MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perancangan
Kontrak
Dosen Pengampu :
Muhammad Kholid. S.H.,M.H.
Disusun Oleh :
Sultonnil Muttaqin : 1173050123
ILMU HUKUM / IV / C
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
2019
KATA PENGANTAR
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Para Pihak Dalam Kontrak ........................................................................ 3
B. Penguasaan Materi Dalam Kontrak .......................................................... 5
C. Penafsiran Klausula Baku dan Klausula Spesifik dalam Kontrak ............ 8
D. Peraturan Perundang-undangan Terkait Perancangan Kontrak ................ 14
KESIMPULAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kontrak merupakan suatu kesepakatan antara dua orang atau lebih
mengenai hal tertentu yang di setujui oleh mereka, ketentuan umum mengenai
kontrak diantur dalam undang undang hukum perdata indonesia. Da suatu
pembuatan kontrak ada beberapa syarat yang harus di penuhi sebagaimana
diatur dalam pasal 1320 kitab undang undang hukum perdata indonesia
diantaranya kesepakatan para pihak, Kecakapan para pihak, mengenai hal
tertentu yang dapat ditentukan secara jelas, Sebab atau klausa yang
diperbolehkan secara hukum. Kontrak atau perjanjian merupakan suatu
peristiwa hukum dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang
saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kontrak atau
perjanjian inilah yang melahirkan perikatan, sehingga inilah yang lebiih tepat
disebut akad.
Biasanya kala seseorang berjanji kepada orang lain maka kontrak itu
merupakan kontrak yang biasa diistilahkan dengan kontrak sepihak dimana
hanya seorang yang wajib menyerahkan sesuatu kepada orang lain sementara
orang yang menerima penyerahan itu tidak memberikan sesuatu sebagai balasan
(kontrak prestasi) atas sesuatu yang diterimanya, sedangkan apabila dua orang
saling berjanji maka ini berarti masing masing pihak menjanjikan untuk
memberikan sesuatu kepada pihak lainnya, yang berarti pula bahwa masing
masing pihak berhak untuk menerima apa yang dijanjikan oleh pihak lain. Hal
ini berarti bahwa masing masing pihak di bebani kewajiban dan diberi hak
sebagaimana yang di janjikan.
Dalam kontrak pada umumnya,janji janjin para pihak itu saling berlawanan
misalnya dalam perjanjian jual beli, tentusaja satu pihak menginginkan barang
sedangkan pihak lainnya menginginkan uang, karena tidak mungkin terjadi jual
beli kalu kedua belah pihak menginginkan hal yang sama.
Pada dasarnya etiap orang dapat melakukan kontrak dengan siapa saja yang
dikehendaki sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh undang undang untuk
melakukan kontrak. Pihak pihak dalam kontrak ini dapat berupa orang per
orangan atau badan usaha yang bukan badan hukum atau badan usaha yang
merupakan badan hukum hanya saja kalau yag melakukan kontrak adalahorang
perorangan maka siapa yang berhak mewakilinya ditentukan dalam peraturan
perundang undangan maupun dalam anggaran dasar dari badan usaha tersebut.
1
2
Dalam melakuka kontrak, phak pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut
dapat bertindak untuk kepentingan dan atas namanya sendiri, namun dapat pula
bertindak untuk kepentingan dan atas nama orang lain.
Dalam melakukan kontrak seseorang dilarang untuk membebani kewajiban
kepada pihak ketiga dalam kontrak yang dibuatnya namun tidak dilarang untuk
meminta hak kepada yang lain dalam kontrak tersebut. Pemberian hak untuk
pihak ketiga inilah yang sering disebut janji untuk pihak ke tiga. Sebagai contoh
sederhana adalah A meminjan uang kepada B dan menyatakan bahwa uang
tersebut akan dibayar oleh C, sebaliknya dapat saja terjadi bahwa A
meminjamkan uang kepada B dan A menyatakan kepada B bahwa pembayaran
utang tersebut diberikan saja kepada si C.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Para Pihak dalam Kontrak
2. Bagaimana Isi Materi Penyusunan Kontrak
3. Bagaimana Penafsiran Klausula dan Klausula Spesifik dalam kontrak
4. Bagaimana Peraturan Perundang-undangan terkait Perancangan Kontrak
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Kedudukan Para Pihak dalam Kontrak
2. Untuk Mengetahui Isi Materi Penyusunan Kontrak
3. Untuk Mengetahui Penafsiran Klausula dan Klausula Spesifik dalam
kontrak
4. Untuk Mengetahui Peraturan Perundang-undangan terkait Perancangan
Kontrak
D. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi dosen
1. Dosen mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menyusun makalah
2. Dosen dapat menilai tingkat kepahaman mahasiswanya dari segi materi
makalah yang telah dibuat
b. Bagi Mahasiswa
1. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyusun makalah
2. Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa melalui makalah yang
dibuatnya
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm.
