasi pada
salah satu pihak dan hak bagi pihak lain atas prestasi tersebut, dengan
atau tanpa melakukan kontraprestasi. Kewajiban bagi salah satu pihak
merupakan hak bagi pihak lain, begitu sebaliknya.6
B. Prinsip-prinsip dasar kontrak
Ada beberapa prinsip hukum kontrak yang sangat mendukung
eksistensi suatu kontrak baku, yaitu prinsip-prinsip hukum sebagai berikut:
1. Prinsip kesepakatan
Meskipun dalam suatu kontrak baku disangsikan adanya
kesepakatan kehendak yangbenar-benar seperti diinginkan oleh para
pihak, tetapi kedua belah pihak akhirnya juga menandatangani kedua
kontrak tersebut. Dengan penandatanganan tersebut, maka dapat

3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 46
4
Nilam Sari, Kontrak (Akad) dan Implementasinya Pada Perbankan Syariah di Indonesia, (Banda
Aceh: Pena), 2015, hlm. 34
5
Abdul Karim Zaidan, Pengantar Studi Syari’ah, (Jakarta: Robbani Press, 2008), hlm. 361
6
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi dan

Implementasinya), (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2010), hlm. 24

3
diasumsi bahwa kedua belah pihak telah menyetujui isi kontrak
tersebut, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata
sepakat telah terjadi.
2. Prinsip asumsi risiko
Dalam suatu kontrak setiap pihak tidak dilarang untuk melakukan
asumsi risiko. Artinya bahwa jika ada resiko ada resiko tertentu yang
mungkin terbit dari suatu kontrak tetapi salah satu pihak bersedia
menanggung risiko tersebut sebagai hasil dari tawar menawarnya,
maka jika memang jika risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak yang
mengasumsi risiko tersebutlah yang harus menagunggung risikonya.
3. Prinsip kewajiban membaca
Sebenarnya, dalam ilmu hukum kontrak diajarkan bahwa ada
kewajiban membaca (duty to read) bagi setiap pihak yang akan
menandatangani kontrak. Dengan demikian, jika dia telah
menandatangani kontrak yang bersangkutan, hukum mengasumsikan
bahwa dia telah membacanya dan menyetujui apa yang telah
dibancanya.
4. Prinsip kontrak mengikuti kebiasaan
Kontrak baku merupakan suatu kebiasaan sehari-hari dalam lalu
lintas perdagangan dan sudah merupakan suatu kebutuhan masyarakat,
sehingga eksistensinya mestinya tidak perlu dipersoalkan lagi.
C. Rukun-rukun hukum kontrak/akad
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2008 Tentang
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Pasal 22 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah menyebutkan bahwa rukun kontrak/akad terdiri atas:
1. Pihak-pihak yang berakad.
Pihak-pihak yang berakad adalah orang perseorangan, kelompok
orang, persekutuan, atau badan hukum.
2. Objek akad
Objek dalam perjanjian adalah prestasi, yakni apa yang menjadi
kewajiban debitor dan apa yang menjadi hak kreditor.

4
3. Tujuan pokok akad
yang dimaksud dengan tujuan kontrak adalah untuk apa suatu kontrak
dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dalam rangka
melaksanakan suatu muamalah antara manusia, dan yang menentukan
akibat hukum dari suatu kontrak
4. Kesepakatan
Adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih
dengan pihak lainnya, yang sesuai itu adalah pernyataannya, karena
kehendak itu tidak dapat dilihat/diketahui orang lain7
D. Bentuk hukum kontrak
Bentuk kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis
dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan suatu perjanjian yang
dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak).
Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini:
1. Perjanjian di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang
bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam
perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga.
Dengan kata lain. jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka
para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban
mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk membuktikan bahwa
keberatan pihak ketiga dimaksud tidak berdasar dan tidak dapat
dibenarkan.
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para
pihak. Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata
hanya untuk melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan
tetapi, kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum darí
isi perjanjian. Salah satu pihak mungkin saja menyangkal isi
perjanjian. Namun, pihak yang menyangkal itu adalah pihak yang
harus membuktikan penyangkalannya.

7
Salim H.S., Hukum Kontrak, (.Jakarta: Sinar Grafika, 2010),hlm 33-34

5
3. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta.
notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka
pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk itu
adalah notaris, camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini
merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang
bersangkutan maupun pihak ketiga.8
E. Jenis-jenis kontrak
1. Kontrak menurut sumber hukumnya
Kontrak berdasarkan sumber hukumnya merupakan penggolongan
kontrak yang didasarkan pada tempat kontrak itu ditemukan. Sudikno
Mertokusumo menggolongkan jenis-jenis perjanjian (kontrak) dari
sumber hukumnya yaitu;
a. perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga, seperti halnya
perkawinan;
b. perjanjian yang bersumber dari kebendaan, yaitu yang
berhubungan dengan peralihan hukum benda, misalnya peralihan
hak milik.
c. perjanjian yang bersumber dari hukum publik, yang disebut dengan
publieck-rechtelijke overeenkomst.
2. Kontrak menurut namanya
Di dalam Pasal 1319 KUH Perdata dan Artikel 1355 NBW
hanya disebutkan dua macam kontrak menurut namanya, yaitu kontrak
nominaat (bernama) dan kontrak innominaat (tidak bernama).
Kontrak nominaat adalah kontrak yang dikenal dalam KUH
Perdata. Yang termasuk dalam kontrak nominaat adalah jual beli,
tukar-menukar, sewa- menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan
barang, pinjam pakai, pinjam- meminjam, pemberian kuasa,
penanggungan utang, perdamaian, dan lain-lain.

