Hukum Bisnis
Kontrak
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Pembuatan
Kontrak.
Makalah ini menjelaskan tentang informasi mengenai bagaimana awal kontrak
dibuat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada, Rekan-Rekan di kelas,
serta Orang Tua yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Amin.
Penyusun
Siddiq Juwi Pranata
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1. Pengertian Kontrak....................................................................................6
2.2. Syarat Syarat Kontrak...............................................................................7
2.3. Jenis – Jenis Kontrak..................................................................................8
2.4. Point Point Penting dalam kontrak.........................................................12
2.5. Format Surat Kontrak Kerja...................................................................13
Bentuk dan Isi Somasi.................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
3.1. Kesimpulan................................................................................................19
3.2. Saran..........................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
(kepentingan sebagai suatu tuntutan atau hasrat yang ingin dipuaskan manusia,
baik secara indvidu ataupun kelompok atau asosiasi).Melalui hubungan bisnis,
pertukaran kepentingan para pihak senantiasa dituangkan dalam bentuk kontrak
mengingat “setiap langkah bisnis adalah langkah hukum (isi Kontrak)”.Ungkapan
ini merupakan landasan utama yang harus diperhatikan para pihak yang
berinteraksi dalam dunia bisnis, meskipun para pihak acap kali tidak
menyadarinya, namun setiap pihak yang memasuki kehidupan bisnis pada
dasarnya melakukan langkah-langkah hukum dengan segala konsekuensinya.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang kontrak
2. Untuk mengetahui mekanisme kontrrak dan contohnya
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan
dengan perjanjian, adalah “ suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.”
Menurut Salim H.S., S.H., M.S., perjanjian atau kontark merupakan hubungan
hukum antara subjek hukum yang satu dengan dengan subjek hukum yang lain
dalam bidang harta kekayaan, dimana subjek hukum ang satu berhak atas prestasi
dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan
prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.”
Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan satu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua
orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa
suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang
diucapkan atau ditulis.
Dengan demikian hubungan antara perjanjian dengan perikatan adalah
bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan,
disampingnya sumber-sumber lain. Sumber-sumber lain ini mencakup denga
nama undang-undang. Jadi, ada perikatan yang lahir dari perjanjian dan ada
perikatan yang lahir dari undang-undang.
Dengan sekian banyak pengertian perjanjian yang telah dipaparkan di atas, ada
tiga unsur yang dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Ada orang yang menuntut, atau dalam istilah bisnis biasa di sebut kreditor
2. Ada orang yang dituntut, atau yang dalam istilah bisnis biasa disebut debitur
3. Ada sesuatu yang dituntut, yaitu prestasi.
Syarat-syarat Kontrak
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan kontrak antara dua
pihak, yaitu:
1. Kesepakatan (Consensus) Dua belah pihak harus menyepakati hal yang sama
dalam kontrak tersebut.
7
Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya disederhanakan menjadi
kesepakatan para pihak. Jika diartikan, kesepakatan berarti adanya penyesuaian
kehendak yang bebas antara para pihak mengenai hal-hal pokok yang diinginkan
dalam perjanjian.
Dalam hal ini, setiap pihak harus memiliki kemauan yang bebas (sukarela) untuk
mengikatkan diri, di mana kesepakatan tersebut dapat dinyatakan secara tegas
maupun diam-diam. Adapun makna dari bebas adalah lepas dari kekhilafan,
paksaan, dan penipuan.
Apabila adanya unsur kekhilafan, paksaan, atau penipuan hal ini berarti
melanggar syarat sah perjanjian. Ketentuan tersebut sebagaimana diatur dalam
Pasal 1321 KUH Perdata yang menerangkan bahwa tiada suatu persetujuan pun
mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan
paksaan atau penipuan.
2. Kemampuan (Capacity) Para pihak harus bebas dan mampu untuk membuat
keputusan yang mengikat dalam kontrak.
Dalam konteks kecakapan untuk membuat suatu perikatan, yang menjadi subjek
adalah pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Pasal 1329 KUH
Perdata menerangkan bahwa tiap orang berwenang untuk membuat perikatan,
kecuali ia dinyatakan tidak cakap untuk hal itu.
Terkait siapa yang dinyatakan tidak cakap, Pasal 1330 KUH Perdata menerangkan
bahwa yang tidak cakap untuk membuat persetujuan adalah anak yang belum
dewasa; orang yang ditaruh di bawah pengampuan; dan perempuan yang telah
kawin dalam hal yang ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua
orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu.
3. Objek yang Jelas (Certainty of Subject Matter) objek yang dijadikan bahan
kontrak harus jelas dan bukan merupakan objek yang dilarang oleh hukum.
