Anda di halaman 1dari 14

TUGAS TERSTRUKTUR Dosen Pengampu :

Mata Kuliah : Adi Wahyu Ilhami,S.H.I.,M.H

Aspek Hukum Dalam Islam

MAKALAH

Hukum Perjanjian, MoU, dan E-Contract

Disusun Oleh

Kelompok 2

M.Aditia Fakhrianor 220105020097

M.Zaidan Fadhillah 220105020207

Siti Rahmatun 220105020237

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS EKONOMI A DAN BISNIS ISLAM

PRODI PERBANKAN SYARIAH 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanrrahim Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. Atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hukum Perjanjian, MoU, dan E-Contract

” Dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pengampu mata
kuliah studi Aspek Hukum Dalam Bisnis, Bapak Adi Wahyu Ilhami,S.H.I., M.H. dan juga
kepada teman – teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,ataupun adanya
ketidaksesuaian materi yang kami angkat .

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum bertujuan mengatur berbagai kepentingan manusia dalam rangka pergaulan


hidup di masyarakat.kepentingan manusia dalam masyarakat begitu luas, mulai dari
kepentingan pribadi hingga masyarakat dengan Negara Untuk itu pergolongan hukum privat
mengatur kepentingan individu atau pribadiseperti hukum dagang dan hukum perdata Hukum
perikatan yang terdapat dalam buku III kitab undang-undang hukum perdata merupakan hukum
yan bersifat khusus dalam melakukan perjanjian dan perbuatan hukum yang bersifat ekonomis
atau perbuatan hukum yang dapat dinilai dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum
Dalam kegiatan ekonomi terdapat upaya untuk mendapatkan keuntungan atau laba Namun
harus berdasarkan peraturan dan norma yang terdapat dalam undang- undang yang berlaku
maupun hukum yang berlaku Dengan adanya hubungan hukum maka terjadi pertalian
hubungan subjek hukum dengan objek hukum (hubungan hak kebendaan)Dalam hukum
perjanjian didalamnya terdapat dua azas yaitu azas konsensualitas dan azas kebebasan
berkontrak Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia tentunya memerlukan perangkat
hukum nasional yang sesuai dengan hukum perikatan atau kontrak yang berkembang dinamis
dalam masyarakat melengkapi perangkat perundang-undangan Di Indonesia berbagai
peratutran undang-undang dibuat oleh pemerintah Indonesia telah menggantikan sebagian
kitab undang-undang hukum perdata dan kitab undang- undang hukum dagang. Naumun untuk
mengisi kekosongan hukum di Indonesia maka ke dua kitab undang-undang itu masih
digunakan sampai ada peraturan perundang- undangan yang baru untuk menggantinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Hukum Perjanjian ?


2. Apa pengertian MoU ?
3. Apa pengertian E-Contract ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hukum perjanjian


2. Untuk mengetahui pengertian MoU
3. Untuk mengetahui pengertian E-Contract

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Perjanjian

Kata “perjanjian” dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. “Dalam arti luas suatu
perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki
(atau dianggap dikehendaki) oleh para pihak, termasuk di dalamnya perkawinan, perjanjian
kawin dan lain-lain. Dalam arti sempit “perjanjian” di sini hanya ditujukan kepada hubungan-
hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja, seperti yang dimaksud oleh Buku III
B.W. Dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313 mendefinisikan arti
perjanjian sebagai “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Selanjutnya, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di mana di dalam buku
tersebut dijelaskan mengenai pengertian dari syarat sahnya perjanjian. Pasal 1320 KUH
Perdata mengatakan bahwa syarat sahnya perjanjian diperlukan empat syarat:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3) Suatu hal tertentu dan
4) Suatu sebab yang halal.

Jadi, pada dasarnya suatu perjanjian adalah suatu tindakan hukum yang mengikat antar para
pihak yang bersangkutan yang tertuang dalam kontrak disertai kata kesepatakan. Namun di
dalam prakteknya, seringkali orang yang menutup suatu perjanjian hanya mengetahui akibat-
akibat hukum yang berasal dari pokok pokoknya saja, karena di dalam perjanjian hanya dimuat
ketentuan-ketentuan yang pokok saja tanpa memberikan ketentuan secara terperinci.
Pembicaraan tentang perjanjian dalam kaitannya dengan tindakan hukum merupakan pokok
pembicaraan yang penting, karena melalui tindakan-tindakan hukum, manusia
menyelenggarakan kepentingan-kepentingannya, sedang di antara tindakan-tindakan hukum
manusia, tindakan menutup perjanjian memegang peranan yang paling utama. Melalui
perjanjian orang mendapatkan, mengubah dan melepaskan hak-hak serta kewajiban-
kewajiban-kewajibannya. Hampir tidak ada hak dan kewajiban yang tidak didapatkan dan
diperoleh dari orang melalui perjanjian.