29
3
4
2
Baron Wijaya & Dyah Sarimaya, Kitab Surat Perjanjian Kontrak, Jakarta: Laskar Aksara 2012,
hlm. 6
6
Penafsiran
Penyelesaian sengketa
Sebelum kontrak disusun atau sebelum transaksi bisnis berlangsung.
Biasanya terlebih dahulu di lakukan negosiasi awal. Negosiasi merupakan
suatu proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain. Dalam
negosiasi inila tawarmenawar berlangsung. Tahapan berikutny pembuatan
Memorndum Of Understanding (MoU). MoU merupakan pencatatan tau
pendokumentasian hasil negosiasi awal tersebut dalam bentuk tertulis. MoU
walaupun belum merupakan kontrak, penting sebagai pegngangan untuk
digunakan lebih lanjut di dalam neosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk
melakukan study kelayakan atau pembuatan kontrak. Setelah pihak pihak
menerima MoU sebagai pegangan sementara, baru dilanjutkan dengan
tahapan studi kelayakan (feasibility study, due dilligent) untuk melihat
tingkatan kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari berbagai
sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi, keuangan, pemasaran,
teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil studi kelayakan ini
diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi
atau negosiasi lanjutan, apabila diperlukan akan di adakan negosiasi
lanjutan, apabila diperlukan, akan diadakan negosiasi lanjutan dan hasilnya
dituangkan dalam kontrak
Dalam penulisan naskah kontrak disamping diperlukan kejelian
dalam menangkap berbagai keinginan pihak-pihak, juga memahami aspek
hukuk, dan bahasa kontrak. Penulisan kontrak perlu mempergunakan
bahasa yang baik dan benar dengan berpegang kepada aturan tata bahasa
yang berlaku. Dalam penggunaan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun
bahasa asing harus tepat, singkat, jelas dan sistematis.
Walaupun tidak ditentukan suatu format baku di dala perundang-
undangan, dalam praktek biasanya penulisan kontrak mengikuti suatu pola
umum yang merupakan anatomi dari sebuah kontrak bisnis mengikutu suatu
pola umum yang merupakan anatomi dari sebuah kontrak, sebagai berikut:
Judul
Pembukaan
Pihak-pihak
Latar belakang kesepakatan (rectal)
Isi
Penutupan
1. Judul
Judul harus dirumuskan secara singkat, padat dan jelas misalnya jual
beli sewa, sewa-menyewa, joint venture agreement atau license
agreement
2. Pembukaan
7
3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
10
usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan atau perjanjian yang
mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen
Istilah klausula baku beraneka ragam, ada yang meng-gunakan klausul
eksemsi, klausul eksenorasi, onredelijk bezwarend (Belanda), unreasonably
(Inggris), exemption clause (Inggris), exculpatory clause (Amerika). Mariam
Darus Badrulzaman menyatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausula
yang berisi pembatasan per-tanggungan jawab dari kreditur. Sutan Remy
Sjahdeini menyatakan bahwa klausul eksemsi adalah klausul yang bertujuan
untuk membebas-kan atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak
terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersang-kutan tidak atau tidak
dengan semestinya melaksanakan kewajibannya yang ditentuklan di dalam
perjanjian tersebut.4
Rikjen mengatakan bahwa klausula eksonerasi adalah klausula yang
dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan
dirivuntuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau
terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum.