8
Salim H.S., Hukum Kontrak, (.Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.42-43

6
Sedangkan kontrak innominaat adalah kontrak yang timbul,
tumbuh, dan berkembang dalam masyarakat. Jenis kontrak ini belum
dikenal dalam KUH Perdata. Yang termasuk dalam kontrak
innominaat adalah leasing, beli sewa, franchise, kontrak rahim, joint
venture, kontrak karya, keagenan, production sharing, dan lain-lain.
3. Kontrak menurut bentuknya
kontrak menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua
macam,yaitu kontrak lisan dan tertulis. Kontrak lisan adalah kontrak
atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau
kesepakatan para pihak (Pasal 1320 KUH Perdata). Termasuk dalam
golongan ini adalah perjanjian konsensual dan riil. Pembedaan ini
diilhami dari hukum Romawi. Dalam hukum Romawi, tidak hanya
memerlukan adanya kata sepakat, tetapi perlu diucapkan dengan kata-
kata yang suci dan juga harus didasarkan atas penyerahan nyata dari
suatu benda.
Kontrak tertulis merupakan kontrak yang dibuat oleh para
pihak dalam bentuk tulisan. Hal ini dapat dilihat pada perjanjian hibah
yang harus dilakukan dengan akta notaris (Pasal 1682 KUH Perdata).
4. Kontrak timbal balik
Kontrak timbal balik merupakan perjanjian yang dilakukan
para pihak menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban pokok seperti
pada jual beli dan sewa-menyewa.
5. Perjanjian cuma-cuma
Penggolongan ini didasarkan pada keuntungan salah satu pihak dan
adanya prestasi dari pihak lainnya. Perjanjian cuma-cuma merupakan
perjanjian, yang menurut hukum hanyalah menimbulkan keuntungan
bagi salah satu pihak. Contohnya, hadiah dan pinjam pakai.
6. Perjanjian berdasarkan sifatnya
Penggolongan ini didasarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang
ditimbulkan dari adanya perjanjian tersebut. Perjanjian menurut
sifatnya dibagi menjadi dua macam, yaitu perjanjiarı kebendaan
(zakelijke overeenkomst) dan perjanjian obligatoir. Perjanjian

7
kebendaan adalah suatu perjanjian, yang ditimbulkan hak kebendaan,
diubah atau dilenyapkan, hal demikian untuk memenuhi perikatan.
Contoh perjanjian ini adalah perjanjian pembebanan jaminan dan
penyerahan hak milik. Sedangkan perjanjian obligatoir merupakan
perjanjian yang menimbulkan kewajiban dari para pihak.
7. Perjanjian dari aspek larangannya
Penggolongan perjanjian berdasarkan larangannya merupakan
penggolongan perjanjian dari aspek tidak diperkenankannya para pihak
untuk membuat perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan, dan ketertiban umum. Ini disebabkan perjanjian itu
mengandung praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.9
F. Fungsi Kontrak
Kontrak eksistensinya dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan secara seimbang dan adil ke- pada mereka yang membuat
kontrak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Peter Mahmud Marzuki
(2005: 1) bahwa fungsi kontrak dalam bisnis untuk mengamankan
transaksi. Maka dari itu, dalam merumuskan kontrak harus sangat teliti
dan hati-hati, jangan sampai. kontrak yang telah dirumuskan dikemudian
hari menimbulkan masalah, maka kemampuan merumuskan ketentuan-
ketentuan dalam kontrak menjadi sangat dominan. Sehingga apabila
terjadi sengketa hukum di pengadilan, maka ketentuan-ketentuan hukum
yang dituangkan di dalam kontrak yang dipergunakan dasar oleh hakim
untuk memutus dan mengadili sengketa tersebut. Dengan kata lain kontrak
berfungsi sebagai sumber hukum.10

9
Salim H.S., Hukum Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,2010), hlm.27-30
10
Endro Martono dan Sigit Sapto Nugroho, Hukum Kontrak dan Perkembangannya, (Solo:
Pustaka Iltizam, 2016), hlm.57

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
kontrak atau perjanjian merupakan suatu bentuk kesepakatan
antara dua pihak yang memiliki dampak hukum yang mengikat. Hukum
kontrak menjadi landasan dalam menjaga kepastian hukum dalam
hubungan bisnis maupun perorangan.
Dengan memahami aspek-aspek diatas, pihak-pihak yang berakad dapat
menjalankan kegiatan bisnis atau transaksi dengan lebih terstruktur dan
terpercaya, serta dapat menghindari potensi konflik atau sengketa yang
dapat merugikan salah satu atau kedua belah pihak. Oleh karena itu,
pemahaman yang baik tentang hukum kontrak atau perjanjian akad
menjadi kunci dalam menjaga stabilitas dan kepastian dalam hubungan
hukum di masyarakat.
B. Saran
Perlu adanya peningkatan kesadaran hukum di kalangan
masyarakat terkait dengan hak dan kewajiban mereka dalam konteks
kontrak. Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak
sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
harapkan kritik dan sarannya mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

9
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, A.G. (2010). Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi dan
Implementasi).Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

H.S., Salim. (2010). Hukum Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.

H.S., Salim. (2002). Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta : Sinar Grafika.

Martono, E., Nugroho, S.S. Hukum Kontrak dan Perkembangannya. Solo: Pustaka Iltizam.

Sari, N. (2015). Kontrak (Akad) dan Implementasinya Pada Perbankan Syariah di Indonesia. Banda
Aceh: Pena.

Suhendi, H. (2008). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zaidan, A.K. (2008). Pengantar Studi Syari’ah. Jakarta: Robbani Press.

10

Anda mungkin juga menyukai