Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGANTAR HUKUM BISNIS

“HUKUM KONTRAK”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

RAFLY RENALDI (01010581923006)

PETRUS JONATAN S (01010581923007)

M. LUTHFI NUL HAKIM (01010581923013)

DWI PRISCA WULANDARI (01010581923171)

LABIB MUHTADIN (01010581923172)

RADINDA NURLAILY (01010581923173)

DOSEN PEMBIMBING: ARFIANA NOVERA, SH. M.HUM

DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt. yang mana kami saat ini
telah menyelesaikan tugas makalah tentang “Hukum Kontrak.”

Semoga dengan tugas makalah yang kami buat, dapat berguna untuk semua orang
yang membacanya. Kami juga mengharapakan agar semua orang yang membacanya, dapat
menggunakan sebaik-baiknya.

Demikian atas kritik dan saran, apabila ada kesalahan kami meminta maaf, dan kami
memohon ampun kepada Allah Swt. Kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. wb

Palembang, Maret 2020

DAFTAR ISI

i
Kata Pengantar........................................................................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan

1. Pengertian Hukum Kontrak................................................................................................... 3

2. Jenis-Jenis Kontrak............................................................................................................ 3-5

3. Sumber Hukum Kontrak....................................................................................................... 5

4. Syarat Sahnya Kontrak.......................................................................................................... 5

5. Asas asas dalam berkontrak............................................................................................... 5-6

6. Anatomi suatu Kontrak...................................................................................................... 6-9

7. Macam-macam kontrak dan berakhirnya kontrak......................................................... 10-11

8. Penyelesaian Sengketa dalam perjanjian kontrak............................................................... 11

BAB III Penutup


Kesimpulan.............................................................................................................................. 12

Daftar Pustaka.................................................................................................... .................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
Perdata), yaitu “suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih”.Berbeda dengan perikatan yang merupakan
suatu hubungan hukum, perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum.Perbuatan hukum
itulah yang menimbulkan adanya hubungan hukum perikatan, sehingga dapat dikatakan
bahwa perjanjian merupakan sumber perikatan.
Disamping perjanjian kita mengenal pula istilah kontrak. Secara gramatikal, istilah
kontrak berasal dari bahasa Inggris, contract. Baik perjanjian maupun kontrak mengandung
pengertian yang sama, yaitu suatu perbuatan hukum untuk saling mengikatkan para pihak
kedalam suatu hubungan hukum perikatan. Istilah kontrak lebih sering digunakan dalam
praktek bisnis.Karena jarang sekali orang menjalankan bisnis mereka secara asal-asalan,
maka kontrak-kontrak bisnis biasanya dibuat secara tertulis, sehingga kontrak dapat juga
disebut sebagai perjanjian yang dibuat secara tertulis.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum kontrak ?

2. Apa saja jenis-jenis kontrak?

3. Sumber hukum kontrak?


4. Apa saja Syarat sahnya kontrak?
5. Asas – asas dalam berkontrak?
6. Anatomi suatu kontrak ?
7. Macam – macam kontrak dan berakhirnya kontrak?
8. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam perjanjian kontrak ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Kontrak

Hukum kontrak adalah norma/ kaidah/ aturan hukum yang mengatur hubungan antara
belah pihak berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum dalam melaksanakan
objek perjanjian atau prestasi.

Sedangkan pengertian hukum kontrak menurut para ahli :


 Menurut Michael D Bayles, Pengertian Hukum Kontrak adalah aturan hukum yang
berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan. Definisi hukum kontrak
menurut bayles ini mengkaji hukum kontrak dari dimensi pelaksanaan perjanjian yang
dibuat oleh para pihak, namun beliau tidak melihat pada tahap pra kontraktual dan
kontraktual. Tahap tersebut merupakan tahap-tahap yang menentukan dalam
penyusunan sebuah kontrak. Kontrak yang telah disusun oleh para pihak akan
dilaksanakan mereka sendiri.

 Menurut Lawrence M. Friedman, Pengertian Hukum Kontrak adalah perangkat


hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian
tertentu. Apabila kita mengkaji aspek pasar, tentunya kita akan mengkaji dari
berbagai aktivitas bisnis yang hidup dan berkembang dalam suatu market. Dalam
berbagai market tersebut, terdapat berbagai macam kontrak yang dilakukan oleh para
pelaku usaha yang mengadakan perjanjian jual beli, beli sewa, sewa-
menyewa, leasing dan lain-lain.