Terkait suatu pokok persoalan atau hal tertentu bermakna apa yang menjadi
perjanjian atau diperjanjikan oleh kedua belah pihak. Pada intinya, barang yang
8
dimaksud dalam perjanjian ditentukan jenisnya, yakni barang yang dapat
diperdagangkan. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 1332 KUH Perdata yang
menerangkan bahwa hanya barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat
menjadi pokok persetujuan.
Kemudian, Pasal 1333 KUH Perdata menerangkan bahwa suatu persetujuan harus
mempunyai pokok berupa suatu barang yang sekurang-kurangnya ditentukan
jenisnya. Jumlah barang itu tidak perlu pasti, asal saja jumlah itu kemudian dapat
ditentukan atau dihitung.
4. Legalitas (Legality) Kontrak harus sesuai dengan hukum dan tidak melanggar
ketertiban umum serta moral.
Makna suatu sebab yang tidak terlarang atau halal dalam konteks perjanjian
berkaitan dengan isi perjanjiannya atau tujuan yang hendak dicapai oleh para
pihak yang terlibat. Isi dari suatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum.
Hal tersebut sebagaimana ketentuan Pasal 1337 KUH Perdata yang menerangkan
bahwa suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang
atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum.
9
2. Perjanjian Sepihak
Sedangkan perjanjian atas beban atau alas hak yang membebani, adalah
suatu perjanjian dalam mana terhadap prestasi ini dari pihak yang satu selalu
terdapat kontra prestasi dari pihak lainnya, dan antara kedua prestasi ini ada
hubungannya menurut hukum. Kontra prestasinya dapat berupa kewajiban
pihak lain, tetapi juga pemenuhan suatu syarat potestatif (imbalan). Misalnya
A menyanggupi memberikan kepada B sejumlah uang, jika B menyerah
lepaskan suatu barang tertentu kepada A .
10
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri,
maksudnya bahwa perjanjian itu memang ada diatur dan diberi nama oleh
undang-undang. Misalnya jual-beli ; sewa-menyewa; perjanjian
pertanggungan; pinjam pakai dan lain-lain. Sedangkan perjanjian bernama
adalah merupakan suatu perjanjian yang munculnya berdasarkan praktek sehari-
harui. Contohnya : Perjanjian sewa-beli. Jumlah dari perjanjian ini tidak
terbatas banyaknya.
11
artinya sejak terjadinya perjanjian timbullah hak dan kewajiban pihak-pihak.
12
Hukum Perikatan mengungkapkan :
13
Selain itu, Anda harus tahu bahwa Anda memiliki status pekerjaan yang jelas
setiap kali Anda bekerja. Bisa jadi karyawan kontrak yang sudah lama bekerja di
perusahaan, atau karyawan tetap.
Dari sini Anda juga perlu memahami bentuk kontrak kerja tersebut. Lalu ada juga
contoh kontrak kerja yang bisa menjadi visi Anda. Hal ini juga disamakan dengan
kenyataan bahwa pemberi kerja harus mengetahui bentuk perjanjian kerja secara
tertulis, yaitu:
Wanprestasi
Anda mungkin sering mendengar istilah nilai Wanprestasi, tetapi tidak tahu persis
apa arti nilai Wanprestasi. Istilah Wanprestasi sering juga disebut sebagai cidera
janji atau wanprestasi dalam pembayaran. Menurut KUH Perdata, ada empat
bentuk wanprestasi, yaitu:
14
Terlambat memenuhi kewajibannya; dan
Melakukan hal-hal yang dilarang oleh kontrak.
Lalu bagaimana solusinya jika salah satu pihak lalai? Pihak yang haknya
dilanggar dapat memberikan teguran kepada para wanprestasi, dalam hal teguran
itu dikenal dengan surat peringatan atau somasi, yang akan dijelaskan di bawah
ini.
Somasi
Segera setelah Anda memahami kontrak, kondisi kontrak hukum dan prinsip-
prinsip kesimpulan kontrak berlaku. Sekarang saatnya Anda memahami apa yang
terjadi jika pihak lain gagal memenuhi kontrak? Sebelum membawa masalah ini
ke pengadilan, Anda dapat menyelesaikannya dengan somasi atau panggilan
pengadilan.
“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta
sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini
menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yg
ditentukan.”
Selain itu, dalam pasal 1243 KUHP menetapkan bahwa tuntutan pelanggaran
kontrak dapat diajukan jika si wanprestasi diperingatkan bahwa ia melalaikan
kewajibannya atau melalaikannya tetapi terus melalaikan kewajibannya.