Klausula eksonerasi yang bisanya dimuat dalam perjanjian sebagai klausula
tambahan atas unsur esensial dari suatu perjanjian, pada umumnya ditemukan
dalam perjanjian baku. Klausula tersebut merupakan klausula yang sangat
merugikan konsumen yang umumnya memiliki posisi lemah jika dibandingkan
dengan produsen, karena beban yang seharusnya dipikul oleh produsen, dengan
adanya klausula tersebut menjadi beban konsumen.
Dalam UUPK, istilah klausul eksonerasi sendiri tidak ditemukan, yang ada
adalah “klausula baku”. Pasal 1 angka 10 vmendefinisikan klausula baku
sebagai aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang dipersiapkan dan
ditetatapkan terlebih dahulu secara sepihakv oleh pelaku usaha yang
dituangkan dalam suatu dokumen/perjanjian yang mengikat dan wajib
dipenuhi oleh konsumen. Jadi yang ditekankan adalah prosedur pembuatannya
yang bersifat sepihak, bukan menenai isinya. Padahal pengertian “klausul
eksonerasi” tidak sekadar mempersoalkan prosedr pembuatannya, melainkan
juga isinya yang bersifat pengalihan kewajiban tanggung jawab pelaku usaha.
Pasal 18 ayat (1) UUPK menyatakan pelaku usaha dalam menawarkan
barang dan/ atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang untuk
membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/ atau
perjanjian jika menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.
Ketentuan huruf (b) dan seterusnya sebenarnya memberikan contoh bentuk-
bentuk pengalihan tanggung jawab itu, seperti pelaku saha dapat menolak
4
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan kontrak dengan siapa saja yang
dikehendaki sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh undang-undang untuk
melakukan kontrak.
Pihak-pihak dalam kontrak ini dapat berupa perorangan atau badan usaha
yang bukan badan hukum atau badan usaha yang merupakan badan hukum.
Hanya saja kalau melakukan kontrak adalah bukan orang perorangan maka
siapa yang berhak mewakilinya ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan maupun dalam anggaran dasar dari badan usaha tersebut
Dalam melakukan kontrak, pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
tersebut dapat bertindak untuk kepentingan dan atas namanya sendiri, namun
dapat pula bertindak atas nama sendiri, namun untuk kepentingan orang lain,
bahkan dapat bertindak untuk kepentingan dan atas nama orang lain.
Untuk menyusun suatu kontrak bisnis yang bak diperlukan adanya persiapa
dan perencanaan terlebih dahulu. Idealnya sejak negosiasi bisnis persiapan
tersebut sudah di mulai. Penyusunan kontrak bisnis meliputi beberapa tahapan
sejak persiapan atau perencanaan sampai dengan pelaksanaan isi kontrak.
Sebelum kontrak disusun atau sebelum transaksi bisnis berlangsung.
Biasanya terlebih dahulu di lakukan negosiasi awal. Negosiasi merupakan suatu
proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain. Dalam negosiasi
inila tawarmenawar berlangsung. Tahapan berikutny pembuatan Memorndum
Of Understanding (MoU). MoU merupakan pencatatan tau pendokumentasian
hasil negosiasi awal tersebut dalam bentuk tertulis. MoU walaupun belum
merupakan kontrak, penting sebagai pegngangan untuk digunakan lebih lanjut
di dalam neosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan study kelayakan
atau pembuatan kontrak. Setelah pihak pihak menerima MoU sebagai pegangan
sementara, baru dilanjutkan dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study,
due dilligent) untuk melihat tingkatan kelayakan dan prospek transaksi bisnis
tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi,
keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil studi
kelayakan ini diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan
transaksi atau negosiasi lanjutan, apabila diperlukan akan di adakan negosiasi
lanjutan, apabila diperlukan, akan diadakan negosiasi lanjutan dan hasilnya
dituangkan dalam kontrak.
Klausula baku merupakan isi atau bagian dari suatu perjanjian. Perjanjian
yang menggunakan klausula baku ini disebut dengan perjanjian baku. Didalam
18
19
B. Kesimpulan
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat menyadarkan kita sebagai
seorang mahasiswa untuk dapat menilai dan memahami teknik perancangan
kontrak dan juga dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dibahas dalam
makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada 2013
Baron Wijaya, M.H., & Dyah Sarimaya, S.H., Kitab Terlengkap Surat Perjanjian
Kontrak, Jakarta: Laskar Aksara 2012