Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Perjanjian Dan Esensi Akad”

Tugas 1
Oleh Kelompok 3 :
1. Jemi Mardesa (20150218)
2. Monica Klauzia Aksa (20150207)
3. Hendra Parnande (20150208)
4. Hernalinda (22150159)
NO HP :
0895630202078 ( Monica Klauzia Aksa )
081276881987 ( Jemi Mardesa )
085374183731 (Hendra Parnande )
+62 812-6702-925 (Hernalinda )
Dosen Pengampu :
Mahli Adriaman ,SH.MH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA BARAT 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat meneyelesaikan makalah yaitu
“Tentang Perjanjian dan esensi akad.”
Tidak juga lupa kami mengucapkan terimakasih kepada bapak selaku dosen
pengampu mata kuliah dan semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi
dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan maksimal jika tidak
dapat dukungan dari berbagai pihak,
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu sangat diharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 20 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................5
C. TUJUAN...............................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. PENGERTIAN PERJANJIAN..............................................................................6
B. PENGERTIAN DAN TEORI AKAD...................................................................8
C. RUKUN DAN PERJANJIAN SYARAT SYARAT AKAD.................................9
D. MACAM MACAM PERJANJIAN DAN AKAD...............................................11
E. PERBEDAAN PERJANJIAN DENGAN AKAD...............................................13
BAB III........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
A. KESIMPULAN.....................................................................................................15
B. SARAN.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akad menjadi penting dalam masyarakat. Karena akad merupakan
penghubung setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentinggannya
yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan dan jasa orang lain.
Sehingga dikatakan bahwa akad merupakan sarana sosial yang mendukung
manusia sebagai makhluk sosial.
Kata akad berasal dari kata al-‘aqd, yang berarti mengikat, menyambung
atau menghubungkan (al-rabt}). Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan
ijab dan kabul yang berakibat timbulnya akibat hukum.
Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak, dan kabul
adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan
terhadap penawaran pihak yang pertama. Akad tidak terjadi apabila
pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak terkait satu sama lain karena
akad adalah keterkaitan kehendak kedua yang tercermin dalam ijab dan kabul.
Akad merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan
qabul (penerimaan) antara satu pihak dengan pihak lain yang berisi hak dan
kewajiban masing-masing sesusi dengan prinsip syariah.
Salah satu akad yang digunakan BMT dalam transaksi pembiayaan
berbasis jual beli adalah murabahah. Murabahah adalah kontrak jual-beli
dimana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah telah
merumuskan maksud dari akad, bahwa “ Akad adalah kesepakatan tertulis
antara Bank Syari’ah atau Unit Usaha Syari’ah dan pihak lain yang membuat
adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip
Syari’ah’’.Praktik akad murabahah dilapangan haruslah memenuhi rukun dan

4
ketentuan yang menjadi prasyaratnya rukun dan ketentuan tersebut yaitu:
1. Adanya pelaku yang meliputi penjual (ba’i) dan pembeli (musytari).
2. Adanya objek jual beli (mabi’) yang diperbolehkan secara syariah.
3. Munculnya harga barang (tsaman) yang disebutkan secara jelas jumlah dan
satuan mata uangnya.
4. Terjadinya kontrak (ijab qabul) antara penjual dan pembeli

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Perjanjian
2. Pengertian dan teori akad
3. Rukun dan perjanjian syarat syarat akad
4. Macam macam perjanjian dan akad
5. Perbedaan akad dengan perjanjian

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian perjanjian
2. Untuk mengetahui apa saja teori akad
4. Untuk mengetahui rukun dan perjajian syarat syarat akad
5. Untuk mengetahui macam macam perjanjian
6. Utuk mengetahui apa saja perbedaan akad dengan perjanjian

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERJANJIAN

Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah “suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih”. 1

Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri. Dalam suatu perjanjian harus ada
kesepakatan antara para pihak, yaitu persesuaian pernyataan kehendak antara
kedua belah pihaktidak ada paksaan dan lainnya, dengan diberlakukannya
kata sepakat mengadakan perjanjian maka berarti bahwa kedua belah pihak
haruslah mempunyai kebebasan kehendak, para pihak tidak mendapat tekanan
yang mengakibatkan adanya cacat bagi perwujudan kehendak.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Cakap bertindak yaitu kecakapan
atau kemampuan kedua belah pihak untuk melakukan perbuatan hukum.
Orang yang cakap atau berwenang adalah orang dewasa (berumur 21 tahun
atau sudah menikah). Sedangkan orang yang tidak berwenang melakukan
perbuatan hukum menurut Pasal 1330 KUHPerdata meliputi:
a. Anak dibawah umur;
b. Orang dalam pengampunan;
c. Orang-orang perempuan (istri).
3. Suatu hal Tertentu. Suatu perjanjian haruslah mempunyai objek tertentu,
sekurang- kurangnya dapat ditentukan bahwa objek tertentu itu dapat berupa
benda yang sekarang ada dan nanti aka nada misalnya jumlah, jenis dan

