Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM PERJANJIAN (KONTRAK)

DOSEN PENGAMPU :
Hj. Dharliana, SE., SH., MM., MH.

DISUSUN OLEH :

1. Renny Sabetha Banjarnahor (118020421)


2. Reza Kusuma Dewi (118020438)
3. Dian Zulfa Fadhilah (118020453)

Kelas : Manajemen 2M

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jln. Pemuda No. 32 Sunyaragi, Kesambi, Sunyaragi, Kec. Kesambi
2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa Ridho-Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam yang tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah
sebagai tugas kelompok dari Mata Kuliah Hukum Bisnis dengan judul “hukum perjanjian
(kontrak)”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Cirebon, 28 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................…
B. Rumusan Masalah...............................................................................…
1. apa yang dimaksud dengan kontrak atau perjanjian?
2.  Apa saja prinsip-prinsip dasar kontrak dan karakteristik kontrak?
3.  Apa yang dimaksud mengenai bahasa kontrak yang dibakukan?
4. Apa saja bentuk & jenis kontrak dalam transaksi / kegiatan
bisnis?
5. Apa yang dimaksud dengan teknik perancangan kontrak?
6.  Apa yang dimaksud dengan klausa perubahan, penambahan,
sanksi, pilihan hukum, dan force majeur?
7.  Apa yang dimaksud dengan klausa pilihan penyelesaian
sengketa?
C. Tujuan Penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kontrak atau Perjanjian.......................................................
B. Prinsip-prinsip Dasar Kontrak dan Karakteristik Kontrak
C. Bahasa Kontrak yang dibakukan
D. Bentuk dan Jenis Kontrak dalam Transaksi/Kegiatan Bisnis
E. Teknik Perancangan Kontrak
F. Klausula Perubahan, Penambahan, Sanksi, Pilihan Hukum, dan Force Majeur
G. Klausula Pilihan Penyelesaian Sengketa..............................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah


Perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
Perdata), yaitu “suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih”. Berbeda dengan perikatan yang merupakan
suatu hubungan hukum, perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum. Perbuatan hukum
itulah yang menimbulkan adanya hubungan hukum perikatan, sehingga dapat dikatakan
bahwa perjanjian merupakan sumber perikatan.
Disamping perjanjian kita mengenal pula istilah kontrak. Secara gramatikal, istilah kontrak
berasal dari bahasa Inggris, contract. Baik perjanjian maupun kontrak mengandung
pengertian yang sama, yaitu suatu perbuatan hukum untuk saling mengikatkan para pihak
kedalam suatu hubungan hukum perikatan. Istilah kontrak lebih sering digunakan dalam
praktek bisnis. Karena jarang sekali orang menjalankan bisnis mereka secara asal-asalan,
maka kontrak-kontrak bisnis biasanya dibuat secara tertulis, sehingga kontrak dapat juga
disebut sebagai perjanjian yang dibuat secara tertulis.

B.   Rumusan Masalah
            Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan
sebagai berikut :
1.      apa yang dimaksud dengan kontrak atau perjanjian?
2.      Apa saja prinsip-prinsip dasar kontrak dan karakteristik kontrak?
3.      Apa yang dimaksud mengenai bahasa kontrak yang dibakukan?
4.      Apa saja bentuk & jenis kontrak dalam transaksi / kegiatan bisnis?
5.      Apa yang dimaksud dengan teknik perancangan kontrak?
6.      Apa yang dimaksud dengan klausa perubahan, penambahan, sanksi, pilihan hukum, dan
force majeur?
7.      Apa yang dimaksud dengan klausa pilihan penyelesaian sengketa?

C.   Tujuan
1.     Mengetahui pengertian kontrak atau perjanjian.
2.      Mengetahui prinsip-prinsip dasar kontrak dan karakteristik kontrak.
3.      Mengetahui bahasa kontrak yang dibakukan.
4.      Mengetahui bentuk & jenis kontrak dalam transaksi / kegiatan bisnis.
5.     Mengetahui teknik perancangan kontrak.
6.     Mengetahui klausa perubahan, penambahan, sanksi, pilihan hukum, dan force majeur.
7.     Mengetahui klausa pilihan penyelesaian sengketa.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kontrak atau Perjanjian


Pengertian Perjanjian atau kontrak diatur Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313 KUH
Perdata berbunyi : “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih
mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih.”
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan perjanjian,
adalah “ suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan  kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum.”
Menurut Salim H.S., S.H., M.S., perjanjian atau kontark merupakan hubungan hukum antara
subjek hukum yang satu dengan dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta
kekayaan, dimana subjek hukum ang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum
yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah
disepakatinya.”

Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan satu hal.
Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan
perikatan. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang
mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Dengan demikian hubungan antara perjanjian dengan perikatan adalah bahwa perjanjian itu
menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber-sumber
lain. Sumber-sumber lain ini mencakup denga nama undang-undang. Jadi, ada perikatan yang
lahir dari perjanjian dan ada perikatan yang lahir dari undang-undang.
Dengan sekian banyak pengertian perjanjian yang telah dipaparkan di atas, ada tiga unsur
yang dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Ada orang yang menuntut, atau dalam istilah bisnis biasa di sebut kreditor
2. Ada orang yang dituntut, atau yang dalam istilah bisnis biasa disebut debitur
3. Ada sesuatu yang dituntut, yaitu prestasi.
B.   Prinsip-prinsip Dasar Kontrak dan Karakteristik Kontrak
 Prinsip-prinsip Dasar Kontrak

       Ada beberapa prinsip hukum kontrak yang sangat mendukung eksistensi suatu kontrak
baku, yaitu prinsip-prinsip hukum sebagai berikut:
1.      Prinsip kesepakatan
Meskipun dalam suatu kontrak baku disangsikan adanya kesepakatan kehendak yangbenar-
benar seperti diinginkan oleh para pihak, tetapi kedua belah pihak akhirnya juga
menandatangani kedua kontrak tersebut. Dengan penandatanganan tersebut, maka dapat
diasumsi bahwa kedua belah pihak telah menyetujui isi kontrak tersebut, sehingga dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kata sepakat telah terjadi.
2.      Prinsip Asumsi Resiko
Dalam suatu kontrak setiap pihak tidak dilarang untuk melakukan asumsi resiko. Artinya
bahwa jika ada resiko ada resiko tertentu yang mungkin terbit dari suatu kontrak tetapi salah
satu pihak bersedia menanggung risiko tersebut sebagai hasil dari tawar menawarnya, maka
jika memang jika risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak yang mengasumsi risiko
tersebutlah yang harus menagunggung risikonya. Dalam hubungan dengan kontrak baku,
maka dengan menandatangani kontrak yang bersangkutan, berart segala risiko apapun
bentuknyaakan ditanggung oleh pihak yang menandatanganinya sesuai isi dari kontrak
tersebut.
3.      Prinsip Kewajiban membaca
Sebenarnya, dalam ilmu hukum kontrak diajarkan bahwa ada kewajiban membaca (duty to
read) bagi setiap pihak yang akan menandatangani kontrak. Dengan demikian, jika dia telah
menandatangani kontrak yang bersangkutan, hukum mengasumsikanbahwa dia telah
membacanyadan menyetujui apa yang telah dibancanya.
4.      Prinsip Kontrak mengikuti kebiasaan
Memang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bahwa banyak kontrak dibuat secara baku.
Karena kontrak baku tersebutmenjai terikat, antara lain juga karena keterikatan suatu kontrak
tidak hanya terhadap kata-kata yang ada dalam kontrak tersebut, tapi juga terhadap hal-hal
yang bersifat kebiasaan. Lihat pasal 1339 KUHPerdata Indonesia. Dan kontrak baku
merupakan suatu kebiasaan sehari-hari dalam lalu lintas perdagangan dan sudah merupakan
suatu kebutuhan masyarakat, sehingga eksistensinya mestinya tidak perlu dipersoalkan lagi.

         Karakteristik Kontrak
Ciri khas atau karakteristik yang paling penting dari suatu kontrak adalah adanya
kesepakatan bersama (mutual consent) para pihak. Kesepakatan bersama ini bukan hanya
merupakan karakteristik dalam pembuatan kontrak, tetapi hal itu penting sebagai suatu niat
yang diungkapkan kepada pihak lain. Di samping itu, sangat mungkin untuk suatu kontrak
yang sah dibuat tanpa adanya kesepakatan bersama.