4
Adapun Subyek dan Obyek dalam Perjanjian, di antaranya:

Subyek

1) Seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat beban kewajiban untuk sesuatu
2) dan Seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat hak atas pelaksanaan
kewajiban itu.

Obyek

1) Hal yang diwajibkan kepada pihak-berwajib (debitur) dan


2) Hal terhadap mana pihak-berhak (kreditur) mempunyai hak

Asas-Asas yang terkandung dalam Perjanjian

Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata, yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-
Undang bagi mereka yang membuatnya.” Prinsip kebebasan untuk berkontrak (freedom of
contract) sebagaimana tercantum dalam Pasal 1338 KUH Perdata itu mencakup:

1) Kebebasan untuk menentukan kehendak menyetujui atau tidak menyetujui dibuatnya


suatu perjanjian
2) Kebebasan untuk memilih dengan pihak mana akan dibuat suatu perjanjian
3) Kebebasan untuk menetapkan isi perjanjian
4) Kebebasan untuk menetapkan bentuk perjanjian
5) Kebebasan untuk menetapkan cara pembuatan perjanjian.

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham individualisme
yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang diteruskan oleh kaum Epicuristen dan
berkembang pesat dalam zaman renaisans melalui antara lain ajaran-ajaran Hugo de-Grecht,
Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas
untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. dalam hukum kontrak asas ini diwujudkan dalam
“kebebasan berkontrak”. Paham Individualisme memberikan peluang yang luas kepada
golongan ekonomi kuat untuk menguasai golongan ekonomi lemah.

Asas Konsensualisme (concensualism)

5
Lebih jauh, asas konsensualisme (kesepakatan, consensus) sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1320 KUH Perdata menekankan kesepakatan di antara para pihak yang membuat
perjanjian, yang ditandai dengan apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu sebagai juga
dikehendaki oleh pihak lainnya secara seketika. Suatu konsensus dianggap tidak ada, atau jika
ada, bisa dinyatakan cacat, bila terdapat salah satu dari tiga halangan yang ditentukan dalam
Pasal 1321 KUH Perdata, yaitu:

1) Kekhilafan (Ned: dwaling, Eng: oversight)

2) Paksaan (Ned: dwang, Eng: coercion)

3) Penipuan (Ned: bedrog, Eng: fraud).

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata. Pada
pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah kata kesepakatan
antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada
umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh
kedua belah pihak.

Asas Kepastian Hukum (Pacta sunt servanda)

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan
asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini menyatakan bahwa hakim atau pihak
ketiga harus menghomati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya
sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap sebuah undang-
undang.

Hal selanjutnya, setelah mengetahui pengertian dari perjanjian yang tercantum dalam
Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata serta adanya kekuatan hukum yang
mendukung, tujuan dan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya maka penulis akan meneruskan
pembahasan tentang pengertian Hukum Kontrak. Seperti dalam pembahasan sebelumnya,
perjanjian memiliki kaitan dengan unsur-unsur yang terdapat di dalam kontrak.Bahwa suatu
kontrak merupakan suatu kesepakatan yang dapat dilaksanakan oleh pengadilan berdasarkan
hukum yang berlaku, kepatutan dan kelayakan. Yang dimaksud dengan kontrak adalah suatu
janji atau seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum

6
memberikan pemulihan atau menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk
pelaksanaannya.

Setiap kontrak yang dibuat harus melibatkan sekurang-kurangnya dua pihak atau lebih.
Karena di dalamnya terdapat pihak yang menawarkan bisa juga disebut sebagai offeror yakni
pihak yang mengajukan penawaran untuk membuat suatu kontrak, disamping itu ada juga pihak
yang ditawari dari sebuah kontrak biasa disebut sebagai offeree yakni pihak di mana kontrak
tersebut ditawarkan.