1
Zakiyah,S.H.(2015).Hukum Perjanjian.Yogyakarta: Lentera Kresiando,Hal. 2.

6
bentuknya. Berkaitan dengan hal tersebut benda yang dijadikan objek
perjanjian harus memenuhi beberapa ketentuan yaiu: a. Barang itu adalah
barang yang dapat diperdagangkan. b. Barang yang dipergunakan untuk
kepentingan umum antara lain seperti jalan umum, pelabuhan umum, gedung-
gedung umum, dan sebagaimana tidaklah dapat dijadikan objek perjanjian. c.
Dapat ditentukan jenisnya. d. Barang yang akan datang.
4. Suatu sebab yang halal Dalam suatu perjanjian diperlukan adanya sebab yang
halal, artinya ada sebab-sebab hukum yang menjadi dasar perjanjian yang
tidak dilarang peraturan, keamanan dan ketertiban umum dan sebagainya.
Sedangkan yang menjadi asas-asas umum dalam melakukan perjanjian adalah
sebagai berikut:
a. Kebebasan berkontrak
b. Kebebasan konsensualitas
c. Kebebasan personalia

Adapun pendapat-pendapat para ahli mengenai perjanjian adalah sebagai berikut,


menurut R. Subekti Perjanjian adalah suatu peristiwa hukum dimana seseorang
berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal

Menurut R Wirjono Projodikoro Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai


harta benda antara dua pihak dimana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal
atau tidak melakukan suatu hal janji sedangkan pihak lain menuntut pelaksanaannya.

(verbintenis) mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan/hukum harta


benda yang memberikan kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh suatu
prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian tentang perjanjian


adalah “persetujuan tertulis maupun lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih
masing-masing berjanji akan menaati apa yang tersebut didalam persetujuan”.

7
B. PENGERTIAN DAN TEORI AKAD

Akad dalam bahasa arab (‫ )عقد‬berarti “ikatan” (atau pengencangan dan penguatan)
antara beberapa pihak dalam hal tertentu, baik ikatan itu bersifat konkret maupun
abstrak, baik dari satu sisi maupun dari dua sisi.2

Secara etimologi (bahasa), aqad mempunyai beberapa arti, antara lain:

1.Mengikat (ar-Aabthu), yaitu: mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah
satunya dengan yang lain sehingga bersambung dikemudian menjadi sebagai
sepotong benda.

2.Sambungan (Aqdatun), yaitu: sambungan yang menjadi memegang kedua ujung


itu dan mengikatnya.

3.Janji (Al-Ahdu) sebagaimana dijelaskan kedalam Alquran:

yang Artinya: “sebenarnya siapa yang menepati janji dan bertakwa, Maka
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”. (Q.S.Ali-Imran
3:76)

Istilah ahdu dalam Al-Quran mengacu kepada pernyataan seseorang mengerjakan


seuatu dan tidak ada sangkut-pautnya dengan orang lain, perjanjian yang dibuat
seseorang tidak memerlukan persetujuan pihak lain, baik setuju maupun tidak setuju,
tidak berpengaruh kepada janjia yang dibuat oleh orang tersebut, seperti yang
dijelaskan dalam Surah Ali-Imran: 76, bahwa janji tetap mengikat orang yang
membuatnya.

Sebagai suatu istilah Hukum Islam, ada beberapa definisi akad, sebagai berikut:

1. Menurut Mursyid al-Hairan, akad merupakan pertemuan ijab yang diajukan


oleh salah satu pihak dengan qabul dari pihak lain yang menimbulkan akibat
hukum pada objek akad.
2
Siregar,Hariman Surya,Koko Khoerudin,2019,Fikih Muamalah,Bandung:PT Remaja
Kosdakarya

8
2. 2. Menurut Prof. Dr. Syamsul Anwar mengatakan, akad adalah pertemuan ijab
dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih ntuk melahirkan
suatu akibat hokum pada objeknya.