 Menurut Charles L. Knap dan Nathan M. Crystal, Hukum Kontrak ialah hukum yang
melindungi harapan-harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi
perubahan masa datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan kekayaan (yang
nyata maupun yang tidak nyata), kinerja pelayanan dan pembayaran tersebut dengan
uang.

2. Jenis-Jenis Kontrak atau Perjanjian

1. Perjanjian Cuma- Cuma ( pasal 1314 KUHPerdata ).

Suatu persetujuan dengan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi
dirinya sendiri. perjanjian dengan cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan
keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya : Hibah

3
2. Perjanjian atas beban

Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu
terdapat kontrak prestasi dari pihak lain dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya
menurut hukum. Jadi, dua pihak dalam memberikan prestasi tidak imbang.

contoh : Perjanjian pinjam pakai -----> debitur mempunyai bebas untuk mengembalikan
barang, sedangkan kreditur tidak.

Perjanjian cuma-cuma dan atas beban penekanan perbedaannya ada di prestasi.

3. Perjanjian Timbal balik

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua
belah pihak. Hak dan Kewajiban harus imbang. Misal : Perjanjian Jual Beli.

4. Perjanjian Sepihak

Hanya ada satu hak saja dan hanya ada satu kewajiban saja. contoh : hibah

5. Perjanjian Konsesual

Perjanjian Konsesual adalah perjanjian di mana diantara kedua belah pihak telah tercapai
persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUHPerdata, perjanjian ini
sudah mempunyai kekuatan mengikat. ( Pasal 1338).

6. Perjanjian RIIL

Perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan barang. Misalnya : Perjanjian
penitipan barang, prjanjian pinjam pakai.

7. Perjanjian Formil

Perjanjian yang harus memakai akta nota riil. contoh : jual beli tanah,

8. Perjanjian bernama dan tidak bernama

Perjanjian bernama (nominaat) adalah perjanjian yang sudah diatur dan diberi nama di dalam
KUHPerdata.

Perjanjian tidak bernama ( innominat) adalah perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPT,
namun perjanjaian berkembang dalam masyarakat. Contoh : perjanjian kerja sama, perjanjian
pemasaran, perjanjian pengelolaan.

9. Perjanjian Obligatoir

Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang dimana pihak pihak sepakat, mengikat diri untuk
melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain. Perjanjian obligatoir hanya
melahirkan hak dan kewajiban saja, pelaksanaanya nanti.

10. Perjanjian Liberatoir

4
adalah perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada. Misalnya :
pembebasan Utang.

3. Sumber Hukum Kontrak

Mengenai sumber hukum kontrak yang bersumber dari undang – undang dijelaskan :

a. Persetujuan para pihak

b. Undang – undang, selanjutnya yang lahir dari UU ini dapat dibagi:

1). Undang – undang saja

2). UU karena suatu pembuatan, selanjutnya yang lahir dari UU karena suatu perbuatan
dibagi :

a). Yang dibolehkan

b). Yang berlawanan dengan hukum.

4. Syarat Sahnya Kontrak

Menurut pasal 1320 KUH perdata kontrak adalah sah bila memenuhi syarat- syarat sebagai
berikut:

a). Syarat subjektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat dibatalkan, meliputi :

1). Kecakapan untuk membuat kontra (dewasa dan tidak sakit ingatan )

2). Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya.

b). Syarat objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontranya batal demi hukum, meliputi :

1). Suatu hal (objek) tertentu

2). Suatu sebab yang halal (kuasa)

5. Asas-Asas dalam Berkontrak

Menurut pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya. Dari
bunyi pasal tersebut sangat jelas terkandung asas:
a. Konsensualisme adalah perjanjian itu telah terjadi jika telah ada konsensus antara pihak
– pihak yang mengadakan kontrak

5
b. Kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian, bebas
mengenai apa yang diperjanjiakan, bebas pula menentukan bentuk kontraknya.
c. Pacta sunt servanda, artinya kontrak itu merupakan undang – undang bagi para pihak
yang membuatnya (mengikat)
Disamping itu, beberapa asas lain dalam standar kontrak:
d. Asas Kepercayaan
e. Asas Persamaan Hak
f. Asas Keseimbangan
g. Asas Moral
h. Asas Kepatutan
i. Asas Kebiasaan
j. Asas Kepastian Hukum