Terdapat unsur-unsur yang mendukung demi terwujudnya suatu kontrak yang dapat
dilaksanakan, yaitu:

1. Kesepakatan: Untuk memperoleh suatu kontrak yang bisa dilaksanakan, para pihak harus
telah saling menerima kesepakatan. Kesepakatan ini antara pihak offeror dan offeree

2. Pertimbangan: Janji tersebut harus didukung tawar-menawar yang dijadikan pertimbangan


berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Seringkali janji-janji untuk memberi dan
kewajiban-kewajiban moral tidak didukung oleh pertimbangan yang sah.

3. Kapasitas mengadakan kontrak: pihak-pihak dalam kontrak harus memiliki kapasitas atau
kemampuan untuk mengadakan kontrak.

4. Obyek yang sah: Obyek kontrak haruslah sah atau tidak melawan hukum. Kontrak diadakan
untuk mencapai tujuan-tujuan atau obyek illegal atau kontrak-kontrak yang berlawanan atau
bertentangan dengan kebijkaksanaan pemerintah menjadi batal.

2.3 pengertian MoU (Memorandum of Understanding )

Memorandum adalah suatu peringatan, lembar peringatan, atau juga suatu lembar
catatan.Memorandum juga merupakan suatu nota atau surat peringatan tak resmi yang
merupakan suatu bentuk komunikasi yang berisi antara lain mengenai saran, arahan dan
penerangan. Sedangkan istilah memorandum of understanding berasal dari dua kata, yaitu
memorandum dan understanding. Secara gramatikal memorandum of understanding diartikan
sebagai nota kesepahaman. Dalarn Black's Law Dictionary, yang diartikan memorandum
adalah: dasar untuk memulai penyusunan kontrak secara formal pada masa datang ( is to serve
as the basic of future formal contract). Understanding diartikan sebagai: An implied agreement
resulting from the express term of another agreement, whether written or oral. Artinya,
pernyataan persetujuan secara tidak langsung terhadap hubungannya dengan persetujuan lain,

7
baik sccara lisan maupun secara tertulis. Dari terjemahan kedua kata itu, dapat dirumuskan
pengertian memorandum of understanding. Memorandum of understanding adalah dasar
penyusunan kontrak pada masa datang yang didasarkan pada hasil para pihak, baik secara
tertulis maupun lisan. Dalam perbendaharaan kata - kata Indonesia, istilah Memorandum of
Understanding diterjemahkan ke dalam berbagai istilah yang bervariasi, yang tampak belum
begitu baku. Sebut saja misalnya istilah seperti “Nota Kesepakatan atau Nota
Kesepahaman”Sebenarnya Memorandum of Understanding itu sama saja dengan kesepahaman
- kesepahaman lainnya. Bidangnya juga bermacam - macam, bisa mengenai perdagangan, jual
- beli, perjanjian antar negara, penanaman modal, ataupun bidang - bidang lainnya. Bahkan
paling tidak secara teoritis, Memorandum of Understanding dapat dibuat dalam bidang apapun.
Munir Fuady, mengartikan memorandum of understanding sebagai berikut :

"Perjanjian pendahuluan, dalam arti nantinya akara diikuti dan dijabarkan dalam
perjanjian lain yang mengaturnya secara detail, karena itu, memorandum of understanding
berisikan hal - hal yang pokok saja. Adapun mengenai lain - lain aspek dari memorandum of
understanding relatif sama dengan perjanjian perjanjian lain. Nyoman Sudana, dkk.,
mengartikan memorandum of understanding sebagai suatu perjanjian pendahuluan, dalam arti
akan diikuti perjanjian lainnya.Perjanjian pendahuluan merupakan perjanjian awal yang
dilakukan oleh para pihak. Isi memorandum of understanding mengenai hal - hal yang pokok
saja, maksudnya substansi memorandum of understanding itu hanya berkaitandengan hal - hal
yang sangat prinsip. Substansi memorandum of understanding ini nantinya akan menjadi
substansi kontrak yang dibuat secara lengkap dan detail oleh para pihak.