C. RUKUN DAN PERJANJIAN SYARAT SYARAT AKAD

1.Rukun Akad

Setelah diketahui bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh
dua orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing-masing maka timbul bagi kedua
belah pihak haq dan iltizam yang diwujudkan oleh akad ,terdapat perbedaan pendapat
di kalangan fukaha berkenaan dengan rukun akad menurut jumhur fukaha rukun akad
terdiri atas:

a) Aqid, yaitu orang yang berakad (bersepakat).


b) Ma’qud ‘alaih, adalah benda-benda yang diakadkan, seperti benda yang ada
dalam transaksi jual beli.
c) Maudhu’al-‘aqd, yaitu tujuan pokok dalam melakukan akad.
d) Shighat al-‘aqd yang terdiri dari ijab kabul.3

2. Syarat Aqad

Setiap pembentuk aqad atau akad syarat yang ditentukan syara’ yang wajib
disempurnakan. Syaratsyarat umum yang harus dipenuhi dalam berbagai macam
aqad yaitu:

a.Kedua orang yang melakukan aqad cakap bertindak (ahli). Tidak sah akad
orang gila, orang yang berada di bawah pengampuan (mahjur) karena boros atau
lainnya.

b.Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.

3
Qamarul Huda,Fikih Muamalah,hlm.28.

9
c.Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya walaupun dia bukan aqid yang memiliki barang

d.Aqad tidak dilarang oleh syara’.

e.Aqad dapat memberikan faedah.

f.Ijab tersebut berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul.

g.Ijab dan qabul bersambung jika berpisah sebelum adanya qabul maka batal.4

D.MACAM MACAM PERJANJIAN DAN AKAD

1 . Macam macam perjanjian

Perjanjian dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu perjanjian obligatoir dan
perjanjian non obligatoir.

Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang mewajibkan seseorang untuk


menyerahkan atau membayar sesuatu,Terdapat 4 macam perjanjian obligatoir:

a.Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang membebankan prestasi kepada satu


pihak. Sedangkan perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang membebankan
prestasi antara kedua belah pihak.

b.Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban

Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian di mana pihak yang satu memberikan


suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi
dirinya. Sementara perjanjian atas beban adalah perjanjian yang mewajibkan
masing-masing pihak memberikan prestasi.

4
Qamarul Huda,Fikrih Muamalah.hlm.32.

10
c.Perjanjian konsensuil, perjanjian riil dan perjanjian formil

Perjanjian konsensuil, yaitu perjanjian yang mengikat sejak detik tercapainya kata
sepakat dari kedua belah pihak. Sedangkan perjanjian riil adalah perjanjian yang
tidak hanya mensyaratkan kesepakatan, namun juga mensyaratkan penyerahan
objek perjanjian atau bendanya. Adapun perjanjian formil adalah perjanjian yang
terikat dengan formalitas tertentu, dalam hal ini sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

d.Perjanjian bernama, perjanjian tak bernama dan perjanjian campuran

Perjanjian bernama adalah perjanjian yang secara khusus diatur di dalam undang-
undang. Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus
di dalam undang-undang. Sedangkan perjanjian campuran adalah perjanjian yang
merupakan kombinasi dari dua atau lebih perjanjian bernama.

Sedangkan perjanjian non obligatoir merupakan perjanjian yang tidak mewajibkan


seseorang untuk menyerahkan atau membayar sesuatu, yang terbagi menjadi 4 :

1. Zakelijk overeenkomst, yaitu perjanjian yang menetapkan dipidindahkannya


suatu hak dari seseorang kepada orang lain.
2. Bevifs overeenkomst, yaitu perjanjian untuk membuktikan sesuatu.
3. Liberatoir overeenkomst, yaitu perjanjian ketika seseorang membebaskan
pihak lain dari suatu kewajiban.
4. Vaststelling overenkomst, yaitu perjanjian untuk mengakhiri perselisihan yang
ada di muka pengadilan.

2.Macam macam akad

Adapun yang termasuk macam-macam akad adalah sebagai berikut.

11
a) ‘Aqad munjiz, yaitu akad yang dilaksanakan langsung pada saat selesainya
akad.
b) ‘Aqad Mu’alaq, yaitu akad yang dalam pelaksanaannya terdapat syarat yang
telah ditentukan dalam akad.
c) ‘Aqad mudhaf, yaitu akad yang dalam pelaksanaannya terdapat syarat-syarat
mengenai penangguhan pelaksanaan akad, pernyataan yang pelaksanaannya
ditangguhkan hingga waktu yang ditentukan, perkataan tersebut sah dilakukan
pada waktu akad.