6. Anatomi Suatu Kontrak

Setiap akta perjanjian / kontrak, baik yang dibuat dibawah tangan maupun akta otentik
biasanya akan terdiri dari bagian – bagian sebagai berikut:
a) Judul
b) Kepala
c) Komparisi
d) Sebab/dasar
e) Syarat – syarat
f) Penutup
g) Tanda tangan
Untuk memudahkan melihat masing – masing anatomi dari suatu kontrak, dapat dilihat
contoh sebuah kontrak tentang sewa menyewa rumah seperti dibawah ini:
KONTRAK SEWA – MENYEWA RUMAH
Pada hari ini, Senin tanggal 1 januari 1990 dijakarta:
1. Tuan Agus Maksum , swasta, bertempat tinggal dijakarta timur, Jl. Nanas nomor 2 RT.
11 RW. 01 Cinapang Muara; selanjutnya disebut juga pihak pertama
2. Tuan slamet, swasta, bertempat tinggal dibanyumas, jawa tengah, jl bawah merah nomor
6; selanjutnya disebut juga pihak kedua.
- Bahwa pihak pertama adalah pemilik dari:………………………

6
Suatu unit rumah tinggal berbanding tembok, berlantai teraso, beratap genteng, luas
bangunan 170 m2 , lebar 10 m, panjang 17 m, berdiri atas tanah hak pihak pertama,
terletak di daerah khusus ibu kota Jakarta barat, kecamatan grogol petamburan, kelurahan
jatipulo, setempat terkenal sebagai persil jalan dahlia No. 1; pemilikan mana berdasarkan
surat keputusan walikota Jakarta barat No. xx tgl. 1 maret 1997.
- Bahwa pihak pertama dengan akta ini telah menyewakan kepada pihak kedua yang
menerangkan telah menyewakan kepada pihak kedua menerangkan telah menyewa dari
pihak pertama satu unit rumah yang dimaksud di atas, berikut segala fasilitasnya antara
lain listrik dan PLN sebesar 2200 watt, pompa air listrik, telepon No. 1234567.
- Bahwa mengenai kontrak sewa menyewa ini oleh pertama dan pihak kedua setuju diatur
dengan syarat – syarat dan ketentuan sebagai berikut:
PASAL 1
- Kontrak sewa – menyewa ini dilaksanakan untuk jangka waktu 1 tahun, terhitung mulai
tanggal 1 maret 1990 sehingga berakhir ada anggal 8 febuari 1991
- Setelah habis waktu 1 tahun tersebut pihak kedua berhak menyewa kembali rumah yang
disewakan tersebut dengan syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang dimuat dalam
akta ini, tetapi dengan uang sewa yang akan ditetapkan oleh pihak pertama dan disetujui
oleh pihak kedua.
PASAL 2
- Uang sewa sebesar 2 juta untuk satu tahun masa sewa seperti dimaksud dalam pasal ;
jumlah uang ana akan diterima oleh pihak pertama dari pihak kedua pada saat akta ini
ditandatangani, sehingga akta ini berlaku pula sebagai kuitansi yang sah untuk
penerimaan uang dimaksud.
PASAL 3
- Pihak Pertama menjamin, bahwa selama perjanjian ini berlaku, pihak kedua tidak akan
mendapat gangguan atau tuntutan dari siapa pun juga yang menyatakan mempunyai hak
berlebih dahulu atau turut berhak atas apa yang disewakan dengan akta ini.
PASAL 4
- Pihak kedua dengan tegas tidak diperkenankan untuk menyewakan lagi apa yang
disewakan dengan akta ini kepada orang lain/ badan lain baik sebagian maupun
seluruhnya.
- Pihak kedua dengan tegas dilarang untuk mendapatkan surat izin perumahan atau sejenis
itu untuk rumah tersebut.
PASAL 5
7
- Apa yang disewakan dengan akta ini hanya boleh ini hanya boleh digunakan oleh pihak
kedua menurut peruntukannya, yaitu sebagai rumah tinggal, bukan sebagai tempat usaha /
dagang.
PASAL 6
- Pihak kedua wajib memelihara apa yang disewa dengan akta ini dengan sebaik – baiknya
atas biaya pihak kedua
- Bilamana perjanijan sewa- menyewa ini oleh sebab apapun berakhir, maka pihak kedua
wajib mengembalikan apa yang disewakan dengan akta ini dalam keadaan terpelihara
baik.
PASAL 7
- Pihak kedua wajib mematuhi semua peraturan – peraturan yang wajib, khusus dibidang
kesusilaan / ketertiban umum, kebersiahan dan kesehatan mengenai apa yang disewakan
dengan akta ini, dan pihak kedua menjamin bahwa mengenai hal ini pihak pertama tidak
akan mendapat teguran atau tuntutan apa pun.
PASAL 8
- Biaya pemeliharaan dan perbaikan pompa air, listrik dan telepon demikian juga
perbaikan seperti bocor dan kerusakan pada pintu, jendela, kaca dan pengecetan dipikul
dan dibayar oleh pihak kedua selama masa persewaan ini, sedang segala pajak yang
berkenan dengan tanah dan rumah tersebut akan dibayar oleh pihak pertama.
PASAL 9
- Kecuali untuk perbaikan kecil dan perawatan, maka untuk tiap – tiap perubahan dan
tambahan pada bangunan dan pekarangan rumah yang disewakan dengan akta ini, pihak
kedua wajib memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari pihak pertama, walau
bagaimanapun segala perubahan dan perbaikan adalah menjadi milik pihak pertama.
PASAL 10
- Kerusakan – kerusakan besar, yang tidak termasuk pemeliharaan biasa, diantaranya
tetapi tidak terbatas karena kesalahan – kesalahan konstruksi, kebakaran, pekerjaan –
pekerjaan lain yang diharuskan oleh pemerintah harus diperbaiki dan diselesaiakan
selekas mungkin oleh dan atas biaya pihak pertama.
- Bilamana atas teguran pertama pihak kedua, pihak pertama tidak melakukannya, maka
pihak kedua berhak untuk melakukan perbaikan – perbaikan yang diperlakukan dan
biayanya tetap harus dipukuli oleh pihak pertama, bilamana perlu diperhitungkan dengan
perpanjangan waktu sewa.