Definisi - definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagaimana dikemukakan di atas
hanya difokuskan pada sifat dari memorandum of understanding, yaitu sebagai perjanjian
pendahuluan. Dalam ketiga definisi tersebut juga tidak dirumuskan tentang bagaimana
hubungan para piliaknya dan yang menjadi substansi dari memorandum of understanding
tersebut. Oleh karena definisi - definisi tersebut kurang lengkap, maka perlu dilengkapi dan
disempurnakan. Menurut pendapat penyusun berdasarkan pendapat para ahli tersebut, bahwa
yang diartikan dengan memorandum of understanding adalah "nota kesepahaman atau nota
kesepakatan yang dibuat antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum lainnya, baik
dalarn suatu negara maupun antarnegara untuk melakukan kerja sama dalarn berbagai aspek
kehidupan dan Jangka waktunya tertentu". Hal tersebut didasarkan pada pengertian yang
berkembang di masyarakat bisnis sehari - hari terhadap suatu Memorandum of Understanding
yang selain mengistilahkan dengan istilah lain yakni nota kesepahaman atau terkadang disebut

8
sebagai nota kesepakatan. Tetapi, walaupun begitu istilah Memorandum of Understanding
tetap merupakan istilah yang paling populer dan lebih bersifat internasional dibandingkan
dengan istilah - istilah lainnya.

Istilah lain yang sering juga dipakai untuk Memorandum of Understanding ini, terutama
oleh negara - negara Eropa adalah apa yang disebut dengan Head Agreement, Cooperation
Agreement, dan Gentlement Agreement yang sebenarnya mempunyai arti yang sama saja
dengan arti yang dikandung oleh istilah Memorandum of Understanding.

Unsur - unsur yang dikandung dalam definisi tersebut, antara lain meliputi:

1) Para pihak yang membuat memorandum of understanding tersebut adalah subjek


hukum, baik berupa badan hukum publik maupun badan hukum privat. Badan hukum
publik, misalnya negara, pernerintah provinsi/kabupaten/kota. Adapun badan hukum
privat, antara lain Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan Yayasan.
2) Wilayah keberlakuan dari MoU itu, bisa regional, nasional, maupun internasional.
3) Substansi memorandum of understanding adalah kerja sama dalam berbagai aspek
kehidupan; dan
4) Jangka waktunya tertentu

Para pihak yang terikat dalam memorandum of understanding tidak hanya badan hukum
privat, tetapi juga antara negara yang satu dengan negara dengan lainnya. Pada hakikatnya
substansi dari memorandum of understanding misalnya berisi suatu kerja sama dalam
berbagai bidang kehidupan, di bidang ekonomi. pendidikan, kesehatan, pertahanan
keamanan (hankam), keuangan, keahlian dan lain -lain. Dalam setiap memorandum of
understanding juga dicantumkan tentang jangka waktunya. Jangka waktu berlakunya
memorandum of understanding adalah berkaitan dengan lamanya kerja sama itu dilakukan
misalnya, jangka waktu tiga bulan, enam bulan, setahun, dan sebagainya.

Hingga saat ini tidak dikenal pengaturan khusus tentang MoU. Hanya saja, merujuk
dari definisi dan pengertian di atas, dimana MoU tidak lain adalah merupakan perjanjian
pendahuluan, maka pengaturannya tunduk pada ketentuan tentang perjanjian yang tercantum
dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dalam hukum perikatan mengenai perjanjian dapat digambarkan sebagai berikut:


Menurut KUH Perdata pasal 1313, perjanjian adalah peristiwa dimana seseorang berjanji
kepada orang lain, dimana kedua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu

9
hal. Sedangkan perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak lain, dan pihak lain
berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Perjanjian akan menerbitkan perikatan antara dua orang
yang membuatnya untuk melakukan suatu hal.

Pengaturan MoU pada ketentuan buku III KUHPerdata yang sifatnya terbuka
membawa konsekuensi pada materi muatan atau substansi dari MoU yang terbuka pula.
Artinya para pihak diberi kebebasan untuk menentukan materi muatan MoU yang akan
mengatur apa saja, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum, dan norma kepatutan, kehati-
hatian dan susila yang hidup dan diakui dalam masyarakat, serta sepanjang penyusunan MoU
itu memenuhi syarat-syarat sahnya sebuah perjanjian sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320
KUHPerdata.