Sah dan batalnya akad, ditinjau dari segi ini terbagi menjadi:

a) Akad shahihah, yaitu suatu akad yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan, baik syarat yang bersifat umum maupun khusus.
b) Akad fasidah, yaitu akad-akad cacat karena tidak memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan, baik dalam syarat umum maupun khusus5

Para ulama fiqh mengemukakan bahwa aqad itu bisa dibagi dari berbagai segi
keabsahannya. Menurut syara’ dapat dibagi menjadi:

a)Akad Sahih yaitu akad yang telah memenuhi rukun dan syarat. Hukum dari
akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang ditimbulkan akad itu
serta mengikat kedua belah pihak yang berakad. Ulama Hanafiyah dan Malikiyah
membagi akad shahih ini menjadi dua macam yaitu:

1. Akad Nafis (sempurna untuk dilaksanakan), yaitu akad yang


dilangsungkan sesuai dengan rukun dan syaratnya dan tidak ada
penghalang untuk melaksanakannya.
2. Akad Mauquf yaitu akad yang dilaksanakan seseorang yang cakap
bertindak hukum, tetapi ia memiliki kekuasaan untuk melangsungkan
dan melaksanakan akad itu.

5
Qamarul Huda,Fikih Muamalah.hlm.33.

12
Dilihat dari segi mengikat atau tidaknya, para ulama fiqh membagi menjadi dua
macam:

a. Akad yang bersifat mengikat bagi para pihakpihak yang berakad,


sehingga salah satu pihak tidak boleh membatalkan akad itu tanpa
seizin pihak lain.
b. Akad yang tidak bersifat mengikat bagi pihakpihak yang melakukan
akad, seperti dalam akad al-wakalah (perwakilan), al-„ariyah
a) Akad yang tidak sahih yaitu akad yang terdapat kekurangan pada rukun dan
syaratnya sehingga seluruh akibat hukumnya tidak berlaku dan tidak mengikat
kedua belah pihak yang berakad. Ulama Hanafiyah membagi menjadi dua
macam yaitu akad yang fasad dan akad yang batil. Akad yang batil adalah akad
yang tidak memenuhi salah satu rukun atau terdapat larangan dari syara’.
Sedangakan akad fasad adalah akad yang pada dasarnya disyariatkan tetapi
sifat yang diakadkan tidak jelas

I.BERAKHIRNYA AKAD

Berakhirnya akad dapat disebabkan oleh fasakh, kematian atau karena tidak
adanya pihak lain dalam hal akad mauquf.
1. Berakhirnya akad karena fasakh. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya
fasakh akad adalah sebagai berikut.
a. Fasakh karena adanya fasid (rusak).
b. Fasakh karena khiar.
c. Fasakh berdasarkan iqalah, yaitu terjadinya fasakh akad karena adanya
kesepakatan kedua belah pihak.
d. Fasakh karena tidak ada realisasi.
e. Fasakh karena jatuh tempo atau karena tujuan telah terealisasi.
2. Berakhirnya akad karena kematian.
3. Berakhirnya akad karena tidak adanya izin pihak lain. Akad akan berakhir
apabila pihak yang mempunyai wewenang tidak mengizinkan atau meninggal
dunia sebelum dia memberikan izin.6
6
Qamarul Huda,Fikih Muamalah.hlm.47.

13
F. PERBEDAAN PERJANJIAN DENGAN AKAD

Akad adalah istilah yang sering kita dengar dan berkaitan erat dengan hukum
islam, sedangkan Perjanjian adalah istilah yang erat kita dengar sehari-hari.
Agaknya keduanya sama secara definisi. Bisa dibilang bahwa akad ya bahasa
Indonesianya

Perjanjian.Tapi ternyata ada perbedaan prinsip di dalamnya. Apa saja, simak dalam
poster berikut.