C.   Bahasa Kontrak yang dibakukan

Kontrak baku adalah kontrak berbentuk tertulis yang te-lah digandakan berupa
formulir-formulir, yang isinya te-lah distandardisasi atau dibakukan terlebih dahulu secara
sepihak oleh para pihak yang menawarkan, serta di-tawarkan secara massal, tanpa
mempertimbangkan perbedaan kondisi yang dimiliki konsumen.
Istilah perjanjian baku atau standar dalam istilah bahasa Inggris terdapat istilah
standardized agreement, stan-dardized contract, pad contract, standard contract, con-tract of
adhesion, standaardvoorwaarden (Belanda), contrat D’adhesion (Perancis), Allgemeine
Geschaftben-dingungen (Jerman), perjanjian standar, perjanjian baku, kontrak standar, atau
kontrak baku

Perjanjian baku disebut juga perjanjian standar. Dalam bahasa Inggris disebut
standard contract, standard agreement. Kata baku atau standar artinya tolok ukur yang dipakai
sebagai patokan.Dalam hubungan ini, perjanjian baku artinya perjanjian yang menjadi tolok
ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap kon-sumen yang mengadakan
hubungan hukum dengan pengusaha. Yang dibakukan dalam perjanjian baku ialah model,
rumusan, dan ukuran.
Yang dimaksud dari bahasa dari kontrak yang dibakukan yaitu  bahasa dari Perjanjian baku
memuat syarat-syarat baku yaitu:
 Menggunakan kata-kata atau susunan kalimat yang teratur dan rapi.
  Huruf yang dipakai jelas, rapi, kelihatan isinya  dan mudah dibaca dalam waktu
singkat, agar hal initidak merugikan konsumen.
 Contoh perjanjian baku adalah polis asuransi, kredita dengan jaminan, tiket
pengangkutan dan lainnya.
  Format penulisan perjanjian baku meliputi model, rumusan, dan ukuran. Format ini
dibakukan, artinya sudah ditentukan model, rumusan, dan ukurannya, sehingga tidak
dapat diganti, diubah, atau dibuat dengan cara lain karena sudah dicetak.
  Model perjanjian dapat berupa blanko naskah perjanjian lengkap, atau blanko
formulir yang dilampiri dengan naskah syarat-syarat perjanjian, atau dokumen bukti
perjanjian yang memuat syarat-syarat baku.

D.   Bentuk dan Jenis Kontrak dalam Transaksi/Kegiatan Bisnis

Jenis-jenis kontrak bisnis dapat dilihat dari hubungan dan kondisi bisnis yang terjadi pada
suatu perusahaan. Terlepas dari bidang usaha yang dijalani, adapun macam-macam hubungan
dan kondisi bisnis tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kontraktor dan mitra bisnis


Hubungan dengan kontraktor merupakan hubungan pemborongan suatu proyek, bisa
dalam rangka mengadakan suatu bangunan pabrik dan atau kantor, dimana perusahaan
menjadi pemilik (yang memberikan order kerja) dan kontraktor menjadi pemborong (yang
menerima order kerja). Skala dan kompleksitas proyek dapat sangat beragam. Dari yang
proyek kecil hingga yang proyek besar; dari yang sederhana hingga yang canggih. Konsep
perikatan (perjanjian)-nya pun beragam mengikuti hal-hal tersebut. Dari sekedar Perjanjian
Pemborongan hingga Engineering prosurement constuction contrac atau EPC Contract.

Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai kepentingan yang


sama dalam suatu proyek atau obyek kerjasama bisnis tertentu. Dalam hal suatu proyek,
maka kedua belah pihak melakukan: (i) suatu kerjasama operasi (joint operation; seperti:
Joint Operation Agreement atau Production Sharing Agreement), atau (ii) penyertaan modal
saham (joint venture) dengan mendirikan suatu perusahaan usaha patungan (joint venture
company), yang perjanjiannya disebut joint venture agreement.

Sedangkan dalam obyek kerjasama bisnis tertentu dapat mencakup hal-hal yang
sangat luas dan beragam. Pada umumnya: (i) ada struktur transaksi pembiayaan proyek
(seperti: Build Operate & transfer Agreement atau disingkat BOT Agreement, atau Build
Operate & own Agreement atau disingkat BOO Agreement); (ii) proses alih teknologi atau
pengetahuan tertentu (seperti: technical assistence Agreement); (iii) kepentingan
pengembangan/jaringan bisnis (seperti: Collaboration Agreement); dan (iv) kepentingan
penelitian dan pengembangan serta rekayasa mengenai obyek tertentu; mungkin tidak ada
pendapatan yang diperoleh tetapi tujuan dari hasil kegiatan tersebut yang diutamakan
(seperti: Research, Development & Engineering Agreement); serta (v) kepentingan hak milik
intelektual (seperti: Licence Agreement).

b. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemasok


Sederhananya, perjanjian dengan para pemasok barang atau jasa bagi kepentingan
produksi atau operasi bisnis sehari-hari. Biasanya disebut Supply Agreement.           
  
c. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan distributor, retailer/agen penjualan
Dalam hal ini perusahaan tidak melakukan penjualan langsung melalui divisi
pemasaran dan penjualannya, maka ia akan menunjuk pihak lain yaitu distributor atau
retailer atau agen penjualan. Biasanya disebut distribution agreement, dan sales
representative agreement.

d. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan konsumen atau debitur


Singkatnya, dalam hal konsumen tidak mampu membayar tunai, maka perusahaan
dapat melakukan pembiayaan sendiri terhadap konsumen yang bersangkutan dengan
melakukan perjanjian jual beli dengan cicilan (Purchase With instalement) atau sewa
beli (hire purchase agreement).     

e. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan para pemegang saham


Pada umumnya, dalam hal kondisi diluar dari penyertaan modal yang sudah diatur
dalam anggaran dasar, yaitu seperti Perjanjian Hutang Subordinasi atau bila ada
kesepakatan antara pemegang saham lama dengan yang baru, yaitu shareholder agreement.
         
f. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kreditur yang memberikan fasilitas kredit atau
pinjaman
Pada umumnya dikenal dengan dengan Facility Agreement atau credit Agreement.
Namun dari segi sifat hutang dan struktur transaksi dapat merupakan macam ragam
hubungan atau transaksi pinjaman, misalnya, Syndicated Facility Agreement, convertible
bond, Agreement, Put Option Agreement, Middle Term Note Agreement.

Selain hal tersebut Perjanjian Kerjasama pada prinsipnya dibedakan kedalam 3 pola, yaitu :
1.       Joint Venture (Usaha Bersama);
Joint Venture adalah merupakan bentuk kerjasama umum, dapat dilakukan pada
hampir semua bidang usaha, dimana para pihak masing-masing menyerahkan modal untuk
membentuk badan usaha yang mengelola usaha bersama. Contohnya, para pihak bersepakat
untuk mendirikan pabrik garment. Untuk mendirikan usaha tersebut masing-masing pihak
menyerahkan sejumlah modal yang telah disepakati bersama, lalu mendirikan suatu pabrik.
2.      Joint Operational (Kerjasama Operasional)
Joint Operational adalah bentuk kerjasama khusus, dimana bidang usaha yang
dilaksanakan merupakan bidang usaha yang :
- merupakan hak / kewenangan salah satu pihak
- bidang usaha itu sebelumnya sudah ada dan sudah beroperasional,
dimana pihak investor memberikan dana untuk melanjutkan / mengembangkan usaha yang
semula merupakan hak / wewenang pihak lain, dengan membentuk badan usaha baru sebagai
pelaksana kegiatan usaha.
Contoh : Kerjasama Operasional (KSO) antara PT. Telkom dengan PT. X untuk
pengembangan jaringan pemasangan telepon baru. Untuk pelaksanaannya dibentuk PT. ABC
yang sahamnya dimiliki PT. Telkom dan PT. X.
3.       Single Operational (Operasional Sepihak)
Single Operational merupakan bentuk kerjasama khusus dimana bidang usahanya
berupa “bangunan komersial”. Salah satu pihak dalam kerjasama ini adalah pemilik yang
menguasai tanah, sedangkan pihak lain – investor, diijinkan untuk membangun suatu
bangunan komersial diatas tanah milik yang dikuasai pihak lain, dan diberi hak untuk
mengoperasionalkan bangunan komersial tersebut untuk jangka waktu tertentu dengan
pemberian fee tertentu selama jangka waktu operasional dan setelah jangka waktu
operasional berakhir investor wajib mengembalikan tanah beserta bangunan komersial
diatasnya kepada pihak pemilik / yang menguasai tanah. Bentuk kerjasama ini lasimnya
disebut : BOT (Build, Operate and Transfer), dan variannya adalah : BOOT (Build, Own,
Operate and Transfer), BLT (Build, Lease and Transfer) dan BOO (Build, Own and Operate).
E.   Teknik Perancangan Kontrak
Untuk membuat suatu kontrak kita harus mengetahui teknik dalam perancangan kontrak
tersebut, teknik-teknik yang harus dilakukan yaitu:

a.       PENELITIAN
Perancang kontrak melakukan penelitian berkaitan dengan
a. Keinginan para pihak
Setidak tidaknya pada awalnya pihak yang minta bantuan untuk dibuatkan kontrak, kemudian
mengetahui keinginan pihak lainnya.
 b. Ketentuan perundang undangan.
 c. Etika , moral, adat kebiasaan , yang berlaku di tempat dilaksanakan kontrak tersebut.