2.3 Pengertian E-Contract

Seiringnya dengan perkembangan zaman internet telah menciptakan dunia baru di luar
dunia nyata atau yang sering disebut para ahli sebagai “dunia virtual” atau “benua keenam”.
Salah satu teknologi yang dibawa oleh internet adalah e-commerce yang salah satu pencapaian
ilmiah paling berpengaruh dalam dunia bisnis. Teknologi e-commerce memunculkan sebuah
revolusi dalam system sirkulasi bisnis, menembus batas ruang dan waktu, mengubah pola
perdagangan, meningkatkan sirkulasi barang dagangan, modal dan informasi, serta membuat
perusahaan memiliki keunggulan atas orang lain juga dengan mengurangi biaya produksi
secara efektif. Pendeknya, e-commerce telah memungkinkan bisnis tradisional mencapai yang
lebih besar, lebih cepat, lebih baik dan hasil yang lebih ekonomis. Pengaruh e- commerce akan
melampaui aktivitas bisnis tradisional. Ini akan memberikan dampak yang besar pada setiap
aspek kehidupan masyarakat, seperti produksi dan ketenagakerjaan, fungsi pemerintah, bakat
kerja, system hukum, pendidikan, dan lain-lain. Istilah e-commerce merujuk pada penggunaan
jaringan internet dan jaringan lain (seperti intranet) untuk kegiatan membeli, menjual,
mengirim, dan bertukar data baik berupa barang maupun jasa. Istilah e-commerce sering di
sejajarkan dengan istilah e-bussines yang lebih luas dimana penggunaan istilah e-bussines
bukan hanya merujuk pada kegiatan jual dan beli barang maupun jasa, tetapi juga merujuk pada
setiap kegiatan bisnis seperti pelayanan terhadap konsumen, kerja sama antar perusahaan,
penyampaian pembelajaran data jaringan dan kepengurusan transaksi elektronik didalam
perusahaan.

10
Menurut Francis Botto (2003) E-Commerce adalah media yang digunakan untuk
melakukan kegiatan jual beli yang terhubung dengan jaringan internet. E- Commerce dalam
setiap transaksinya menggunakan kartu kredit dan system pembayaran elektronik lainnya.
Menurut Laudon & Loudon (1998) E-Commerce adalah suatu aktivitas membeli dan menjual
berbagai produk secara elektronik, baik dari konsumen ke konsumen maupun perusahaan ke
perusahaan yang menggunakan komputer sebagai media transaksi bisnis. Menurut David
Baum (1999), E-Commerce merupakan satu set dinamis dari teknologi aplikasi dan proses yang
menghubungkan antara perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi
elektronik dan pelayanan informasi yang dilakukan secara elektronik.

Menurut WTO (2013) menyebutkan E-Commerce atau e-business merupakan suatu


aktivitas penjualan barang dan jasa yang menggunakan jaringan komputer dengan konsep
menerima dan melakukan pemesanan barang dan jasa yang dilakukan antar perusahaan,
perorangan dan rumah tangga, lembaga pemerintahan, atau organisasi publik dan swasta baik
secara lokal maupun internasional. Menurut Sijabat (2016), berpendapat bahwa E-Commerce
dapat dilihat dalam 4 (empat) perspektif, seperti komunikasi, bisnis, layanan dan informasi
(online).Menurut Abdul Halim Barkatullah, e-commerce yaitu kegiatan-kegiatan bisnis yang
menyangkut konsumen (consumers) manufaktur (manufactures) dan pedagang perantara
(intermediateries) dengan menggunakan jaringan- jaringan komputer (computer net-work)
yaitu internet.

Menurut Mc Leod (2008), e-commerce adalah penggunaan jaringan komunikasi dan


computer untukmelaksanakan proses bisnis.Dari beberapa pendapat di atas memiliki kesamaan
dan kesamaan tersebut mencerminkan bahwasanya e- commerce itu memiliki karasteristik,
diantaranya:

a. Internet merupakan media atau alat utama dalam tatacara/proses perdagangan.

b. Terjadinya transaksi keduabelah pihak yang bersangkutan.

c. Terjadinya pertukaran informasi, barang dan jasa.

E-Commerce merupakan suatu kegiatan bisnis yang dilakukan lewat dunia maya
(internet), dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, para konsumen dapat melakukan
penjualan, pembelian dan lain-lain.E- commerce sangat membantu untuk para penggunanya
karena dapat mengefektifkan dan mengefisienkan waktu sehingga memudahkan seseorang
untuk bertransksi jual beli kapan pun dan dimana pun tanpa terhalang oleh jarak, waktu, dan

11
tempat. Di zaman sekarang banyak bermunculan online shop ataupun perusahaan-perusahaan
yang menjual berbagai macam barang melalui media e- commerce hanya dengan cara membuat
website. Media internet semakin dilirik oleh produsen untuk menjual ataupun mempromosikan
produk mereka kepada customer.