8
PASAL 11
- Bilamana selama dilakukan perbaikan – perbaikan seperti dimaksud dalam pasal 10, pihak
kedua tidak dapat menempati rumah yang disewakan dengan akta ini maka jangka waktu
perbaikan – perbaikan tersebut diperhitungkan dengan perpanjangan waktu selama pihak
kedua tidak dapat menempati rumah tersebut.
Pihak Pertama pihak Kedua

Ali hamid Selamet sugeng

Saksi – saksi:
1. Tuan markus
2. Tuan budiman simamora
Sekarang kita lihat kembali anatomi dan isi kontrak diatas.Judul kontrak diatas
berbunyi kontrak sewa menyewa rumah.Sedangkan kepala akta adalah tulisan yang berbunyi
“pada hari ini senin tanggal1 januari 1990 dijakarta.”
Bagian yang disebut komparasi atau para pihak adalah penyebutan para pihak dalam
akta, yaitu mulai dari nomor 1 tuan ali hamid sampai dengan nomor 2 tuan selamet sugeng.
Dalam komparasi bisa saja disebut lebih dari dua orang, yang disesuaikan dengan kebutuhan
para pihak yang akan membuat akta dimaksud.
Sebab atau dasar dalam akta harus jelas disebutkan. Hal ini perlu kita ingat kembali
bahwa dalam teori hukum perjanjian, salah satu syarat supaya sah suatu perjanjian ialah
adanya sebab/ dasar agar perjanjian itu halal(tidak bertentangan dengan hukum dan
kesusilaan). Singkatnya, dalam suatu perjanjian harus disebutkan dasar yang menunjukkan
identitas barang, dasar pemiliknya, kemudian disusul dengan kesepakatan kedua belah
pihak.Dalam contoh akta di atas, dimulai dengan kata “bahwa pihak pertama adalah pemilik
dari satu unit rumah tinggal dan seterusnya” sampai kalimat akhir sebelum dimulai pasal 1.
Mengenai syarat – syarat dalam suatu akta perjanjian dapat dibagi atas 3(tiga) syarat
yaitu:
1. Syarat Esensialia yaitu syarat yang harus ada dalam perjanjian, kalau syarat ini tidak ada,
maka perjanjian tersebut cacat dalam artian tidak mengikat para pihak yang bersangkutan
2. Syarat Naturalia yaitu syarat yang biasa dicantumkan dalam perjanjian
3. Syarat Aksidentalia yaitu syarat- syarat yang bersifat khusus
Yang terakhir yang harus ada dalam suatu akad adalah adanya tanda tangan dari para pihak
beserta saksi-saksinya.
9
7. Macam-Macam Kontrak dan Berakhirnya Kontrak