Hal yang membedakan keduanya:’

1. Tidak berubah ( konstan)


(Dalam Hukum Islam, Uang bukanlah komoditas, sehingga prinsip time value
of money tidaklah berlaku. Contoh dalam perjanjian jual beli syariah tidak
mengenal bunga floating alias flat. Harga yang disepakati tahun ini, tidak akan
berubah 5 tahun mendatang meskipun terjadi inflasi (yang menyebabkan nilai
nya menurun).)
2. Transparan
(Dalam Akad, dijelaskan secara tegas dan jelas apa apa saja yang menjadi
kewajiban masing-masing pihak yang terlibat di dalam Akad. Di awal pun juga
sudah dijelaskan resiko yang akan dihadapi masing-masing pihak.7

7
PERBEDAAN PERJANJIAN DAN AKAD: Dikutip dari
https://www.facebook.com/belajarhukumitumudah/posts/perbedaan-perjanjian-dan-akadakad-
adalah-istilah-yang-sering-kita-dengar-dan-ber/2011980645582968/ ,pada 20 oktober 2022,jam
08:00

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak
dimana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu
hal janji sedangkan pihak lain menuntut pelaksanaannya
2. akad adalah pertemuan ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak
atau lebih ntuk melahirkan suatu akibat hokum pada objeknya

15
3. . Akad menurut bahasa artinya ikatan atau persetujuan, sedangkan menurut istilah
akad adalah transaksi atau kesepakatan antara seseorang (yang menyerahkan)
dengan orang lain (yang menerima) untuk pelaksanaan suatu perbuatan.

B. SARAN

Terhadap munculnya berbagai persoalan ditengah masyarakat maka perlunya


dibangun kepedulian dan kesadaran para pihak. Dalam diharapkan lebih
memperhatikan aturan yang ada di masyarakat ataupun ketentuan dalam ekonomi
syariah. Sehingga bisa dibangun toleransi yang tinggi bagi keduanya untuk akhirnya
bisa saling menerima jika salah satu pihak mengatakan keluhannya.

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku :
Zakiyah,S.H.(2015).Hukum Perjanjian.Yogyakarta: Lentera Kresiando

Siregar,Hariman Surya,Koko Khoerudin,2019,Fikih Muamalah,Bandung:PT Remaja


Kosdakarya
Qamarul Huda,Fikih Muamalah
B.Jurnal :

16
Romli,Muhammad.Konsep syarat sah akad dalam hukum islam dan syarat sah
perjanjian dalam pasal 1320 kuh perdata . S2 Hukum Ekonomi Syariah UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.2021
Rosid,Muhammad.Penerapan Perjanjian Akad Mudharabah Muqayyadah Dalam
Skema Pembiayan Perspekyif Hukum Islam.Sekolah Tinggi Ilmu Syariah
Syayyid Muhammad Alawi Al Maliki Bondowoso.Jurnal Ekonomi
Syari’ah.2021
C.Website :
PERBEDAAN PERJANJIAN DAN AKAD: Dikutip dari
https://www.facebook.com/belajarhukumitumudah/posts/perbedaan-perjanjian-
dan-akadakad-adalah-istilah-yang-sering-kita-dengar-dan-ber/
2011980645582968/ ,pada 20 oktober 2022,jam 08:00

A.SOAL ESSAY :
1. Mengapa akad sangat penting dalam kegiatan transaksi?
Jawaban :
Akad merupakan unsur terpenting yang harus diperhatikan dalam
bertransaksi karenanya akad yang menentukan suatu transaksi dinyatakan sah
menurut syara' atau batal sehingga akad harus diperhatikan dari berbagai
aspeknya baik dari rukun dan syaratnya, obyek akad, maupun yang mengakhiri
akad.
2. Bagaimana jika terjadi kerugian dalam suatu akad mudharabah?

17
Jawaban :
Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
3. Apa tindakan yang dilakukan jika si pemilik modal meninggal dunia
ditengah proses akad mudharabah berlangsung?

Jawaban :
3) Pengelola meninggal dunia atau pemilik modalnya, maka Mudharabah akan
menjadi batal. Jika pemilik modal yang wafat, pihak pengelola berkewajiban
mengembalikan modal kepada ahli waris pemilik modal serta keuntungan yang
diperoleh diberikan kepada ahli warisnya sebesar kadar prosentase yang
disepakati.
4. Mengapa akad sangat penting dalam transaksi bisnis syariah?
Jawaban :
Akad adalah bingkai transaksi dalam ekonomi syariah, karena melalui Akad
berbagai kegiatan bisnis dan usaha dapat dijalankan. Akad menfasilitasi setiap
orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang tidak dapat
dipenuhinya tanpa bantuan dan jasa orang lain
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan akad?
Jawaban :
Akad adalah segala sesuatu yang diniatkan oleh seseorang untuk dikerjakan,
baik timbul karena satu kehendak, seperti wakaf, talak dan sumpah,
pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan dua orang,
seperti jual beli, sewa menyewa, perwakilan, dan gadai.

18

Anda mungkin juga menyukai