Pada penggunaan fax, pencetakan dokumen, entry ulangdokumen, serta jasa kurir. Efisiensi
tersebut akan memperlihatkan adanya pengurangan biaya dan waktu atau kecepatan proses.
Kualitas transfer data juga menjadi lebih baik, karena tidak dilakukannya entry ulang yang
memungkinkanterjadinya human error.

Ada beberapa pokok konsep yang ada dalam sebuah e-commerce:

a. Sebagian atau seluruhnya elektronik

E-Commerce bias berupa sebagian atau seluruhnya menggunakan metode elektronik,


tergantung pada 3 aktivitas pokok perdagangan yaitu: pemesanan dan pembayaran, pemenuhan
pesanan, dan penyaluran kepada konsumen. Setiap aktivitas dapat dilakukan dengan cara fisik
dan digital maupun seluruhnya digital. Contoh dari penggunaan sebagian atau kombinasi dari
penggunaan cara fisik dan cara digital adalah pembelian buku didalam e-commerce dilakukan
dengan cara sebagian menggunakan media elektronik seperti pembayaran dan pemesanan.
Namun disisi lain menggunakan media fisik dalam proses penyaluran barang. Disisi lain
terdapat pula cara penggunaan media digital sepenuhnya adalah pembelian e-book atau
software didalam e-commerce dimana pembayaran, pemesanan maupun penyaluran barang
kepada konsumen dilakukan seluruhnya secara digital.

b. Organisasi E-commerce

Adanya organisasi fisik murni (perusahaan) sebagai organisasi yang hanya bergerak
dibidang e- commerce atau organisasi virtual, yang dimaksud organisasi adalah organisasi yang
melakukan beberapa aktivitas e-commerce.

c. Pasar dan Jaringan Elektronik

E-commerce dapat dilakukan dipasar elektronik (e- marketplace), lokasi online tempat
pembeli dan penjual melakukan transaksi komersial seperti menjual barang, jasa, atau
informasi. Setiap individu juga dapat membuka penjualan pasar pribadi produk atau layanan
online. Pasar elektronik terhubung kepada penjual dan pembeli melalui internet atau
kemitranya dalam organisasi intranet.

12
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Perjanjian hukum adalah suatu kesepakatan antara dua pihak atau lebih yang mengikat
secara hukum dan memuat hak serta kewajiban yang harus dipatuhi oleh setiap pihak yang
terlibat. Perjanjian ini dapat berupa kontrak, perjanjian sewa-menyewa, perjanjian jual-beli,
dan berbagai bentuk perjanjian lainnya. Tujuan dari perjanjian hukum adalah untuk
menciptakan keteraturan dan kepastian hukum dalam interaksi antarindividu atau pihak yang
terlibat.

MoU adalah singkatan dari "Memorandum of Understanding" atau dalam bahasa


Indonesia dikenal sebagai Nota Kesepahaman. Ini adalah dokumen yang digunakan untuk
menetapkan kesepakatan dan niat bersama antara dua pihak atau lebih dalam suatu kerjasama
atau proyek. Meskipun MoU bukanlah kontrak yang mengikat secara hukum, namun dapat
menjadi dasar bagi pihak-pihak yang terlibat untuk bekerja sama sesuai dengan parameter yang
telah disepakati.

E-Contract, atau kontrak elektronik, adalah bentuk kontrak yang dibuat, ditandatangani,
dan dieksekusi secara elektronik menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Ini berarti
bahwa kontrak ini dapat disusun, ditandatangani, dan berlaku melalui platform atau perangkat
elektronik, tanpa perlu dokumen fisik.

13
DAFTAR PUSTAKA

R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, CV. Mandar Maju, Bandung, 2000

Buku: Budiono Kusumohamidjojo, Perbandingan Hukum Kontrak, Mandar Maju, Bandung,


2015

Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan Hukum Perikatan,
Nuansa Aulia, Bandung, 2007

R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, CV. Mandar Maju, Bandung, 2000

R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita,


Jakarta, 2005

14

Anda mungkin juga menyukai