- Macam – macam kontrak


Berikut ini beberapa contoh yang terjadi dalam praktek bisnis pada umumnya, antara lain:
a) Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit dibedakan menjadi dua:
 Perjanjian utang (contoh: perjanjian utang)
 Perjanjian kredit barang (contoh perjanjian sewa beli, perjanjian sewa usaha).
b) Perjanjian Leasing
Perjanjian leasing adalah perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara angsurannya
lunas dibayar.
c) Perjanjian Keagenan Dan Distributor
Keagenan perjanjian adalah hubungan hukum antara pemegang merk (principal) dan suatu
perusahaan dalam petunjuk untuk melakukan perakitan/ pembuatan/manufaktur serta
penjualan/ distribusi barang modal atau produk industry tertentu.
d) Perjanjian franchising dan lisensi
Adalah pemilikan dari sebuah rahasia dagang, paten, atau sebuah produk yang memberikan
lisensi kepihak lain (biasanya disebut ‘franchisee’) untuk menjual atau member pelayanan
dari produk dari bawah nama franchisor.
- Berakhirnya kontrak
Secara umum tentang pembatalan perjanjian tidak mungkin dilaksanakan, sebab dasar
perjanjian adalah kesepakatan. Namun demikian pembatalan perjanjian dapat dilakukan
apabila:
a) Jangka waktu perjanjian telah berakhir
b) Salah satu pihak menyimpang dari apa yang diperjanjikan, dan
c) Jika bukti kelancaran dan bukti pengkhianatan (penipuan)
Adapun prosedur pembatalan perjanjian adalah dengan cara memberi tahu terlebih dahulu
kepada pihak yang bersangkutan dalam perjanjian tersebut bahwa perjanjian atau kesepakatan
yang telah diikat akan dihentikan (dibatalkan), dalam hal ini harus diberitahukan alasan
pembatalan. Hal ini dilakukan agar pihak yang bersangkutan dalam perjanjian mempunyai
risiko pemtalan. Sedangkan dalam praktek bisnis berakhirnya kontrak dapat disebabkan:
1) Pembayaran
2) Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpangan produk yang hendak dibayarkan
disuatu tempat

10
3) Pembauran hutang
4) Kompensasi
5) Percampuran utang
6) Pembebasan utang
7) Hapusnya produk yang dimaksud dalam sebuah kontrak
8) Pembatalan kontrak
9) Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan
10) Lewat waktu.

8. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kontrak

a. Jalur pengadilan
Proses pengadilan ini pada umumnya akan diselesaikan melalui usaha perdamaian oleh hakim
pengadilan perdata. Apabila jalan perdamaian tidak dapat diselesaikan oleh para pihak, proses
penyelesaian selanjutnya biasanya akan memakan waktu yang panjang. Sebab tiga tingkatan
proses pengadilan minimal akan dijalani untuk sampai pada proses final yaitu mulai dari
gugatan hingga kasasi ke MA.

b. Jalur arbitrase
Proses penyelesaian sengketa oleh seorang hakim atau para hakim yang berdasarkan
persetujuan bahwa mereka akan tunduk dan mentaati keputusan yang diberikan oleh para
hakim yang mereka pilih.

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis, menurut
pasal 1320 KUH Perdata kontrak sah apabila memenuhi syarat-syarat,yaitu syarat objektif
dan syarat subjektif.
Asas-asas dalam kontra: Konsensualisme, Kebebasan berkontrak, dan Pacta sunt
servanda. Setiap akta perjanjian / kontrak, baik yang dibuat dibawah tangan maupun akta
otentik biasanya akan terdiri dari bagian – bagian sebagai berikut:Judul, Kepala, Komparisi,
Sebab/dasar, Syarat – syarat, Penutup, dan Tanda tangan.
Beberapa contoh kontra yang terjadi dalam praktek bisnis pada umumnya, antara
lain:Perjanjian Kredit, Perjanjian Leasing, Perjanjian Keagenan Dan Distributor, dan
Perjanjian franchising dan lisensi. Penyelesaian sengketa perjanjian kontrak melalui jalur
pengadilan dan jalur Arbitrase.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul R.Saliman, Esensi Hokum Bisnis Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2004

Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis,Rineka Cipta, Jakarta,2007

Junaidi Abdullah, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010

https://annisawally0208.blogspot.com/2015/12/jenis-jenis-kontrak-atau-perjanjian.html

13

Anda mungkin juga menyukai