b.      OUTLINING
Pembuatan / Merancang Urutan Kerangka Naskah kontrak dan Pemahaman tentang Anatomi
kontrak Baik yang Pokok, transaction cluse, maupun yang merupakan Penunjang, technical
house keeping clauses Kemudian menyusunnya dalam TATA URUTAN naskah kontrak
Sesuai dgn kepentingannya yang mencakup seluruh keinginan para pihak,dimulai dari hal yg
pokok, diikuti dgn
pengaturan penunjangnya
c.       ANATOMI “Kontrak”
Pola dasar suatu konsep perjanjian biasanya disusun sebagai berikut :
1. Judul / Nama Kontrak , heading
 Judul kontrak harus dapat mengidentifikasikan inti kontrak yang syarat-syarat,
ketentuan-ketentuan atau klausula-klausulanya diatur di dalamnya.
 Korelasi dan relevansi antara judul dan isi kontrak.

2. Pembukaan, opening
3. Komparasi , para pihak, parties
 Adalah bagian dari akta yang mendiskripsikan para pihak yang melakukan
kesepakatan. Dalam bagian ini (komparasi) harus dicantumkan nama seseorang
yang bertindak untuk dan atas nama para pihak.
 Mengapa ( nama ) seseorang harus dicantumkan sebagai komparasi / para 
pihak? Karena:
 Secara formal : harus tanda tangan , ( memenuhi per-syaratan sahnya akta )
Dapat melakukan perbuatan hukum
Perancang kontrak perlu mendapatkan kejelasan tentang unsur “subyektif “ yang
harus dipenuhi untuk sahnya kontrak, dengan memperhatikan fungsi dari komparasi .
1. omparasi mengandung fungsi :
2. Menjelaskan edentitas para pihak.
3. Dalam kedudukan apa yang bersangkutan bertindak.
4. Berdasarkan apa kedudukan tersebut.
5. Cakap untuk melakukan perbuatan hukum yang dimaksudkan dalam akta
perjanjian.
6. Mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan dalam
kontrak.
7.
4. Dasar pertimbangan, premis, recitals
Berisikan kondisi umu dari para pihak yang akan membuat suatu kontrak, berisikan
kemampuan modal, teknologi, pengalaman yang handal, pangsa pasar dan sebagainya.
5. Isi perjanjian, ketentuan dan persyaratan, terms and condition /clause
6. Penutup, closure
7. Tanda tangan, signature
● Saksi, witnesses
●Lampiran, attachments / exhibits
Standar pembukaan dari kontrak pada umumnya memuat tempat dan tanggal penanda-tangan
kontrak. Terkadang tunduk pada keharusan formal tertentu, misal pada akta jual beli tanah,
akta notarial.

F.    Klausula Perubahan, Penambahan, Sanksi, Pilihan Hukum, dan Force Majeur

a)      Klausula perubahan
yaitu pasal dalam kontrak yang menetapkan diperkenankan atau tidaknya para fihak untuk
mengalihkan sebagian atau seluruh prestasinya kepada fihak ketiga, serta syarat-syarat/tata
cara pelaksanaan pengalihan itu seandainya diperkenankan
b)      Klausula penambahan
memuat kesepakatan para fihak untuk menganggap bahwa apa yang tertulis di dalam kontrak
merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dan menyatakan apa yang disepakati para fihak,
sehingga hal-hal yang pernah disepakati atau dikomunikasikan di antara para fihak sebelum
kontrak dibuat, tidak dapat digunakan untuk merubah atau melengkapi apa yang sudah
tertulis di dalam kontra.
c)      Klausula sanksi
yaitu pasal yang memuat kesepakatan para fihak tentang bagaimana dan ke mana
korespondensi, komunikasi serta peringatan-peringatan di antara para fihak harus
disampaikan, serta apa akibat-akibat hukumnya
d)     Klausula pilihan hukum
e)      (di dalam kontrak-kontrak internasional) yang memuat kesepakatan para fihak tentang
hukum negara mana atau sumber hukum apa yang akan digunakan untuk mengatur dan
menentukan pembentukan, keabsahan, penafsiran, dan pelaksanaan kontrak mereka.
f)       Klausula force majeur
yaitu pasal dalam kontrak yang memungkinkan salah satu fihak untuk tidak melaksanakan
prestasinya, seandainya pelaksanaan prestasi itu terhambat atau tidak mungkin dilaksanakan
sebagai akibat dari munculnya peristiwa-peristiwa tertentu yang berada di luar kendali fihak
tersebut untuk mencegahnya.