Peringatan ini lebih dikenal sebagai tantangan. Selain itu, jumlah surat panggilan
yang dikeluarkan tidak diatur secara ketat, tetapi bergantung pada pihak yang
mengeluarkan surat panggilan tersebut.
15
Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subyektif, karena
mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian,
sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif karena
mengenai perjanjian sendiri oleh obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan
itu.
Pendek kata ada hal-hal yang luar biasa yang mengakibatkan salah satu pihak
dalam perjanjian tersebut telah memberikan perizinannya atau kata sepakatnya
secara tidak bebas dengan akibat perizinan mana menjadi pincang tidak
sempurna.Perjanjian yang diadakan dengan kata sepakat yang cacat itu dianggap
tidak mempunyai nilai. Lain halnya dalam suatu paksaaan yang bersifat relatif,
dimana orang yang dipaksa itu masih ada kesempatan apakah ia akan mengikuti
kemauan orang yang memaksa atau menolaknya, sehingga kalau tidak ada
persetujuan dari orang yang dipaksa itu maka jelas bahwa persetujuan yang telah
diberikan itu adalah persetujuan yang tidak sempurna, yaitu tidak memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
16
benar. Tentang halnya kekeliruan atau kesilapan undang-undang tidak
memberikan penjelasan ataupun pengertian lebih lanjut tentang apa yang
dimaksud dengan kekeliruan tersebut. Untuk itu harus dilihat pendapat doktrin
yang telah memberikan pengertian terhadap kekeliruan itu, terhadap sifat-sifat
pokok yang terpenting dari obyek perjanjian itu. Dengan perkataan lain bahwa
kekeliruan itu terhadap unsur pokok dari barang – barang yang diperjanjikan
yang apabila diketahui atau seandainya orang itu tidak silap mengenai hal-hal
tersebut perjanjiann itu tidak akan diadakan.
Jadi sifat pokok dari barang yang diperjanjikan itu adalah merupakan motif
yang mendorong pihak—pihak yang bersangkutan untuk mengadakan perjanjian.
Sesuatu kekeliruan atau kesilapan untuk dapat dijadikan alasan guna menuntut
pembatalan perjanjian maka haruslah dipenuhi persyaratan bahwa barang-barang
yang menjadi pokok perjanjian itu dibuat, sedangkan sebagai pembatasan yang
kedua dikemukakan oleh doktrin adalah adanya alasan yang cukup menduga
adanya kekeliruan atau dengan kata lain bahwa kesilapan itu harus diketahui oleh
lawan, atau paling sedikit pihak lawan itu sepatutnya harus mengetahui bahwa ia
sedang berhadapan dengan seseorang yang silap.
Syarat kedua untuk sahnya suatu perjanjian adalah, kecakapan para pihak.
Untuk hal ini dikemukakan Pasal 1329 KUH Perdata, dimana kecakapan itu dapat
kita bedakan :
1. Secara umum dinyatakan tidak cakap untuk mengadakan perjanjian
secara sah
17
mengadakan perjanjian tertentu, misalnya Pasal 1601 KUH Perdata yang
menyatakan batalnya suatu perjanjian perburuhan apabila diadakan antara
suami isteri.
18
dalam masyarakat, dimana seseorang yang membuat perjanjian itu pada
dasarnya berarti juga mempertaruhkan harta kekayaannya. Sehingga logis
apabila orang-orang yang dapat berbuat itu adalah harus orang-orang yang
sungguh-sungguh berhak berbuat bebas terhadap harta kekayaannya itu
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sekian pembahasan singkat mengenai definisi dari hukum kontrak. Pembahasan
kali ini tidak hanya membahas definisi dari hukum kontrak saja namun juga
membahas lebih jauh bagaimana syarat sah dalam sebuah kontrak, asas
19
hukumnya, cara penerapannya, format kontrak, dan solusi apabila sebuah kontrak
mengalami wanprestasi atau cidera dalam kontrak.
Memahami pengertian dari hukum kontrak memberikan kita pengetahuan
tambahan mengenai berbagai hukum yang berlaku dalam sebuah kontrak dan
bagaimana prosedur sebuah kontrak beserta syarat sah dan asas hukum yang
berlaku dalam membuat sebuah kontrak oleh seorang pekerja atau pelaku bisnis
dalam menyepakati sebuah kontrak yang dilakukan antara kedua belah pihak agar
terjalin kesepakatan bersama.
3.2. Saran
Saran kami kepada pembaca supaya makalah ini dapat bermanfaat, dan
kami membutuhkan saran serta kritikan yang membangun dari para pembaca
mengenai makalah kami karena mengingat bahwa makalah kami belum sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-hukum-kontrak/
https://repositori.uma.ac.id/bitstream
20