G.  Klausula Pilihan Penyelesaian Sengketa

Dalam menyelesaikan suatu sengketa dalam kontrak diperlukan klausula dan tahapan tahapan
klausula , sebagai berikut:
a)      Klausula Perundingan
Langkah terpuji untuk menyelesaikan sengketa adalah terlebih dahulu melakukan
perundingan. Namun karena perundingan mungkin menjadi proses yang bertele-tele, sangat
penting untuk menentukan jangka waktu perundingan (kapan perundingan dikatakan
impasse), demikian juga harus ditentukan proses penyelesaian sengketa selanjutnya setelah
terjadi impasse.
b)      Klausa Perundingan Tingkat Tinggi
Jika perundingan antara pejabat-pejabat “kelas menengah” gagal menyelesaikan sengketa,
sebaiknya dicoba untuk melanjutkan perundingan yang dilakukan oleh pejabat “kelas berat”.
Dalam hal ini direktur dari pihak-pihak yang bersengketa. Hanya jika perundingan tingkat
tinggi dan gagal juga barulah ditempuh prosedur perundingan dengan perantara mediator
c)      Klausula mediasi (belum menunjuk mediator)
Pengalaman telah menunjukkan bahwa keterlibatan mediator yang tidak memihak dapat
membantu para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya. Oleh karena itu
adalah bijaksana untuk menetapkan mediasi sebagai sarana penyelesaian sengketa sebelum
timbul sengketa, yaitu dalam kontrak, walaupun dimungkinkan juga u tuk membuat
perjanjian mediasi setelah timbul sengketa.
d)     Klausula Mediasi ( Sudah Menunjuk Mediator)
Proses mediasi akan lebih mudah dimulai, jika para pihak telah dapat menyetujui
mediatornya sebelum sengketa timbul dengan perkataan lain nama mediator telah
dicantumkan dalam klausula mediasi dalam konflik. Dikatakan “lebih mudah” karena para
pihak tidak perlu bersengketa lagi untuk memilih mediatornya yang akan membantu
menyelesaikan sengketa mereka. Mediatorpun dapat menjaga agar dirinya tidak memiliki
conflic of interest dengan para pihak sejak penunjukannya.
e)      Klausula mediasi dengan arbitrase
Klausula mediasi dan arbitrase dapat dibuat secara terpisah. Namun dimungkinkan untuk
membuat satu klausula singkat yang mengatur mediasi sekaligus arbitrase, tentunya jika
prosedur dan institusi mediasi dan arbitrasenya jelas dicantumkan dalam klausula tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
            Pengertian Perjanjian atau kontrak diatur Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313 KUH
Perdata berbunyi : “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih
mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih.”
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan perjanjian,
adalah “ suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan  kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum.”
 Prinsip-prinsip Dasar Kontrak
1.      Prinsip kesepakatan
2.      Prinsip Asumsi Resiko
3.      Prinsip Kewajiban membaca
4.      Prinsip Kontrak mengikuti kebiasaan

Perjanjian baku disebut juga perjanjian standar. Dalam bahasa Inggris disebut standard
contract, standard agreement. Kata baku atau standar artinya tolok ukur yang dipakai sebagai
patokan.Dalam hubungan ini, perjanjian baku artinya perjanjian yang menjadi tolok ukur yang
dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap kon-sumen yang mengadakan hubungan
hukum dengan pengusaha. Yang dibakukan dalam perjanjian baku ialah model, rumusan, dan
ukuran. 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl31/jenis-jenis-kontrak-bisnis-
http://menujuhukum.blogspot.com/2013/10/hukum-perjanjian.html
http://budhivaja.dosen.narotama.ac.id/files/2011/09/1.-MAHASISWA-Handout-3.pdf
http://audrytimisela.wordpress.com/2009/06/24/prinsip-prinsip-hukum-kontrak/
http://www.legalakses.com/perikatan-perjanjian-kontrak/
http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-kontrak/
http://www.karimsyah.com/imagescontent/article/20050923140951.pdf

Anda mungkin juga menyukai